Peningkatan Kegiatan Belajar Mengajar Pada Mata Pelajaran Praktek

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan jalur pendidikan formal agar nantinya mampu menyiapkan Sumber Daya Manusia yang cakap, terampil dan profesional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Magelang adalah sekolah yang didalamnya terdapat berbagai macam jurusan. Jurusan bangunan, elektro, mesin, otomotif, dan listrik

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran dasar survei sehingga prestasi belajar siswa tidak bagus. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan mata pelajaran dan tidak ikut berpartisipasi selama pelajaran berlangsung, kurang berani dalam bertanya, tidak antusias dalam pembelajaran, kurang berinteraksi dengan guru dan berhubungan dengan guru, kurang memahami materi pelajaran. Hal tersebut terjadi saat guru memberikan materi dengan metode ceramah.

Sebenarnya metode ceramah adalah metode yang bagus karena materi dapat tersampaikan semua secara keseluruhan, akan tetapi siswa menjadi pasif karena siswa hanya mendegarkan penjelasan guru dan juga siswa cepat merasa bosan saat pembelajaran yang berdampak pada prestasi belajar siswa menjadi tidak tuntas. Masalah ini dianggap sebagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang berkualitas.

Dalam sistem pembelajaran yang baik dibutuhkan kerjasama yang baik antara dua belah pihak baik antara guru dan siswa. Dalam metode ceramah tersebut guru terlihat seperti motor yang menggerakkan anak sedang anak hanya terkesan diam. Metode ceramah yang digunakan juga mengakibatkan prestasi hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan SMK N 1 Magelang, terlihat pada data bahwa nilai rata rata siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) adalah 63,47 pada nilai ulangan harian mata pelajaran praktek dasar survei. Padahal batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasarkan data Dalam sistem pembelajaran yang baik dibutuhkan kerjasama yang baik antara dua belah pihak baik antara guru dan siswa. Dalam metode ceramah tersebut guru terlihat seperti motor yang menggerakkan anak sedang anak hanya terkesan diam. Metode ceramah yang digunakan juga mengakibatkan prestasi hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan SMK N 1 Magelang, terlihat pada data bahwa nilai rata rata siswa kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) adalah 63,47 pada nilai ulangan harian mata pelajaran praktek dasar survei. Padahal batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. Berdasarkan data

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa, oleh karena itu penulis menggunakan model pembelajaran Circuit Learning yaitu suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Indikator atau tolok ukur keberhasilan keaktifan siswa yang digunakan sesuai dengan batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa dikatakan aktif apabila 70% dari jumlah siswa di kelas telah ikut berpartisipasi dalam sistem belajar mengajar yaitu dalam bentuk bertanya, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, interaksi siswa dalam kelompok, hubungan siswa dengan guru saat pembelajaran, partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan penguasaan materi.

Model pembelajaran circuit learning ini digunakan karena model pembelajarannya memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar yaitu dilihat dan ditinjau dari segi keaktifan siswa dan hasil belajar siswa kelas X Teknnik Konstruksi Bangunan (TKB) pada mata pelajaran praktek dasar survei di SMK N 1 Magelang.

B. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini peneliti membatasi masalah penelitian pada beberapa hal sebagai berikut:

1. Dalam pengamatan kegiatan belajar mengajar ini di khususkan pada aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aktivitas yang diamati yaitu 1. Dalam pengamatan kegiatan belajar mengajar ini di khususkan pada aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Aktivitas yang diamati yaitu

2. Penelitian ini mengambil studi kasus Siswa Kelas X TKB Program Keahlian Bangunan SMK N 1 Magelang sebanyak 36 siswa.

3. Tahapan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran circuit learning tidak diterapkan dalam praktek dasar survei di lapangan, hanya di khususkan pada penyampaian teori dan evaluasi pada mata pelajaran praktek dasar survei.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) yang ditinjau dari keaktifan siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ?

2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning dapat meningkatkan hasil belajar dasar survei pada siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar (penyampaian teori) siswa pada kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang yang ditinjau dari keaktifan siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning .

Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran praktek dasar survei dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Manfaat Praktis :

a. Bagi Sekolah

1) Penelitian yang dilakukan sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di program keahlian bangunan, yang selanjutnya model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning dapat diterapkan di kelas-kelas lainnya.

