Respon melon (cucumis melo l.) terhadap perlakuan dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi npk

PUPUK KANDANG SAPI DAN KONSENTRASI NPK

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/program Studi Agronomi

Oleh : SRI NINGSIH

H 0107086

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

RESPON MELON (Cucumis melo L.) TERHADAP PERLAKUAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN KONSENTRASI NPK

Yang dipersembahkan dan disusun oleh SRI NINGSIH

H 0107086 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal :

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Suharto Pr. MP NIP. 194910101976 11 1001

Anggota I

Ir. YV. Pardjo NS. MS NIP. 194903231980 10 1001

Anggota II

Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP. NIP. 194804261976 09 1001

Surakarta, Juli 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19562251986 01 1001

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Melon (Cucumis melo L.) Terhadap Perlakuan Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Konsentrasi NPK”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Dalam penelitian skripsi ini tentunya tak lepas dari batuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, sehingga peneliti tak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ir Suharto Pr, MP selaku pembimbing utama dan Ir. YV. Pardjo NS. MS selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan saran dan sumbangan pemikiran kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP. selaku dosen pembahas yang telah memberikan masukan dan saran pada skripsi ini.

4. Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku pembimbing akademik penulis.

5. Ibu dan bapak tercinta yang selalu mendoakan dan mendukung penulis.

6. Sahabatku “Trio Melon”, Su-Genk (Ndaru Minanti, Nur ‘Aisyah, Susanti Indriya W., SP., Ketty A.F., Irma Putri H., Diah Rohmawati, Susi Steviani) yang selalu memberi masukan, saran, serta selalu ada dalam suka dan duka.

7. Arif Susanto, “Canopi” serta semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu. Walaupun disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi diharapkan semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan. Surakarta, Juli 2011

Penulis

Gambar Halaman

1. Grafik pertumbuhan tanaman umur 15 HST -60 HST .............................. 15

2. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dengan diameter batang ............... 16

3. Interaksi pupuk kandang sapi dan NPK ................................................... 17

4. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan luas daun ................................ 19

5. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan ILD ........................................ 20

6. Histogram peningkatan jumlah klorofil a ................................................. 22

7. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan klorofil b ................................ 23

8. Histogram jumlah karoten dengan penambahan pupuk ............................ 24

9. Grafik hubungan konsentrasi NPK dan berat buah ................................... 25

10. Grafik hubungan dosis pupuk kandang sapi dan berat buah ..................... 26

11. Grafik diameter buah dan konsentrasi NPK ............................................. 28

12. Grafik diameter buah dan pupuk kandang sapi ......................................... 29

13. Grafik volume buah dan konsentrasi NPK ............................................... 30

14. Grafik volume buah dan pupuk kandang sapi ............................................ 31

15. Histogram kemanisan luar buah dengan penambahan pupuk .................... 32

16. Grafik kadar kemanisan tengah dan dosis pupuk kandang sapi................. 33

17. Grafik kemanisan dalam dan dosis pupuk kandang sapi ............................ 34

18. Histogram tebal daging buah dengan penambahan dan pupuk ................. 36

Lampiran Halaman

1. Analisis Ragam Diameter Batang 1 dan 2 ................................................... 44

2. Analisis Ragam Diameter Batang 3 dan 4 ................................................... 45

3. Analisis Ragam Luas Daun dan ILD ........................................................... 46

4. Analisis Ragam Klorofil a dan Klorofil b .................................................... 47

5. Analisis Ragam Karoten dan Berat Buah .................................................... 48

6. Analisis Ragam Diameter Buah dan Volume Buah ..................................... 49

7. Analisis Ragam Kemanisan Luar dan Kemanisan Tengah ........................... 50

8. Analisis Ragam Kemanisan Dalam dan Tebal Daging.. ............................... 51

9. Analisis Pupuk Kandang Sapi dan Kimia Tanah ........................................ 52

10. Standar Kualitas Tanah ................................................................................. 53

11. Denah Lahan Penelitian ................................................................................ 54

12. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 55

PUPUK KANDANG SAPI DAN KONSENTRASI NPK SRI NINGSIH

(H0107086)

RINGKASAN

Melon merupakan salah satu komoditas hortikultura yang saat ini sudah memasuki pasar ekspor. Untuk menghasilkan kualitas buah yang bagus maka kegiatan pemupukan penting untuk dilakukan. Penggunaan pupuk organik saat ini sangat ditekankan, karena pupuk organik sangat aman bagi lingkungan serta dapat memperbaiki kualitas tanah. Namun, jika hanya diberikan pupuk organik saja biasanya ukuran buah akan kecil sehingga harga jual juga rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus ditambah dengan penggunaan pupuk kimia seperti NPK.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk organik dan konsentrasi NPK yang tepat bagi pertumbuhan dan hasil melon. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pilang, Masaran, Sragen yang terletak pada ketinggian 93 mdpl dengan jenis tanah grumusol pada bulan Februari 2011 – Mei 2011. Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 2 (dua) kombinasi perlakuan. Faktor pertama adalah konsentrasi NPK sebagai petak utama (main plot) terdiri atas 4 taraf yaitu, A0: 0 g/l, A1: 20 g/l, A2: 30 g/l, A3:

40 g/l. Faktor kedua adalah dosis pupuk kandang sapi sebagai anak petak (sub plot ) yang terdiri atas 4 taraf yaitu, B0: 0 ton/ha, B1: 10 ton/ha, B2: 15 ton/ha, B3:

20 ton/ha. Pelaksanaan Penelitian meliputi analisis tanah dan pupuk kandang sapi, pengolahan lahan dan pemupukan, persemaian dan pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan.

Variabel Pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman (diameter batang, luas daun, dan Kadar klorofil) dan hasil (berat buah, diameter, volume, kemanisan, dan tebal daging buah). Analisis data menggunakan analisis ragam dengan uji F taraf 0,05 dan 0,01. Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan kontras ortogonal polinomial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kandang sapi berpengaruh nyata hampir diseluruh variabel pangamatan kecuali pada klorofil (klorofil a dan karoten, kemanisan luar serta tebal daging buah. NPK berpengaruh nyata terhadap hasil terutama pada berat buah, diameter buah serta volume buah.

