BAHAN FI Dr Suparman buku Jujun Anyer

  Filsafat Ilmu

  • Dr Suparman Ibrahim Abdullah, MSc
  • Jl Gelatik no 4 Tanah Sareal Bogor 16161
  • Hp 0811166866
  • Situs:

  

  • Email suparman_i@yahoo.com

  Silabus Bahan UTS

Bab 1 Kearah Pemikiran Filsafat: 1 Ilmu dan Filsafat

KARAKTERISTIK FILSAFAT

  1. Menyeluruh, artinya bahwa mengenal ilmu tidak hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri melainkan melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya.

  2. Mendasar, artinya bahwa kebenaran ilmu tidak langsung dipercayai namun harus dicari dan dikaji hingga menemukan kebenaran yang hakiki.

  3. Spekulatif, artinya bahwa kebenaran sebuah pengetahuan didapat dari spekulasi-spekulasi hingga akhirnya menemukan kebenaran yang hakiki.

BIDANG TELAAH FILSAFAT

  Bidang telaah flsafat adalah menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan manusia, meliputi :

  1. Pertama flsafat mempersoalkan siapakah manusia itu.

  2. Kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada : tentang hidup dan eksistensi manusia.

  3. Ketiga adalah tentang penemuan ilimiah dalam sebuah riset.

CABANG-CABANG FILSAFAT

  Pokok permasalahan yang dikaji flsafat mencakup tiga segi, antara lain :

  

1. Apa yang disebut benar dan apa yang

disebut salah (logika).

  2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika).

  3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

  Cabang-cabang flsafat:

  1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)

  2. Etika (Filsafat Moral)

  3. Estetika (Filsafat Seni)

  4. Metafsika

  5. Politik (Filsafat Pemerintahan)

  6. Filsafat Agama

  7. Filasafat Ilmu

  8. Filsafat Pendidikan

  9. Filsafat Hukum

  10. Filsafat Sejarah

  11. Filsafat Matematika

FILSAFAT ILMU

  • flsafat ilmu merupakan bagian dari epistemilogi

  (flsafat pengetahuan yang secara spesifk mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilimiah .

  • Karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka flsafat ilmu dibagi menjadi dua yaitu flsafat ilmu-ilmu alam dan flsafat ilmu-ilmu sosial
  • Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya maka pertanyaan yang diajukan adalah apa, bagaimana, serta untuk apa.

BAB 2 Dasar Dasar Pengetahuan: 2 Penalaran, 3 Logika, 4 Sumber Pengetahuan, 5 Kriteria Kebenaran

  

PENALARAN

Manusia dalam hidupnya memiliki tujuan tertentu, hal itu dapat dicapai dengan pengetahuan. Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama, yakni :

   Pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu

mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang

melatarbelakangi informasi tersebut.

   Manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap, adalah kemampuan

berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.

secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.

HAKIKAT PENALARAN

  Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan yang berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis .

  2 . Ciri kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikir.

  Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

  • Penalaran pada dasarnya bersumber

    pada rasio atau fakta.

  

LOGIKA

Logika secara luas dapat didefnisikan sebagai

“pengkajian untuk berpikir secara sahih (valid)”.

  Terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu :

  1. Logika Induktif, logika ini erat kaitannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual

nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

  2. Logika Deduktif, logika ini membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum

menjadi kasus yang bersifat individual (khusus)

SUMBER PENGETAHUAN

  Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, antara lain :

  1. Mendasarkan diri pada rasio. Dalam hal ini digunakan metode deduktif dalam menyusun

pengetahuannya. Premis yang dipakai didapatkan

dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima.

  2. Mendasarkan diri pada pengalaman. Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak melainkan melalui pengalaman yang kongkret.

KRITERIA KEBENARAN

  

Untuk mendapatkan sebuah kebenaran yag absolute maka

perlu didukung oleh teori-teori kebenaran yang relevan. Diantaranya adalah :

  • Pertama, teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap

  benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan yang dianggap benar sebelumnya.

  • Kedua, teori korespondensi, menyatakan bahwa suatu

  pernyataan dinilai benar jika pernyataan itu

berkorespondensi (berhubungan) dengan objek yang dituju.

  • Ketiga, teori pragmatis, menyatakan bahwa suatu kebenaran

  pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis, atau mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.