2) Memperbaiki proses belajar mengajar pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei SMK N 1 Magelang.

b. Bagi Guru

1) Dengan adanya penelitian ini guru dapat lebih siap untuk menyampaikan materi karena terdapat tahapan pembelajaran sehingga materi yang disampaikan tidak ada yang terlewatkan dan lebih bisa bekerjasama dengan siswa.

2) Sebagai bahan masukan atau referensi tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Bagi Siswa

1) Membantu mempermudah siswa menerima dan memahami materi pada pembelajaran Praktek Dasar Survei.

2) Dapat menumbuhkan keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat pada siswa, motivasi siswa dalam mengikuti pempelajaran, partisipasi 2) Dapat menumbuhkan keberanian bertanya dan mengemukakan pendapat pada siswa, motivasi siswa dalam mengikuti pempelajaran, partisipasi

d. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan, pengetahuan, dan keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran aktif tipe circuit learning.

2) Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru Teknik Bangunan yang siap melaksanakan tugas di lapangan.

2. Manfaat Teoritis :

a) Sebagai masukan untuk mendukung dasar teori bagi penelitian yang sejenis dan relevan.

b) Sebagai bahan pustaka bagi siswa Program Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

1. Hakekat Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan proses perubahan sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang hayat. Menurut Gagne (1984) dalam (H. Martinis Yamin, 2009 : 98) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman . Dalam prosesnya belajar tidak sekedar mengetahui apa yang bermakna tetapi juga sekaligus mengetahui apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupan. Learning to do yaitu belajar untuk melakukan sesuatu. Learning to be yaitu belajar untuk menjadi diri sendiri. Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan merupakan bagian dari prosess menjadi diri sendiri, dan Learning to live together yaitu belajar untuk hidup bersama. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat.

Suatu proses belajar yang dilakukan juga mengajarkan siswa bagaimana cara belajar (learning how to learn).. Tuntutan pendidikan saat ini sudah banyak berubah. Antara pendidik dan peserta didik yaitu guru dan siswa harus terjadi suatu komunikasi yang aktif, dimana guru dapat memberikan materi dengan variasi-variasi pembelajaran tertentu agar siswa tertarik pada mata pelajaran dan siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Belajar tidak hanya sekedar proses dari guru memberikan penjelasan materi dan informasi kepada siswa, namun belajar itu harus melibatkan siswa aktif di dalam proses pembelajaran yaitu dengan guru memberikan pertanyaan dan materi secara kreatif dan inovatif, hal ini dapat dikatakan sebagai pembelajaran aktif.

Belajar menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh Belajar menurut anggapan sementara orang, adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan lain-lain, lantas disusun oleh

Para ahli telah merumuskan tentang belajar. Berikut adalah beberapa pernyataannya. (1) Walker dalam (Ahmadi 1990 : 119), menyatakan bahwa belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman; (2) Winkel (1991 : 36), menyatakan bahwa belajar sebagai aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap; (3) Slameto (2003 : 2), menyatakan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interakso dengan lingkungannyap; (4) Darsono (2001 : 32), menyatakan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik psikis maupun fisik untuk mencapai perubahan dalam tingah laku.

Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang yang prosesnya terjadi secara internal terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh latihan dan pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.

b. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi, pengetahuan keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam suatu pembelajaran yang kondusif ( Dewi, 2010 ). Yang menjadi kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi, pengetahuan keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam suatu pembelajaran yang kondusif ( Dewi, 2010 ). Yang menjadi kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan

Suatu tujuan pembelajaran seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain peran; (2) Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati; (3) Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada materi pengukuran profil melintang, siswa dapat menyebutkan sekurang kurangnya tiga macam pekerjaan lapangan yang pada pengukurannya diterapkan pengukuran profil melintang.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait (Nurhadi, 2004:112-113). Elemen-elemen itu adalah : (1) Saling ketergantungan positif, Pembelajaran kooperatif, menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, bahan atau sumber, peran, dan hadiah; (2) Interaksi tatap muka, Interaksi tatap muka menjadikan siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog. Interaksi semacam ini penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya; (3) Akuntabilitas individual, Pembelajarran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini disebut dengan akuntibilitas individual; (4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi, Ketrampilan sosial seperti rasa tenggang rasa, sikap sopan terhadap Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait (Nurhadi, 2004:112-113). Elemen-elemen itu adalah : (1) Saling ketergantungan positif, Pembelajaran kooperatif, menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dalam hal mencapai tujuan, menyelesaikan tugas, bahan atau sumber, peran, dan hadiah; (2) Interaksi tatap muka, Interaksi tatap muka menjadikan siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog. Interaksi semacam ini penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya; (3) Akuntabilitas individual, Pembelajarran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini disebut dengan akuntibilitas individual; (4) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi, Ketrampilan sosial seperti rasa tenggang rasa, sikap sopan terhadap

Menurut Slavin (1995: 2) Model pembelajaran kooperatif memiliki

kelebihan atau keunggulan disbanding model pembelajaran yang lainnya, antara lain:

(1) meningkatkan kemampuan akademik siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki hubungan antar kelompok; (5) meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi; (6) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (7) meningkatkan kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa yang lainnya.

Model pembelajaran kooperatif selain memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan, yaitu: (1) perlu persiapan yang rumit; (2) siswa yang tidak cocok dengan

anggota kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas; (3) bila terjadi persaingan negative maka hasilnya akan buruk; (4) ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar kelompok; (5) bila ada anggota kelompok yang ingin berkuasa atau ada anggota kelompok yang malas maka usaha kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya

3 . Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Circuit Learning

Pembelajaran kooperatif tipe circuit learning adalah suatu tipe pembelajaran yang menggunakan peta konsep dengan memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang. Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning ini didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung.

Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning dikembangkan oleh John Parks Le Tellier untuk mengoptimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menghemat waktu belajar terutama untuk menghadapi ujian, bagi pembelajar Model pembelajaran kooperatif tipe Circuit learning dikembangkan oleh John Parks Le Tellier untuk mengoptimalkan aktivitas siswa dalam pembelajaran dan menghemat waktu belajar terutama untuk menghadapi ujian, bagi pembelajar

Guru menggunakan peta konsep ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu topik sebelum materi pembelajaran diberikan, dengan keadaan guru sudah memberikan kata kunci yang terkait dengan topik yang akan dipelajari; (2) Menyediakan suatu tanggapan balik untuk diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka. Dalam keadaan ini siswa ditempatkan didalam dua atau tiga orang untuk membangun peta konsep; (3) Mengkaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain. Untuk maksud ini, guru memberikan dua buah daftar kunci kepada siswa kemudian siswa mengumpulkan kata-kata dari kedua daftar dalam peta konsep mereka.

Dalam proses pembelajaran kooperatif tipe circuit learning ini salah satu poinnya adalah penggunaan peta konsep, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan konsep atau gagasan. Guru memilih gagasan dan memberikan kepada siswa agar siswa mengenalinya, mengerti, dan menggambarkan. Misalnya pada mata pelajaran dasar survei, pada pokok bahasan sudut ukuran .

Dari pokok bahasan tersebut dapat diterapkan dalam peta konsep yaitu seperti gambar berikut, gambar 1 Dari pokok bahasan tersebut dapat diterapkan dalam peta konsep yaitu seperti gambar berikut, gambar 1

adalah

Pokok bahasan : Sudut ukuran Gambar 1.

Sudut ukuran

Sumber :H. Martinis Yamin 2009. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Untuk pelaksanaan pembelajaran circuit learning disusun langkah-langkah sebagai berikut: (1) pembagian kelompok siswa; (2) pengkondisian siswa; (3) pembagian peta konsep; (4) perwakilan dari masing masing kelompok dua orang siswa mencari buku di perpustakaan yang berhubungan dengan peta konsep; (5) diskusi kelompok, kelompok berdiskusi dan mencari hal hal yang berhubungan dengan peta konsep tersebut; (6) tanya jawab dengan guru mengenai materi yang mereka peroleh; (7) penyimpulan bersama (guru dan murid) sesuai peta konsep yang telah dibagikan; (8) pemberian tugas.