COW MANURE FERTILIZER AND NPK CONCENTRATION SRI NINGSIH (H0107086) SUMMARY

Melon is one of horticulture commoditie that currently was enter the export market. Fertilization is essential to produce good quality of melon fruits. Organic fertilizer become first choice, because it is save to environment and improve soil quality. However, if given only organic fertilizers are usually the size of the fruit will be small so the fruit is low price. Combination between chemical such us NPK fertilizer can solve the problem.

The aims of this experiment are find the dose of organic ferlitizer and NPK right concentration for the growth and yield of melon. This experiment had been done at Pilang Village, Masaran, Sragen, exactly on 93 metres above sea level altitude, with grumusol soil type conducted from February 2011 - Mei 2011. This experiment using separate plot design (split plot design) with 2 (two) combination treatment. The first factor is concentration of NPK as the main plot they are, 0 g/l,

20 g/l, 30 g/l, 40 g/l. The second factor is dose of cow manure fertilizer as a subplot (sub-plot) they are, 0 ton/ha, 10 ton/ha, 15 ton/ha, 20 ton/ha. Implementation of the experiment included analysis of soil and cow manure fertilizer, land cultivation and fertilization, seedbed and seedling, planting, rearing, harvesting.

The variable which were observed are the growth of plants (stem diameter, leaf area and amount chlorophyll) and yield (fruit weight, diameter, volume, sweetness, and the flesh thickness of fruit). Analysis of the data using various analysis by F test at level 0.05 and 0.01, if the treatment shown significant effect to variable response, it will be continued with contras ortogonal polinomial.

The results of this shows that the use of cow manure fertilizer significantly affect almost all the variables except observation of chlorophyll (chlorophyll and carotenoids, outer sweetness of fruit, and the flesh thickness of fruit). NPK fertilizer significantly increase the yield of melon, especially on fruit weight, fruit diameter and also fruit volume.

A. Latar Belakang

Melon merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat diminati masyarakat. Permintaan buah melon yang terus meningkat serta fluktuasi harga yang relatif stabil membuat petani membudidayakan komoditas ini. Meskipun tanaman ini memerlukan perawatan yang intensif, namun harga jual melon mampu menutupi biaya produksi yang diperlukan.

Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman serta faktor pemeliharaan tidak diperhatikan maka keuntungan akan menurun (Anonim, 2008).

Ada beberapa sebab mengapa tanaman melon banyak dibudidayakan di Indonesia. Hampir sebagian besar tanah di Indonesia sangat subur sehingga cocok untuk berbagai jenis tanaman termasuk melon. Tanaman melon memiliki umur yang pendek. Jika dibandingkan dengan beberapa tanaman buah yang lain melon termasuk tanaman yang berumur pendek. Tanaman ini membutuhkan waktu 70 hari untuk siap dipanen. Tanaman ini juga tidak membutuhkan lahan yang sangat luas dalam budidayanya, karena tanaman ini ditanam dengan lanjaran sehingga dapat mengefisienkan penggunaan lahan sempit. Sehingga dengan lahan terbatas dapat ditanami melon dalam jumlah yang banyak. Tanaman ini juga memiliki harga yang stabil di pasaran. Hal ini disebabkan jumlah permintaan terhadap buah melon tinggi dan tingginya permintaan tersebut tidak diikuti oleh ketersediaan akan buah melon sehingga menyebabkan harga melon tetap stabil di pasaran (Prasetyo, 2010).

Tidak hanya pasar dalam negeri saja yang menjadi target petani, namun daerah pemasaran sudah sampai pasar luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan adanya melon asal Karanganyar yang mampu menembus pasar Singapura. Dengan adanya kerjasama tersebut maka pemerintah daerah mulai

Untuk menghasilkan kualitas buah yang bagus maka kegiatan pemupukan penting untuk dilakukan. Pupuk sangat penting bagi tanaman karena banyak unsur hara yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Kondisi tanah yang semakain menurun tingkat kesuburannya menjadi alasan penting untuk melakukan kegiatan pemupukan.

Ada dua jenis pupuk yang beredar dipasaran, yaitu pupuk kimia (anorganik) dan pupuk alami (organik). Pupuk kimia lebih cepat memberikan hasil bagi tanaman, selain itu mudah diperoleh serta bentuknya relatif lebih praktis sehingga banyak masyarakat yang memakai pupuk kimia.

Penggunaan pupuk organik saat ini sangat ditekankan, mengingat penggunaan pupuk organik sangat aman bagi lingkungan serta dapat memperbaiki kualitas tanah. Namun, jika tanaman melon hanya diberikan pupuk organik saja biasanya ukuran buah akan kecil sehingga harga jual juga rendah. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus ditambah dengan penggunaan pupuk kimia seperti NPK yang dapat menambah ukuran buah.

Pengguaan pupuk kimia secara berlebihan juga tidak baik untuk lingkungan karena lambat laun kondisi tanah akan rusak. Oleh karena itulah penggunaan pupuk kimia harus terkontrol dengan dosis yang tepat agar aman bagi lingkungan serta dapat mempercepat pertumbuhan dan menambah hasil tanaman.

Kemajuan di bidang teknologi dan industrialisasi, menganjurkan petani menggunakan pupuk kimiawi. Dengan menggunakan pupuk kimiawi, produktifitas hasil pertanian dapat ditingkatkan. Karena pupuk kimia sifatnya instan dan cepat sekali dapat diserap tanaman. Namun demikian dengan menggunakan pupuk kimia lama kelamaan struktur tanah akan menjadi tidak baik, keras dan tidak subur lagi yang mengakibatkan produksi hasil pertanian menurun (Gunawan, 2008).

