Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu

EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN

NO. 43 WOJA DI KABUPATEN DOMPU

Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

SAKINAH NIM F 1309080

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan Judul: EVALUASI SISTEM PENYALURAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN

NO. 43 WOJA DI KABUPATEN DOMPU

Surakarta, Januari 2012 Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

(Evi Gantyowati, Dra. M. Si Ak,) NIP. 19651001 199412 2 001

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh team penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Surakarta, Januari 2012 Tim penguji skripsi

1. Falikhatun, Dra. M. Si, Ak sebagai ketua

(................................) NIP. 19681117 199403 2 002

2. Evi Gantyowati, Dra. M. Si, Ak sebagai pembimbing (.................................) NIP. 19651001 199412 2 001

3. Setianingtyas H, Dra. MM. Ak sebagai anggota

(................................) NIP. 19600427 198601 2 001

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Sistem Penyaluran Dana

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu” tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk menyelesaikan studi sarjana S-1 Fakultas Ekonomi jurusan akuntansi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.

Proses penulisan skripsi ini tentunya menguras tenaga, waktu dan pikiran. Namun berkat bantuan dari keluarga, saudara, orang-orang terdekat, dan dosen pembimbing akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu penulis menghaturkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Wisnu Untoro, Dr. M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.

2. Santosa T.H., Drs. M.Si., Ak.selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret/UNS Surakarta.

3. Evi Gantyowati, Dra. M. Si, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar meluangkan waktu dan memberikan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Bapak Muhibuddin, Drs, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Dompu dan Bapak H. Murthalib, S. Sos selaku manejer BOS serta Bapak Syahriar, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN 43 Woja yang telah memberikan izin, bantuan dan keterangan yang penulis butuhkan.

5. Bapak, Ibu tercinta yang tiada henti memberikan do’a dan semangat.

6. Kakak, adik, keponakan dan keluarga lainnya yang senantiasa memberikan dukungan.

7. Dae Muze untuk setiap waktu dan kesabarannya membantu hingga akhir penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman kuliah.

9. Semua pihak yang telah membantu tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah berkenan memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis harapkan masukan berupa saran maupun kritik dari seluruh pihak untuk perbaikan. Semoga skripsi ini juga dapat memberi manfaat bagi penelitian sejenis untuk masa datang. Amin

Surakarta, Januari 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii HALAMAN PENGESAHAN

iii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO

iv ABSTRAK

v KATA PENGANTAR

vii DAFTAR ISI

ix DAFTAR GAMBAR

xi DAFTAR TABEL

xi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Sistimatika Penulisan

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

1. Pengertiaan Sistem........................................................................... 8

2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas................................................................................................... 8

3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan........................................ 15

4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010 ............................................................................. 18

5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 ...................................................... 21

6. Biaya Operasional Pemerintahan Terkait Sektor Publik ............... 29

7. Penelitian Terdahulu Tentang BOS ............................................... 31

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 33

BAB III Metode penelitian ................................................................................ 36

A. Desain Penelitian

B. Jenis dan Sumber Data

C. Setting Penelitian

D. Analisis Data

1. Metode Pengumpulan Data yang Digunakan dalam Penelitian .... 38

2. Menarik Kesimpulan.................................................................... 40

BAB IV Analisis dan Hasil Penelitian.......................................................... 41

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Evaluasi Sistem Penyaluran BOS

1. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008

2. Administrasi Keuangan

a) Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS

b) Evaluasi Sistem Administrasi Keuangan Dana BOS

3. Pengalokasian Dana BOS

a) Sistem Pengalokasian Dana BOS

b) Evaluasi Pengalokasian Dana BOS

4. Penyaluran Dana BOS

a) Sistem Penyaluran Dana BOS

b) Evaluasi Penyaluran Dana BOS

5. Penggunaan Dana BOS

a) Sistem Penggunaan Dana BOS

b) Evaluasi Penggunaan Dana BOS

49 BAB V Penutup

A. Kesimpulan

B. Saran

53 Daftar Pustaka

54 Lampiran-lampiran

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Pemikiran

35

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Matriks Penggunaan Dana BOS Pada SDN 43 Woja

49

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 2.2

Flow Chart Penetapan Alokasi Dana BOS 2011

Gambar 2.2 Flow Chart Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah Negeri

Gambar 4.1

Flow Chart Administrasi Keuangan Dana BOS

Gambar 4.2 Flow Chart Pengalokasian Dana BOS 2011 SDN 43 Woja Gambar 4.3

Flow Chart Sistem Penyaluran Dana BOS 2011 untuk Sekolah Negeri (SDN 43 Woja)

Lembar Kerja Individu Sekolah (LKIS) SDN No. 43 Woja Tahun Pelajaran 2011/2012

Profil Sekolah SDN No. 43 Woja Laporan Individu Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (SDN No. 43 Woja)

Tahun Pelajaran 2011/2012 Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) Tahun 2011 SDN No.

