Tgs klmpk mklh FI k9 penelitian dan penulisan ilmiah

  TUGAS KELOMPOK

  

Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Mata Kuliah Filsafat dan Sejarah Mipa

Dosen Pengampu : Dr. Suparman Ia, M.Sc / Dra. Sumaryati T, M. Pd.

  Disusun oleh kelompok 9: Rasdianah ( 20147270178 ) Pipih Priyatna ( 20147270200 ) Ahmad Fahmi ( 20147270212 ) Dwi Dani Apriyani ( 20147270250 ) Zumaroh ( 20147270278 )

  PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 2014

KATA PENGANTAR

  Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, cinta dan karunia-Nya kepada penulis sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Penelitian dan Penulisan Ilmiah” ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat dan Sejarah MIPA, Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI.

  Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya baik bentuk, isi maupun teknik penyajiannya, oleh sebab itu kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak penulis terima dengan tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga kehadiran makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

  Jakarta Penyusun

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah..............................................................................

  2 C. Tujuan Penyusunan Makalah.............................................................

  2 BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Penelitian Dan Penulisan Ilmiah..........................................

  3 1. Pengajuan Masalah...................................................................

  3 2. Penyusun Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis............

  8 3. Metode Penelitian.....................................................................

  10 4. Hasil Penelitian.........................................................................

  11 5. Ringkasan Dan Kesimpulan......................................................

  12 6. Abstrak......................................................................................

  13 7. Daftar Putaka............................................................................

  14 8. Riwayat Hidup..........................................................................

  15 9. Lampiran...................................................................................

  15 B. Teknik Penulisan Ilmiah....................................................................

  15 C. Teknik Notasi Ilmiah.........................................................................

  21 BAB III PENUTUP A. Simpulan.........................................................................................

  30 B. Pendapat/ Saran...............................................................................

  30 C. Daftar Pustaka.................................................................................

  31

  1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan muncul dikarenakan rasa ingin tahu manusia terhadap

  alam semesta bererta isinya, karena manusia berbeda dengan makhluk lainnya manusia memiliki nalar, naluri dan nurani, maka manusia menggunakan nalari atau akal yang dimiliki secara optimal untuk menjawab masalah yang terjadi yang timbul dari rasa ingin tahunya tersebut. Rasa ingin tahu inilah yang kemudian menjadi titik tolak manusia dalam menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

  Kegiatan menyusun serta merangkaikan kalimat sedemikian rupa agar pesan, informasi, serta maksud yang terkandung dalam pikiran, gagasan, dan pendapat penulis dapat disampaikan dengan baik disebut menulis. Untuk itu setiap kalimat harus disusun sesuai dengan kaidah-kaidah gramatika sehingga mampu mendukung pengertian baik dalam taraf signifikan maupun taraf value. Pada tahap penulisan dilakukan kegiatan menuangkan ide ke dalam tulisan tanpa kekhawatiran tentang hal-hal seperti tata bahasa, ejaan, dan sebagainya.

  Karya ilmiah merupakan suatu bentuk karya tulis yang bersifat ilmiah yang disusun secara sistematis dan logis yang dibuat oleh seorang penulis atau peneliti. Karya ilmiah mengungkapkan suatu kebenaran tentang suatu objek penelitian untuk disampaikan kepada pembaca. Menulis karya ilmiah pada dasarnya adalah cara ilmuwan berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang bisa membuat lawan bicara mengerti apa yang dimaksudkan oleh komunikator. Begitupun dengan penulis yang baik harus mampu membuat pembaca mengerti apa yang dimaksudkan tanpa arti ganda. Penulis terlebih dahulu harus memahami apa makna yang akan disampaikan kepada pembaca sebelum menuangkan gagasannya ke atas kertas. Namun, terdapat berbagai kendala yang dijumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah, salah satunya adalah salah dalam menyusun struktur pelaporan, salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplakal, salah dalam menuliskan bagian kesimpulan, penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar, tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat, dan tidak konsisten dalam format tampilan penulisan ilmiah.

  Hal-hal yang secara singkat diuraikan di atas melatarbelakangi terhadap penulisan makalah ini selain dari sisi lain sebagai tugas makalah dalam mata kuliah Filsafat dan Sejarah MIPA yang diberikan kepada tim penulis.

  B. Rumusan Masalah

  Dalam makalah ini memuat rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana struktur penelitian dan penulisan ilmiah ?

