LAPORAN PENDAHULUAN STT SOFT TISSUE TUMO
LAPORAN PENDAHULUAN
STT (SOFT TISSUE TUMOR)
A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang
B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
: nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma
Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit
Soft Tissue Tumor (STT)
Pre Operasi
Adanya inflamasi
Post Operasi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Adanya luka post op
Perubahan fisik
Anatomi kulit
abnormal
Menstimulasi respon
nyeri
Nyeri
Kurang
pengetahuan
Cemas
Peradangan
pada kulit
Bercak –
bercak merah
Kerusakan
integritas
kulit
Tempat masuk
mikroorganisme
Resti infeksi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
J. PERENCANAAN
No
1.
Diagnosa
NOC
Keperawatan
Cemas berhubungan
a. Anxiety control
dengan
b. Coping
kurang
NIC
a. Anxiety
(penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang
penyakit
Kriteria Hasil :
a. Klien
Gunakan
pendekatan
yang menenangkan
mampu
Ditandai dengan:
mengidentifikasi
dan
a. Gelisah
mengungkapkan
gejala
b. Insomnia
cemas
c. Resah
reduction
R/ meningkatkan bhsp
-
Jelaskan
semua
prosedur dan apa yang
dirasakan
b. Mengidentifikasi,
selama
prosedur
d. Ketakutan
mengugkapkan
e. Sedih
menunjukkan tehnik untuk
mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri
mengontrol cemas
prosedur tindakan
g. Kekhawatiran
dan
c. Vital sign dalam batas
R/
-
normal
d. Postur
agar
pasien
Temani pasien untuk
memberikan
tubuh,
ekspresi
keamanan
dan
wajah, bahasa tubuh dan
mengurangi takut
tingkat
R/
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
mengurangi
kecemasan pasien
-
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
R/
membantu
mengungangi
tingkat
kecemasan
-
Identifikasi
tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
-
Bantu
pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu
pasien
agar lebih tenang
-
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
-
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
-
Berikan obat
R/untuk
2.
Nyeri
dengan
berhubungan
a. Pain Level
terputusnya
b. Pain control
kontinuitas jaringan
c. Comfort level
mengurangi
kecemasan
a. Pain Management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik,
:
a. Laporan
a. Mampu mengontrol nyeri
durasi, frekuensi,
secara
(tahu penyebab nyeri,
kualitas dan faktor
atau
mampu menggunakan
presipitasi
tehnik nonfarmakologi
R/ mengetahui tindakan
untuk mengurangi nyeri,
dan obat yang akan
mencari bantuan)
diberikan
verbal
nonverbal
b. Fakta
dari
observasi
c. Posisi
antalgik
b. Melaporkan bahwa nyeri
- Observasi reaksi
(menghindari
berkurang dengan
nonverbal dari
nyeri)
menggunakan manajemen
ketidaknyamanan
nyeri
R/ mengetahui tingkat
d. Gerakan
melindungi
c. Mampu mengenali nyeri
e. Tingkah
laku
berhati-hati
f. Muka
frekuensi dan tanda nyeri)
topeng
(nyeri)
g. Gangguan
tidur
(mata
sayu,
tampak
(skala, intensitas,
capek,
sulit atau gerakan
kacau,
nyeri pasien
- Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
d. Menyatakan rasa nyaman
untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang
pengalaman nyeri
e. Tanda vital dalam rentang
normal
pasien
R/membantu pasien
mengungkapkan
perasaan nyerinya
- Evaluasi bersama
menyeringai)
h. Terfokus
pasien dan tim
pada
diri sendiri
ketidakefektifan
i. Fokus menyempit
(penurunan
persepsi
kesehatan lain tentang
kontrol nyeri masa
lampau
waktu,
R/untuk memberikan
kerusakan proses
intervensi yang tepat
berpikir,
- Kontrol lingkungan
penurunan
interaksi
orang
yang dapat
dengan
lain
dan
lingkungan)
j. Tingkah
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
laku
distraksi, contoh
kebisingan
R/membantu
jalan-jalan,
menemui
lain
dan
mengurangi nyeri
orang
atau
pasien
- Kurangi faktor
aktivitas