Buah melon merupakan salah satu komoditas hortikultura yang permintaannya relatif tinggi bahkan saat ini mulai menembus pasar internasional. Untuk menghasilkan melon yang sesuai dengan permintaan pasar ekspor maka perlu perawatan yang intensif. Salah satunya adalah kegiatan pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk organik sangat dianjurkan, namun untuk tanaman melon ternyata memerlukan pupuk tambahan yang berupa pupuk kimia agar ukuran buah besar karena biasanya melon yang hanya dipupuk organik saja akan berukuran kecil sehingga kurang diminati masyarakat.

Pupuk kimia yang biasa digunakan adalah pupuk NPK karena kandungan unsur makro sangat diperlukan tanaman. Agar penggunaan pupuk kimia sebagai pupuk tambahan tidak berlebihan maka perlu dilakukan penelitian agar diperoleh kombinasi yang tepat dengan konsentrasi pupuk kimia yang tentunya bisa dikurangi agar diperoleh buah melon dengan hasil dan ukuran maksimum sesuai dengan permintaan pasar.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui dosis pupuk kandang sapi yang tepat untuk meningkatkan kualitas melon.

2. Mengetahui konsentrasi NPK yang tepat untuk meningkatkan kualitas melon.

3. Mengetahui interaksi dosis pupuk kandang sapi dan konsentrasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas melon.

A. Tanaman Melon

Melon termasuk keluarga tanaman labu-labuan (Cucurbitaceae). Kedudukan tanaman melon dalam sistematika tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio

: Cucumis Spesies : Cucumis melo L.

(Rukmana, 1994). Secara umum pertumbuhan vegetatif tanaman melon F 2 tidak berbeda (setara) dibanding tanaman F 1 , namun hasil buah F 2 lebih rendah dibanding tanaman F 1 . Faktor generasi F 1 dan F 2 berpengaruh terhadap hasil dan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif (Mursito dan Parjanto, 2002). Petani sering membudidayakan melon sepanjang tahun, baik pada musim kemarau maupun hujan. Hal ini didorong oleh adanya permintaan pasar akan buah melon secara terus-menerus sepanjang tahun. Terdapat perbedaan keragaan (performance) pertanaman melon pada musim hujan dibanding kemarau. Pada musim hujan pertumbuhan dan perkembangan tanaman lambat, umur panen lebih panjang, namun hasil buah lebih tinggi. Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman musim hujan dan musim kemarau tersebut tampaknya disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan kedua musim tersebut, terutama perbedaan faktor radiasi matahari, pada musim hujan lebih rendah daripada musim kemarau. (Parjanto dan Djoko Mursito, 2001).

Tanaman melon sangat memerlukan sinar matahari. Apabila tanaman Tanaman melon sangat memerlukan sinar matahari. Apabila tanaman

Tanaman buah semusim merupakan tanaman buah yang berumur pendek, sekitar 3-4 bulan. Setelah masa berbuahnya selesai tanamannya mati, contohnya semangka dan melon. Tanaman buah ini memerlukan pupuk dalam jumlah yang banyak untuk mendukung pertumbuhannya. Pemupukan tanaman buah semusim dibagi menjadi dua, yaitu masa vegetatif dan masa generatif. Masa vegetatif, yaitu pada saat tanaman sedang mengalami petumbuhan daun dan tunas. Adapun pada masa generatif tanaman sedang membentuk bunga dan membesarkan buah. Pada kedua masa tersebut, jenis pupuk yang diaplikasikan sangat berbeda satu sama lain. Kesalahan pemberian pupuk pada kedua masa tersebut akan menyebabkan hasil buah yang diharapkan tidak tercapai (Prihmantoro, 2006).

Buah melon sangatlah beragam tergantung dari varietasnya, baik ukuran, bentuk buah, rasa, aroma, permukaan kulit buah, serta warna daging buah. Biasanya buah melon bisa dipanen pada umur 65-75 hari setelah pindah tanam. Ciri-ciri buah melon yang telah siap dipanen adalah bila telah terjadi keretakan menyerupai bentuk cincin pada tangkai buahnya (mengelilingi tangkai buah) dan mulai mengeluarkan aroma harum. Bisa juga dengan cara memukul-mukul menggunakan jari tangan. Bila berbunyi nyaring berarti sudah tua (Bina Karya Tani, 2009).

B. Pupuk Kandang Sapi

Dalam pupuk kandang dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, misalnya pupuk kandang dari kuda, kambing, domba, dan ayam. pupuk dingin adalah pupuk kandang yang terurai lebih lama dan tidak menimbulkan panas, misalnya pada sapi, kerbau, dan babi. Pupuk kandang yang berasal dari sapi dan babi banyak mengandung mikroorganisme pengurai yang bermanfaat untuk meningkatkan jenis dan

Pupuk kandang membuat tanah lebih subur, gembur, dan lebih mudah diolah. Kegunaan ini tidak dapat digantikan oleh pupuk buatan. Kandungan unsur hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ketiga unsur inilah yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga jenis unsur hara ini sangat penting diberikan karena masing-masing memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman (Setiawan, 2004).

Diantara jenis pupuk kandang, pupuk sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikrobia dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk kandang sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pupuk kandang sapi dengan C/N di bawah 20 (Hartatik dan L. R Widowati, 2011).

C. Pupuk NPK

Pemberian pupuk NPK pada tanah tidak selamanya bersifat mengasamkan tanah. Hal ini diduga bahwa pengaruh pupuk NPK terhadap kemasaan tanah masih sangat sedikit sehingga pada tanah masih berada pada tingkat kemasaman yang stabil, dalam artian ketersediaan unsur hara yang disuplai pupuk NPK dapat diserap oleh tanaman (Aryani et al, 2006).

Kalium adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dalam jumlah yang relatif banyak. Keadaan ini akan mendukung pertumbuhan akar tanaman dalam rangka menyerap unsur hara dan air yang ada dalam tanah khususnya unsur kalium yang sukar tersedia bagi tanaman dan cenderung mudah tercuci oleh air hujan maupun oleh air irigrasi (Santoso et al, 2002).

terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Manfaat unsur P adalah membantu pertumbuhan protein dan mineral yang sangat tinggi bagi tanaman, bertugas mengedarkan energi keseluruh bagian tanaman, merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar, mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman, serta mempercepat pemasakan biji dan buah. Manfaat unsur K adalah membantu pembentukan protein, karbohidrat dan gula, membantu pengangkutan gula dari daun ke buah, memperkuat jaringan tanaman, serta meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Anonim, 2010).

Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas. Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran. Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak. Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara NPK 15-15-15 dan NPK 16-16-16. Variasi analisis pupuk, seperti 15-15-15, 16-16-16, dan 20-20-20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang. Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk mempercepat perkembangan bibit, sebagai pupuk pada awal penanaman, dan sebagai pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga (Anonim, 2010).

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah penggunaan dosis pupuk kandang sapi 15 ton/ha dan konsentrasi NPK 30 g/l mampu meningkatkan kualitas buah melon.

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen yang terletak pada ketinggian 93 mdpl dengan jenis tanah grumusol pada bulan Februari 2011 – Mei 2011.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan:

a) Bibit melon varietas mai 119

b) Pupuk organik kandang sapi

c) NPK majemuk mutiara 16-16-16

2. Alat:

a) Timbangan

b) Mulsa plastik

c) Ajir

d) Bak persemaian

e) Polibag

f) Hand refractometer

g) Spektrofotometer

h) Jangka sorong

C. Cara Kerja Penelitian

1. Rancangan Penelitian Penelitian diselenggarakan dengan menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan 2 (dua) kombinasi perlakuan. Faktor perlakuan percobaan adalah:

a. Konsentrasi pupuk NPK sebagai petak utama (main plot) terdiri atas : A0: 0 g/l A1: 20 g/l, A2: 30 g/l, A3: 40 g/l.

B0: 0 ton/ha B1: 10 ton/ha B2: 15 ton/ha B3: 20 ton/ha Dengan demikian, terdapat 16 kombinasi perlakuan, yaitu: A0B0= konsentrasi NPK 0 g/l dan pupuk kandang sapi 0 ton/ha A0B1= konsentrasi NPK 0 g/l dan pupuk kandang sapi 10 ton/ha A0B2= konsentrasi NPK 0 g/l dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha A0B3= konsentrasi NPK 0 g/l dan pupuk kandang sapi 20 ton/ha A1B0= konsentrasi NPK 20 g/l dan pupuk kandang sapi 0 ton/ha A1B1= konsentrasi NPK 20 g/l dan pupuk kandang sapi 10 ton/ha A1B2= konsentrasi NPK 20 g/l dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha A1B3= konsentrasi NPK 20 g/l dan pupuk kandang sapi 20 ton/ha A2B0= konsentrasi NPK 30 g/l dan pupuk kandang sapi 0 ton/ha A2B1= konsentrasi NPK 30 g/l dan pupuk kandang sapi 10 ton/ha A2B2= konsentrasi NPK 30 g/l dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha A2B3= konsentrasi NPK 30 g/l dan pupuk kandang sapi 20 ton/ha A3B0= konsentrasi NPK 40 g/l dan pupuk kandang sapi 0 ton/ha A3B1= konsentrasi NPK 40 g/l dan pupuk kandang sapi 10 ton/ha A3B2= konsentrasi NPK 40 g/l dan pupuk kandang sapi 15 ton/ha A3B3= konsentrasi NPK 40 g/l dan pupuk kandang sapi 20 ton/ha Masing-masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 (tiga) kali.

a) Analisis tanah dan pupuk kandang sapi Bertujuan untuk mengetahui kondisi tanah dan tingkat kesuburan tanah sehingga dapat diketahui kebutuhan unsur tambahan yang diperlukan tanaman agar tumbuh dengan baik. Analisis tanah dan pupuk kandang sapi dilakukan dengan cara mengambil sampel tanah (dari empat sudut bedengan dan juga bagian tengah bedengan kemudian dicampur) sebelum diolah kemudian dianalisis. Sedangkan analisis pupuk kandang sapi dilakukan dengan cara mengambil sampel pupuk kandang sapi kemudian dilakukan analisis. Analisis meliputi kandungan N, P, K, pH, bahan organik (BO), dan C organik.

b) Pengolahan lahan dan pemupukan Tujuan dari pengolahan lahan adalah agar kondisi tanah menjadi gembur dan terbebas dari tanaman pengganggu. Sebelum tanah diolah, tanah dialiri air terlebih dahulu agar tanah lebih lunak sehingga mudah dicangkul. Pengolahan lahan dilakukan dengan cara mencangkul tanah yang kemudian dibentuk bedengan-bedengan dengan ukuran 300cm x 110cm x 30cm (panjang x lebar x tinggi). Tanah tersebut kemudian didiamkan selama 7 hari. Setelah tanah didiamkan selama 7 hari kemudian dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang sapi sesuai dosis perlakuan dan setelah itu tanah ditutup dengan mulsa plastik.

c) Persemaian dan pembibitan Pembibitan dimulai dengan adanya persemaian benih. Benih direndam dengan air selama kurang lebih 3 jam kemudian ditiriskan dan diletakkan diatas kertas koran. Setelah benih mulai berkecambah maka benih dipindahkan kedalam polibag yang berisi media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 5:1. Benih disemaikan dalam posisi tegak dan ujung calon akarnya menghadap ke bawah.

