Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta

Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh: Hendra Widi Utomo

F1109012

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

Jangan menyerah, walau banyak kegagalan itu adalah proses pembelajaran karena sesungguhnya kita baru di uji untuk jadi orang yang hebat (penulis)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah hendaknya kamu berharap (Q.S. Al Insyiroh 5-8)

Kesabaran adalah kunci menuju kemenangan

(al-hadist)

Teruslah berlari mengejar mimpi, walaupun jalan yang terjal harus kita lalui (laskar pelangi)

commit to user

Persembahan

Karya ini kupersembahkan Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Karya ini kuhadiahkan untuk:

1. Ayah dan Ibuku Tercinta

2. Keluargaku yang kusayangi

3. Teman-teman dan sahabatku

4. Almamaterku

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS DAMPAK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN BANJARSARI KE PASAR KLITIKAN NOTOHARJO SURAKARTA”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Dr. Guntur Riyanto,M.Si selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya.

2. Dr. Wisnu Untoro.,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

3. Drs. Supriyono.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Drs. Sutanto.,M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan beserta Staff yang telah memberikan bantuan dalam pemberian data yang penulis perlukan.

6. Lurah Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi beserta Staff dan seluruh pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi terimakasih atas kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data yang penulis perlukan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya.

8. Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Ayah dan Ibuku yang selalu member dorongan, motivasi dan doanya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Mas Hari dan Mbak Nita yang telah banyak membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

10. Pakde budhe sekalian sekeluarga yang telah memberikan kasih sayang, tempat tinggal selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

commit to user

11. Arya Wardhana, Sarjianto dan Bapak Slamet Riyanto yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat selesai dengan lancar

12. My lovely MiYu (Risma Intan Pertiwi) yang selalu memberi kehangatan hati, semangat, dan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Teman-teman seperjuanganku Ucon, Bambang, Adhi dan seluruh penghuni kos Anso, terimaksih atas bantuan, semangat, motivasi, dan rasa persahabatan yang hangat.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kerjasama dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Surakarta, 08 Agustus 2011

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1.1.

Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009…………………… 2

Tabel 1.2

Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di Kota Surakarta Tahun 2009……………………….............. 3

Tabel 2.1

Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi..……………………….... 39

Tabel 2.2

Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum..………………………….. 40

Tabel 4.1

Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)………………………….. 61

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk,Rasio Jenis Kelamin Dan Tingkat kepadatan di Surakarta th 2009………………… 62

Tabel 4.3

Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Surakarta th 2009…………………………………… 63

Tabel 4.4

Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum Dan Upah Minimum Kota Surakarta th 2000-2009…………………….. 64

Tabel 4.5

Penduduk Usia 5 th Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta th 2009………. 66

Tabel 4.6 Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta……… 67 Tabel 4.7

PDRB Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Surakarta th 2008-2009………….. 70

Tabel 4.8

Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap Pembentukan PDRB Kota Surakarta th 2008-2009…………. 71

Tabel 4.9 Laju Inflasi di Kota Surakarta th 2005-2009 (%)……………. 72 Tabel 4.10

Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Klitikan

commit to user

Notoharjo Menurut Jenis Dagangan tahun 2010…………….. 75

Tabel 4.11

Rata-rata Omset Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………………. 80

Tabel 4.12 Presentase perubahan Omset Pedagang kaki lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………… 81

Tabel 4.13 IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010…………………… 84 Tabel 4.14

Rata-rata Omset Pedang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan saat di Banjarsari (data deflasi) dan di Notoharjo… 84

Tabel 4.15 Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo……………… 86

Tabel 4.16

Persentase Perubahan Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 88

Tabel 4.17

Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 90

Tabel 4.18

Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 91

Tabel 4.19

Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK) Pedagang Kai Lima Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 92

Tabel 4.20

Rata-rata Kuantitas Barang dagangan yang terjual Menurut Jenis Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 94

Tabel 4.21

Tarif Pungutan Listrik Menurut Penggunaan Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi……………………… 95

Tabel 4.22

Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan saat di Banjarsari dan di Notoharjo…………………………. 96

commit to user

Tabel 4.23

Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 97

Tabel 4.24

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Omset Penjualan (per bulan)………………………………… 99

Tabel 4.25

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)……………….. 101

Tabel 4.26

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Hari Orang Kerja (HOK) ……………………………………. 103