43 Woja

ABSTRAK

Evaluasi Sistem Penyaluran Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Studi Kasus Pada SDN No. 43 Woja Di Kabupaten Dompu

SAKINAH NIM F 1309080

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem penyaluran dana BOS seperti proses administrasi keuangan, pengalokasian dana dan proses penyaluran serta penggunaan dana BOS studi pada SDN 43 Woja di Kabupaten Dompu. Penelitian ini berusaha meninjau peraturan atau ketentuan yang mendasari pendanaan pendidikan oleh pemerintah pusat maupun daerah, serta meninjau sistem penyaluran pada pengalokasian, penyaluran dan penggunaan dana BOS apakah sudah sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dikelarkan pemerintah dalam bentuk Permendiknas No. 37 Tahun 2010 demi untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang bermutu.

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus pada SDN 43 Woja sebagai salah satu sekolah penerima dana BOS dengan cara mewawancarai staf, manajer BOS, Kepala Sekolah dan bendahara sekolah serta menganalisis annual report yang didapat langsung dari Dinas (perusahan) dan sekolah tersebut.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sistem penyaluran dana BOS yang baru tahun 2011 ini berjalan sesuai dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan pemerintah dalam Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010. Hanya saja sekolah tidak menganggarkan biaya pengembangan profesi guru serta tidak terdapatnya laporan penggunaan dana yang seharusnya di tempelkan pada dinding sekolah sebagai bentuk laporan kepada masyarakat. Selain itu kami juga tidak melihat pemisahan fungsi yang kurang baik pada pengelolaan keuangan sekolah seperti bendahara dana BOS dipegang oleh guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah.

Kata kunci: Pendanaan Pendidikan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, Sekolah.

ABSTRACT

Evaluation of the Distribution on System of School Operational Funds (BOS) Case Study on SDN No. 43 in Distric Woja Dompu

SAKINAH NIM F 1309080

This study aims to determine how the BOS fund distribution system such as financial administration processes, allocation of funds and distribution processes as well as studies on the use of the funds in the District of SDN 43 Woja Dompu.

This study sought to review the rules or provisions that underlie education funding by central and local governments, as well as review the distribution system on the allocation, distribution and use of the funds are already in accordance with the technical guidance that has been dikelarkan Permendiknas No government in the form. 37 of 2010 in order to ease the burden of financing public education within the framework of Compulsory Education 9 (nine) years of quality.

This research was conducted by the case study method in SDN 43 Woja as one of the schools received BOS funds by interviewing staff, BOS manager, principal and school treasurer and analyze the annual report obtained directly from the office (company) and the school. The results of this study indicate that the system of the new BOS funds in 2011 is run in accordance with technical guidance issued by the government in Appendix I of the Minister of National Education Regulation No. 37 of 2010. It's just not the school budget for teachers' professional development costs and the absence of reports on the funds that should be tacked to the walls of the school as a form of a report to the public. Besides, we also do not see the separation of functions that are less well on school financial management as treasurer of the BOS funds held by teachers appointed by the principal.

Key words: Education Funding, Government, Local Government, Schools.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bangsa terutama Pendidikan Dasar menjadi tanggung jawab Pemerintah. Hal ini dijelaskan dalam pasal 31 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa “setiap warga negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan pemerintah wajib membiayainya ”. Bagaimana komitmen pemerintah menyikapi amanat konstitusi ini, padahal Pendidikan Dasar belum dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat dan biaya pendidikannya sebagian masih ditanggung masyarakat sendiri. Artinya Pendidikan Dasar 9 Tahun masih belum benar-benar gratis (Lukman, 2005).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti Pendidikan Dasar. Pasal 34 ayat (2) dan (3) disebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin dan bertanggung jawab terhadap terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang Pendidikan Dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat tanpa memungut biaya.