Bab 3: ONTOLOGI Hakekat Apa Yang Dikaji Ontologi: Hakekat apa yang Dikaji:

6 Metafsika, 7 Asumsi, 8 Peluang,

  

9 Beberapa Asumsi dalam Ilmu, 10

Batas batas Penjelajahan dalam

Ilmu

  Metafsika

  • Ontologi menurut A.R. Lacey, ontologi berarti ‘” a central

  part of metaphisics” (bagian sentral dari metafsika sedangkan metafsika diartikan sebagai that which comes after physics, … the study of nature in general (hal yang hadir setelah fsika, … studi umum mengenai alam

  • Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafsika. Mengapa ontologi terkait dengan metafsika? Ontologi membahas hakikat yang “aada”, metafsika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu

    pembahasan, metafsika merupakan bagian dari ontologi,

    tetapi pada pembahasan lain, ontologi merupakan salah

    satu dimensi saja dari metafsika. Karena itu, metafsika

    dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait.

    Bidang metafsika merupakan tempat berpijak dari setiap

    pemikiran flsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafsika

    berusaha menggagas jawaban tentang apakah alam ini.

  BEBERAPA TAFSIRAN METAFISIKA S U P MATERIALISME R N A A N T MEKANISTIK A U T R U KESIMPULAN

  VITALISTIK A R L A

  I L MONOISTIK

  I S S M M DUALISTIK E E

  SUPERNATURALISME

  • SUPERNATURALISMEDi alam terdapat

    wujud-wujud gaib (supernatural dan ujud ini

    bersifat lebih tinggi atau lebih berkuasa dibandingkan dengan alam yang nyata. Animisme merupakan kepercayaan yang

    berdasarkan pemikiran supernaturalisme ini,

    dimana manusia percaya bahwa terdapat roh

    yang sifatnya gaib terdapat dalam benda- benda.

  NATURALISME

  • NATURALISME. Paham ini menolak wujud-wujud yang bersifat supernatural. Materialisme merupakan paham yang berdasarkan pada aliran naturalisme ini. Kaum materialisme menyatakan bahwa gejala-gejala alam disebabkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.
  • Democritos (460-370 S.M. adalah salah satu tokoh awal paham materialisme. Ia mengembangkan paham materialisme dan mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam adalah atom. Hanya berdasar kebiasaan saja maka manis itu manis, panas itu panas, dan sebagainya. Obyek dari penginderaan sering dianggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat
MEKANISTIK

  VITALISTIK gejala mekanistik, Paham vitalistik sepakat bahwa proses kimia bahwa gejala alam fisika sebagai gejala alam dapat diterapkan,

(termasuk makhluk tetapi hanya meliputi unsur dan zat yang mati hidup) hanya saja, tidak untuk makhluk hidup. merupakan gejala Kaum vitalistik mempertanyakan apakah manusia merupakan bagian dari proses kimia kimia fisika semata fisika tersebut. Pertanyaan berlanjut pada bagaimana pandangan mengenai pikiran (kesadaran)? Bagi kaum vitalistik, hidup merupakan sesuatu yang unik yang berbeda dengan proses kimia fisika tersebut. Proses berfikir manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (obyek) yang ditelaahnya. Namun, apakah kebenarannya dari hakikat pikiran tersebut? Apakah dia berbeda dengan benda MONOISTIK MONOISTIK. Aliran monoistik dengan tokohnya Christian Wolf (1679-1754 , menyatakan bahwa tidak berbeda antara pikiran dengan zat. Keduanya hanya berbeda dalam gejala yang disebabkan proses berlainan, namun memiliki

substansi yang sama. Sebagaimana energi

dan zat, teori Einstein: menyatakan energi

hanya bentuk lain dari zat. Jadi proses berfkir dianggap sebagai aktivitas elektro kimia dari otak.

DUALISTIK

  • DUALISTIK. Kelompok lainnya, yaitu aliran dualistik memberikan pendapat yang berbeda tentang makna kesadaran. Zat dan kesadaran (fkiran adalah berbeda

    secara substantif, sui generalis. Tokoh penganut paham ini

    antara lain Rene Descartes, John Locke dan George Berkeley. Mereka menyatakan bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran manusia, termasuk penginderaan dari hasil pengalaman manusia, adalah bersifat mental. Yang bersikap nyata

    hanyalah pikiran, karena dengan berpikir maka sesuatu itu

    akan menjadi ada. Cogito ergo sum, saya berpikir maka

    saya ada.
  • John Locke mengibaratkan pikiran manusia pada awalnya merupakan sebuah lempeng yang licin dan rata dimana pengalaman inderawi akan melekat dalam lempeng tersebut.
  • Organ manusia lah yang menangkap dan menyimpan pengalaman inderawi.
  • Berkeley terkenal dengan ungkapannya to be is to be

    perceived. Ada adalah disebabkan oleh persepsi. Sesuatu

  KESIMPULAN

  KESIMPULAN. Dalam kajian metafsika, ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Makin dalam penjelajahan ilmiah dilakukan, akan semakin banyak pertanyaan yang muncul, termasuk pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal tersebut di atas. Karena beragam tinjauan flsafat diberikan oleh setiap ilmuwan, maka pada dasarnya setiap ilmuwan bisa memiliki flsafat individual yang berbeda-beda. Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua itu adalah sifat pragmatis dari ilmu.