4. Dasar Survei

Mata pelajaran dasar survei atau sering disebut juga ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada siswa kelas X TKB di SMK N 1 Magelang. Mata pelajaran ini disampaikan dalam 2 semester, yang meliputi teori dan praktek di lapangan. Mata pelajaran dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan tidak hanya diberikan pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB), mata pelajaran ini diberikan ke semua siswa jurusan bangunan yaitu Teknik Konstruksi Kayu (TKK) dan Teknik Gambar Bangunan (TGB).

Menurut Iskandar Muda (2008:1) mengatakan bahwa: Dasar survei atau ilmu ukur tanah dan pemetaan merupakan bagian

rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu Geodesi. Ilmu geodesi mempunyai dua maksud yaitu : (a) Maksud Ilmiah, adalah

Sudut ukuran

Sudut sentisimal

Sistem besaran sudut

membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi. Pada maksud yang kedua inilah yang sering disebut dengan pemetaan. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu : (1) Geodetic Surveying; (2) Plan Surveying.

Geodetic Surveying adalah ilmu, seni, teknologi untuk menyajikan informasi bentuk kelengkungan bumi. Sedangkan Plan Surveying adalah merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Plan Surveying dibatasi oleh daerah yang sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat x 0.5 derajat atau 55 kilometer x 55 kilometer, (Soetomo Wongsocitro, 1991:1).

Mata pelajaran Dasar survei pada semester 2 di SMK N 1 Magelang terdiri dari beberapa kompetensi yaitu pada table dibawah ini :

Tabel 1. Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Konstruksi Bangunan SMK Negeri 1 Magelang Tahun Ajaran 2010/2011

MATA DIKLAT

STÁNDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

Dasar Survei

1. Mengukur dan menghitung jarak tak langsung

1.1. Terampil menggunakan alat ukur sederhana Yalon, meteran.

2. Pengukuran Galian dan Urugan

2.1. Terampil menghitung garis bidik dengan tepat dan benar.

2.2. Terampil menghitung luas segitiga sembarang.

2.3. Terampil menghitung Volume urugan tanah.

3. Mengukur beda tinggi memanjang terikat terbuka dengan PPD

3.1. Memahami jenis dan bagian dari pesawat penyipat datar.

3.2. Mengoperasikan pesawat dengan baik.

3.3. Melakukan pengukuran beda tinggi dengan Pesawat Penyipat Datar (PPD).

Melintang (Cross)

melintang

4.2. Dapat menghitung hasil pengukuran profil melintang

Sumber : Dokumen SMK N 1 Magelang.

5. Hasil Belajar

Kegiatan belajar mengajar dikatakan efisien jika hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang sekecil mungkin. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa.

Kualitas hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor faktor tertentu, faktor faktor tersebut adalah : (1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar), Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya; (2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar), Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu hasil dan belajar, istilah hasil dapat diartikan sebagai sebuah prestasi dari apa yang telah dilakukan. Berikut ini beberapa definisi tentang prestasi belajar : (1) Muhibbin Syah (1997 : 141) menyatakan prestasi adalah taraf keberhasilan proses belajar mengajar; (2) Poerwadarmita (1996 : 169) menyatakan bahwa prestasi adalah apa yang telah dicapai dari hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan kerja.

Dari kedua pengertian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang diperoleh seseorang atas pekerjaan yang telah dilakukan baik melalui pendidikan atau latihan tertentu.

6. Prosedur Pembelajaran

Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dipilahkan menjadi empat langkah, yaitu: orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan. Setiap langkah dapat dikembangkan lebih lanjut oleh para guru dengan berpegang pada hakekat setiap langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Sebagaimana halnya dalam setiap pembelajaran, kegiatan diawali dengan orientasi untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajarannya. Guru mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu, langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa, serta sistem penilaiannya. Pada langkah ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya tentang apa saja, termasuk cara kerja dan hasil akhir yang diharapkan atau sistem penilaiannya. Negosiasi dapat terjadi antara guru dan siswa, namun pada akhir orientasi diharapkan sudah terjadi kesepakatan bersama.

b. Kerja kelompok

Pada tahap ini siswa melakukan kerja atau diskusi kelompok pada mata pelajaran praktek dasar survei saat pemberian teori saja tidak pada praktek di lapangan. Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya dalam bentuk kegiatan melakukan, memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari, menemukan suatu gagasan atau kata kunci dan permasalahan kemudian membahasnya bersama-sama. Kerja kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berdiskusi, melakukan ekslporasi, observasi, percobaan, browsing internet, dan sebagainya. Waktu untuk bekerja kelompok disesuaikan dengan luas dan dalamnya materi yang harus dikerjakan. Kegiatan yang memerlukan waktu lama dapat dilakukan di luar jam pelajaran, sedangkan kegiatan yang memerlukan sedikit waktu dapat dilakukan pada jam pelajaran.