Tabel 4.27

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan)………………….. 105

Tabel 4.28

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk Retribusi dan Pungutan Pasar (per bulan)…………………… 107

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta……………………………. 4 Gambar 2.1 Kurva Permintaan……………………………………………. 21 Gambar 2.2 Proses Produksi………………………………………………. 22 Gambar 2.3 Kurva Total, Marginal, dan Average Produk…………………23 Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah……………………………………...26 Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal…………………………………... 27 Gambar 2.6 Kurva Konsumsi Pendapatan………………………………… 34 Gambar 2.7 Kurva Engel………………………………………………….. 35 Gambar 2.8 Kurva Demand and Supply……………………………………….. 37 Gambar 2.9 Skema Kerangka Pemikiran………………………………...... 49 Gambar 4.1 Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta………….. 65 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo………..74 Gambar 4.3 Denah Lokasi Penelitian……………………………………... 76 Gambar 4.4 Kerangka Hipotesis…………………………………………... 78 Gambar 4.5 Uji 2 fihak Variabel Omset Penjualan……………………….. 99 Gambar 4.6 Uji 2 fihak Variabel Keuntungan…………………………….. 102 Gambar 4.7 Uji 2 fihak Variabel Tenaga Kerja…………………………… 104 Gambar 4.8 Uji 2 fihak Variabel barang yang terjual……………………... 106 Gambar 4.9 Uji 2 fihak Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar………….. 108

commit to user

commit to user xvi

Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta

Hendra Widi Utomo F.1109012

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari Surakarta ke Pasar Klitikan Notoharjo terhadap omset penjualan, keuntungan pedagang, jumlah karyawan yang dihitung dalam satuan HOK, kuantitas barang yang dijual, dan reribusi dan pungutan pasar. arti kata dampak disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi) dengan cara membandingkan antara di Notoharjo dan saat masih di Banjarsari.

Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi sedangkan data primer dihimpun dari studi literatur Dinas Pengelolaan Pasar, dan BPS Kota Surakarta.jumlah data Primer yang telah dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji paired sample t test dengan derajat keyakinan sebesar 95%.

Dari hasil penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai berikut: a) variabel omset Penjualan (-6,447), b) variabel keuntungan pedagang (-7,017), c) variabel tenaga kerja (-0,872), d) variabel kuantitas penjualan (-5,778), variabel retribusi dan pungutan pasar (23,961) dengan t tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t

tabel maka H 0 ditolak. dari kelima variabel yang mengalami perubahan secara signifikan (H 1 diterima ) adalah variabel omset,keuntungan,kuantitas penjualan, dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil uji yang menunjukan hasil yang sama atau tidak ada perubahan secara signifikan adalah variabel tenaga kerja dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari 5 pekerja, dan kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarga dan biasanya tidak mengalami perubahan yang signifikan.

Kata Kunci : omset, keuntungan, tenaga kerja, kuantitas penjualan, retribusi dan pungutan pasar

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan dataran rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta 44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada.

Penduduk merupakan salah satu faktor produksi dan dapat menjadi konsumen yang potensial, semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah maka semakin tinggi tingkat konsumsinya pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil estimasi penduduk antar sensus (2005) penduduk kota Surakarta mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki.

commit to user

11.988 jiwa/km².

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005 - 2009

Tahun

Jenis Kelamin

Jumlah Total

Rasio Jenis Kelamin

Laki – laki

89,38 Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011

Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya transaksi atau tempat dimana terjadinya pertemuan antara demand dan suplay. Pasar adalah sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa pembeli berperan sebagai suatu kelompok yang menentukan seberapa banyak permintaan barang dan penjual berperan sebagai kelompok yang menentukan seberapa banyak penawaran akan barang tersebut (Mankiw,2004;78). Salah satu bentuk pasar adalah pasar kompetitif yaitu pasar yan didalamnya terdapat banyak pembeli dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki pengaruh yang sangat kecil terhadap harga pasar. (Mankiw, 2004;78). Di Kota Surakarta

commit to user

di Kota Surakarta antara lain Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar Singosaren, Pasar Notoharjo, dan Pasar Ngarsopuro. Pendapatan pasar terbesar di Pasar Legi sebesar Rp. 1.437.132.840,00 ( Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta; desember 2010).

Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota

Surakarta tahun 2009

Pasar

Kelas

Luas Tanah

Potensi No Nama

Los Kios

16 PKL Jebres

26 Ayu Balapan

IIB

35

27 Proliman

IIB

154 -

28 Mebel

IIB

6.820,00

67 18

commit to user

36 Tanggul Sari

39 Mojosongo Perumnas IIIA

86 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,2011

Sumber: DPP Kota Surakarta, 2011

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta

commit to user

Pedagang Kaki Lima (PKL) dari monumen Perjuangan ‘45 Banjarsari. Pedagang Pasar Klithikan Solo dulunya merupakan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menempati salah satu ruang Publik di kota solo, mereka dulunya dikenal sebagai PKL Monumen Banjarsari, dan merupakan Komunitas PKL terbesar di Kota Solo, keberadaan PKL tersebut tidak bisa dilepaskan dari momentum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semenjak terjadi krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, jumlah PKL yang berada di kawasan monument perjuangan ’45 Banjarsari terus berkembang dari tahun ketahun, pada tahun 2003 dilakukan pendataan yang dilakukan Tim City Development Strategy (CDS) Kota Surakarta mencatat bahwa jumlah PKL di kawasan Banjarsari berjumlah sebanyak 610 PKL. Dan pada tahun 2005 dilakukan pedataan kembali oleh Kantor PPKL Pemkot Surakarta yang akan digunakan sebagai data based yang akan dijadikan dasar pemindahan PKL Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo, dari pendataan yang dilakukan didapatkan jumlah PKL menjadi 989 PKL. Dari hasil pendataan diketahui bahwa berdasarkan jenis dagangan PKL Monumen Banjarsari didominasi pedagang aksesori sepeda motor, mobil, dan barang elektronik pada tahun 2003 jumlahnya 250 pedagang, meningkat menjadi 370 pedagang pada tahun 2005(www.pasarklitikannotoraharjosolo.blog). Dari hasil pendataan yang dilakukan oleh CDS kota Surakarta dengan PPKL Pemkot Surakarta menyatakan bahwa pertambahan pedagang tidak hanya terjadi pada jumlah atau kuantitasnya saja, akan tetapi jenis usaha juga mengalami peningkatan

commit to user

jenis usaha PKL ini semakin bertambah dan bervariasi. Pedagang Kaki Lima tersebut tidak hanya menjual barang-barang bekas, tetapi juga menjual barang- barang baru.

PKL yang berada di kawasan Monumen ‘45 Banjarsari hampir semuanya menempati bangunan permanen, artinya pedagang membangun lapak tetap, sehingga barang dagangan dapat ditinggal di dalam lapak, dan pedagang dapat pulang tanpa membawa barang dagangan. Di kawasan tersebut terdapat 1 (satu) unit fasilitas MCK Umum yang berada di belakang Pasar Banjarsari lama, yaitu di sisi Selatan JL. Abdulrahman Saleh. Kebutuhan akan air bersih dicukupi dengan penggunaan sumur pompa yang dipasang dilokasi, di kawasan Banjarsari terdapat 9 lokasi sumur pompa dan mengambil air dari sekolah yang dekat dengan Kawasan Monumen ‘45 Banjarsari. Sedangkan limbah berupa air kotor langsung dibuang ke selokan yang berada di pinggir jalan sepanjang jalan Kawasan Monumen 45 Banjarsari, karena sebagian besar pedagang dalam aktivitas ekonominya menjual barang klithikan sehingga limbah sisa aktivitas ekonomi tidak begitu banyak, limbah air sebagian besar di hasilkan dari kios makanan dan minuman. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pedagang tidak banyak, dan bahkan hampir tidak ada. Masing-masing PKL dalam membersihkan sampah tersebut dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu sampah mereka dan untuk kemudian diambil oleh petugas sampah. Untuk layanan jasa kebersihan PKL membayar iuran tiap bulan yang dibayarkan

commit to user

PKL memasang sendiri terutama yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar seperti pedagang alat-alat elektronik, dan sebagian PKL menarik dari kios yang memasang bergenzer dengan memberikan iuran tiap bulan kepada pemilik begenzer sesuai dengan pemakaian.