  

PELUANG

  • • PELUANG. Dasar teori keilmuan di dunia ini

    tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilistik.
  • Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.

  ASUMSI • ASUMSI. Setiap ilmu selalu memerlukan asumsi.

  Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaahan suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus obyek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak.

  • Asumsi dapat dikatakan merupakan latar

  

belakang intelektal suatu jalur pemikiran. Asumsi

dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan

primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang

akan muncul kemudian. Asumsi diperlukan untuk

menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan

adalah menentukan asumsi pokok (the standard

presumption) keberadaan suatu obyek sebelum melakukan penelitian.

  • Sebuah contoh asumsi yang baik adalah pada

  

Pembukaan UUD 1945: “ …kemerdekaan itu ialah

  Apakah suatu hipotesis merupakan asumsi? Ya, jika diperiksa ke belakang (backward maka hipotesis merupakan asumsi. Jika diperiksa ke depan (forward maka hipotesis merupakan kesimpulan. Untuk memahami hal ini dapat dibuat suatu pernyataan: “aBawalah payung agar pakaianmu tidak basah waktu sampai ke sekolah”. Asumsi yang digunakan adalah hujan akan jatuh di tengah perjalanan ke sekolah. Implikasinya, memakai payung akan menghindarkan pakaian dari kebasahan karena hujan.

  • Terdapat beberapa jenis asumsi yang dikenal, antara lain; Aksioma. Pernyataan yang disetujui umum tanpa memerlukan pembuktian

    karena kebenaran sudah membuktikan sendiri.

  • Postulat. Pernyataan yang dimintakan persetujuan umum tanpa pembuktian, atau suatu fakta yang hendaknya diterima saja sebagaimana adanya Premise.
Pertanyaan penting yang terkait dengan asumsi adalah bagaimana penggunaan asumsi secara tepat? Untuk menjawab permasalahan ini, perlu tinjauan dari awal bahwa gejala alam tunduk pada tiga karakteristik

  1. DETERMINISME

  2. PILIHAN BEBAS

  3. PROBABILISTIK

1. DETERMINISME

  • 1. DETERMINISME. Karakteristik deterministik merujuk pada hukum alam yang bersifat universal. Tokoh: William hamilton dan Thomas Hobbes, yang mneyimpulkan bahwa pengetahuan bersifat empirik yang dicerminkan oleh zat dan gerak yang bersifat uiversal. Pada lapangan pengetahuan ilmu eksak, sifat deterministik lebih banyak dikenal dan asumsinya banyak digunakan dibanding ilmu sosial. Sebagai misal, satu hari sama dengan 12 jam. Satu jam adalah sama dengan 60 menit. Sejak jaman dahulu sampai saat ini, dan mungkin juga masa nanti, pernyataan ini tetap berlaku.

2. PILIHAN BEBAS

  2. PILIHAN BEBAS. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya, tidak terikat pada hukum alam yang tidak memberikan alternatif. Karakteristik ini banyak ditemukan pada bidang ilmu sosial. Sebagai misal, tidak ada tolak ukur yang tepat dalam melambangkan arti kebahagiaan. Masyarakat materialistik menunjukkan semakin banyak harta semakin bahagia, tetapi di belahan dunia lain, kebahagiaan suatu suku primitif bisa jadi diartikan jika mampu melestarikan budaya animismenya. Sebagai mana pula masyarakat brahmana di India mengartikan bahagia jika mampu membendung hasrat keduniawiannya. Tidak ada ukuran yang pasti dalam pilihan