  2. Apa saja yang termasuk dalam struktur penelitian dan penulisan ilmiah?

  3. Bagaimana teknik menyusun karya ilmiah?

  4. Apa saja yang termasuk dalam teknik penulisan ilmiah ?

  5. Bagaimana teknik notasi ilmiah?

  6. Apa saja yang termasuk dalam teknik notasi ilmiah ?

  C. Tujuan Penyusunan Makalah

  Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mengupas lebih dalam penulisan ilmiah serta teknik menyusun karya ilmiah.

  3

BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah Karya ilmiah juga biasa disebut karangan ilmiah. Karya ilmiah didasari

  oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan tertentu: disusun menurut metode tertentu dengan penulisan yang santun, baik, dan benar berdasarkan kaidah baku ragam bahasa tulis.

1. Pengajuan Masalah

  a. Latar Belakang Latar belakang penelitian membahas tentang adanya suatu topik gejala atau masalah yang kemudian diuraikan tentang topik atau masalah yang kemudian menjadi isu penelitian atau gejala penelitian sebagai informasi awal untuk diteliti, berdasarkan fakta-fakta atau data-data atau informasi yang berasal dari referensi, seperti: jurnal, hasil penelitian sebelumnya, seminar lokakarya, pendapat pemegang otoritas, dan intuisi atau pengalaman pribadi. Informasi awal tersebut mengacu pada sumber referensi lain misal data-data, fakta-fakta, dan lainnya harus terdapat dalam latar belakang masalah untuk menunjukkan bahwa gejala atau fenomena itu disinyalir memang berdasarkan fakta, pengalaman dan referensi yang ditangkap dengan panca indera bukan khayalan atau bukan persepsi penulis yang tanpa fakta dan bukan uraian kajian pustaka.

  Latar belakang masalah memuat tentang mengapa kejadian atau gejala itu dianggap masalah dan mengapa penting untuk diteliti dan apa dampaknya apabila masalah ini dibiarkan. Penguraian bagaimana masalah tersebuat seharusnya dipecahkan dan kegunaan dari pemecahan masalah yang diteliti serta manfaat hasil penelitian bagi kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pembahasan yang menjelaskan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting, dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan kepentingan tertentu. Hal yang disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah jika masalah tersebut tidak diteliti. Pengungkapan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran memunculkan permasalahan-permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang akan diderita bila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan yang akan diperoleh bila masalah tersebut diteliti. Peneliti dituntut untuk mampu membaca dan memaknakan gejala- gejala yang muncul dalam ilmu yang ditekuninya. Untuk itu pengetahuan peneliti yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang terkait merupakan syarat mutlak. Ini merupakan alasan lain mengapa penelaahan terhadap jurnal-jurnal hasil penelitian terdahulu yang terkait harus sejak awal dilakukan.

  Di dalam suatu latar belakang dapat tersaji mengenai keadaan atau fakta secara aktual yang menarik perhatian penulis atau peneliti untuk diteliti sehingga dari uraian fakta aktual yang terjadi bisa dilihat permasalahannya secara jelas. Dalam menyajikan fakta atau keadaan, penulis dapat menyajikan data dalam bentuk tabel, angka presentase atau dalam bentuk narasi biasa. Fakta yang ditampilkan dalam bentuk apapun mewakili komunitas atau kelompok populasi yang hendak diteliti untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Jadi, dalam latar belakang penelitian peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis tersebut, peneliti harus dapat menunjukkan dan membuktikan adanya suatu penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah tersebut perlu diteliti.

  b. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian, masalah atau variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi dapat diangkat sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan lainnya.

  Apabila dalam latar belakang penelitian penjelasannya sudah dikemukakan dengan lengkap dan jelas, maka akan memudahkan proses identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan yang akan diteliti yang kemudian disusun dalam bentuk pertanyaan tanpa tanda tanya. Semua masalah dalam objek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Cara mengidentifikasi masalah dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke objek yang akan diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Dari berbagai permasalahan tersebut akan dikemukakan hubungan suatu masalah dengan masalah lain baik yang diduga akan berpengaruh positif atau negatif.