Salah satu bentuk pendanaan oleh Pemerintah untuk sekolah adalah Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak Juli tahun 2005, berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun. Sejak Tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan Salah satu bentuk pendanaan oleh Pemerintah untuk sekolah adalah Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak Juli tahun 2005, berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun. Sejak Tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan

Pengelolaan pendanaan yang baik dengan adanya dukungan manajemen pengelolaan yang handal tentu saja sangat diperlukan dalam usaha perbaikan pengelolaan dana BOS dengan mekanisme baru 2011. Bagi sekolah penerima dana bantuan, kas atau dana adalah unsur yang sangat penting dalam menunjang kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Kas merupakan aktiva yang paling likuid, paling mudah dipindahkan dan relatif mudah terjadi resiko penyelewengan. Kas juga merupakan suatu alat pembayaran yang sah dan mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi, sehingga paling sering dijadikan sasaran penyelewengan dan pencurian terhadap kas tersebut. (Arif Supriatna; 2008)

Keuangan sekolah terutama dana BOS di tingkat SD semestinya tidak lagi ditangani guru atau Kepala Sekolah, melainkan perlu dibentuknya seksi Tata Usaha (TU) agar administrasi sekolah dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari kemungkinan manipulasi atau penyelewengan oleh oknum- oknum yang tidak bertanggung jawab dan pengawasan keuangan sekolah dapat berlansung efektif. Dengan pembagian tugas yang jelas pengawasan keuangan sekolah dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program sekolah. (Bukit Berbunga; 2011). Sistem penerimaan dan pengeluaran kas Keuangan sekolah terutama dana BOS di tingkat SD semestinya tidak lagi ditangani guru atau Kepala Sekolah, melainkan perlu dibentuknya seksi Tata Usaha (TU) agar administrasi sekolah dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari kemungkinan manipulasi atau penyelewengan oleh oknum- oknum yang tidak bertanggung jawab dan pengawasan keuangan sekolah dapat berlansung efektif. Dengan pembagian tugas yang jelas pengawasan keuangan sekolah dapat diketahui seberapa efektif pengurus sekolah memanfaatkan sumber daya keuangan dalam menunjang program-program sekolah. (Bukit Berbunga; 2011). Sistem penerimaan dan pengeluaran kas

Banyak anggaran kurang transparan. Masyarakat kesulitan mengakses informasi program BOS sehingga membuka peluang terjadinya penyelewengan dana BOS. (Saptono Irawan; 2008 ). Khususnya penyaluran dana BOS di Sekolah Dasar sangat sulit menilai keberhasilan mekanisme baru BOS 2011 karena tidak ada bagian Tata Usaha yang secara khusus mengurus penerimaan dan pengeluaran kas sekolah. Atas dasar perlunya pengawasan dalam menilai keberhasilan suatu program tentu sangatlah penting dibentuknya sistem administrasi yang baik dalam sebuah Sekolah Dasar.

Tiga Kemeterian yaitu Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional mulai tahun 2011 akan mengawal pelaksanaan program BOS. Keterlibatan tiga Kementerian ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan program BOS terkait dengan perubahan mekanisme penyalurannya. “Jika pada Tahun 2010, penyaluran dana BOS mengikuti skema APBN yang disaluurkan dari Propinsi langsung ke sekolah, mulai Tahun 20011 mekanisme berubah menjadi mekanisme transfer ke Daerah (Kabupaten/Kota) dalam bentuk dana penyesuaian untuk BOS seperti tercantum dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 2010 tentang

APBN Tahun 2011” (dikutip dari Mendiknas Mohammad Nuh dalam bataviase.co.id/2010).

Peraturan Perundang-Undangan Pendidikan di Indonesia yang terus diperbaharui akan dapat menjawab tuntutan pencapaian Sistem Pendidikan yang semakin berkualitas di Indonesia khususnya di Kabupaten Dompu. “Pembentukan sebuah sistem pendidikan yang efektif serta masyarakat yang komprehensif secara keseluruhan tidak bisa dicapai hanya dalam satu pencapaian sekaligus, pasti memiliki banyak hambatan dan oleh karenanya diperlukan peraturan perundang-undangan yang jelas jadi tonggak pencapaian pendidikan.” (dikutip dari Arnodly Laurie, 2010).

Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan BPK-RI, bahwa pelaksanaan pengelolaan dana BOS yang dilakukan baik oleh jajaran Departemen Pendidikan Nasional maupun jajaran Departemen Agama masih membutuhkan perbaikan-perbaikan yang sangat signifikan, antara lain (Media Pendidikan; 2010):

1. Sistem pengendalian intern atas penetapan alokasi penyaluran, penggunaan dan pertanggung jawaban dana BOS belum memadai. Dana BOS belum diterima seko-lah dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat.

2. Dana BOS belum dipergunakan dengan tepat sesuai petunjuk pe- laksanaan.

3. Tujuan program dana BOS untuk membebaskan beaya pendidikan

bagi siswa tidak mampu masih belum sepenuhnya tercapai.