3. PROBABILITAS

  • Pada sifat probabilstik, kecenderungan keumuman dikenal memang ada namun sifatnya berupa peluang. Sesuatu akan berlaku deterministik dengan peluang tertentu. Probabilistik menunjukkan sesuatu memiliki kesempatan untuk memiliki sifat deterministik dengan menolerir sifat pilihan bebas. Pada ilmu pengetahuan modern, karakteristik probabilitas ini lebih banyak dipergunakan.
  • Dalam ilmu kedokteran misalnya, kebenaran suatu hubungan variabel diukur dengan metode statistik dengan derajat kesalahan ukur sebesar 5%. Pernyataan ini berarti suatu variabel dicoba diukur kondisi deterministiknya hanya sebesar 95%, sisanya adalah kesalahan yang bisa ditoleransi. Jika

PENENTUAN ASUMSI

  • Dalam menentukan suatu asumsi dalam perspektif flsafat, permasalahan utamanya adalah mempertanyakan pada pada diri sendiri (peneliti apakah sebenarnya yang ingin dipelajari dari ilmu. Terdapat kecenderungan,
  • sekiranya menyangkut hukum kejadian yang berlaku bagi seluruh manusia, maka harus bertitik tolak pada paham deterministik.
  • Sekiranya yang dipilih adalah hukum kejadian yang bersifat khas bagi tiap individu manusia maka akan digunakan asumsi pilihan bebas.
  • Di antara kutub deterministik dan pilihan bebas, penafsiran probabilistik merupakan jalan

BATASAN PENJELAJAHAN ILMU

  • Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti pada batas pengalaman manusia
  • Hal-hal yang diluar jangkuan manusia adalah diluar jangkauan penjelajahan ilmu
  • Batasan Ilmu terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia sebagai alat bantu pemecahan masalah sehari (praktis mis: untuk memerangi penyakit dll.
  • Ilmu membatasi lingkup penjelajahnnya pada batas pengalaman manusia juga metode yang dipergunakan dalam menyususn ilmu yang telah teruji kebenarannya secara empiris

  

Ruang penjelajahan Ilmu

  • Ruang penjelajahan ilmu menjadi terkapling- kapling /terbagi menjadi berbagai disiplin keilmuan.
  • Disiplin ilmu makin lama makin sempitsesuai dengan perkembangan kuantitatif siplinan keilmuan
  • Setiap ilmuwan harus tahu batasan-batasan keilmuannya masing-masing. Ini menunjukkan profesionalisme dan kematangan keilmuan .

  Cabang-Cabang Ilmu

  • cabang-cabangnya

  Ilmu berkembang dengan Pesat dan juga

  • Ilmu lebih terspesialisasi (obyek ontologisnya menjadi terbatas
  • Pada Dasarnya Cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama

  1. Filsafat alam menjadi Rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science .

  2. Filsafat moral berkembang menjadi Ilmu-ilmu sosial (social science

Bab 4 Epistemologi: Cara Mendapatkan I. Peng yang Benar: 11 Jarum Sejarah Pengetahuan, 12 Pengetahuan, 13 Metode Ilmiah,

14 Struktur Pengetahuan Ilmiah

  EPISTOMOLOGI 

  Merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan .

  

  Apakah sumber-sumber pengetahuan ?

  

  Apakah hakikat, jangkauan, ruang lingkup pengetahuan ?

  

  Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan ?

  

  Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.

   Epistomologi Cara mendapatkan ilmu pengetahuan yang benar.

  

  Konsep dasar pengetahuan tempo dulu, berdasarkan kriteria kesamaan, bukan perbedaan.

  

  Dengan berkembangnya abad penalaran, mulailah terdapat perbedaan yang jelas antara berbagai pengetahuan.

  

  Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu.

  

  Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia, disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. METODE-METODE UNTUK MEMPEROLEH PENGETAHUAN

  1. EMPIRISME Pengetahuan diperoleh dari pengalaman.

  2. RASIONALISME Sumber pengetahuan terletak pada akal,

pengalaman dipandang sebagai semacam

perangsang bagi pikiran.

  3. FENOMENALISME Ajaran KANT

  4. INTUISIONISME

  5. METODE ILMIAH

  1. EMPIRISME Pengetahuan diperoleh dari pengalaman.

  2. RASIONALISME Sumber pengetahuan terletak pada akal, pengalaman dipandang sebagai semacam perangsang bagi pikiran.

  3. FENOMENALISME Ajaran KANT

  4. INTUISIONISME

  5. METODE ILMIAH

  Bagaimana menyusun pengetahuan yang

benar, untuk enjawab suatu permasalahan?

  • EMPIRISME
  • Ilmu mempelajari alam, sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.
  • Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu, dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia.
  • Usaha untuk menjelaskan gejala alam, sudah mulai dilakukan oleh manusia sejak dulu kala.
  • Dengan mempelajari alam, mereka mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis, seperti pembuatan tanggul, pembasmian hama, bercocok tanam dll, sehingga berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial and error .