presipitasi nyeri
berulang-ulang
R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom
(seperti
pasien
- Pilih dan lakukan
berkeringat,
penanganan nyeri
perubahan
(farmakologi, non
tekanan
darah,
farmakologi dan inter
perubahan nafas,
personal)
nadi dan dilatasi
R/ membantu
pupil
mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan
otonom
tonus
(mungkin
rentang
pasien
dalam
otot
dalam
dari
lemah ke kaku)
m. Tingkah
laku
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
R/ memberikan
intervensi yang tepat
- Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh
non farmakologi
gelisah, merintih,
R/mengurangi nyeri
menangis,
dengan cara
waspada, iritabel,
pengobatan non
nafas
farmakologis
panjang/berkeluh
kesah
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
n. Perubahan dalam
nyeri
nafsu makan dan
R/ nyeri dapat
minum
berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor
Yang
Berhubungan :
Agen injury (biologi,
kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol
- Tingkatkan istirahat
kimia,
psikologis)
fisik,
R/ menguragi nyeri
b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri
3.
Kerusakan integritas Tissue Integrity :
Pressure ulcer prevention
kulit
a. Wound care
berhubungan Skin and Mucous Membranes
dengan adanya luka Wound Healing :primary and
post operasi
-
secondary intention
Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Batasan
Kriteria Hasil :
R/ menjaga integritas
karakteristik :
a. Integritas kulit yang baik
kulit pasien
a. Gangguan pada
bisa dipertahankan
bagian tubuh
(sensasi, elastisitas,
bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa
temperatur, hidrasi,
R/agar kulit tetap
pigmentasi)
lembab
kulit (dermis)
c. Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)
b. Tidak ada luka/lesi pada
-
-
kulit
Jaga kulit agar tetap
Hindari kerutan pada
tempat tidur
c. Perfusi jaringan baik
R/ menjaga integritas
d. Menunjukkan pemahaman
kulit tetap baik
Faktor yang
dalam proses perbaikan
berhubungan :
kulit dan mencegah
(ubah posisi pasien)
terjadinya sedera berulang
setiap dua jam sekali
Eksternal :
a. Hipertermia atau
hipotermia
b. Substansi kimia
c. Kelembaban
udara
d. Faktor mekanik
(misalnya : alat
-
e. Mampu melindungi kulit
R/ membantu agar
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
pasien nyaman
-
perawatan alami
R/ mengetahui kondisi
infeksi
proses penyembuhan luka
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
f. Tidak ada tanda-tanda
g. Menunjukkan terjadinya
Mobilisasi pasien
integritas kulit
-
Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
yang dapat
derah yang tertekan
menimbulkan luka,
R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint)
terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik
f. Radiasi
luka baru
-
Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim
mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit
R/ membantu pasien
i.Obat-obatan
agar bisa mobilisasi
-
Monitor status nutrisi
Internal :
pasien
a. Perubahan status
R/ mengawasi pasien
metabolik
agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
nutrisi
-
Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang
hangat
berhubungan :
R/mempertahankan
a. Gangguan
personal higyene
sirkulasi
b. Iritasi kimia
pasien
-
Observasi
(ekskresi dan
luka :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh,
kedalaman luka,
medikasi)
karakteristik, warna
c. Defisit
cairan, granulasi,
cairan,kerusakan
jaringan nekrotik,
mobilitas fisik,
tanda-tanda infeksi
keterbatasan
lokal.
pengetahuan,
R/ menguragi tanda-
faktor mekanik
tanda infeksi
(tekanan,
-
Lakukan teknik
gesekan)
perawatan luka
kurangnya nutrisi,
dengan steril
radiasi, faktor
R/mencegah adanya
suhu (suhu yang
infeksi
ekstrim)
3.