Dari uraian diatas kemudian penulis tertarik memilih judul “EVALUASI

SISTEM

PENYALURAN

DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) STUDI KASUS PADA SDN NO. 43

WOJA DI KABUPATEN DOMPU”.

B. Perumusan Masalah

Peneliti membatasi penelitian pada penyaluran dana BOS, yaitu tentang mekanisme pengalokasian, mekanisme penyaluran dan mekanisme penggunaan dana BOS dari pemerintah sampai akhirnya ke sekolah dan kemudian dilaporkan kembali penggunaan dana tersebut.

Dalam siklus penyaluran dana BOS terdapat beberapa permasalahan yang menyangkut sumber daya manusia yang bertugas mengelola administrasi dana BOS. Hal ini karena masing-masing sekolah kesulitan dalam menerapkan peraturan yang sudah ada. Khususnya Sekolah Dasar terkendala karena belum adanya seksi Tata Usaha di sekolah. Sering kali urusan administrasi dilakukan oleh Kepala Sekolah (Kepsek) atau guru yang ditunjuk, sehingga Kepsek dan guru tidak dapat fokus pada tugas masing- masing. Dari masalah diatas, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme sistem penyaluran dana BOS dari Pemerintah ke sekolah (terkait mekanisme pengalokasian, penyaluran dan penggunaan)?

2. Bagaimana evaluasi sistem penyaluran dana BOS pada SDN No. 43 Woja apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme pengalokasian, penyaluran dan penggunaan?

C. Tujuan Penelitian

Untuk memudahkan penulisan kami merumuskan tujuan penulisan yaitu:

1. Menguraikan gambaran mekanisme penyaluran dana BOS yang meliputi pengalokasian, penyaluran dan penggunaannya.

2. Evaluasi penyaluran dana BOS studi kasus pada SDN No. 43 Woja apakah sudah sesuai dengan juknis terkait mekanisme pengalokasian, penyaluran dan penggunaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan untuk perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat memberi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Dompu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di daerah, khususnya masalah pengelolaan program dana BOS juga bagi SDN 43 Woja.

b. Penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan semua pihak dalam rangka melaksanakan tertib administrasi pengelolaan dana BOS.

E. Sistematika penulisan

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dalam setiap bab-nya akan menguraikan mengenai: BAB I: PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI

Landasan teori berisi teori-teori yang mendasari penelitian. Bagian ini berisi tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan, tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247/PMK07/2010, dan tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 BAB III: METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi: A) Desain Penelitian; B) Jenis dan Sumber Data; C) Setting Penelitian; dan D) Analisis Data BAB IV: ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN

Berisi pelaksanaan penelitian, gambaran umum pelaksanaan kegiatan, serta analisis dan evaluasi kegiatan sebagai hasil penelitian. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran penulis sehubungan dengan hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu

1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kerangka prosedur-prosedur yang saling berhubungan dan disusun dengan skema yang menyeluruh dengan melalui suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu entitas tertentu. Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan (clerical), yang baiasanya melibaatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih. Sehingga penyusunan dapat menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang terjadi menurut W. Gerald Cole (dalam terjemahan Baridwan; 2002:3)

2. Arti dan Pentingnya Pengendalian Penerimaan serta Pengeluaran Kas Pengendalian intern dibutuhkan sebagai usaha untuk mengendalikan setiap kegiatan atau manajemen dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor berikut dapat dipandang sebagai alasan mengapa SPI diperlukan (Hartadi dalam Arif Supriatna, 2008)

1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi begitu komplek dan meluas. Sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam laporan-laporan dan analisis, untuk mengendalikan operasi secara efektif.

2. Pengawasan dan penelahaan dengan melihat pada sistem 2. Pengawasan dan penelahaan dengan melihat pada sistem

3. Tidak praktis apabila akuntan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan dengan keterbatasan uang jasa (fee), tanpa mempercayai sistem pengendalian intern.

a) Pengertian Sistem Pengendalian Intern Definisi lain dari sistem pengendalian intern (Munawir dalam Arif S; 2008) adalah sistem di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat terkoordinasi yang digunakan dengan tujuan untuk hal-hal sebagai berikut:

§ Menjaga keamanan harta milik perusahaan § Memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi § Memajukan efisiensi di dalam organisasi § Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah

ditetapkan, sehingga akan memberikan jaminan bahwa tujuan suatu usaha akan daat dicapai.

Menurut Hartadi dalam Arif. S; 2008, sistem pengendlaian intern sebagai suatu alat pengawasan yang mempunyai dua pengertian, yaitu dalam arti sempit dan luas. Dalam arti sempit, yaitu sama dengan internal check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa dan ketelitian administrasi. Seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar (horizontal) dengan penjumlahan menurun (vertical).