Semenjak tanggal 23 Juli 2006 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari tersebut tidak lagi menempati ruang publik, Pemerintah Kota Surakarta telah merelokasi 989 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari ke Kelurahan Semanggi RT 04 RW VI Kecamatan Pasar Kliwon dengan dibangunkan bagunan permanen. Pasar tersebut menempati lahan seluas 11.950 m2; pemerintah memberikan fasilitas kepada Pedagang antara lain kios yang berukuran 2 X 3 M, pelegalan tentang keberadaan usaha mereka dengan ditandai pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Hak Penempatan (SHP), Surat Izin Perusahaan (SIP), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Dalam Surat Keputusan Walikotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta Nomor: 462.3/094/1/1998 tentang Penutupan Kampung Silir Sebagai Tempat Resosialisasi, dimana salah satu keputusan tentang bekas lahan resosialisasi beserta perluasaannya sesuai dengan kebutuhan akan direncanakan untuk pembangunan fasilitas umum berupa pasar induk hasil bumi dan fasilitas transpotasi, maka pemkot telah membuat sebuah desain dimana eks resosialisasi Silir akan dijadikan pasar Klithikan Semanggi, pasar rakyat yang bertujuan untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Pembangunan pasar Klithikan selain untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan, pembangunan ini

commit to user

dan tidak tertata. Dengan penataan tata ruang dengan baik atau ke arah yang lebih baik, maka Pemkot Surakarta banyak merelokasi kawasan yang dianggap kumuh dengan tujuan untuk tata ruang kota yang lebih baik dan indah. Salah satunya adalah para PKL yang berada di sekitar Monumen 45 Banjarsari, untuk relokasi tersebut maka Pemkot telah menyiapkan lahan di Semanggi Seluas 11,950 meter persegi. Di atas lahan tersebut dibangun kios sebanyak 1.018 kios dan sarana prasarana lainnya, diantaranya parkir mobil dan sepeda motor, koridor, kantor pengelola, mushola dan sarana prasarana fasilitas umum lainnya.

Pasar Klithikan Notoharjo dibagi menjadi 3 (tiga) Blok, rincian jumlah pedagang berdasarkan blok. Blok I (satu) berada di bagian depan pasar yang merupakan bangunannya terdiri dari bangunan berlantai 2 (dua), sehingga jumlah kiosnya paling banyak diantara blok lainnya. Blok II (dua) berada di tengah, sedangkan Blok III (tiga) berada di bagian belakang pasar. Persebaran pedagang berdasarkan blok dan jenis dagangan tersebut dirancang Pemkot Surakarta dengan tetap memperhatikan karakteristik jenis usaha pedagang, misalnya pedagang alat sepeda motor dan mobil ditempatkan di pinggir jalan akses di dalam pasar. Jumlah pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah tiga golongan jenis dagangan tertentu saja yaitu meliputi; pedagang alat sepeda motor; pedagang alat mobil; dan pedagang elektronik, jumlahnya mencapai 570 pedagang, atau lebih dari 50 % dari jumlah total pedagang. Semenjak berpindah di lokasi

commit to user

ini mencari keseimbangan dan kestabilan pendapatan dengan berjualan di Pasar Klithikan Nothoharjo.

Pemilihan Semanggi bukan tanpa pertimbangan seksama, karena wilayah ini ditunjang beberapa potensi, diantaranya sarana dan prasarana transpotasi lengkap; adanya pusat-pusast kegiatan sebagai pemacu pertumbuhan kawasan yang berupa pasar besi, pasar ayam, pasar klithikan, pasar rakyat, rumah toko (ruko), sub terminal dan bongkar muat, perumahan, penginapan, hotel dan restoran, rumah sakit serta tempat ibadah.di samping Semanggi juga terleta di kawasan pertumbuhan wilayah perbatasan. Proses pembangunan pasar sendiri memakan waktu kurang lebih 90 hari serta biaya Rp. 5.126.250.000,00. Relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi dilakukan setelah tahap pembangunan fisik kios dan kelengkapan fasilitas pasar. Proses pembangunan sendiri selesai pada tanggal 27 juni 2006 dengan masa tenggang 14 hari sehingga pasar dapat digunakan mulai tanggal 11 juli 2006.