  Mengidentifikasi masalah mula-mula mengemukakan semua faktor dari variabel yang teridentifikasi sebagai masalah yang menyebabkan terjadinya suatu masalah utama berdasarkan referensi atau hasil penelitian tertentu. Banyak faktor penyebab yang merupakan masalah dan menyebabkan masalah lain, tetapi yang diidentifikasi adalah faktor dan masalah yang terjangkau dan dikuasai peneliti. Apabila semua faktor yang menyebabkan terjadinya masalah sudah teridentifikasi, kemudian pemilihan beberapa faktor yang terjangkau oleh kemampuan ilmu peneliti dan menarik untuk diteliti atau biasa disebut dengan pembatasan masalah. Permasalahan yang sudah terbatasi akan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang operasional, terukur, padat, jelas dan tegas. Jadi identifikasi masalah menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. Seluruh variabel yang dilibatkan dalam penelitian harus dapat tergambar dengan jelas dalam identifikasi masalah. Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan pada identifikasi masalah harus dijawab pada bagian hasil penelitian dan pembahasan. Identifikasi masalah yang diajukan dapat menunjukkan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian serta tidak harus dibatasi oleh ketentuan jumlah variabel yang dilibatkan dalam penelitian. c. Batasan Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah yang telah dilakukan, dipilih sejumlah masalah disertai penjelasan ruang lingkup masalah, baik keluasan maupun kedalamannya. Pembatasan masalah dilakukan agar peneltian lebih terarah, fokus, dan tidak melenceng. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan materi, kelayakan dan keterbatasan dari peneliti tanpa keluar dari jalur penelitian ilmiah. Karena adanya keterbatasan, waktu, biaya, tenaga, teori-teori, dan agar penelitian yang dilakukan dapat dilakukan secara mendalam, maka tidak semua masalah akan diteliti, serta bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel lainnya. Berdasarkan batasan masalah ini maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.

  d. Perumusan Masalah merupakan modal asal dalam penelitian dimana sebuah penelitian baru dilakukan pada saat kita menemukan sebuah masalah.

  Perumusan masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat. Masalah yang dirumuskan harus sudah tergambar kemungkinan penyelesaiannya, solusi pemecahannya, jenis data yang dikumpulkan dan cara menganalisisnya. Dalam merumuskan masalah perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:

  1) Rumusan masalah hendaknya harus ada keterkaitan antar variabel 1 dengan variabel lainnya, baik berupa perbandingan, perbedaan dan lainnya

  2) Rumusan masalah hendaknya harus dapat dicari dan di uji serta dapat ditemukan pemecahan masalahnya. Perumusan masalah hendaknya berupa kalimat tanya, singkat, jelas dan diakhiri tanda tanya. Hal tersebut senada dengan Riduwan (2009: 5):

  Pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil- hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti diperlukan dalam merumuskan masalah. Dalam rumusan dan analisis masalah sekaligus juga diidentifikasi variabel-variabel dalam penelitian beserta definisi operasionalnya. Rumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-variabel yang diteliti, dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Definisi operasional yang dirumuskan untuk setiap variabel harus sampai melahirkan indikator-indikator dari setiap variabel yang diteliti dan kemudian akan dijabarkan dalam instrumen penelitian. Berdasarkan teori di atas maka setelah masalah yang akan diteliti berkaitan dengan hubungan antar variabel atau masalah dapat terjawab secara akurat, maka perlu dirumusakan secara spesifik dan dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya.

  e. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan jawaban keinginan peneliti tentang hasil penelitian terhadap permasalahan yang mengacu pada perumusan masalah, dimana tujuannya harus konsisten dan relevan dengan masalahnya. Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai apa yang akan dihasilkan atau dicapai oleh peneliti dan tergantung pada jenis penelitian dan masalah yang akan diteliti. Rumusan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum menggambarkan secara singkat dalam satu kalimat apa yang ingin dicapai. Tujuan khusus dirumuskan dalam bentuk item-item yang spesifik mengacu kepada pertanyaan- pertanyaan penelitian. Rumusan masalah dan tujuan penelitian adalah jawabannya terletak dalam kesimpulan. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitian.

  f. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian berkenaan dengan manfaat ilmiah dan praktis dari hasil penelitian. Kegunaan ilmiah yaitu untuk memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari. Kegunaan praktis yaitu kegunaan penelitian bagi dunia praktis di lapangan. Riduwan (2009: 6) menjelaskan kegunaan penelitian ada dua hal: kegunaan untuk mengembangkan ilmu atau kegunaan teoritis. Kegunaan praktis ialah membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah yang ada pada objek yang diteliti.