Dalam arti luas istilah tersebut disamakan dengan manajemen kontrol. Kontrol manajemen yaitu suatu sistem yang melalui semua cara

yang digunakan pimpinan perusanaan untuk mengawasi atau mengendalikan perusahaan. Dalam penelitian pengendalian intern meliputi struktur organisasi, prosedur, pembukuan dan laporan (administrasi, anggaran dan standar pemeriksaan intern). Sedangkan definisi menurut Muladi dan Puradiredja (2002;171-172). Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu: keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, efektifitas dan efisiensi operasi.

b) Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas Penerimaan kas dari suatu perusahaan berasal dari dua sumber utama, penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari piutang. Berdasarkan pengendalian intern yang baik, sistem penerimaan kas mengharuskan penerimaan kas dalam bentuk tunai harus segera disetor ke bank dalam jumlah yang penuh. Dilakukan dengan cara melibatkan pihak lain, Selain kasir untuk melakukan internal check (Muladi, 2001;445)

c) Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam penerimaan kas:

1. Organisasi

a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas Fungsi penjualan merupakan fungsi operasi yang harus terpisah dari fungsi kas, yang merupakan fungsi penyimapnan. Pemisahan a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas Fungsi penjualan merupakan fungsi operasi yang harus terpisah dari fungsi kas, yang merupakan fungsi penyimapnan. Pemisahan

b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi Berdasarkan unsur Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang baik, fungsi akuntansi harus dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain, fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.

c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksnakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi penyimpanan, fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi dalam penjualan tunai dapat dilaksanakan secara lengkap oleh satu fungsi. Dengan dilaksanakannya setiap tansaksi penjualan tunai, oleh berbagai fungsi akan tercipta adanya pengecekan intern pekerjaan setiap fungsi tersebut oleh fungsi lainnya.

2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

a. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas, dengan cara membubuhkan cap”lunas” pada faktur penjualan tunai dan peenempetan pita register kas pada faktur tersebut.

b. Pencatatan ke dalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntasni dengan cara memberikan tanda faktur penjualan tunai.

3. Praktek yang Sehat

a. Faktur penjualan bernomor urut cetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan leh fungsi penjualan.

b. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetor hanya ke bank hari itu juga dan harus sama dengan transaksi penjulan tunai attau pada hari kerja berikutnya.

c. Perhitungan saldo kas yang ada ditangani fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern.

d) Pengertian Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas Sistem pengeluaran kas dirancang untuk mengendalikan pengeluaran dengan melalui cek dan pengeluaran kas dengan uang tunai. Sistem pengeluaran kas dengan cek berhubungan erat dengan sistem pencatatan utang, sehingga sistem pengeluaran kas dengan cek dibagi menjadi empat macam:

1. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam account payable system.

2. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam one time voucher system cash basis .

3. Sistem pengeluaran kas dengn cek dalam one time voucher system accrual basis.

4. Sistem pengeluaran kas dengan cek dalam buil up voucher payable system .

Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern pengeluaran kas adalah cek, bukti kas keluar, cek dan permintaan cek. Catatan akuntansi yang biasa digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas dan register cek. Fungsi-fungsi yang terkait yaitu fungsi yang memerlukan pengeluaran kas, fungsi kas, fungsi akuntansi dan pemeriksaan intern.

Sedangkan sistem pengeluaran kas dengan uang tunai dilaksanakan melalui dana kas kecil yang diselenggarakan dengan dua macam sistem yaitu: imprest system dan ftluctuating fund balance system.

Dokumen yang digunakan dalam sistem pengendalian intern pengeluaran kas dengan kas kecil yaitu dengan bukti kas keluar, cek, permintaan pengeluaran kas kecil, dan permintaan pengisiankembali kas kecil. Catatan akuntansi yang digunakan yaitu jurnal pengeluaran kas, register kas, jurnal pengeluaran dana kas kecil,. Fungsi yang terkai yaitu fungsi kas, akuntansi, pemegang kas kecil, fungsi yang memerlukan pembayaran tunai dan pemeriksaan intern.

e) Sistem Pengendalian Intern Pengeluaran Kas Pengeluaran dengan cek memungkinkan pihak ketiga seperti bank ikut serta dalam mengawasi pengeluaran kas perusahaan tersebut, dengan cara membandingkan rekening koran bank yang diterima secara periodik dari bank. Menurut Muladi (2002:373), untuk melakukan pengawasan atau pengendalian intern sebaiknya juga harus memperlihatkan elemen-elemen sistem pengendalian intern diantaranya:

1) Organisasi

a) Fungsi penyimpanan kas harus terpisah dari fungsi akuntasni

b) Transaksi pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh fungsi penyimpanan kas sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi lain.