  RASIONALISME

  Secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos.

  

  Menurut Popper : Pada tahap ini penting sekali dalam sejarah berpikir manusia yang menyebabkan ditinggalkannya tradisi yang bersifat dogmantis yang hanya memperkenankan hidupnya satu doktrin, yang diganti dengan doktrin yang bersifat majemuk (pluralistik yang masing-masing mencoba

  

  menemukan kebenaran secara analisis dan Pada dasarnya rasionalisme memang bersifat kritis. majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang dibangun secara deduktif disekitar obyek pemikiran tertentu. Metode Eksperimen 

  Ilmu mencoba menafsirkan gejala alam dengan mencoba mencari penjelasan tentang berbagai kejadian.

  

  Dalam usaha menemukan penjelasan tersebut, terutama penjelasan yang bersifat mendasar maka ilmu tidak bisa melepaskan diri dari penafsiran yang bersifat rasional dan metafsis.

  

  Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan kenyataan yang sebenarnya?

  

  Metode eksperimen merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam raional dengan

  

  Metode Eksperimen diperkenalkan di dunia Barat oleh flsuf : Roger Bacon (1214 -1294 , dimantapkan sebagai paradigma ilmiah oleh Francis Bacon (1561 – 1626

  

  Francis Bacon berhasil meyakinkan masyarakat ilmuwan untuk menerima Metode Eksperimen sebagai kegiatan ilmiah.

  

  Namun disimpulkan, bahwa secara konseptual metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana muslim dan secara sosiologi dimasyarakatkan oleh Francis Bacon. METODE ILMIAH 

  Merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.

  

  Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah.

  

  Metode, menurut Senn, merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematik.

  

  Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut.

  

  Metodologi secara flsafati termasuk dalam apa yang

  

  Metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif, dalam membangun tubuh pengetahuan.

  

  Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya.

  

  Berpikir secara induktif yang berdasarkan kriteria kebenaran korespondensi diperlukan sebab berpikir secara deduktif bersifat pluralisme.

  

  Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan dapat dianggap benar sekiranya materi yang terkandung dalam pernyataan itu bersesuaian (berkorespondensi dengan obyek faktual yang dituju

  Proses kegiatan ilmiah

  Menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Tentu hal ini membawa kita kepada pertanyaan : “aMengapa manusia mengamati Sesuatu?”

  

  Kita mulai mengamati sesuatu obyek, kalau kita mempunyai perhatian khusus terhadp obyek tersebut.

  

  Perhatian tersebut oleh John Dewey sebagai suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan bila kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan.

  

  Karena adanya masalah tersebut, maka proses berpikir dimulai, dan karena masalah tersebut berasal dari dunia empiris, maka proses berpikir diarahkan kepada pengamatan obyek yang bersangkutan, yang

  

  Berdasarkan sikap manusia menghadapi masalah, Van Peursen membagi perkembangan kebudayaan menjadi 3 tahap :

  

  1. Tahap Mistis : Sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib di sekitarnya.

  2. Tahap Ontologis : Sikap manusia yang tidak lagi merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan – kekuatan ghaib dan bersikap mengambil jarak dari obyek di sekitarnya serta memulai melakukan penelaah terhadap obyek-obyek tersebut.

  3. Tahap fungsional : Sikap manusia yang bukan saja merasakan terbebas dari kepungan kekuatan ghaib dan mempunyai pengetahuan berdasarkan penelaah terhadap obyek-obyek di sekitar kehidupannya, namun namun lebih dari itu, dia memfungsionalkan

  

  Kerangka berpikir ilmiah terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut :

  

  1. Perumusan masalah : merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifkasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.

  2. Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis : Argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat, antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.

  3. Perumusan hepotesis : Jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan, yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.

  

  4. Pengujian hipotesis : Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan, untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukunh hipotesis itu atau tidak.

  5. Penarikan kesimpulan : Penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

  Hipotesis yang diterima dianggap menjadi pengetahuan ilmiah.