B. Rumusan Masalah

Dari gambaran umum di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap Omset Pedagang Kaki Lima tersebut?

2. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap Keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut?

commit to user

Berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut?

4. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima tersebut?

5. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari Berpengaruh terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari dengan menggunakan uji t yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap omset Pedagang Kaki Lima tersebut.

2. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut.

3. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut.

4. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima tersebut..

5. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar.

commit to user

1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan, dalam hal ini Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.

2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat. Mengetahui dampak- dampak baik dampak negatif maupun dampak positif dalam suatu proyek khususnya Proyek revitalisasi PKL di kawasan Banjarsari.

3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti diharapkan penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian selanjutya dan dapat memberikan manfaat serta dapat memberikan wawasan bagi yang membacanya

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pasar

Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas (Barang dan jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah atau kuantitas komoditas yang diperjual belikan. Pasar dimana penjual dan pembeli melakukan inetaraksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan para penjual dari suatau komoditas dalam menentukan jumlah dan harga barang atau jasa yang diperjual belikan. Pasar faktor adalah interaksi antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan barang- banrang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industry adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. (Sugiarto dkk,2002:35)

Pasar secara eksplisit didefinisikan bahwa penjual dan pembeli seharusnya diikut sertakan dalam suatu pasar (luas pasar atau extend of market ). Luas pasar adalah sesuatu yang menunjukkan batas-batas dalam

commit to user

dapat dimasukkan kedalamnya. Definisi pasar penting karena beberapa alasan, dan diuraikan sebagai berikut:

a. Memberi informasi bagi manajemen perusahaan, tentang pihak-pihak yang merupakan pesaing nyata dan pesaing potensial untuk komoditas- komoditas yang berbeda atau sama dengan komoditas yang diusahakannya atau akan diusahakannya nanti.

b. Memberi acuan kepada pihak manajemen perusahaan tentang batas- batas dari sifat komoditas dan batas geografis pasarnya untuk keperluan penetapan harga, diskriminasi harga, penetapan anggaran belanja ataupun untuk keperluan investasi

c. Memberi masukan bagi pemerintah dalam penetapan kebijakan yang terkait dengan kepentingan publik.(Sugiarto,dkk,2002:36)

2. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang dan jasa-jasa pertokoan (okta dalam Rais, 1990 dalam Faransiska.R.Korompis,2005). Adapun menurut McGee yang dikutip oleh Fransiska.R.Korompis,2005), mendefinisikan pedagang kaki lima adalah “The People who offer goods or services for sale from public places, primarily streetes and pavement”. Sedangkan Maning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin.

commit to user

kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu.

Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang (jasa- jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat, usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989).

Dari pengertian atau batasan tentang pedagang kaki lima sebagai mana dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di bidang atau di sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat diartikan sebagai salah satu bagian pendistribusi barang dan jasa yang belum mempunyai ijin, usahanya biasanya berpindah-pindah atau tidak nomaden, belum mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan belum ada deskripsi tenaga kerja yang jelas cenderung masih bersifat kekeluargaan.

a. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima

commit to user

bahwa istilah pedagang kaki lima biasanya menunjukkan sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi akan menyesatkan bila disebut dengan “Perusahaan” berskala kecil dikarenakan beberapa alasan antara lain :

1) Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan rendah (kebanyakan pada migran). Hal ini menunjukkan bahwa mereka bukanlah Kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti dikenal pada umumnya.

2) Cakupan mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja dan menghasilkan pendapatan langsung pada dirinya sendiri.

3) Pedagang Kaki Lima dikota terutama harus dipandang sebagai unit- unit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi barang-barang yang masih dalam suatu proses evaluasi dari pada dianggap sebagai perusahaan yang berskala kecil dengan masukan- masukan (input) modal dan pengolahan besar. Selanjutnya menurut definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam negeri, dimiliki oleh keluarga yang mempunyai skala ekonomi kecil, menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan diperoleh diluar bagku sekolah (pendidikan informal), tidak dapat

commit to user

sempurna (Korompis,2005 dalam Dwi Nurani, 2010)

Pengertian pedagang kaki lima yang lain dari sektor marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :

1) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam waktu, pemodalan maupun

penerimanya.

2) Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatanya sering dikategorikan “Liar”).