2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan 2) Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

b) Debitur biasanya diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindahbukuan

c) Fungsi penagihan dilakukan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih dan dibuat oleh fungsi akuntansi.

d) Pembukuan dan penutupan rekening bank harus mendapatkan persetujuan dari yang berwenamg.

e) Pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas harus didasarkan pada bukti kas keluar yang telah mendapat otorisasi dari yang berwenang dan dilampiri dengan dokumen pendukung yang lengkap.

3) Praktek yang sehat

a) Saldo kas yang ada ditangan harus dilindungi dari kemungkinan pencurian atau penggunaan yang tidak semestinya.

b) Dokumen sumber dan dokumen pendukung transaksi pengeluaran kas harus dibubuhi cap “lunas” oleh fungsi penyimpanan kas setelah transaksi pengeluaran kas dilakukan

c) Penggunaan rekening koran bank yang merupakan informasi dari pihak ketiga untuk mengecek ketelitian catatan kas oleh unti organisasi yang tidak terlibat dalam pencatatan dan penyimpanan kas (bagian pemeriksa intern)

d) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayarn atau dengan pemindahbukuan d) Semua pengeluaran kas harus dilakukan dengan cek atas nama perusahaan penerima pembayarn atau dengan pemindahbukuan

f) Kasir dan para penagih harus diasuransikan

g) Semua nomor cek harus di pertanggungjawabakan oleh bagian kasir.

3. Tinjauan tentang Pendanaan Pendidikan

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab

I pasal 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendanaan pendidikan dalam kacamata UUD 1945 dan Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 dapat dijelaskan sebagai berikut:

“Dana pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan pendidikan yaitu penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat”.

Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan keberlanjutan. Pengelolaan dana pendidikan dilakukan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi, dan akuntabilitas publik.

Dijelaskan dalam panduan BOS Tahun 2010, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diartikan sebagai “Dana bantuan pemerintah yang pada Dijelaskan dalam panduan BOS Tahun 2010, Bantuan Operasional Sekolah (BOS) diartikan sebagai “Dana bantuan pemerintah yang pada

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 dijelaskan mengenai jenis-jenis pendanaan atau biaya pendidikan yang menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat. Dalam peraturan tersebut biaya pendidikan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik.

1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi:

a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap;

b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll; b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll;

d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.

2. Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, atau penyelenggara/ satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

3. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan Pemerintah adalah Pemerintah Pusat sedangkan Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia 7 s/d 15 Tahun. Tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam pendanaan pendidikan sebagai berikut:

a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya memberi bantuan biaya pendidikan atau beasiswa kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

b. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dapat memberi beasiswa kepada peserta didik yang berprestasi.

Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib menerima biaya nonpersonalia dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah, bila terjadi penolakan terhadap bantuan biaya nonpersonalia maka satuan pendidikan harus sesuai dengan yang telah diselenggarakan Pemerintah atau Pemerintah Daerah dan satuan pendidikan dilarang memungut biaya tersebut dari peserta didik, orang tua atau wakil peserta didik. Jika terjadi pemungutan maka satuan pendidikan tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

4. Tinjauan tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 /PMK07/2010

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 247 Tahun 2010 mengatur tentang Pedoman Umum dan Alokasi Sementara Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Tahun Anggaran 2011. Menurut pasal 1 ayat (1) dana Bantuan Operasional Sekolah yang selanjutnya disebut BOS, merupakan dana yang dialokasikan kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun yang bermutu. Menurut pasal 1 ayat (3), alokasi per siswa per tahun dari BOS Tahun Anggaran 2011 terhitung 1 Januari 2011 antara lain:

a. Alokasi untuk SD/SDLB di Kota adalah sebesar Rp400.000,00

(empat ratus ribu rupiah) per siswa/tahun;

b. Alokasi untuk SD/SDLB di Kabupaten adalah sebesar Rp397.000,00 (tiga ratus sembilah puluh tujuh ribu rupiah) per siswa/tahun; b. Alokasi untuk SD/SDLB di Kabupaten adalah sebesar Rp397.000,00 (tiga ratus sembilah puluh tujuh ribu rupiah) per siswa/tahun;

d. Alokasi untuk SMP/SMPLB/SMPT di Kabupaten adalah sebesar Rp570.000,00 (lima ratus tujuh puluh ribu rupiah) per siswa/tahun. Dalam pasal (2) juga dijelaskan bahwa BOS Tahun Anggaran 2011 merupakan komponen “Transfer ke Daerah” sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011. BOS merupakan bagian dari pendapatan daerah dan dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2011 atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Tahun Anggaran 2011 pada kelompok lain-lain pendapatan yang sah.