2. Penyusun Kerangka Teoritis dan Pengajuan Hipotesis

  Kerangka berpikir merupakan uraian tentang bagaimana peneliti mengalirkan jalan pikiran secara logis dalam rangka memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Dalam kerangka berpikir diuraikan pola pikir peneliti, dalil-dalil hukum, kaidah-kaidah, dan ketentuan-ketentuan dari kepustakaan, dan generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian terdahulu, kemudian ditarik benang merah sesuai jalan pemikiran peneliti sehingga membentuk model alur berpikir. Kerangka berpikir membantu menjawab permasalahan dengan sumber bacaan dan hasil penelitian yang dipilih merupakan sesuatu yang relevan. Penarikan benang merah dari teori-teori untuk dibuat dalam suatu bagan penelitian yang menggambarkan hubungan antara konsep yang ada dalam teori, sehingga membentuk alur hubungan antar konsep yang merupakan benang merah dari suatu teori. Hubungan atau bagan alur penelitian untuk memudahkan menyusun hipotesis.

  Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian tersebut dikarenakan hipotesis belum dapat terbukti kebenarannya terhadap masalah penelitian. Namun, pada saat merumuskan perumusan masalah, kita sudah memiliki jawaban sementara dari penelitian yang akan dilakukan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis diturunkan dari kerangka berpikir yang harus diuji secara empiris. Menurut Furchan (2011: 114), hipotesis adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah. Hipotesis menghubungkan teori dengan pengamatan, dan sebaliknya. Hipotesis terbagi menjadi dua jenis jika ditinjau dari cara merumuskannya (Musfiqon, 2012: 48), yaitu: a. Hipotesis nol, yaitu jawaban sementara yang tidak menyatakan adanya pengaruh/ perbedaan/ hubungan antar variabel.

  b. Hipotesis alternatif, yaitu jawaban sementara yang menyatakan adanya pengaruh/ perbedaan/ hubungan antar variabel. Hipotesis penelitian ada tiga macam, yaitu:

  a. Hipotesis deskriptif, yaitu jawaban sementara yang berupa pernyataan deskriptif, hal tesebut terlihat dalam rumusan masalahnya yang memerlukan jawaban deskriptif atau tidak.

  b. Hipotesis komparatif, yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan yang bersifat membedakan.

  c. Hipotesis asosiatif, yaitu jawaban sementara terhadap permasalahan yang bersifat hubungan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun hipotesis, yaitu: a. Menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.

  b. Dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan yang jelas, padat, dan spesifik.

  c. Hipotesis harus dapat diuji.

  d. Berupa kalimat pernyataan

  e. Berdasarkan keterangan atau informasi yang dikaji baik dari sumber bacaan atau fakta.

  Hipotesis mengajukan penjelasan yang dapat diuji secara empiris, maka berfungsi untuk meluaskan pengetahuan. Hipotesis memberi kerangka untuk menafsirkan hasil-hasil penyelidikan dan untuk menyatakan kesimpulan- kesimpulannya. Setelah perumusan hipotesis maka diperlukan penulisan rencana penelitian yang meliputi pernyataan masalah dan hipotesis, uraian tentang desain penelitian, sampel, dan analisis statistik yang akan dipakai. Setelah dirumuskan dan dievaluasi menurut kriteria, hipotesis kemudian di uji secara empiris. Hipotesis tidak dapat disangkal melainkan hanya didukung atau tidak didukung oleh data. Dengan demikian hipotesis dapat dikatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian.

3. Metode Penelitian

  Metode penelitian merupakan langkah dan cara dalam mencari, merumuskan, menggali data, menganalisis, membahas dan menyimpulkan masalah dalam penelitian. Metodologi penelitian lebih diartikan sebagai ilmu tentang tata cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat dan dilakukan secara ilmiah, melalui kegiatan mencari, menyusun, menganalisis, dan menyimpulkan. Dalam penelitian terdapat beberapa tahap yang perlu dilaksanakan oleh peneliti, yaitu: menemukan masalah, merumuskan masalah, menggali data, menganalisis dan menyimpulkan.

  Metode penelitian dapat berbentuk metode penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistic, penelitian policy, action research (penelitian tindakan), evaluasi, dan sejarah (Riduwan, 2009: 6). Sumber data menggunakan populasi dan sampel secara random sampai jumlah tertentu. Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Sejalan dengan itu Musfiqon (2012: 90) mengungkapkan keberadaan sampel mewakili populasi. Maka perlu adanya pengambilan data yang dapat menggambarkan keadaan populasi sebenarnya. Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara mengambil sampel dari populasi yang dapat dilakukan dengan probability sampling dan

  nonprobability sampling.