Agar kegiatan kelompok terarah, perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Sebaiknya panduan ini disiapkan oleh guru. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok dan tanggung jawab masing -

Misalnya, siswa diharapkan dapat mengemukakan gagasannya setelah melakukan kerja kelompok tersebut. Melakukan analisis terhadap komponen-komponen pembelajaran seperti; kompetensi pembelajaran, materi pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator bagi masing-masing kelompok, dengan cara melakukan pemantauan terhadap kegiatan belajar siswa, mengarahkan ketrampilan kerjasama, dan memberikan bantuan pada saat diperlukan.

c. Tes/Kuis

Pada akhir kegiatan kelompok diharapkan semua siswa telah mampu memahami konsep/topik/masalah yang sudah dikaji bersama. Kemudian masing- masing siswa menjawab tes atau kuis untuk mengetahui pemahaman mereka terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif dan ketrampilan. Misalnya, bagaimana melakukan analisis pembelajaran? Mengapa perlu melakukan analisis pembelajaran sebelum mengembangkan media? Siswa dapat juga diminta menggunakan media tepat guna yang memiliki tingkat interaktif tinggi dalam pembelajaran.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan kerangka berpikir penelitian ini adalah :

Nama

: Rokayah Hestri

Judul

MODEL

PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR KLASIKAL MATEMATIK SISWA SMP (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Laboratorium UPI Bandung) Dari hasil penelitian diatas, dinyatakan bahwa : (1) penerapan model pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, hal ini di tandai dengan presentase hasil test yang mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya. Pada siklus I tingkat ketuntasan siswa sebesar 60%, dengan nilai rata rata 60. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa sebesar PEMBELAJARAN CIRCUIT LEARNING DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR KLASIKAL MATEMATIK SISWA SMP (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas VII-C SMP Laboratorium UPI Bandung) Dari hasil penelitian diatas, dinyatakan bahwa : (1) penerapan model pembelajaran circuit learning dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa, hal ini di tandai dengan presentase hasil test yang mengalami peningkatan dalam tiap siklusnya. Pada siklus I tingkat ketuntasan siswa sebesar 60%, dengan nilai rata rata 60. Pada siklus II tingkat ketuntasan siswa sebesar

2. Nama

: Tutiek Yunita Rachmawati

Judul CERITA PENDEK DENGAN METODE PETA PIKIRAN (MIND MAPPING ) PADA SISWA KELAS IX D SMP AL MUAYYAD SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008 (Penelitian Tindakan Kelas), Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2008. Dari hasil penelitian dinyatakan bahwa: (1) penerapan metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerpen, yaitu meningkatnya keaktifan, perhatian, konsentrasi, minat dan motivasi siswa. Pada siklus I siswa aktif sebesar 54%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 65%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 65%. Pada siklus II siswa aktif 81%, siswa yang perhatian sebesar 85%, dan yang berminat dan termotivasi sebesar 85%. Pada siklus III siswa yang aktif sebesar 92%, siswa yang perhatian dan konsentrasi sebesar 100%, dan siswa yang berminat dan termotivasi sebesar 100%. Rata rata nilai per siklus, siklus I 60,2; siklus II 67,5; siklus III 71,9. (2) penerapan mind mapping dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen.