Penanaman dilakukan setelah bibit yang disemai telah siap untuk dipindah ke lahan. Bibit melon dapat dipindah ke lahan jika telah muncul daun 3-4 helai atau ketika tanaman sudah berumur 8-10 hari. Pemindahan bibit dilakukan dengan cara melepas kantung polibag secara hati-hati kemudian bibit beserta tanahnya ditanam dalam bedengan yang telah dilubangi sebelumnya. Diameter lubang tanam tidak terlalu sempit kurang lebih berdiameter 10-12 cm dengan jarak tanam 60cm x 70cm.

e) Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi pemberian ajir, penyulaman, penyiangan, penyiraman, pemupukan susulan dengan NPK, pengendalian hama dan penyakit, serta pemangkasan tunas dan buah. Pemasangan ajir dilakukan sekitar 4-6 hari menjelang tanam dengan tinggi sekitar 180cm-200cm dipasang berjajar dekat dengan batang tanaman sehingga membentuk segitiga. Kegiatan penyulaman dilakukan apabila pada saat pindah tanam ada tanaman yang mati. Untuk kegiatan pengairan dilakukan bersamaan dengan pemupukan susulan dan dilakukan pada pagi atau siang hari dengan cara dikocorkan disekitar pangkal batang, sedangkan untuk mempercepat pembentukan dan perbesaran buah maka kegiatan pemangkasan tunas (cabang) dan daun harus dilakukan. Tunas-tunas yang muncul pada ruas ke-1 sampai ke-9 dipangkas. Tunas yang tumbuh pada ruas ke-10 sampai ke-13 dipelihara untuk memelihara buah sementara. Sedangkan tunas apikal yang melebihi ruas ke-25 juga harus dipangkas. Buah yang dipelihara adalah buah hasil seleksi yang muncul pada ruas ke-10 sampai ruas ke-13 dengan hanya menyisakan satu buah terbaik. Pemupukan susulan (pemberian NPK) dilaksanakan hanya 2 kali saja yaitu pada saat tanaman berumur 10 HST dan 20 HST sedangkan ketika tanaman sudah mulai muncul buah yaitu pada saat tanaman

Pemanenan dilakukan setelah tanaman sudah menghasilkan buah yang telah masak. Ciri-ciri buah yang siap panen adalah mengeluarkan aroma harum, tangkai buah retak, ada rekahan menyerupai cincin antara pangkal tangkai buah dengan buahnya, serat jala (jaring) pada kulit buah sangat nyata/kasar dan sudah memenuhi seluruh permukaan melon.

3. Variabel Pengamatan

1) Pertumbuhan tanaman

a. Diameter batang Diameter batang (2r) diperoleh dari pengukuran lingkar (2πr) pada

batang 4cm diatas leher akar. Pengamatan dilakukan setiap 15 hari dengan menggunakan jangka sorong.

b. Luas daun Luas daun diamati pada saat panen dengan mengukur panjang dan lebar. Sebelum penelitian panjang kali lebar, daun melon secara regresi dihubungkan dengan luas daun sesungguhnya (diperoleh melalui metode gravimetri) sehingga diperoleh suatu konstanta.

c. ILD Penghitungan ILD dilakukan setelah menghitung luas daun tanaman sampel. Luas daun tanaman sampel yang telah diperoleh kemudian dinyatakan dengan indeks luas daun (ILD), adalah luas daun tanaman pada sebidang tanah tempat tanaman tumbuh (luas daun dibagi jarak tanam).

d. Kadar klorofil Pengukuran kadar klorofil bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah klorofil terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman melon. Kandungan klorofil daun diukur menggunakan spektrofotometer, diamati pada saat pertumbuhan maksimum yaitu pada saat tanaman untuk pertama kalinya memunculkan buah.

a. Berat buah Menimbang berat setiap buah menggunakan timbangan setelah panen.

b. Diameter Diameter batang (2r) dihitung dengan pengukuran lingkar buah (2πr)

menggunakan meteran berbentuk pita.

c. Volume Diperoleh dengan cara memasukkan buah ke dalam suatu bejana yang terisi penuh air, kemudian volume air yang tumpah dihitung volumenya.

d. Kemanisan Kemanisan atau disebut kadar gula (indikator rasa manis) buah diukur pada lapisan luar (dekat kulit), tengah, dan dalam (dekat biji) menggunakan handrefractometer pada saat penen (dinyatakan dalam

satuan 0 brik).

e. Tebal daging buah Pengamatan tebal daging buah dengan cara menghitung tebal daging buah tanaman sampel dengan menggunakan jangka sorong.

4. Analisis Data Analisis data menggunakan analisis ragam dengan uji F taraf 0,05 dan 0,01, apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan kontras ortogonal polinomial.

Salah satu ciri makhluk hidup adalah memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Begitu pula dengan tanaman, yang mampu bertambah baik secara kualitas maupun kuantitas. Namun, untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan kualitas yang baik maka perlu diperhatikan persyaratan tumbuh tanaman dengan sebaik-baiknya. Untuk itu perlu pengolahan tanah yang baik, pengaturan sistem drainase, penanggulangan hama penyakit, dan yang paling utama adalah tanaman harus mendapatkan zat makanan yang baik selama pertumbuhannya (Rinsema, 1993).

Penelitian ini mepelajari tentang tanaman melon dalam petumbuhan serta hasil tanaman. Faktor pertumbuhan yang diamati meliputi pengamatan batang dan daun. Pengamatan batang tediri dari pengamatan diameter batang, dan jumlah cabang, sedangkan pengamatan daun terdiri dari pengamatan luas daun, serta kadar klorofil. Pengamatan yang berhubungan dengan hasil tanaman meliputi jumlah buah, berat buah, diameter buah, volume buah, kadar gula di dalam buah, serta tebal daging buah.

1. Pertumbuhan Tanaman

a. Diameter batang

Diameter batang merupakan indikator pertumbuhan tanaman, karena diameter dapat bertambah seiring dengan usia tanaman. Pertambahan diameter batang dipengaruhi oleh serapan unsur hara oleh tanaman. Pada tanaman yang kebutuhan unsurnya tercukupi maka metabolismenya juga akan baik sehingga pertumbuhan tanaman tidak terhambat.