  Data yang akan diolah adalah data yang valid dan reliabel atau ajeg. Teknik pengumpulan data harus disesuaikan secara tepat sehingga mendapatkan data yang valid. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan salah satu cara, antara lain observasi, angket, dokumentasi dan wawancara. Jika salah satu teknik dirasa sudah mencukupi, maka tidak memerlukan teknik yang lain. Setelah data terkumpul dapat dilakukan pengolahan data untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Hipotesis yang akan diuji harus berkaitan dan berhubungan dengan permasalahan yang diajukan. Jenis data akan menentukan penggunaan teknik kualitatif atau kuantitatif. Data kualitatif diolah dengan menggunakan teknik statistik baik statistik non parametrik maupun statistik parametrik. Statistik non parametrik menggunakan data nominal atau ordinal. Dalam pengujian statistik non parametrik akan menggunakan asumsi bahwa data yang akan dianalisis tidak terikat dengan adanya ditribusi normal. Sedangkan statistik parametrik harus memenuhi syarat: berdistribusi normal, hungan yang linier, dan data bersifat homogen dan banyak digunakan untuk data yang bertipe interval dan rasio.

  Tahapan akhir penelitian adalah analisis data. Menentukan teknik analisis data untuk penelitian kuantitatif berbeda dengan analisis data kualitatif. Data kualitatif berupa kata, kalimat, gambar, serta bentuk lain. Analisis data kualitatf tidak menggunakan rumus statistik melainkan menggunakan otak dan kemampuan berpikir peneliti. Analisis kualitatif dilaksanakan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna data untuk menjawab masalah penelitian. Menurut Musfiqon (2012: 153) analisis kualitatif dilakukan dengan beberapa langkah, yakni: mengorganisasi data, membuat kategori, mereduksi data, menyajikan data terfokus, menganalisis data, dan memaknai temuan penelitian. Berbeda dengan jenis data kuantitatif dalam desain penelitian kuantitatif menggunakan teknik analisis kuantitatif. Dalam teknik analisis kuantitatif menggunakan statistika dengan operasionalisasi rumus-rumus statistika yang disesuaikan dengan jenis penelitian. Untuk analisis data kuantitatif dilakukan teknik analisis data yang berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan.

4. Hasil Penelitian

  Deskripsi hasil penelitian memuat data hasil penelitian untuk variabel dengan merujuk pada rumusan masalah atau tujuan penelitian. Penjelasan tentang apa, bagaimana dan mengapa hasil penelitian diperoleh serta penjelasan olah data hasil penelitian yang menggunakan data deskriptif. Hasil pengujian hipotesis dengan rumus statistik yang sudah ditentukan sebelumnya kemudian diinterpretasikan dengan penafsiran terhadap hasil akhir pengujian hipotesis. Pembahasan yang dilakukan berupa pendapat peneliti setelah dibandingkan dengan penerapan dari teori dalam bentuk uraian. Untuk penelitian kuantitiatif, pembahasan berupa tabel, gambar, atau angka yang akan dianalisis. Peneliti juga memaparkan hasil uji hubungan, uji perbedaan, dan desktripsi kuantitatif dan dilakukan pembahasan data. Sementara pada penelitian kualitatif, pembahasan penelitian dilakukan dalam bentuk narasi dan deskriptif gejala dan fenomena yang diteliti. Pada tahap ini dilakukan proses mengdeskripsikan, menghubungkan, dan membandingkan antara data satu dengan data lain untuk diinterpretasikan. Hasil penelitian ini yang akan dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan.

5. Ringkasan dan Kesimpulan

  Simpulan penelitian merupakan pernyataan ilmiah yang disampaikan dengan narasi singkat, padat, dan bermakna. Kesimpulan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam keseluruhan proses penelitian atau pengamatan yang dilakukan, dimana ada dua kemungkinan bahwa dalam penelitian tersebut hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak. Kesimpulan harus bersifat objektif sesuai data dan fakta yang diperoleh dan tidak dipengaruhi oleh sikap subjektif perorangan atau kelompok walaupun tidak sesuai yang diharapkan. Kesimpulan menjawab semua masalah yang dirumuskan dengan konsisten. Kesimpulan penelitian bukan ringkasan atau intisari melainkan kaitan logis dari konsep berpikir deduktif ke arah generalisasi. Kesimpulan juga menjawab tujuan dan kegunaan penelitian, hipotesis, hasil penelitian dan pembahasan. Saran atau implikasi hasil penelitian merupakan resep dari pemecahan masalah. Oleh sebab itu, saran menggambarkan kegunaan praktis dari implikasi hasil penelitian. Implikasi dari kesimpulan yang harus dapat dioperasionalkan dalam kehidupan praktis, nyata dan bukan angan-angan atau khayalan. Uraian praktis dari saran-saran bersumber dari indikator yang diteliti bukan di luar hasil penelitian.