3) Modal, peralatan dan kelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil

dan diusahakan dasar hitungan harian.

4) Pendapatan tidak menentu dan pendapatan pedagang kaki lima

tergolong dalam pendapatan yang rendah.

5) Tidak mempunyai tempat usaha yang tetap atau keterikatan dengan

usaha-usaha yang lain.

6) Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang

berpenghasilan rendah.

7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.

8) Umumnya tiap-tiap satua usaha yang mempekerjakan tenaga kerja yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.

commit to user

sebagainya.

10) Sebagai saluran arus barang dan jasa, pedagang kaki lima merupakan mata rantai akhir sebelum mencapai konsumen dari satu mata rantai yang panjang dari sumber utamanya yaitu produsennya (Ramli,1984 dalam Fransiska,2005 dalam Dwi Okti N,2010).

Berdasarkan barang atau jasa yang diperjualbelikan, menurut Karafi dalam Umboh (1990) dalam Fransiska (2005) dan dikutip oleh Nurani,2010, pedagang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut: Pedagang minuman, Pedagang makanan, Pedagang buah-buahan, Pedagang sayur-sayuran, Pedagang daging dan ikan, Pedagang rokok dan obat-obatan, Pedagang buku, majalah dan surat kabar, Pedagang tekstil dan pakaian, Pedagang kelontong, Pedagang loak, Pedagang onderdil kendaraan, bensin, dan minyak tanah., Pedagang ayam, kambing, burung ,dan, Pedagang beras serta, Penjual jasa (Wirosardjoono, 1985 dalam Nurani, 2010).

Pengertian pedagang kaki lima sebagai bagian dari sektor informal dapat dijelaskan melalui ciri-ciri sebagai berikut : Merupakan pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang menetap pada lokasi tetentu, ada yang bergerak dari tempat satu ketempat lainnya (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara eceran. Umumnya bermodal kecil terkadang hanya merupakan alat bagi

commit to user

imbalan jerih payahnya. Pedagang kaki lima di perkotaan tidak saja merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga merupakan pelembagaan sosial. (Kartini Kartono ,1980 dalam Nurani, 2010).

b. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima

Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini Kartono dalam Nurani,2010 adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan Pedagang Kaki Lima

a) Pedagang Kaki Lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang berkembang.

b) Prakteknya mereka bisa menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani oleh pajak.

c) Sebagian besar masyarakat kita lebih sering berbelanja pada pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang yang ditawarkan lebih murah (terlepas dari pertimbangan kuantitas).

d) Tempat berjualan merupakan tempat-tempat yang strategis.

2) Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain :

a) Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub marginal dengan modal yang relatif kecil mebyebabkan perolehan

commit to user

yang bergantung pada hasil yang minim tersebut. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimana hasil mereka hanya pas untuk tetap bertahn hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi modal.

b) Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan mempengaruhi kelancaran usaha.

c) Adakalanya pedagang kaki lima yang melihat pedagang kaki lima lainnya yang sukses dengan barang dagangan tertentu, mereka akan mengikuti jejak mereka dan menyebabkan hal ini membuat suatu usaha menjadi padat sehingga menyebabkan dari mereka akan mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar.

d) Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga yang tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat yang sangat merugikan banyak pihak.

3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954) revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali.

commit to user

bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar bahwa pasar tradisional harus diubah menjadi menjadi modern agar mampu bersaing dengan pasar- pasar modern.

Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan adalah membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan pembangunan relokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat yang baru. ( http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusluh. pdf ).

4. Teori Permintaan

Hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu komoditas tersebut maka semakin tinggi permintaannya, sebaliknya semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin rendah permintaannya. Permintaan akan suatu barang komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

a. Harga komoditas

commit to user

(harga barang subtitusi maupun barang komplementer)

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

e. Cita rasa atau selera masyarakat

f. Jumlah penduduk

g. Ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang, dll

Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut: Qd = F (harga, harga komoditas lain, pendapatan, corak distribusi pendapatan,selera masyarakat). (Sugiarto dkk,2002:38)