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa pemberian NPK tidak berpengaruh nyata terhadap penambahan diameter batang pada pengamatan 15 HST, 30 HST, 45 HST, serta 60 HST. Namun, penambahan pupuk kandang sapi menunjukkan pengaruh nyata sejak tanaman berumur 15 HST, 30 HST, 45 HST, dan 60 HST. Interaksi antar kedua perlakuan hanya terjadi pada saat tanaman berumur 60 HST.

tanaman melon meningkat dari saat tanam hingga tanaman berumur 60 HST (gambar 1). Pengamatan pertama dilakukan ketika tanaman telah berumur 15 HST, dari pengamatan pertama ini diketahui bahwa diameter batang meningkat dengan ukuran batang menjadi 5,75 mm. Diameter batang meningkat tajam pada selang waktu antara 15 HST-30 HST (pengamatan pertama) yaitu menjadi 9,22 mm sehingga dapat diketahui peningkatan diameter batang sebesar 0,34 mm/hari. Pertumbuhan diameter batang masih meningkat ketika tanaman sudah berumur diatas

30 hari (pengamatan kedua) namun peningkatan pertumbuhan yang terjadi tidak setinggi pada saat pengamatan pertama. Pada pengamatan kedua peningkatan diameter batang hanya sebesar 0,06 mm/hari. Pada pengamatan ketiga yaitu saat tanaman berumur 45 hari pertumbuhan diameter batang masih meningkat, namun peningkatan yang terjadi sangat rendah yaitu menjadi sebesar 0,03 mm/hari.

Gambar1. Grafik pertumbuhan tanaman melon dari umur 15 HST hingga

umur 60 HST

NPK yang diberikan pada tanaman ternyata tidak memberikan

UMUR TANAMAN UMUR TANAMAN

tinggi pada setiap pengamatan (R 2 = 0,983) (Gambar 2) mempunyai arti bahwa akan terus terjadi peningkatan diameter batang dengan penggunaan pupuk kandang sapi diatas 20 ton/ha. Hal ini diduga karena unsur-unsur dalam pupuk kandang sapi telah terurai sehingga dapat terserap tanaman dengan baik. Kondisi tanah yang juga sangat mempengaruhi, karena setelah tanah dianalisis ternyata kondisi tanah sudah memiliki kandungan unsur hara sedang dengan pH tanah netral, sehingga dengan penambahan pupuk kandang sapi tentu dapat meningkatkan kandungan hara di dalam tanah. Menurut Rao (1994), kondisi tanah yang netral memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme tertentu yang bertanggung jawab dalam mengubah bentuk organik nitrogen, fosfor, dan belerang menjadi bentuk anorganiknya sehingga dapat diserap oleh tanaman.

Gambar 2. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dengan diameter batang

Interaksi antar kedua perlakuan hanya terjadi pada pengamatan keempat yaitu pada saat tanaman berumur 60 HST. Gambar 3

y = 0.0045x + 0.9688

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

NPK maka grafik pertumbuhan tanaman akan semakin menurun, dengan penambahan NPK menjadi 20 g/l maka grafik pertumbuhan tanaman akan meningkat dengan dosis pupuk kandang sapi 15 ton/ha dan kemudian akan menurun jika ditambahkan pupuk kandang sapi sebesar 20 ton/ha. grafik pertumbuhan tanaman juga meningkat ketika konsentrasi NPK dinaikkan menjadi 30 g/l, namun pada saat dosis pupuk kandang sapi yang diberikan sebesar 15 ton/ha grafik pertumbuhan menurun dan grafik menunjukkan kenaikan pada saat dosis pupuk kandang sapi naik menjadi

20 ton/ha. Penambahan konsentrasi NPK menjadi 40 g/l ternyata menunjukkan pertumbuhan terbaik karena jika dilihat grafik pertumbuhan tanaman maka dapat diketahui dapat terus meningkatkan pertumbuhan diameter batang seiring penambahan dosis pupuk kandang sapi.

Gambar 3. Interaksi pupuk kandang sapi dan NPK terhadap pertumbuhan

diameter batang

Grafik interaksi antar kedua perlakuan diatas menunjukkan bahwa tanaman tidak selamanya meningkat jika jumlah pupuk ditambah, namun juga terjadi penurunan meskipun jumlah pupuk yang diberikan

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

NPK 0 g/liter

NPK 20 g/liter

NPK 30 g/liter

NPK 40 g/liter NPK 40 g/liter

b. Luas daun

Hasil tanaman sangat ditentukan oleh timbunan fotosintat yang merupakan hasil dari proses fotosintesis. Organ tanaman yang sangat berperan dalam proses fotosintesis adalah daun. Oleh karena itulah maka pengamatan luas daun penting untuk dilakukan karena luas daun sangat mempengaruhi intensitas cahaya yang diterima oleh daun. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tanaman yang mempunyai daun yang lebih luas pada awal pertumbuhannya akan lebih cepat tumbuh karena kemampuan menghasilkan jumlah fotosintat yang lebih tinggi daripada tanaman dengan luas daun yang lebih rendah.

Namun tidak selalu luas daun yang besar mampu meningkatkan fotosintesis karena dimungkinkan daun ternaungi. Distribusi cahaya yang lebih merata antar daun mengurangi kejadian saling menaungi antar daun sehingga masing-masing daun dapat bekerja sebagaimana mestinya, dengan demikian maka luas daun yang besar dan tidak ternaungi dimungkinkan akan dapat berfotosintesis dengan lebih banyak lagi.

Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa penambahan NPK tidak berpengaruh terhadap luas daun, sedangkan penambahan pupuk kandang sapi mampu memberikan pengaruh nyata terhadap luas daun. Interaksi antar kedua perlakuan juga tidak terjadi dalam pengamatan luas daun.