6. Abstrak

  Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian yang merupakan gagasan utama dari suatu pembahasan yang akan diuraikan. Abstrak digunakan sebagai “jembatan” untuk memahami uraian yang akan disajikan dalam suatu karangan (biasanya laporan atau artikel ilmiah) terutama untuk memahami ide-ide per- masalahannya. Dari abstrak, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis laporan/artikel ilmiah tersebut dan mengetahui gambaran umum tulisan secara lengkap. Menurut Musfiqon (2012: 202) abstrak adalah totalitas tulisan yang mencerminkan isi, metodologi dan hasil kajian atau penelitian. Abstrak penelitian berisikan latar belakang, metode yang digunakan dalam penelitian, dan hasil proporsi yang dihasilkan. Menurut sifatnya, terbagi atas abstrak yang bersifat deskriptif yang dalam Bahasa Inggris disebut Abstract dan abstrak yang bersifat informatif. Abstrak informatif terbagi menjadi ringkasan (precise) dan ikhtisar (summary). Dalam tulisan ilmiah yang disusun untuk memperoleh gelar lewat penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi, umumnya jenis abstrak yang digunakan adalah yang berwujud ringkasan, sedangkan ikhtisar lebih banyak digunakan pada tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam bentuk buku.

  a. Abstrak Deskriptif Sebagai abstrak deskriptif, abstrak hanya menyajikan uraian yang sangat singkat tentang isi tulisan tanpa menyatakan apa yang dibahas dalam aspek-aspek yang tercakup pada tulisan itu sendiri.

  b. Abstrak Informatif: Ringkasan (Precise) Ringkasan merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan dengan memperlihatkan urutan dari isi atau bab-bab yang terdapat dalam tulisan.

  Dalam bentuknya yang singkat itu, urutan tentang isi atau bab-bab tulisan disajikan secara proporsional. Pada prinsipnya di dalam ringkasan, gagasan dan pendekatan penulis telah tampak dan problematika berikut upaya pemecahan yang ada dalam tulisan disajikan berurutan sesuai bab-bab yang ada. c. Abstrak Informatif: Ikhtisar (Summary) Salah satu bentuk abstrak, ikhtisar juga merupakan penyajian singkat tentang isi tulisan namun tidak mempertahankan urutan bab-bab yang ada seperti halnya pada ringkasan. Problematika dan upaya pemecahan yang tersaji dalam tulisan dijelaskan secara ringkas dan bebas tanpa memberikan penjelasan mengenai isi dari seluruh tulisan secara proporsional.

  Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam membuat abstrak. yaitu:

  a. Abstrak harus dapat menjadi penghubung antara pemikiran pembaca dengan penulis tentang lingkup materi yang diungkapkan di dalam suatu karangan ilmiah;

  b. Abstrak harus dapat mengungkapkan keseluruhan isi materi yang diuraikan secara lengkap di dalam suatu karangan ilmiah; c. Abstrak harus dapat menuntun pembaca (mengondisikan pembaca) terhadap uraian materi secara lengkap;

d. Abstrak merupakan ide pokok suatu uraian sehingga abstrak harus

  dapat membuat pembaca tertarik dan terdorong rasa ingin tahunya untuk membaca uraian materi yang lebih lengkap dari suatu artikel ilmiah.

7. Daftar Pustaka

  Daftar pustaka adalah rujukan seorang penulis dalam menyusun karyanya. Daftar pustaka penting perananya dalam sebuah karya tulis. Sebuah karya tulis besar yang tidak memiliki daftar pustaka bisa saja diragukan kebenarannya. Daftar pustaka juga penting dicantumkan dalam sebuah karya tulis antara lain karena beberapa alasan. Fungsi daftar pustaka antara lain memberikan informasi bahwa pernyataan yang dibuat bukan hasil pemikiran sendiri, apabila pembaca menginginkan mendalami lebih jauh pernyataan yang dikutip, dapat membaca sendiri referensi yang menjadi sumber kutipan. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan dan menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia buat adalah bagian dari fungsi penulisan daftar pustaka.