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang berkualitas adalah teradinya interaksi guru dengan siswa selama pembelajaran berlangsung, tidak ada rasa jenuh, bosan pada siswa. Namun, hal tersebut masih menjadi kendala pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih monoton yaitu guru terlihat seperti motor yang menggerakan siswa tanpa melibatkan siswa ikut andil dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadikan jalannya kegiatan belajar mengajar Pembelajaran yang berkualitas adalah teradinya interaksi guru dengan siswa selama pembelajaran berlangsung, tidak ada rasa jenuh, bosan pada siswa. Namun, hal tersebut masih menjadi kendala pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang, karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih monoton yaitu guru terlihat seperti motor yang menggerakan siswa tanpa melibatkan siswa ikut andil dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadikan jalannya kegiatan belajar mengajar

Prestasi belajar atau hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses pembelajaran. Dalam pembelajaran praktek dasar survei masih banyak ditemukan masalah masalah yaitu, masih rendahnya prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang mana keaktifan siswa ditinjau dalam beberapa aspek yaitu : (1) Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik; (2) Siswa tidak mengobrol di dalam kelas; (3) Siswa aktif dalam pembelajaran kelompok; (4) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru; (5) Siswa menyatakan pendapat; (6) Siswa mengerjakan tugas dengan baik.

Model pembelajaran circuit learning adalah model pembelajaran yang memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola bertambah dan mengulang, dengan penerapan peta konsep dan didesain untuk meningkatkan aktivitas dan pikiran siswa, pemahaman siswa dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri selama proses belajar mengajar berlangsung. Dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran yang ditinjau dari keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa pada kelas X Teknik Konstruksi Bangunan (TKB) di SMK N 1 Magelang maka model pembelajaran circuit learning ini diterapkan.

Gambar 2. Kerangka Berpikir

Prestasi Belajar Belum Tuntas

Proses Pembelajaran Kurang

Berkualitas

Kebosanan belajar tinggi

Keaktifan siswa

rendah

Tindakan Penerapan Model Pembelajaran Circuit Learning

Prestasi Belajar Tuntas

Proses Pembelajaran Berkualitas

Kebosanan belajar rendah

Keaktifan siswa

tinggi

Dari hasil analisis tindakan penulis membuat hipotesis bahwa apabila guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Circuit Learning, maka dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar yang ditinjau dari segi keaktifan siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X bangunan SMK N 1 Magelang.

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Lokasi tempat penulis melaksanakan penelitian adalah SMK Negeri 1 Magelang yang beralamat di Jl. Cawang no.2, Kecamatan Magelang selatan Telp. (0293) 362172 Faximile (0293) 368821 Magelang Kode Pos 56123. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena di lokasi tersebut ditemukan kualitas hasil pembelajaran praktek di SMK Negeri 1 Magelang masih kurang.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 36 orang. Yang terdiri dari

29 siswa laki laki dan 7 siswa perempuan. Alasan peneliti memilih sampel kelas

X TKB yaitu karena peneliti ingin membantu meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe circuit learning.

C. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam waktu 4 bulan mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2011. Dapat dilihat pada tabel 2. Jadwal penelitian, setelah halaman berikut.

.u Bulan

April

Oktober November Desember

Januari Februari

Juni n s.

a Minggu

c. Pengajuan

id Judul Penyusunan Proposal Revisi Proposal

co

Seminar m

Proposal m

it Perijinan o t

Penelitian u

Pelaksanaan ser Penelitian

Penulisan Laporan Penelitian Ujian Skripsi

d ig ilib .u

n s.

c. id

D. Data Dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data yang diperoleh dan dikumpulkan terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang, hasil observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas X TKB SMK N 1 Magelang berkaitan dengan pemahaman siswa mengenai mata pelajaran praktek dasar Survei setelah diterapkanya model pembelajaran circuit learning.

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dari beberapa informan yaitu:

a. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMK Negeri 1 Magelang.

b. Guru mata pelajaran Dasar Survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang.

c. Siswa kelas X TKB tahun ajaran 2010/2011 sejumlah 36 orang.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi Observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktivitas siswa, mulai dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran Dasar Survei pada kelas X TKB SMK N

1 Magelang. Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data keaktifan siswa sehingga didapatkan hasil peningkatan keaktifan siswa dalam memperbaiki pembelajaran (format observasi terlampir).