Resti infeksi
a. Immune Status
berhubungan dengan
b. Knowledge : Infection
luka post operasi
control
c. Risk control
Faktor-faktor resiko :
a. Infection Control (Kontrol
infeksi)
- Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
a. Prosedur Infasif
Kriteria Hasil :
R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan
a. Klien bebas dari tanda dan
infeksi
pengetahuan
untuk
gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses
- Pertahankan teknik
isolasi
menghindari
penularan penyakit, factor
R/ menurunkan resiko
paparan patogen
yang mempengaruhi
kontminasi silang
c. Trauma
penularan serta
d. Kerusakan
penatalaksanaannya,
jaringan dan
c. Menunjukkan
peningkatan
kemampuan untuk
paparan
mencegah timbulnya
lingkungan
infeksi
e. Ruptur membran
amnion
f. Agen farmasi
(imunosupresan)
d. Jumlah leukosit dalam
batas normal
e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
- Batasi pengunjung bila
perlu
R/ menurunkan resiko
infeksi
- Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
g. Malnutrisi
R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan
kontaminasi silang
paparan
- Gunakan sabun
lingkungan
antimikrobia untuk cuci
patogen
tangan
i. Imonusupresi
R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan
pada organisme
imun buatan
k. Tidak adekuat
infeksius
- Cuci tangan setiap
pertahanan
sebelum dan sesudah
sekunder
tindakan keperawatan
(penurunan Hb,
R/ menurunkan resiko
Leukopenia,
infeksi
penekanan respon
- Pertahankan lingkungan
inflamasi)
aseptik selama
l. Tidak adekuat
pemasangan alat
pertahanan tubuh
R/ mempertahankan
primer (kulit tidak
teknik steril
utuh, trauma
- Tingkatkan intake
jaringan,
nutrisi
penurunan kerja
R/ membantu
silia, cairan tubuh
meningkatkan respon
statis, perubahan
imun
sekresi pH,
- Berikan terapi
perubahan
antibiotik bila perlu
peristaltik)
R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik
infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
-
Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :
Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC
STT (SOFT TISSUE TUMOR)
A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang
B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
: nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma
Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit
Soft Tissue Tumor (STT)
Pre Operasi
Adanya inflamasi
Post Operasi
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Adanya luka post op
Perubahan fisik
Anatomi kulit
abnormal
Menstimulasi respon
nyeri
Nyeri
Kurang
pengetahuan
Cemas
Peradangan
pada kulit
Bercak –
bercak merah
Kerusakan
integritas
kulit
Tempat masuk
mikroorganisme
Resti infeksi
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
J. PERENCANAAN
No
1.
Diagnosa
NOC
Keperawatan
Cemas berhubungan
a. Anxiety control
dengan
b. Coping
kurang
NIC
a. Anxiety
(penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang
penyakit
Kriteria Hasil :
a. Klien
Gunakan
pendekatan
yang menenangkan
mampu
Ditandai dengan:
mengidentifikasi
dan
a. Gelisah
mengungkapkan
gejala
b. Insomnia
cemas
c. Resah
reduction
R/ meningkatkan bhsp
-
Jelaskan
semua
prosedur dan apa yang
dirasakan
b. Mengidentifikasi,
selama
prosedur
d. Ketakutan
mengugkapkan
e. Sedih
menunjukkan tehnik untuk
mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri
mengontrol cemas
prosedur tindakan
g. Kekhawatiran
dan
c. Vital sign dalam batas
R/
-
normal
d. Postur
agar
pasien
Temani pasien untuk
memberikan
tubuh,
ekspresi
keamanan
dan
wajah, bahasa tubuh dan
mengurangi takut
tingkat
R/
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya kecemasan
mengurangi
kecemasan pasien
-
Berikan
informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan
prognosis
R/
membantu
mengungangi
tingkat
kecemasan
-
Identifikasi
tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
-
Bantu
pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu
pasien
agar lebih tenang
-
Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
-
Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
-
Berikan obat
R/untuk
2.