Gambar 4. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan luas daun

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa nilai koefisien relatif yang diperoleh rendah yatu hanya sebesar 0,396 yang berarti rendah (gambar 4). Nilai tersebut menunjukkan bahwa luas daun tidak meningkat dengan penambahan pupuk kandang sapi diatas 20 ton/ha. Hal tersebut dikarenakan luas daun sangat berkaitan dengan varietas tanaman sehingga penggunaan pupuk kandang sapi yang meningkat tidak selalu diimbangi dengan peningkatan luas daun tanaman. Ma’sumah (2002) jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah faktor tanah, air, cahaya, dan ketersediaan unsur hara.

c. ILD

ILD merupakan gambaran tentang rasio permukaan daun terhadap luas tanah yang ditempati tanaman. Oleh karena itu maka ILD dapat dihitung dengan cara menghitung luas daun tanaman kemudian dibagi dengan jarak tanam. Luas daun mencerminkan luas bagian yang melakukan fotosintesis, sedangkan ILD mencerminkan besarnya intersepsi cahaya oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi lebih aktivitas lebih efektif terjadi pada daun.

y = -91.556x + 5199.5

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

optimum tanaman mengintersepsi cahaya (Sumarsono, 2008). Riahinia dan Sayed (2008) juga mengemukakan bahwa ILD dapat pula meningkat dengan pengurangan jarak tanam.

Berdasarkan analisis ragam dapat diketahui bahwa penambahan NPK tidak berpengaruh terhadap ILD, sedangkan penambahan pupuk kandang sapi mampu memberikan pengaruh nyata terhadap ILD. Interaksi antar kedua perlakuan juga tidak terjadi dalam pengamatan luas daun. Nilai koefisien relatif yang diperoleh dari pendekatan linier hanya sebesar 0,396 yang berarti rendah (gambar 5). Nilai tersebut menunjukkan bahwa ILD tidak meningkat dengan penambahan pupuk kandang sapi diatas 20 ton/ha. Adanya pemangkasan berkala pada daun kemungkinan menjadi salah satu penyebab kondisi ini, karena tidak ada daun baru yang mampu menambah jumlah penerimaan intensitas cahaya sedangkan daun yang berada dibawah juga akan layu seiring berjalannya waktu.

Gambar 5. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan ILD

d. Kadar klorofil

Klorofil atau disebut juga zat hijau daun merupakan suatu zat yang sangat berperan dalam fotosintesis. Klorofil dibantu dengan adanya sinar

y = -0.0218x + 1.238

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha) DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

Klorofil a merupakan pigmen yang berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil ini menyerap sinar biru-ungu dan merah serta tampak hijau tua karena memunculkan warna hijau. Klorofil b tidak berperan langsung pada reaksi terang tetapi mentransmisikan cahaya yang diserap ke klorofil a. Klorofil b disebut juga pigmen sekunder. Salah satu pigmen sekunder yang lain adalah karoten, yang menyerap sinar biru-hijau dan menampakkan warna kuning atau kuning-oranye. Karoten tampak ketika daun gugur saat hari pendek dan suhu dingin yang menyebabkan fotosintesis lambat dan klorofil rusak (Nabors, 2004).

Karoten lebih nyata terlihat jika jumlah klorofil kurang banyak atau tidak ada. Pada tahapan peristiwa menjelang matinya daun, klorofil terurai menjadi senyawa tak berwarna, sehingga karoten nampak dan membuat warna daun kelihatan kuning (Hidayat, 1995).

Berdasarkan hasil analisis ragam dapat diketahui bahwa penambahan NPK tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap penambahan kadar klorofil baik pada klorofil a, klorofil b, maupun karoten. Namun, dengan penambahan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh nyata tetapi hanya terhadap penambahan klorofil b. Interaksi antar kedua perlakuan juga tidak terjadi pada pengamatan kadar klorofil.

Gambar 6. Histogram peningkatan jumlah klorofil a

Gambar 6 menunjukkan bahwa klorofil a tidak selalu meningkat dengan penambahan pupuk NPK maupun pupuk kandang sapi. Hal ini diduga karena terjadinya pencucian pupuk NPK karena tingginya curah hujan pada saat tanam sehingga pupuk yang paling efektif adalah pupuk kandang sapi yang tersebar merata di seluruh permukaan tanah dan telah terurai pada saat diserap tanaman. Kandungan unsur nitrogen yang merupakan salah satu pemicu pembentukan zat hijau daun dalam pupuk kandang sapi sendiri diduga belum sepenuhnya mencukupi kebutuhan tanaman sehingga kandungan klorofil daun yang dihasilkan tidak terlalu tinggi. Salah satu fungsi nitrogen yang paling menyolok adalah dorongan pertumbuhan vegetatif di atas tanah, pertumbuhan ini tidak dapat berlangsung kecuali dengan adanya cukup banyak fosfor, kalium, dan unsur-unsur utama lainnya yang tersedia (Foth, 1994). Riyono (2007) juga mengemukakan bahwa nitrogen merupakan bagian dari molekul klorofil, maka tidak mengherankan bila defisisnsi unsur ini akan menghambat pembentukan klorofil.

Penggunaan pupuk kandang sapi hanya menunjukkan pengaruh nyata terhadap penambahan klorofil b. Gambar 7 menunjukkan bahwa dengan penambahan dosis pupuk kandang sapi dapat meningkatkan

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

konsentrasi NPK 0 g/l konsentrasi NPK 20 g/l konsentrasi NPK 30 g/l konsentrasi NPK 40 g/l

banyak daun yang ternaungi sehingga kandungan klorofil b hanya sedikit. Lakitan (2007) menyatakan bahwa pada tumbuhan dikotil, daun ternaung biasanya lebih tipis dan lebar, sedangkan daun matahari lebih tebal karena membentuk sel-sel palisade yang lebih panjang dan terdiri dari beberapa lapisan. Daun ternaung lebih banyak mengandung klorofil (terutama klorofil b) per satuan berat daun.