2. Wawancara Wawancara dilaksanakan secara tidak formal terstruktur. Dalam hal ini, peneliti mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka, dalam keadaan alami dan mengarah pada kedalaman informasi dengan suasana yang lentur, terbuka dan santai namun tetap serius guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal. Kelonggaran dan kelenturan cara pengumpulan data ini diharapkan akan mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya.

masing informan untuk mendapat informasi antara lain tentang :

a. Sistem kegiatan belajar mengajar di kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

b. Kendala-kendala yang dihadapi kelas X TKB SMK Negeri 1 Magelang pada mata pelajaran Praktek Dasar Survei.

c. Penerapan model pembelajaran circuit learning guna meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran praktek dasar survei kelas X Teknik Konstruksi Bangunan di SMK N 1 Magelang.

3. Kajian Dokumen Kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang ada, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan nilai yang diberikan guru pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang

4. Tes Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang digunakan peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami pelajaran Praktek Dasar Survei. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes tertulis mengenai materi pelajaran bukan berupa tes praktek di lapangan. Tes tertulis bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa berupa soal-soal yang harus dijawab.

F. Validitas Data

Teknik pengembangan validitas data yang paling umum digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik triangulasi. Pada penelitian ini digunakan teknik triangulasi data (sumber) untuk menjaga validitasnya. Teknik triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu sudut pandang. Triangulasi data mengarahkan dalam proses pengumpulan data untuk memperoleh beberapa sumber data yang berbeda

Triangulasi data (sumber) digunakan karena dalam penelitian ini terdapat tiga sumber data, yaitu informan atau narasumber dengan tingkatan berbeda (WKS, guru, siswa), hasil observasi dan kajian dokumen (berbagai arsip dan dokumen hasil tes siswa).

Validitas data dilaksanakan karena diperkuat oleh pendapat H.B. Sutopo (

simpulan dan tafsir makna seba diperoleh di lapangan, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kedalaman, kemantapan dan kebenarannya. Agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan, maka memerlukan teknik pemeriksaan data yang tepat salah satunya adalah triangulasi data.

Untuk lebih jelasnya, proses triangulasi data (sumber) pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Skema Triangulasi Data

(Sumber H.B Sutopo, 2006: 94)

Observasi Aktifitas

Content Analysis

Dokumen/

Arsip

Kegiatan di kelas

WKS, guru, siswa

Data sekolah, data siswa, catatan,dll.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Untuk kesinambungan dan kedalaman pengajaran data penelitian ini digunakan analisis interaktif. Data yang dianalisis secara diskriptif kualitatif dengan analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus.

Menurut Punch, dalam ( Pawito, 2007 : 104 ) Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (drawing and verifying conclusions). Analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan secara lebih rinci sebagai berikut :

1. Reduksi data Reduksi data adalah kegiatan pemilihan data, penyederhanaan data serta transformasi data kasar dari hasil catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif yang disusun, diatur dan diringkas sehingga mudah dipahami. Berdasarkan kesimpulan sementara, kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama dengan guru dasar survei kelas X TKB SMK N 1 Magelang sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian data Data yang telah direduksi kemudian di sajikan, dengan data yang telah teratur dan penyajaian data yang sistematis akan memudahkan pemahaman terhadap penyajian data tersebut sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan mencakup semua perubahan atau peningkatan pada setiap anggota penelitian termasuk peneliti dan situasi tempat penelitian 3. Penarikan kesimpulan Penarikan kesimpulan mencakup semua perubahan atau peningkatan pada setiap anggota penelitian termasuk peneliti dan situasi tempat penelitian

H. Tolok ukur keberhasilan

Untuk mengukur keberhasilan tujuan penelitian di atas, maka ditetapkan tolok ukur

0 % dari jumlah siswa dan

70. Tolok ukur tersebut

ditetapkan sesuai dengan ketetapan SMK N 1 Magelang untuk tahun ajaran 2010/2011.

1. 70% siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik.

2. 70% siswa tidak mengobrol dalam kelas.

3. 70% siswa aktif dalam pembelajaran kelompok.

4. 70% siswa mengajukan petanyaan kepada guru.