  8. Riwayat Hidup

  Riwayat hidup dibuat secara padat dan hanya menyampaikan hal-hal yang relevan dengan kegiatan ilmiah, tidak semua informasi tentang yang bersangkutan. Cakupannya adalah: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan dan jabatan (bila telah bekerja), prestasi- prestasi yang pernah dicapai, dan apabila ada, karya ilmiah/publikasi yang telah dihasilkan atau diterbitkan. Riwayat hidup dapat dibuat dengan gaya butir perbutir dan dapat pula dibuat dengan gaya essai padat. Dalam tesis atau tesis gaya yang kedua lebih tepat dari pada gaya yang pertama.

  9. Lampiran

  Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah. Setiap lampiran diberi nomor urut lampiran sesuai dengan urutan penggunaannya. Di samping diberi nomor urut lampiran ini juga diberi judul lampiran. Nomor urut lampiran akan mempermudah pembaca untuk mengaitkannya dengan bab terkait.

B. Teknik Penulisan Ilmiah

  Teori penulisan ilmiah baik berupa karya tulis maupun karya ilmiah lainnya sangatlah luas untuk dipelajari yaitu mulai dari penyiapan, struktur format, aturan penulisan sampai pada penggunaan gaya bahasa. Banyak buku yang membahas teori penulisan dari sudut pandang yang berbeda-beda.

  Menulis adalah kegiatan berpikir selain berkomunikasi. Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal melalui isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau hal yang lainnya. Dalam komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil transformasi dari objek yang bersifat faktual menjadi simbol yang abstrak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan manusia mampu memikirkan sesuatu. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berbentuk pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah adalah bahwa bahasa harus terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya salah informasi atau informasi yang didapat tidak sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam komunikasi ilmiah bersifat reproduktif artinya apa yang disampaikan oleh komunikator maka itu pula yang didapatkan oleh komunikan. Oleh karena itu bahasa dalam komunikasi ilmiah harus jelas dan objektif.

  Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini berarti kata-kata yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah kasalahpahaman makna. Oleh karena itulah dalam komunikasi ilmiah sering ditemukan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan agar komunikan tidak memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang dimaksudkan komunikator. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan proses berpikir yang berbeda pula. Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik, maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat mengkomunikasikan gagasan kepada pihak lain. Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan pikirannya, seorang ilmuwan dituntut mampu menguasai pengunaan ejaan dan tanda baca yang benar serta mampu membuat kalimat-kalimat yang efektif.

  1. Bahasa Bahasa memegang peranan penting dalam penulisan karya ilmiah. Oleh sebab itu pemahaman tentang diksi (pilihan kata atau seleksi kata, bahasa

  Inggris; diction), istilah, kalimat, penyusunan paragraf, dan penalaran yang diungkapkan harus dikuasai peneliti. Selain itu, penulisan karya ilmiah harus mengacu pada Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan sesuai dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Bahasa merupakan alat yang cukup penting dalam karangan ilmiah. Langkah pertama dalam menulis karya ilmiah yang baik adalah menggunakan tata bahasa yang benar (Suriasumantri, 2009: 347). Dalam menulis karya ilmiah penulis juga diharapkan mampu menggunakan bahasa secara cermat. Sajikan ide-ide secara urut sehingga pokok-pokok pikiran dan konsep tersusun secara koheren. Gunakan ungkapan yang ekonomis sehingga tidak terjadi pengulangan ide atau penggunaan kata-kata yang berlebihan. Selain itu, gunakan ungkapan halus (smooth), agar pembaca dapat mengikuti alur pembahasan dengan mudah. Gaya kalimat jangan seperti puitis dan perhatikan penulisan secara benar dan baku.

  2. Penggunaan Tanda Baca Tanda baca adalah melainkan berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang karenanya tergantung pada pilihan penulis.

a. Tanda Titik (.)

  dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan. Pertama, tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang, apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan. Kedua, tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

  Ketiga, tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah

  sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Keempat, tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.

  Kelima, tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Keenam, tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Ketujuh, anda

  t

  titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Kedelapan, tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Kesembilan, tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh:

   George W. Bush  Anthony Tumiwa  Dr. (doktor)  dll. (dan lain-lain)  dsb. (dan sebagainya)  Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)  Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.  Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.  DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)  Cu (tembaga)  Latar Belakang Pembentukan

b. Tanda Koma (,)

  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh

  

karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Tanda koma

  dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Contoh:  Saya menjual baju, celana, dan topi.

   Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.  Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.  Saya tidak akan datang kalau hari hujan.  Oleh karena itu, kamu harus datang.  Medan, 18 Juni 1984  Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6.

  Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.  I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.

  c. Tanda Titik Koma (;)

  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung. Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

  d. Tanda Titik Dua (:)

  Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan. Contoh:  Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.  Ketua : Borgx  (i) Tempo, I (1971), 34:7

  e. Tanda Hubung (-)

  Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh: anak- anak. Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

  3. Penomoran

  a. Penulisan bab dan sub bab

  Penulisan nomor dan judul bab di tengah dengan huruf besar, ukuran font 14, tebal. Penulisan nomor dan judul subbab dimulai dari kiri, dimulai dengan huruf besar, ukuran font 12, tebal. Subbab dinomori dengan menggunakan angka latin dengan mengacu pada nomor bab/subbab dimana bagian ini terdapat. Contoh:

  1. ………………… 2. ………………… A. …………………….

  B. …………………….

  1. …………………… 2. …………………….

  a. …………………….. b. ……………………… 1) ………………………….

  2) …………………………..

  a) …………………………… b) ……………………………..

  (1) ……………………………… (2) ………………………………

  (a) ……………………………

b. Penomoran halaman

  1) Halaman Bagian Awal Bagian awal karya ilmiah diberi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya) ditempatkan pada posisi tengah bawah halaman yang dimulai dari judul dalam (sesudah sampul) sampai dengan halaman riwayat hidup. halaman judul dan halaman persetujuan tidak diberi nomor, tetapi diperhitungkan sebagai halaman i dan ii yang tidak perlu diketik.

  2) Halaman Utama Penomoran mulai dari bab pendahuluan sampai dengan bab kesimpulan dan saran menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dst.) dan setiap judul bab nomor diletakkan pada bagian tengah bawah dan halaman berikutnya diletakkan sudut kanan atas dengan jarak tiga spasi.

  Penomoran bukan bab dan sub bab menggunakan angka Arab dengan tanda kurung misalnya: 1), 2) atau (1), (2), dst. 3) Halaman Bagian Akhir

  Penomoran pada bagian akhir karya ilmiah mulai dari daftar pustaka sampai dengan riwayat hidup menggunakan angka Arab yang diketik pada margin bawah persis di tengah-tengah dengan jarak tiga spasi dari margin bawah teks, dan halaman selanjutnya diketik sebelah kanan atas dengan jarak tiga spasi dari pinggir atas (baris pertama teks) lurus dengan margin kanan teks.

C. Teknik Notasi Ilmiah

  Mempelajari teknik ini yang menyangkut masalah tata cara mengutip, membuat catatan kaki, dan menyusun daftar pustaka. Teknik penggunaan dan implementasi acuan teoretik yang dijadikan sumber rujukan disebut teknik notasi ilmiah. Penerapan dalam merujuk referensi dapat dilakukan dengan berbagai teknik atau cara yang sudah dianggap standar/ baku. Seorang penulis diharapkan menguasai aspek-aspek yang bersifat esensial dan mampu mengomunikasikan gagasannya secara ilmiah, atau paling tidak mampu memahami sebuah karya ilmiah. Aspek-aspek teknik notasi ilmiah, dalam praktiknya teknik notasi ilmiah mempunyai beberapa aspek yang dilakukan sebagai berikut : a. Mengutip tulisan dari halaman-halaman yang berhubungan dengan pokok bahasan tulisan/ penelitian yang sedang disusun.

  b. Kutipan langsung maksimal 30 persen dari seluruh kutipan dalam tubuh tulisan dengan menggunakan pernyatan yang telah disimpulkan dan ditulis sendiri (parafase).

  c. Meringkas tulisan yang diambil dari teks dalam bahasa yang berbeda tanpa mengurangi substansinya kandungan isinya.

  d. Mengambil sari dan kesimpulan dari tulisan orang lain, yaitu membuat abstrak tulisan yang sudah ada dengan gaya cara tertentu sehingga lebih singkat, padat, dan mudah dimengerti.

  e. Menerjemahkan teks yang dikutip dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dan mencantumkan penulis aslinya dan tanda kurung di belakang kalimat tersebut.

  f. Membuat catatan kaki, yaitu tulisan yang berisi nomor urut pencatatan, pengarang, judul, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, dan halaman buku tersebut.

  g. Membuat catatan pada akhir tiap bab adalah pemindahan catatan kaki padahal aman tersendiri dengan keterangan lebih rinci. Hal ini biasanya dilakukan untuk buku teks ilmiah, bukan merupakan laporan hasil penelitian. h. Membuat daftar pustaka untuk semua bahan rujukan yang telah dimanfaatkan dalam menulis karya tersebut.