Dana BOS ditujukan terutama untuk stimulus bagi daerah dan bukan sebagai pengganti dari kewajiban daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah baik untuk BOS Daerah dan atau Bantuan Operasional Pendidikan. Penggunaan BOS harus tetap bersinergi dengan BOS Daerah dan atau Bantuan Operasional Pendidikan.

Dana BOS sebesar Rp16.812.005.760.000,00 (enam belas triliun delapan ratus dua belas miliar lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) disediakan untuk daerah melalui penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011 atas beban Bagian Anggaran 999.05 (Sistem Akuntansi Transfer Ke Daerah). Komponen tentang BOS dijelaskan pasal 3 ayat (2) bahwa: Dana BOS sebesar Rp16.812.005.760.000,00 (enam belas triliun delapan ratus dua belas miliar lima juta tujuh ratus enam puluh ribu rupiah) disediakan untuk daerah melalui penerbitan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun Anggaran 2011 atas beban Bagian Anggaran 999.05 (Sistem Akuntansi Transfer Ke Daerah). Komponen tentang BOS dijelaskan pasal 3 ayat (2) bahwa:

b. Dana cadangan BOS (Buffer fund) yang dipergunakan untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah siswa dari perkiraan semula karena berlakunya Tahun Ajaran 2011/2012 di pertengahan Tahun Anggaran 2011 sebesar Rp545.966.584.000,00 (lima ratus empat puluh lima miliar sembilan ratus enam puluh enam juta lima ratus delapan puluh empat ribu rupiah).

Rincian alokasi BOS untuk masing-masing Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan data jumlah siswa dari Kementerian Pendidikan Nasional. Rincian alokasi BOS untuk masing-masing sekolah per Kabupaten/Kota dihitung berdasarkan data nama sekolah, jumlah sekolah dan jumlah siswa serta ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional dalam Petunjuk Teknis penggunaan BOS. Alokasi BOS merupakan alokasi sementara untuk Tahun Anggaran 2011. Dana cadangan BOS (Buffer Fund) pencairannya dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi dari Kementerian Pendidikan Nasional berdasarkan ketersediaan dan perkembangan data jumlah siswa yang riil dalam tahun ajaran berjalan.

5. Tinjauan tentang Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada Tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada Tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program Wajar 9 Tahun telah tuntas 7 Tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program Wajar

9 Tahun. Oleh karena itu, mulai Tahun 2009 Pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas.

Mulai Tahun 2011 Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mengalami perubahan mekanisme penyaluran dana, yang semula dari skema APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk Bantuan Operasional Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

10 Tahun 2010 tentang APBN 2011. Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011. Menurut Peraturan Mendiknas Nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah

Secara umum mekanisme pelaksanaan program yang meliputi mekanisme alokasi, mekanisme penyaluran dana, dan penggunaan dana.

a) Mekanisme Pengalokasian

1) Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota dengan koordinasi Tim Manajemen BOS Provinsi menyerahkan data jumlah siswa tiap sekolah kepada Kementerian Pendidikan Nasional;

2) Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Kementerian Pendidikan Nasional membuat alokasi dana BOS tiap kabupaten/kota, untuk selanjutnya dikirim ke Kementerian Keuangan;

3) Kementerian Keuangan menetapkan alokasi anggaran sementara per kabupaten/kota melalui Peraturan Menteri Keuangan;

4) Alokasi prognosa definitif BOS akan ditetapkan, setelah Kementerian Keuangan menerima data rekonsiliasi mengenai jumlah sekolah dan jumlah siswa tahun ajaran baru (2011-2012) dari Kementerian Pendidikan Nasional;

5) Alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta ditetapkan oleh pemerintah daerah (melalui Pejabat Pengelola Keuangan

Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan data jumlah siswa;

6) Alokasi dana BOS per sekolah untuk periode Januari-Juni 2011 didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan periode Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran 2011-2012.

Untuk alokasi dana BOS per sekolah negeri ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, sedangkan alokasi per sekolah swasta ditetapkan oleh pemerintah daerah (melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) atas usulan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan data jumlah siswa.

b) Mekanisme Penyaluran Dana Untuk sekolah yang akan menerima dana BOS diharuskan mencukupi 2 syarat sebagai berikut:

1) Bagi sekolah yang belum memiliki rekening rutin, harus membuka nomor rekening atas nama sekolah (tidak boleh atas nama pribadi).