Gambar 7. Grafik hubungan pupuk kandang sapi dan klorofil b

Karoten merupakan salah satu pigmen penting yang digunakan untuk proses fotosintesis selain klorofil a dan klorofil b. Karoten adalah pigmen kuning-orange yang menyerap cahaya biru-hijau. Karoten dan klorofil b tidak berperan langsung dalam rekasi terang, tetapi keduanya memperluas kisaran cahaya cahaya dan meneruskan energi cahaya yang diserap ke klorofil a, dan kemudian menyimpan energi untuk kegiatan reaksi terang.

y = -0.1519x + 69.424

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

Gambar 8. Histogram jumlah karoten dengan penambahan pupuk

kandang sapi dan NPK Pengamatan tentang kadar karoten menunjukkan hasil yang tidak nyata. Dari histogram diatas (gambar 8) dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah karoten terbanyak diperoleh dari perlakuan AOBO yaitu dengan tanpa pupuk (kontrol). Hal ini dikarenakan daun pada tanaman yang tidak diberikan penambahan pupuk berwarna pucat kekuningan. Karoten lebih nyata terlihat jika jumlah klorofil kurang banyak atau tidak ada. Pada tahapan peristiwa menjelang matinya daun, klorofil terurai menjadi senyawa tak berwarna. Kini karoten tampak, dan membuat warna daun kelihatan kuning (Hidayat, 1995).

2. Hasil

a. Berat buah

Berat buah merupakan salah satu indikator kualitas buah. Pembentukan buah tergantung dari jumlah nutrisi yang diterima tanaman dan juga kandungan klorofil pada daun, karena apabila kadar klorofil daun tinggi maka fotosintesis juga akan tinggi sehingga cadangan makanan dapat meningkat dan akan meningkatkan berat buah. Pengamatan berat buah hanya dilakukan sekali pada saat buah telah dipanen. Berat buah dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

konsentrasi NPK 0 g/l konsentrasi NPK 20 g/l konsentrasi NPK 30 g/l konsentrasi NPK 40 g/l

interaksi antara pemberian pupuk NPK serta pemberian pupuk kandang sapi, namun pada pemberian pupuk kandang sapi dan NPK memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah.

Gambar 9. Grafik hubungan konsentrasi NPK dan berat buah

Berdasarkan gambar diatas (gambar 9) diketahui bahwa peningkatan konsentrasi NPK akan berpengaruh terhadap peningkatan berat buah dengan nilai koefisisen relatif yang tinggi mengikuti model linier yaitu sebesar 0,973. Hal ini berarti bahwa berat buah melon masih dapat bertambah dengan penambahan konsentrasi NPK diatas 40 g/l.

Kenaikan tersebut dikarenakan karena pupuk NPK sangat menunjang dari pembentukan buah melon karena pupuk NPK merupakan pupuk majemuk dengan kandungan unsur-unsur makro yang sangat dibutuhkan tanaman. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jilani et al. (2009) bahwa peningkatan NPK dapat meningkatkan hasil karena buah akan lebih panjang dan berat buah maksimal. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Subhan dan Setyawati (2005) bahwa pemupukan NPK memberikan pengaruh nyata pada bobot buah dimana tanaman yang

y = 0.0158x + 0.6983

KONSENTRASI NPK (g/l)

buah per petak yang tinggi.

Gambar 10. Grafik hubungan dosis pupuk kandang sapi dan berat buah

Tidak hanya NPK saja yang berpengaruh terhadap peningkatan berat buah, namun peningkatan dosis pupuk kandang juga berdampak pada peningkatan berat buah. Hal tersebut diketahui dari gambar grafik diatas (gambar 10) merupakan grafik tentang hubungan peningkatan berat buah melon dengan peningkatan dosis pupuk kandang sapi dengan nilai koefisien relatif sebesar 0,956. Ini berarti bahwa peningkatan berat buah akan terus terjadi diatas dosis pupuk kandang 20 ton/ha. Peningkatan berat buah sangat berhubungan dengan biomassa daun. Semakin besar tanaman, semakin besar pula buah yang dihasilkan. Komponen daun juga sangat mempengaruhi pembentukan buah, karena merupakan tempat berfotosintesis, hasil dari fotosintesis yang akan membentuk buah.

Rata-rata berat buah tersebut memang belum maksimal karena berat buah minimal yang mampu menembus pasar ekspor untuk melon varietas MAI 119 adalah sebesar 1,6 kg. Hal ini dikarenakan pada saat pembentukan buah setelah buah diseleksi, banyak tanaman yang terserang

y = 0.0193x + 0.8371

DOSIS PUPUK KANDANG SAPI (ton/ha)

harus menunggu kemunculan buah berikutnya agar tanaman tetap menghasilkan buah. Hal ini tentunya akan mempengaruhi besar buah karena kemunculan buah terlambat. Salah satu hama yang banyak menyerang buah melon adalah hama lalat buah, ketika buah sudah diserang sedikit maka buah sudah tidak bagus dan pasti akan membusuk.

Lalat buah termasuk kedalam famili Trypetidae. Lalat buah ada yang berukuran kecil dan ada yang berukuran sedang dengan panjang sekitar 1mm-6mm. Biasanya berwarna cerah kuning, coklat, hitam, atau kombinasi dari warna tersebut. Lalat betina memiliki ovipositor yang dipergunakan untuk memasukkan telur kedalam buah/jaringan tanaman lunak yang lain (Pracaya, 2004).

Pemangkasan yang dilakukan pada cabang, daun, serta seleksi buah juga sangat menentukan berat buah. hal ini dikarenakan pada tanaman yang hanya dipelihara satu buah saja maka dapat mengurangi persaingan dalam menyerap unsur hara sehingga hasil fotosintesis dapat disimpan secara maksimal pada buah hasil seleksi.

b. Diameter buah

Diameter buah sangat berhubungan dengan berat buah dan volume buah. Pengamatan diameter buah dilakukan hanya sekali pada saat buah telah dipanen dengan dinyatakan dalam satuan centimeter (cm). Perbesaran sel-sel pada buah menyebabkan pengingkatan diameter buah. Senesens pada tumbuhan, penuaan atau senesens (senescense) adalah perkembangan dari perubahan yang tidak dapat berbalik arah yang akhirnya menuju pada kematian sebagai suatu bagian normal dari perkembangan tumbuhan. Senesens bisa terjadi pada individu tahap sel, seluruh organ, atau seluruh tumbuhan (Campbell et al., 2000).

Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa pemberian NPK dan pupuk kandang sapi memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan diameter buah, namun keduanya tidak menunjukkan adanya

Gambar 11. Grafik diameter buah dan konsentrasi NPK