Sumber: Sugiarto dkk,2002:40 Gambar 2.1 Kurva Permintaan

5. Teori Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan produksi dalam dalam ekonomi sering dinyatakan dalam

commit to user

yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002:202

Gambar. 2.2 Proses Produksi

Fungsi produksi dapat dituliskan secara matematis dengan persamaan sebagai berikut: Q = F(K,L,X,E), dimana Q adalah output sedangkan K,L,X,E adalah input kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian keusahawanan, untuk menghasilkan output tertentu perusahaan harus menentukan kombinasi dalam pemakaian input. Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yaitu menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dan perusahaan berada dalam jangka pendek apabila sebagian faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Faktor produksi yang dianggap tetap adalah modal seperti mesin, peralatan dan bangunan, sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan (variabel input) adalah tenaga kerja. Analisis jangka panjang faktor produksi dapat mengalami perubahan.

commit to user

Sumber : Sugiarto dkk,2002: 209 Gambar 2.3 kurva total, marginal, dan average produk

Total produk adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Pada umumnya total product dilambangkan dengan TP atau Q (Kuantitas). Marginal produk menunjukkan perubahan produksi yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan variabel faktor produksi. Average product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata yang dihasilkan oleh setiap penggunaan variabel faktor produksi. Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan variabel faktor produksi (tenaga kerja / labour ) dengan output, dalam kurva dapat dibagi menjadi 3 bagian

commit to user

I); dari AP l maksimum hingga TP maksimum (daerah II) dan daerah TP yang menurun (darah III). Daerah I dikatakan irrational region karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat diperbesar. Daerah II adalah rational region karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, dan pada daerah ini juga tercapai TP maksimum, sedangkan daerah III adalah irrational region karena TP telah mengalami penurunan. Tinjauan dari pendekatan matematis menunjukkan bahwa Q maksimum akan dicapai pada saat Q’ (turunan pertama fungsi Q) = 0. MP l maksimum akan dicapai pada saat MP l = 0, dan AP l maksimum dicapai pada saat AP l = 0, pada sat AP l

mencapai maksimum, MP l berpotongan dengan AP l hal ini disebabkan karena pola dari marginal product. Kurva menunjukkan bahwa pada saat MP l naik maka AP l juga mengalami peningkatan, pada saat AP l akan meningkat selama nilai MP l > AP l pada saat MP l terus mengalami penurunan dan nilai MP l < AP l maka AP l juga akan mengalami penurunan, karena pola seperti inilah MP l memotong AP l pada saat AP l

maksimal. Ini sesuai dengan hukum pengembalian yang semakin berkurang (the law of diminishing marginal return). Hukum ini adalah kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan MP dari suatu factor produksi, pada awalnya MP akan berubah dengan laju yang meningkat untuk kemudian jika faktor produksi ditambah terus maka kenaikannya akan menurun.

commit to user

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang- barang dipasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh:

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti modal, tenaga kerja dan bahan baku.

b. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ;

1) Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu

2) Warisan atau pemberian

c. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi.

Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda :

a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam tanah, mineral, air dan sebagainya)

commit to user

Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barang-barang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.

Harga Sewa S

Tanah P1

Faktor produksi tanah

Sumber: Budiono, 1997:49 Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah

b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,

commit to user

dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal akan dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun, mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi, pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama : 1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju,

perumahan dan sebagainya). 2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita). Harga barang Modal S1 S2

D1 D2 D3 0 Modal Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal). Disamping itu permintaan akan tenaga kerja dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Permintaan akan tenaga kerja tidak tumbuh

commit to user

ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) hal ini menyebabkan harga tenaga kerja semakin menurun. Permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat seiring perkembangan industri, dan perusahaan tersebut juga menerapkan hukum the law of diminishing return (akan menambah jumlah tenaga kerja selam total produksinya masih bisa meningkat dan akan mulai mengurangi jumlah tenaga kerja jika total produksinya sudah mengalami penurunan) dalam menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerjanya.

d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa,misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah : 1) Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan.

commit to user

pakaian, perumahan ) 3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara

(misalnya rumah sakit, klinik ) 4) Memperkecil pengangguran 5) Pendidikan yang murah dan merata 6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan

bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ).

d. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna

Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena dianggap sistem pasar yang akan menjamin terwujud kegiatan memproduksi barang dan jasa yang efisien. Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan bahwa perekonomian pasar persaingan sempurna. Akan tetapi dalam prakteknya tidak untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu ciri- cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan atau di pasar sektor pertanian. Interaksi produsen dan seluruh pembelian di pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen hanya menerima harga yang sudah ditentukan tersebut. Ini berarti berapapun barang yang sudah diproduksi dan dijual untuk produk ini akan dapat merubah harga yang ditentukan di pasar, karena jumlah tersebut hanya sebagaian kecil dari jumlah yang diperjualbelikan di pasar.

commit to user

tujuan menjelaskan tentang jumlah permintaan atas suatu barang pada berbagai harga barang. Disamping itu dengan menganalisa kegiatan perusahaan menunjuk hasil jual rata-rata yang diterima produsen di berbagai tingkat produksi. Untuk produsen dalam pasar persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR ) adalah seperti Macam Ongkos dan Penerimaan

1) Macam Ongkos

Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan produsen (pada sumbu vertikal) dan tingkat output (pada sumbu horizontal). Dari segi sifat ongkos dalam hubungannya dengan tingkat output, ongkos produksi bisa dibagi menjadi :

a) Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya : penyusutan sewa gedung dan sebagainya).

b) Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total, adalah jumlah onkos-ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya).

commit to user

baik ongkos tetap maupun ongkos variabel. TC = TFC + TVC.

d) Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output.

(dimana Q = tingkat output) Sumber: Sugiarto dkk, 2002

e) Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

f) Average Total Cost (ATC) atau onkos total rata-rata, adalah ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

commit to user

dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Dan karena produksi 1 unit ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output tambahan.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

2) Penerimaan (Revenue)

Revenue yang dimaksudkan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Ada beberapa konsep Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen.

a) Total Revenue (TR) Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.Total Revenue adalah output kali harga output.

TR = Q.P

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

b) Average Revenue (AR) Yaitu penerimaan produsen perunit

output yang dijual.

commit to user

Jadi Ar tidak lain adalah harga (jual) output perunit (=P Q ).

c) Marginal Revenue (MR) Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

7. Kurva Konsumsi Pendapatan Dan Kurva Engel

Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi permintaan adalah pendapatan konsumen pembeli.Kurva permintaan adalah kurva yang mnunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu sendiri. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dari dari komoditas yang diminta, manfaat ini yang sering disebut dengan utilitas (utility). Permintaan menggambakan akan manfaat akan komoditas tersebut atau permintaan merupakan penurunan (derefikasi) dari manfaat yang diberikan oleh komoditas tersebut. Secara rasional konsumen ingin mengkonsumsi barang sebanyak mungkin akan tetapi keinginan tersebut dibatasi oleh pendapatannya, dengan suatu tingkat pendapatan tertentu maka konsumen harus mengatur komposisi komoditas sehingga manfaatnya optimal. Kendala pendaptan sering disebut dengan garis anggaran (budget line).

commit to user

X0 X1

KA0 KA1

Kuantitas Barang X

Gambar 2.6 (Kurva Konsumsi Pendapatan)

Dengan logika yang sama kita juga dapat menggambarkan kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang normal,kura ini berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi lebih banyak barang barang dan jasa-jasa. Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva indiferensi. Kurva Engel menggambarkan hubungan anatara pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta (Ernest Engel adalah orang yang pertama mengamati hubungan perubahan tingkat pendapatan terhadap jumlah komoditas yang dikonsumsi), dalam kurva Engel sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan sedangkan sumbu horizontal adalah kuantitas.

commit to user

X0 X1 Kuantitas Barang X

Sumber : Sugiarto dkk, 2002:175

Gambar 2.7 Kurva Engel

a. Pendekatan Teori Permintaan Konsumen Individual Dua pendekatan mencoba menjelaskan hukum permintaan yaitu teori daya guna marginal dan pendekatan kurva indiferensi. Keduanya didasarkan pada upaya pilihan barang-barang konsumsi oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu.

Daya guna marginal mengalami penurunan bila semakin banyak suatu barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marginal menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen merupakan subyek rasional dimana ia membelanjakan semua kepuasan (daya guna) total maksimum. Mereka mempunyai preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang daya guna marginal serta totalnya. Harga barang konsumsi sudah tertentu

commit to user

konsumen atau posisi kepuasan maksimal sedemikian rupa hingga daya guna marginal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakan sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.