2) Sekolah mengirimkan nomor rekening tersebut kepada Kementerian

Pendidikan Nasional.

Untuk alokasi dana BOS per sekolah periode Januari-Juni 2011 didasarkan jumlah siswa tahun pelajaran 2010-2011, sedangkan periode Juli-Desember 2011 didasarkan pada data tahun pelajaran 2011-2012. Tahapan penyaluran dana BOS untuk tahun 2011 dilakukan dengan 2 tahap: tahap pertama, penyaluran BOS dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas

Umum Daerah. Penyaluran Triwulan Pertama, Kedua, dan Ketiga adalah masing-masing sebesar ¼ (satu perempat) dari alokasi sementara yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan. Penyaluran Triwulan Keempat sebesar selisih antara penetapan alokasi prognosa definitif BOS dengan jumlah dana yang telah disalurkan dari Triwulan Pertama sampai

dengan Triwulan Ketiga. Tahap kedua, yaitu penyaluran dana dari Kas Umum Daerah ke Sekolah.

c) Mekanisme Penggunaan Dana Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama anatara Kepala Sekolah/Dewan Guru dan Komite Sekolah, yang harus di daftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAPBS disamping dana dari sumber lain. Selanjutnya dana BOS dapat digunakan untuk:

1) Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru. Biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang, pembuatan spanduk sekolah bebas pungutan, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut ;

2) Pembelian/penggandaan buku teks pelajaran. § Jenis buku yang dibeli/digandakan untuk SD adalah satu buku, yaitu Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, sedangkan SMP sebanyak 2 buku yaitu (a) Pendidikan Jasmani, Olahraga

dan Kesehatan dan (b) Seni Budaya dan Ketrampilan.

§ Jika buku dimaksud belum ada di sekolah/belum mencukupi

sekolah wajib

membeli/menggandakan sebanyak jumlah siswa. § Jika jumlah buku telah terpenuhi satu siswa satu buku, baik yang telah dibeli dari dana BOS maupun dari Pemerintah Daerah, maka sekolah tidak harus menggunakan dana BOS untuk

pembelian/penggandaan buku tersebut. § Dana BOS juga boleh untuk membeli buku teks pelajaran lainnya

yang belum mencukupi sejumlah siswa.

3) Pembiayaan kegiatan pembelajaran § Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa (misalnya untuk fotocopy/ penggandaan soal, honor koreksi ujian dan honor guru dalam

rangka penyusunan rapor siswa). § Remedial, pembelajaran, pengayaan, pemantapan persiapan ujian,

olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, Palang Merah Remaja, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan sejenisnya (misalnya honor jam mengajar tambahan, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru dalam rangka mengikuti lomba, fotocopy, membeli alat olah raga, alat kesenian dan biaya pendaftaran mengikuti lomba).

4) Pembelian bahan-bahan habis pakai

§ Digunakan untuk membeli bahan pendukung proses belajar mengajar seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas,

bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, § Langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

5) Pembiayaan langganan daya dan jasa · Seperti pembiayaan listrik, air, telepon, internet, termasuk untuk

pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah. · Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah

tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah, maka diperkenankan untuk membeli genset.

6) Pembiayaan perawatan sekolah Pembiayaan pengecatan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.

7) Pembayaran honorarium · Digunakan untuk membayar honorarium bulanan guru honorer dan

tenaga kependidikan honorer. · Untuk SD diperbolehkan untuk membayar honor tenaga yang

membantu administrasi BOS.

8) Pengembangan profesi guru · Dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pelatihan,

KKG/MGMP dan KKKS/MKKS.

· Khusus untuk sekolah yang memperoleh Hibah/Block Grant pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun

anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama.

9) Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin

· Dipergunakan untuk meringankan biaya transport bagi siswa

miskin. · Jika dinilai lebih ekonomis, dapat membeli alat transportasi

sederhana untuk menjadi inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu penyeberangan, dll).

10) Pembiayaan pengelolaan BOS · Dapat digunakan untuk biaya alat tulis kantor (ATK termasuk tinta

printer, CD dan flash disk), penggandaan, surat-menyurat, insentif bagi bendahara dalam rangka penyusunan laporan BOS dan biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT Pos.

· Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih ada sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan

mebeler sekolah.

11) Pembelian komputer (desktop/work station) dan printer untuk kegiatan belajar siswa, masing-masing maksimum 1 unit dalam satu tahun anggaran.

Dana BOS tidak boleh digunakan:

1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan.

2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

3. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour (karya wisata) dan sejenisnya.