5. 70% siswa menyatakan pendapat

6. 70% siswa mengerjakan tugas dengan baik

Tabel 3. Tolok Ukur Keberhasilan No

Aspek yang diamati

Indikator

Target

1 Keaktifan siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru dengan baik

Rata rata keaktifan

Siswa tidak mengobrol di dalam kelas

Siswa tidak bermain ponsel Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru Siswa menyatakan pendapat

Siswa mengerjakan tugas dengan baik

2 Prestasi belajar siswa

Siswa tuntas belajar dengan

Nilai rata rata kelas

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan target yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan . Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang mengkaji tentang permasalahan dengan ruang lingkup yang tidak terlalu luas yang berkaitan dengan perilaku seseorang atau kelompok tertentu, ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi atau memperbaiki sesuatu dan pada umumnya dilaksanakan secara kolaboratif antara Kepala Sekolah, Guru dan peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar pada praktek dasar survei. Kepala sekolah, guru dasar survei dan peneliti serta siswa dilibatkan sejak dialog awal sampai refleksi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yaitu: (1). Dialog awal (2). Perencanaan tindakan (3). Pelaksanaan tindakan (4). Observasi dan monitoring (5). Analisis Data (6). Refleksi.

Langkah-langkah penelitian diilustrasikan dalam siklus sebagai berikut :

penjelasan siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan tindakan

Tahap ini mencakup semua perencanaan tindakan seperti pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini seluruh rencana tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran dasar survei, yaitu dengan menerapkan pembelajaran circuit learning, adapun langkah - langkah perencanaannya yaitu:

1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru terutama guru wali kelas X TKB SMK N 1 Magelang.

2) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

3) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus.

4) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

5) Memilih bahan pelajaran yang sesuai

6) Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran circuit learning.

Gambar Prosedur Penelitian

LUSI

SIKLUS II

Masalah terselesaikan?

Berhenti pada

Siklus ini!

Refleksi I

Analisis Data I

Pengamatan / Pengumpulan Data I

Belum Terselesaikan

Refleksi II

Rencana Tindakan II

(Alternatif

Analisis Data II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengamatan / Pengumpulan Data II

Gambar4. Prosedur Penelitian

yang dibutuhkan.

8) Menyusun lembar kerja siswa

9) Mengembangkan format evaluasi

10) Mengembangkan format observasi pembelajaran.

11) Melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat yaitu :

A. Tahap Awal Pembelajaran

1) Guru memimpin doa lalu mengucapkan salam.

2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.

3) Guru mengecek kehadiran siswa (presensi).

B. Tahap Inti Pembelajaran

1) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

2) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.

3) Guru mengkondisikan siswa.

4) Guru membagikan peta konsep.

5) Guru menyuruh perwakilan 2 orang siswa dari masing masing kelompok untuk mencari buku atau referensi di perpustakaan yang berkaitan dengan peta konsep yang telah dibagikan dengan waktu kurang lebih 15 menit. Siswa yang tinggal di kelas dikondisikan oleh guru untuk tenang dan tidak ramai.

6) Perwakilan kelompok telah membawa buku, kemudian setiap kelompok berdiskusi mencari apa yang tertulis di peta konsep dari buku yang mereka dapatkan dengan alokasi waktu kurang lebih 15 menit.

7) Guru menjelaskan sedikit materi yang ada dalam peta konsep dan kemudian tanya jawab dengan guru mengenai materi yang telah diperoleh dengan alokasi waktu 15 menit.

8) Praktek pengukuran profil melintang dengan alokasi waktu 115 menit.

C. Tahap Akhir Pembelajaran

1) Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk membuat peta konsep dirumah, kemudian dicari referensinya dari buku maupun internet.

2) Guru menutup materi pelajaran.

3. Observasi

Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap aktivitas siswa dan kinerja guru pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran praktek dasar survei pada kelas X TKB SMK N 1 Magelang saat penyampaian teori. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah aktivitas siswa sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Refleksi merupakan pengkajian hasil data yang telah diperoleh saat observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berguna untuk memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang telah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan sampai pembelajaran dinyatakan berhasil.

Peneliti akan melakukan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian atau peristiwa yang menyebabkan sesuatu yang diharapkan atau tidak diharapkan. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan.

2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.

pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.

SIKLUS II

1. Perencanaan tindakan

1) Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

2) Menentukan indikator peningkatan kegiatan belajar mengajar.

3) Pengembangan program tindakan II.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

1) Guru memberikan motivasi.

2) Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok terdiri dari 5-6 orang.