Nyeri
dengan
berhubungan
a. Pain Level
terputusnya
b. Pain control
kontinuitas jaringan
c. Comfort level
mengurangi
kecemasan
a. Pain Management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil :
lokasi, karakteristik,
:
a. Laporan
a. Mampu mengontrol nyeri
durasi, frekuensi,
secara
(tahu penyebab nyeri,
kualitas dan faktor
atau
mampu menggunakan
presipitasi
tehnik nonfarmakologi
R/ mengetahui tindakan
untuk mengurangi nyeri,
dan obat yang akan
mencari bantuan)
diberikan
verbal
nonverbal
b. Fakta
dari
observasi
c. Posisi
antalgik
b. Melaporkan bahwa nyeri
- Observasi reaksi
(menghindari
berkurang dengan
nonverbal dari
nyeri)
menggunakan manajemen
ketidaknyamanan
nyeri
R/ mengetahui tingkat
d. Gerakan
melindungi
c. Mampu mengenali nyeri
e. Tingkah
laku
berhati-hati
f. Muka
frekuensi dan tanda nyeri)
topeng
(nyeri)
g. Gangguan
tidur
(mata
sayu,
tampak
(skala, intensitas,
capek,
sulit atau gerakan
kacau,
nyeri pasien
- Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
d. Menyatakan rasa nyaman
untuk mengetahui
setelah nyeri berkurang
pengalaman nyeri
e. Tanda vital dalam rentang
normal
pasien
R/membantu pasien
mengungkapkan
perasaan nyerinya
- Evaluasi bersama
menyeringai)
h. Terfokus
pasien dan tim
pada
diri sendiri
ketidakefektifan
i. Fokus menyempit
(penurunan
persepsi
kesehatan lain tentang
kontrol nyeri masa
lampau
waktu,
R/untuk memberikan
kerusakan proses
intervensi yang tepat
berpikir,
- Kontrol lingkungan
penurunan
interaksi
orang
yang dapat
dengan
lain
dan
lingkungan)
j. Tingkah
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
laku
distraksi, contoh
kebisingan
R/membantu
jalan-jalan,
menemui
lain
dan
mengurangi nyeri
orang
atau
pasien
- Kurangi faktor
aktivitas
presipitasi nyeri
berulang-ulang
R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom
(seperti
pasien
- Pilih dan lakukan
berkeringat,
penanganan nyeri
perubahan
(farmakologi, non
tekanan
darah,
farmakologi dan inter
perubahan nafas,
personal)
nadi dan dilatasi
R/ membantu
pupil
mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan
otonom
tonus
(mungkin
rentang
pasien
dalam
otot
dalam
dari
lemah ke kaku)
m. Tingkah
laku
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
R/ memberikan
intervensi yang tepat
- Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh
non farmakologi
gelisah, merintih,
R/mengurangi nyeri
menangis,
dengan cara
waspada, iritabel,
pengobatan non
nafas
farmakologis
panjang/berkeluh
kesah
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
n. Perubahan dalam
nyeri
nafsu makan dan
R/ nyeri dapat
minum
berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor
Yang
Berhubungan :
Agen injury (biologi,
kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol
- Tingkatkan istirahat
kimia,
psikologis)
fisik,
R/ menguragi nyeri
b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri
3.