BAB 5 Sarana Berpikir Ilmiah: 15 Sarana Berpikir Ilmiah, 16 Bahasa, 17 Matematika

  • Manusia sering disebut Homo faber; makhluk yang membuat alat. Dan kemampuan alat itu dimungkinkan oleh pengetahuan. Berkembangnya pengetahuan itu pun memerlukan alat-alat.
  • Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berfkir yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat.
  • Penguasaan sarana berpikir ilmiah bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan.
  • Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh
  • Sarana berpikir ilmiah tidak menggunakan cara berfkir induktif dan deduktif dalam mendapatkan pengetahuan tetapi menggunakan cara tersendiri dan berbeda dengan metode ilmiah.
  • Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk memecahkan masalah sehari-hari.
  • Sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik., yaitu membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu sendiri.
  • Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik diperlukan satana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
  • Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain.
  • • Penalaran ilmiah menyandarkan diri kepada proses logika

    deduktif dan logika induktif.
  • Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif, sedangkan statistik mempuinyai peranan penting dalam berpikir induktif
  • Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

  

BAHASA

  • Dengan menguasai bahasa maka kita akan mengusai pengetahuan.
  • Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melaikan terletak pada kemampuan berbahasa.
  • Ernst Cassier menyebut manusia sebagai Animal

  symbolicum (makhluk yang menggunakan

  simbu , yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas dari Homo sapiens (makhluk yang berpikir sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia menggunakan simbol.

  • Tanpa kemampuan berbahasa kegiatan berpikir

  • Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni pikiran, perasaan, dan sikap. Kneller: Bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotof, dan afektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
  • Komunikasi dengan mempergunakan bahasa menggunakan unsur simbolik dan emotif. Dalam

    komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas

    dari unsur emotif. Agar pesan yang disampaikan bisa

    diterima secara reproduktif , artinya identik dengan

    pesan yang dikirimkan.

  

Apakah Sebenarnya Bahasa?

• Bahasa sebagai srangkaian bunyi (verbal .

  Komunikasi yang mempergunakan bunyi disebut komunikasi verbal, dan manusia yang bermasyarakat dengan komunikasi verbal disebut masyarakat verbal.

  • Bahasa sebagai lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Adanya lambang- lambang ini memungkinkan manusia dapat berpikir dengan lebih baik.
  • Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain, mengekspresikan sikap dan perasaan.

  

Beberapa Kekurangan Bahasa

  • Salah satu kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah adalah bahasa mengandung tiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan simbolik.
  • Bahasa mempunyai arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa.
  • Bahasa sering bersifat berputar-putar (sirkular dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan defnisi.

  Matematika Matematika Sebagai Bahasa

  • Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat “aartifsial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumoulan rumus-rumus yang mati.
  • Matematika adalah bahasa yang menghilangklan sifat kubur, majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Sifat Kuantitatif dari Matematika

  Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita bisa melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu mengungkapkan pernyataan yang bersifat kualitatif, tidak bersifat eksak, menyebabkan daya prediksi dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat.

  Sedangkan matematika meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika: sarana berpikir Deduktif

  • Berpikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis- premis yang kebenarannya telah ditentukan.

  Perkembangan Matematika

  • Wittgenstein : Disamping sebagai bahasa, matematika juga berfungsi sebagai alat berpikir logis.
  • Berreand Russell: Matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika masa kecil matematika.
  • Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.
  • Berreand Russell dan whitehead : Principia

  

Mathematika membuktikan bahwa matematika

pada dasarnya adalah pernyataan logika.

  • Immanuel Kant : matematika merupakan
  • Grifts dan Howson (1974 membagi sejarah matematika menjadi empat tahap:

  • Peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya

  (Babylonia dan dan mesopotamia

  • Peradaban Yunani meletakan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defnisi tertentu.Euclid pada 300 SM mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Elements  Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar mereka mendapatkan angka nol dan cara pernggunaan desimal
  • Zaman Reinessance meletakan dasar bagi
Beberapa aliran dalam Filsafat matematika

  • Aliran Logistik: matematika adalah cara berpikir logis yang salah atau benatnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. (Immanuel

  Kant ;1724 – 1807

  Frege (1848 – 1925 : Hukum bilangan(the law

  

of number dapat direduksi he dalam proposisi-

proposisi logika.

  Russell - Whitehead dalam bukunya Principia Mathematica: matrmatika seluruhnya dapat direduksikan ke dalam proposisi logika.

  • Kaum Pormalis. (David Hilbert ; 1862 –

  1943): banyak masalah dlam bidang logika

  • Aliran Intusionis. (Jan Brouwer ; 1881 – 1966): intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan.Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui kegiatan intuitif dalam berhitung(counting dan menghitung (calculating . Kaum ini menolak pernyataan

  George Cantor (1845 – 1918 : lebih banyak bilangan nyata (real number dibanding bilangan asli (natural number .

  • Pertemuan Black sebagai kompromi yang bersifat eklektik (eclectic compromise : ketiga pendektan dalam matematika ini, lewat pemahamannya masing-masing,

    memperkukuh matematika sebagai sarana kegiatan berpikir

    deduktif.

  Matematika dan Peradaban

  • Sekitar 3500 SM. Bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang melambangkan angka- angka.
  • Matematika merupakan bahasa artifsial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa verbal yang bersifat alamiah.
  • Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
  • Bagi bidang keilmuan modern matematika adalah sesuatu yang imperatif; sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif. Suatu bidang keilmuan, apa pun juga bidang pengkajiannya, bila telah menginjak kedewasaan mau tidk mau akan bersifat kuantitatif.

  Statistika

  • Pascal dan Piere de Fermet mengembangkan cikal bakal tepori peluang.
  • Pendeta Thomas Bayes pada tahun 1763 mengembangkan teori peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya sesuatu kejadian. Teoriini berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif.
  • Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.
  • Abraham Demoivre (1667 - 1754 mengembangkan teori galat atau kekeliruan (theori of error
  • Thomas Simpson (1757 menyimpulkan bahwa terdapat suatu

    distribusi yang berlanjut (continuous distribution dari suatu variabel

    dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
  • Pierre Simon de Laplace (1749-1827 menentukan distribusi normal.
  • Francis Galton (1822 – 1911 dan Karl Pearson(1857 – 1936 distribusi lain yang tidak berupa kurva normal. Mengembangkan konsep regresi, korelasi, distribusi chi kuadrat dan analisis statistika untuk data kualitatif.
  • Karl Friedrich Gauss (1777 – 1855 mengembangkan Teknik kuadrat

    terkecil (leasts quares simpangan baku dan galat baku untuk rata-

    rata (the standard eror of the mean
  • Searly Gossel (Student : mengembangkan konsep pengambilan contoh.
  • Ronald Alylmer Fisher (1890 -1962 mengembangkan disain eksperimen dn analisis varians dan kovarians, distribusi-Z, distribusi-t, uji signifkan dan teori tentang perkiraan (theori of estimation

  Statistik dan cara berpikir Induktif

  • Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penarikan kesimpulan, sedangkan logika induktif berpaling kepada statistik.
  • Dalam penalaran Deduktif kesimpulan yang ditarik adalah benar sekiranya premis-premis yang dipergunakannya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya adalah sah.
  • Dalam Penalaran Induktif meskipun premis- premisnya benar dan prosedur penarikan kesimpulannya sah, kesimpulan itu belum tentu benar. Yang dapat kita katakan bahwa kesimpulan itu mempunyai peluang benar.
  • Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang pada pokoknya didasarkan pada asas yang sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil

    maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan

    tersebut.
  • Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita

    untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita

    antara dua faktor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Statistik berfungsi meningkatkan

    ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan

    dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang bersifat kebetulan.
  • Penarikan kesimpulan secara statistik memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis.
  • Menurut bidang pengkajiannya statistik dapat kita bedakan sebagai statistik teoritis dan statistik terapan.
  • Statistik teoritis: mengkaji dasar-dasar teori statistik,

    dimulai dari penarikan contoh, distribusi, penaksiran

    dan peluang
  • Statistik terapan: penggunaan statistik teoritis yang disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.
  • • Jelas kiranya bahwa tanpa menguasai statistika adalah

    tak mungkin untuk dapat menarik kesimpulan induktif dengan sah.

  Statistik harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.

BAB 6 Aksiologi: Nilai Kegunaan Ilmu: 19 Ilmu dan Moral, 20 Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan, 21 Nuklir

  

dan Pilihan Moral, 22 Revolusi

Genetika

ILMU DAN MORAL

  

Penalaran otak manusia itu LUAR BIASA demikian kesimpulan

ilmuan kerbau dalam makalanya, namun mereka itu curang dan

serakah

Ada 2 Pertanyaan Ekstrim, Manakah yang merupakan Fakta ??

  • Apakah makin tinggi
  • Apakah makin

  ilmu manusia, maka tinggi ilmu makin bermoral ? manusia, maka makin tidak bermoral ?

  

Defnisi Ilmu

  • • Ilmu bisa berarti proses memperoleh

    pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut

  

Defnisi Moral

  • Secara kebahasaan perkataan moral berasal dari ungkapan bahasa latin mores yang merupakan bentuk jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan
  • Moral adalah (1 prinsip hidup yang berkenaan dengan

    benar atau salah, baik atau buruk (2 kemampuan untuk

    memahami perbedaan benar atau salah (3 ajaran atau

    gambaran tentang tingkah laku yang baik.
  • Moral dibagi menjadi 2 yaitu :

  

1. Baik ; segala tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika

sebagai baik.

  2. Buruk; tingkah laku yang dikenal pasti oleh etika sebagai buruk. Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi.

  Namun pada kenyataannya apakah ilmu selalu merupakan berkah, terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan?

Perkembangan Ilmu sering melupakan faktor manusia,

dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun justru sebaliknya : manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Ilmu bukan lagi sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan kata lain Ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah sangat terkait dengan masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda.

  Contoh : Ketika Copernicus (1473-1543 mengajukan teorinya tentang kesemestaan Alam dan menemukan bahwa “aBumi yang

berputar mengelilingi matahari” dan bukan sebaliknya seperti yang

dikatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ILMU

DAN MORAL

  secara Filsafati dapat dikatakan bahwa dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari ontologis keilmuan, sedangkan dalam

penerapan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau

dari segi aksiologi keilmuan. Masalah Moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran. Sejarah kemanusiaan dihiasi dengan

semangat para martir dalam mempertahankan apa yang

mereka anggap benar, seperti: Sokrates dan John Huss Akhirnya, tanpa landasan moral maka ilmuan mudah sekalih tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.

  Tanggung Jawab Sosial Keilmuan

  1. Produk keilmuan harus sampai dan dimanfaatkan oleh masyarakat

  2. Memberikan persfektif yang obyektif : untung- ruginya, baik-buruknya, sehingga penyelesaian yg obyektif dt dimungkinkan

  3. Ilmuwan berpikir secara teratur dan cermat sehingga dapat menjelaskan kepada mereka yang berpikir keliru, dimana letak kekeliruannya, apa yang membikin mereka keliru, dan harga apa yang mereka harus bayar atas kekeliruan tersebut.

  4. Bertanggung jawab atas berdirinya pilar penyangga keilmuan : ilmu dan teknologi

  5. Sikap sosial ilmuan : konsisten dengan penelaahan keilmuan yang dilakukan.

PILIHAN MORAL

  NUKLIR

  • Jika ilmuwan menciptakan penemuan baru yang menurut dia berbahaya bagi kemanusiaan, apakah yang harus dia lakukan?
  • Apakah menyembunyikan penemuaannya tersebut (tidak dipublikasikan)?
  • Ataukah bersifat netral dan menyerahkan kepada moral kemanusiaan untuk menentukan penggunaannya?
  • Ilmu pengetahuan merupakan rangkaian penemuan yang mengarah pada penemuan selanjutnya, dalam aspek inilah ilmu pengetahuan terbebas dari nilai-nilai yang mengikat.
  • Dalam aspek “penggunaan ilmu pengetahuan”, maka ilmuwan memiliki sikap moral untuk tidak menyembunyikan dan memiliki sikap moral untuk memihak kepada kemanusiaan.

  Pesan dari Einstein :

  • Tidak cukup bagi kita hanya memahami ilmu agar hasil pekerjaan kita membawa berkah bagi manusia. Perhatian kepada manusia itu sendiri dan nasibnya harus selalu merupakan minat utama dari semua ikhtisar teknis.
  • Jangan kau lupakan hal ini ditengah tumpukan diagram dan persamaan.
  • Revolusi genetika lebih banyak keburukan dibanding kebaikannya sekiranya hakikatnya kemanusiaan itu sendiri dijamah.
  • Kesimpulannya : menolak terhadap dijadikannya manusia sebagai obyek pendidikan genetika, secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal (ontologis ilmu
  • Menghadapi tenaga nuklir : moral memberikan penilaian aksiologis
  • Menghadapi revolusi genetika : belum terlambat menerapkan pilihan ontologis “a jangan petik buah terlarang itu”. Jangan ! Berharap menciptakan Superman namun yang bangun Frankenstein.

  

Revolusi Genetika

(ontologis versus aksiologis

  Revolusi genetika = manusia sebagai obyek penelaahan Tujuan : bukan dalam upaya menciptakan teknologi yang memberikan kemudahan bagi manusia tetapi untuk mengubah manusia itu sendiri Asumsi bahwa penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuran manusia, maka tidak ada garansi sekiranya penemuan ini jatuh ket pihak yang tidak bertanggung jawab dan

  

ILMU DAN KEBUDAYAAN

MANUSIA DAN KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN -DEFINISI KEBUDAYAAN