Kerusakan integritas Tissue Integrity :
Pressure ulcer prevention
kulit
a. Wound care
berhubungan Skin and Mucous Membranes
dengan adanya luka Wound Healing :primary and
post operasi
-
secondary intention
Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Batasan
Kriteria Hasil :
R/ menjaga integritas
karakteristik :
a. Integritas kulit yang baik
kulit pasien
a. Gangguan pada
bisa dipertahankan
bagian tubuh
(sensasi, elastisitas,
bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa
temperatur, hidrasi,
R/agar kulit tetap
pigmentasi)
lembab
kulit (dermis)
c. Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)
b. Tidak ada luka/lesi pada
-
-
kulit
Jaga kulit agar tetap
Hindari kerutan pada
tempat tidur
c. Perfusi jaringan baik
R/ menjaga integritas
d. Menunjukkan pemahaman
kulit tetap baik
Faktor yang
dalam proses perbaikan
berhubungan :
kulit dan mencegah
(ubah posisi pasien)
terjadinya sedera berulang
setiap dua jam sekali
Eksternal :
a. Hipertermia atau
hipotermia
b. Substansi kimia
c. Kelembaban
udara
d. Faktor mekanik
(misalnya : alat
-
e. Mampu melindungi kulit
R/ membantu agar
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
pasien nyaman
-
perawatan alami
R/ mengetahui kondisi
infeksi
proses penyembuhan luka
Monitor kulit akan
adanya kemerahan
f. Tidak ada tanda-tanda
g. Menunjukkan terjadinya
Mobilisasi pasien
integritas kulit
-
Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada
yang dapat
derah yang tertekan
menimbulkan luka,
R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint)
terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik
f. Radiasi
luka baru
-
Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim
mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit
R/ membantu pasien
i.Obat-obatan
agar bisa mobilisasi
-
Monitor status nutrisi
Internal :
pasien
a. Perubahan status
R/ mengawasi pasien
metabolik
agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi
nutrisi
-
Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang
hangat
berhubungan :
R/mempertahankan
a. Gangguan
personal higyene
sirkulasi
b. Iritasi kimia
pasien
-
Observasi
(ekskresi dan
luka :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh,
kedalaman luka,
medikasi)
karakteristik, warna
c. Defisit
cairan, granulasi,
cairan,kerusakan
jaringan nekrotik,
mobilitas fisik,
tanda-tanda infeksi
keterbatasan
lokal.
pengetahuan,
R/ menguragi tanda-
faktor mekanik
tanda infeksi
(tekanan,
-
Lakukan teknik
gesekan)
perawatan luka
kurangnya nutrisi,
dengan steril
radiasi, faktor
R/mencegah adanya
suhu (suhu yang
infeksi
ekstrim)
3.
Resti infeksi
a. Immune Status
berhubungan dengan
b. Knowledge : Infection
luka post operasi
control
c. Risk control
Faktor-faktor resiko :
a. Infection Control (Kontrol
infeksi)
- Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain
a. Prosedur Infasif
Kriteria Hasil :
R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan
a. Klien bebas dari tanda dan
infeksi
pengetahuan
untuk
gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses
- Pertahankan teknik
isolasi
menghindari
penularan penyakit, factor
R/ menurunkan resiko
paparan patogen
yang mempengaruhi
kontminasi silang
c. Trauma
penularan serta
d. Kerusakan
penatalaksanaannya,
jaringan dan
c. Menunjukkan
peningkatan
kemampuan untuk
paparan
mencegah timbulnya
lingkungan
infeksi
e. Ruptur membran
amnion
f. Agen farmasi
(imunosupresan)
d. Jumlah leukosit dalam
batas normal
e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
- Batasi pengunjung bila
perlu
R/ menurunkan resiko
infeksi
- Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
berkunjung
meninggalkan pasien
g. Malnutrisi
R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan
kontaminasi silang
paparan
- Gunakan sabun
lingkungan
antimikrobia untuk cuci
patogen
tangan
i. Imonusupresi
R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan
pada organisme
imun buatan
k. Tidak adekuat
infeksius
- Cuci tangan setiap
pertahanan
sebelum dan sesudah
sekunder
tindakan keperawatan
(penurunan Hb,
R/ menurunkan resiko
Leukopenia,
infeksi
penekanan respon
- Pertahankan lingkungan
inflamasi)
aseptik selama
l. Tidak adekuat
pemasangan alat
pertahanan tubuh
R/ mempertahankan
primer (kulit tidak
teknik steril
utuh, trauma
- Tingkatkan intake
jaringan,
nutrisi
penurunan kerja
R/ membantu
silia, cairan tubuh
meningkatkan respon
statis, perubahan
imun
sekresi pH,
- Berikan terapi
perubahan
antibiotik bila perlu
peristaltik)
R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik
infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
-
Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :
Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC