Pengaruh kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi dan kemampuan pemakai terhadap kinerja akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai sisi teknologi dari suatu sistem informasi, yang terdiri dari perangkat keras (hardware), basis data (database), perangkat lunak (software), jaringan komputer, dan peralatan lain terkait. Konsep teknologi diartikan oleh Kart dan Rojenweig (1994) dalam Sagung (2008) sebagai organisasi dan aplikasi pengetahuan untuk tercapainya tujuan praktis. Sedangkan bentuk teknologi informasi adalah semua yang berhubungan

memperoleh, memanipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan dan memanfaatkan data (Everest, 1986) dalam Sagung (2008). Dari pengertian diatas, teknologi informasi diartikan sebagai aplikasi pengetahuan untuk suatu tujuan tertentu berkenaan dengan pemanfaatan informasi.

dengan

upaya

Ada dua alasan utama mengapa penggunaan komputer sangat penting dalam sistem informasi modern. Alasan pertama, berkenaan dengan kemampuan komputer untuk mengolah data. Perangkat otomatis ini dalam beberapa hal ternyata lebih unggul sebagai penyerap atau pencatat data jika dibandingkan dengan daya ingat manusia, sekalipun inisiatif dan tindakan Ada dua alasan utama mengapa penggunaan komputer sangat penting dalam sistem informasi modern. Alasan pertama, berkenaan dengan kemampuan komputer untuk mengolah data. Perangkat otomatis ini dalam beberapa hal ternyata lebih unggul sebagai penyerap atau pencatat data jika dibandingkan dengan daya ingat manusia, sekalipun inisiatif dan tindakan

1. Pengolahan yang cepat,

2. Akurasi yang tinggi,

3. Kapasitas penyimpanan besar,

4. Efektif untuk tugas berulang,

5. Dapat berfungsi secara terus menerus,

6. Teliti dalam mendeteksi situasi yang menyimpang,

7. Dapat diperbaiki dan ditingkatkan (upgrade). Alasan kedua, bahwa teknologi otomatisasi melalui komputerisasi sudah tersedia dimana-mana dan dapat diperoleh dengan mudah dan biaya yang relatif murah ( Kumorotomo dan Margono ,1995).

Berbagai dampak teknologi informasi tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi dan meningkatkan kinerja pegawai. Alter (1996) dalan Jurnaili (2002) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi adalah untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan dan mempermudah hubungan para pekerja. Loudon dalam Haryanto (2002) menyatakan bahwa penggunaan teknologi berbasis komputer diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya membutuhkan koordinasi antara manusia, teknologi dan organisasi. Oleh karenanya, penerapan teknologi dalam sistem

organisasi/perusahaan hendaknya mempertimbangkan pemakai sistem sehingga teknologi yang diterapkan

informasi

sebuah sebuah

Goodhue yang dikutip Jurnaili (2002) memberikan pernyataan bahwa evaluasi terhadap pemakai atas kecocokan tugas, kemampuan dan tuntutan tugas pemakai akan memberikan dorongan kepada pemakai untuk memanfaatkan teknologi informasi secara maksimal sehingga akan menimbulkan kinerja yang lebih baik. Menurut Goodhue kepercayaan terhadap teknologi sistem informasi baru dalam mengevaluasi kinerja individu diperlukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa sistem baru yang berbasis komputer dapat digunakan untuk mengendalikan kinerja bawahan. Keberhasilan sistem informasi suatu perusahaan tergantung bagaimana sistem tersebut dijalankan, kemudahan sistem itu bagi pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan. Ada dua hal utama terkait dengan kesuksesan pemanfaatan teknologi informasi dalam peningkatan kinerja karyawan yaitu:

1. Hubungan karakteristik tugas, teknologi informasi dan individu kepada evaluasi pemakai dan interaksi karakteristik/hubungan kecocokan tugas/teknologi kepada evaluasi pemakai,

2. Hubungan evaluasi pemakai dengan kinerja individual.

Kompleksitas berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari bagian-bagian yang banyak dan saling terkait satu sama lain dengan struktur yang tidak sederhana. Untuk menyelesaikan tugas dengan kompleksitas yang tinggi dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang tinggi. Definisi ini mendekati dimensi struktur tugas yang diajukan oleh Bonner (1994) dalam Sagung (2008). Literatur memperlihatkan bahwa kinerja secara umum menurun jika kompleksitas tugas meningkat (Tan & Kao,1999). Kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Penting bagi auditor untuk mengetahui cara memastikan bahwa tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan secara memuaskan.

Kompleksitas tugas terdiri atas dua aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas. Kesulitan tugas berhubungan dengan jumlah informasi sedangkan struktur tugas berhubungan dengan kejelasan informasi (Bonner, 1994) dalam Sagung (2008).

Dalam penelitian ini akan menjelaskan keahlian atau kemampuan yang harus dikuasai akuntan publik yang dipercaya oleh masyarakat. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat dimanfaatkan secara optimal kemampuannya sebagai pihak ketiga yang dipercaya untuk melaksanakan audit. Dengan demikian KAP berkepentingan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit, serta kualitas auditnya. Cara yang dapat ditempuh akuntan adalah dengan meningkatkan kemampuan dan pemahaman auditor terhadap Dalam penelitian ini akan menjelaskan keahlian atau kemampuan yang harus dikuasai akuntan publik yang dipercaya oleh masyarakat. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat dimanfaatkan secara optimal kemampuannya sebagai pihak ketiga yang dipercaya untuk melaksanakan audit. Dengan demikian KAP berkepentingan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit, serta kualitas auditnya. Cara yang dapat ditempuh akuntan adalah dengan meningkatkan kemampuan dan pemahaman auditor terhadap

Akuntan juga dituntut mampu menyediakan informasi yang bersifat non finansial sebagai tambahan data keuangan yang biasanya disajikan. Akuntan sebagai profesi harus mempunyai keahlian khusus, untuk meyakinkan bahwa akuntan sebagai profesi. Profesional adalah tingkat penugasan dan pelaksanaan terhadap tiga hal yaitu knowledge, skill, dan character . Seseorang yang profesional akan mempunyai tingkat tertentu pada ketiga bidang tersebut. Pengalaman yang dimiliki akuntan publik juga berkaitan dengan kecakapan profesional yang dimiliki akuntan, lama bekerja akan mempengaruhi bagaimanana dia dapat menyelesaikan tugasnya.

Akuntan dan teknologi informasi merupakan dua hal yang berbeda, tetapi sangat berkaitan karena teknologi informasi dapat mengubah lingkungan akuntansi. Semua pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik sebagai perancang, pengguna, dan pengelola sumber daya berhubungan dengan teknologi informasi. Berkaitan dengan hal tersebut Hamzah (2004) dalam Siregar (2009) penelitiannya tentang tata laksana teknologi informasi dengan metode COBIT (Control Objective for Information and Related Information ), mengungkapkan bahwa metode tersebut digunakan untuk mengatasi dalam lingkungan internal (pesaing, pendatang baru, penyalur, pembeli). Metode tersebut diterapkan sesuai kebutuhan perusahaan dan menghasilkan kinerja yang efisien dan efektif dalam mencegah dan menaksir adanya resiko terhadap pengguna teknologi informasi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan

KOMPLEKSITAS TUGAS, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, DAN KEMAMPUAN PEMAKAI TERHADAP KINERJA AKUNTAN PUBLIK “ .

judul

”PENGARUH

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan masalah:

1. Apakah kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi, dan kemampuan pemakai mempunyai pengaruh terhadap kinerja akuntan publik secara parsial ?

2. Apakah kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi, dan kemampuan pemakai mempunyai pengaruh kinerja akuntan publik secara simultan?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah penulis ingin memberikan bukti empiris tentang pengaruh kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi, dan kemampuan pemakai terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun secara simultan khususnya di Kantor Akuntan Publik.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

1. Praktisi yaitu memberikan gambaran input atau masukan untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh kompleksitas tugas, penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam hal ini bagi pihak Akuntan publik

2. Akademisi

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, gambaran dan bukti-bukti empiris mengenai pengaruh kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi dan kemampuan pemakai terhadap kinerja akuntan publik.

b. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para peneliti yang melaksanakan penelitian-penelitian sejenis dan penelitian-penelitian lanjutan.

BAB II TELAAH PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teknologi Informasi

Menurut O’Brien dalam Sagung (2008) teknologi adalah suatu jaringan komputer yang terdiri atas berbagai komponen pemrosesan informasi yang menggunakan berbagai jenis hardware, software, manajemen data, dan teknologi jaringan informasi. Menurut Aji (2005) dalam Sagung (2008) informasi adalah data yang terolah dan sifatnya menjadi data lain yang bermanfaat dan biasa disebut informasi. Teknologi diartikan oleh Kart dan Rojenweig (1994) dalam Sagung (2002) sebagai organisasi dan aplikasi pengetahuan untuk tercapainya tujuan praktis. Bentuk teknologi informasi adalah semua yang berhubungan dengan upaya memperoleh, memanipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan dan memanfaatkan data (Everest, 1986) dalam Sagung (2008). Dari pengertian di atas, teknologi informasi diartikan sebagai aplikasi pengetahuan untuk suatu tujuan tertentu berkenaan dengan pemanfaatan informasi. Teknologi informasi menurut Kumorotomo dan Margono (1995) dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : teknologi pengolahan data, teknologi telekomunikasi dan teknologi automatisasi kantor. Saat ini, komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan sistem informasi bagi Menurut O’Brien dalam Sagung (2008) teknologi adalah suatu jaringan komputer yang terdiri atas berbagai komponen pemrosesan informasi yang menggunakan berbagai jenis hardware, software, manajemen data, dan teknologi jaringan informasi. Menurut Aji (2005) dalam Sagung (2008) informasi adalah data yang terolah dan sifatnya menjadi data lain yang bermanfaat dan biasa disebut informasi. Teknologi diartikan oleh Kart dan Rojenweig (1994) dalam Sagung (2002) sebagai organisasi dan aplikasi pengetahuan untuk tercapainya tujuan praktis. Bentuk teknologi informasi adalah semua yang berhubungan dengan upaya memperoleh, memanipulasi, mengkomunikasikan, menyajikan dan memanfaatkan data (Everest, 1986) dalam Sagung (2008). Dari pengertian di atas, teknologi informasi diartikan sebagai aplikasi pengetahuan untuk suatu tujuan tertentu berkenaan dengan pemanfaatan informasi. Teknologi informasi menurut Kumorotomo dan Margono (1995) dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu : teknologi pengolahan data, teknologi telekomunikasi dan teknologi automatisasi kantor. Saat ini, komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang banyak memberikan kontribusi terhadap kemajuan sistem informasi bagi

Ada dua alasan utama mengapa penggunaan komputer sangat penting dalam sistem informasi modern. Alasan pertama, berkenaan dengan kemampuan komputer untuk mengolah data. Perangkat otomatis ini dalam beberapa hal ternyata lebih unggul sebagai penyerap atau pencatat data jika dibandingkan dengan daya ingat manusia, sekalipun inisiatif dan tindakan pengambilan keputusan tetap dilakukan manusia. Karakteristik dari kemampuan komputer dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengolahan yang cepat

2. Akurasi yang tinggi

3. Kapasitas penyimpanan besar

4. Efektif untuk tugas berulang

5. Dapat berfungsi secara terus menerus

6. Teliti dalam mendeteksi situasi yang menyimpang

7. Dapat diperbaiki dan ditingkatkan (upgrade) Alasan kedua, bahwa teknologi otomatisasi melalui komputerisasi sudah tersedia dimana-mana dan dapat diperoleh dengan mudah dan biaya yang relatif murah (Kumorotomo dan Margono, 1995). Hirshorn dan Farduhar (1985) dalam Kumorotomo (1995) mengidentifikasikan tiga fungsi dari pemanfaatan teknologi informasi:

Penggunaan TI Pendukung

dimana teknologi Keputusan

Pemecahan Masalah

Tingkat

informasi

digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat (yaitu: untuk memahami data)

Rasionalisasi

Tingkat

dimana teknologi

Keputusan

digunakan untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan atau menjelaskan atau menjustifikasi alasan-alasan untuk keputusan tersebut.

informasi

Integrasi Kerja

Integrasi Horizontal

Tingkat

dimana teknologi

informasi

digunakan untuk mengkoordinasi aktivitas-aktivitas pekerjaan dengan aktivitas yang lain dalam kelompok kerja.

Integrasi Vertikal

Tingkat

dimana teknologi

informasi

digunakan untuk merencanakan tugas seseorang, memonitor

kinerja dan mengkomunikasikan

secara vertikan untuk mengkoordinasi secara vertikan untuk mengkoordinasi

Pelayanan bagi Pelayanan bagi Pelanggan Tingkat dimana teknologi Pelanggan

informasi

digunakan untuk melayani publik. Publik yang dilayani oleh sistem aplikasi Bersifat internal bagi organisasi (yaitu para pelanggan internal) atau pelanggan eksternal.

Komputer membantu personil untuk melakukan pengambilan keputusan secara lebih eksplisit, serta menambah dan memperkuat keputusan yang kreatif dalam pemecahan masalah dengan memberikan akses bagi model dan database.

Goodhue dan Thompson (1995) dalam Jurnaili (2002) mendefinisikan penggunaan teknologi informasi sebagai perilaku memakai teknologi dalam penyelesaian pekerjaan. Dalam konteks ini teknologi merujuk pada sistem komputer. Penggunaan komputer berhubungan dengan jangka waktu pemakaian sistem komputer, frekuensi pemakaian dan ragam aplikasi sistem yang dipakai. Saat ini, jika seseorang menggambarkan sistem informasi modern tentu yang dimaksudkan adalah sistem informasi yang komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa penggunaan Goodhue dan Thompson (1995) dalam Jurnaili (2002) mendefinisikan penggunaan teknologi informasi sebagai perilaku memakai teknologi dalam penyelesaian pekerjaan. Dalam konteks ini teknologi merujuk pada sistem komputer. Penggunaan komputer berhubungan dengan jangka waktu pemakaian sistem komputer, frekuensi pemakaian dan ragam aplikasi sistem yang dipakai. Saat ini, jika seseorang menggambarkan sistem informasi modern tentu yang dimaksudkan adalah sistem informasi yang komputerisasi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa penggunaan

Teori sikap dan perilaku (theory of attitudes and behavior) yang dikembangkan oleh Triandis (1980) dalam Jurnali dan Supomo (2002) menyatakan bahwa pemanfaatan komputer personal atau PC (personal computer ) oleh pemakai yang memiliki pengetahuan di lingkungan yang dapat memilih (optional) dipengaruhi oleh afeksinya (affect) terhadap pemanfaatan PC, kebiasaan (habit) sehubungan dengan pemanfaatan komputer, konsekuensi individual yang diharapkan (consequencies) dari pemanfaatan PC dan kondisi yang memfasilitasi (faciliating conditions) dalam lingkungan yang kondusif memanfaatkan PC. Menurut teori tersebut, faktor sosial merupakan internalisasi kultur subjektif kelompok dan persetujuan interpersonal tertentu yang dibuat antar individu dalam situasi sosial tertentu. Kultur subjektif berisi norma, peran, dan nilai-nilai. Sedang afeksi berhubungan dengan perasaan senang, kegembiraan atau depresi, kemuakan, ketidaksenangan atau kebencian terhadap individu dengan tindakan tertentu.

Konsep pemanfaatan teknologi informasi dalam hal ini dapat diukur berdasarkan tingkat integrasi Sistem Informasi (SI) pada setiap tugas rutin individual baik pada pemanfaatan yang bersifat sukarela maupun yang bersifat wajib. Pemanfaatan teknologi informasi diukur berdasarkan ketergantungan pemakai terhadap SI yang ada untuk melaksanakan tugas dan meningkatkan kinerjanya.

Berbagai dampak teknologi informasi tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi dan meningkatkan kinerja pegawai. Alter (1996) dalam Aris (2004) menyatakan bahwa penggunaan teknologi informasi adalah untuk membantu manusia dalam melakukan pekerjaan dan mempermudah hubungan para pekerja. Loudon dalam Haryanto (2002) menyatakan bahwa penggunaan teknologi berbasis komputer diharapkan mampu meningkatkan kinerja karyawan. Selanjutnya mereka menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya membutuhkan koordinasi antara manusia, teknologi dan organisasi. Oleh karenanya, penerapan teknologi dalam sistem informasi sebuah organisasi/perusahaan hendaknya mempertimbangkan pemakai sistem sehingga teknologi yang diterapkan dapat bermanfaat sesuai dengan tugas dan kemampuan pemakai. Tidak jarang ditemukan bahwa teknologi yang diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakai sistem sehingga penerapan teknologi informasi kurang memberikan manfaat atau bahkan tidak memberikan manfaat sama sekali dalam peningkatan kinerja individual.

2. Kemampuan/Keahlian Pemakai

Agar mampu menggunakan suatu sistem informasi secara efektif dan efisien, seorang pemakai dituntut untuk memiliki kemampuan dalam bidang pengetahuan komputer. Terdapat dua komponen yang dituntut oleh pemakai yaitu computer literacy dan information literacy (Szymanski et al.,1995) dalam Haryanto (2002). Computer literacy adalah dimilikinya pengetahuan dan pemahaman dalam bidang komputer dan sistem informasi serta cara menggunakannya secara efektif. Information literacy adalah dimilikinya kemampuan untuk menilai nilai suatu informasi dan dimilikinya kemampuan untuk menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dengan bijaksana sesuai masalah yang ada.

Menurut Harrison dan Raier (1992) keahlian (skill/expert) dalam Puriastuti (2005) adalah suatu perkiraan kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan dengan sukses. Seseorang yang menganggap dirinya mampu untuk melaksanakan suatu tugas cenderung akan sukses.

Keahlian atau kemampuan menggunakan komputer menurut Igbaria (1994) dalam Puriastuti (2005) merupakan kombinasi antara pengalaman user dalam menggunakan komputer, latihan yang telah diperoleh dan keahlian komputer secara menyeluruh.

Dalam penggunaan teknologi informasi tidak bisa dipisahkan dari user (pemakai). Keahlian/kemampuan dalam menggunakan teknologi sangat berpengaruh terhadap hasil akhir yang dicapai, karena tidak semua pemakai cakap dalam berteknologi khususnya bila teknologi tersebut Dalam penggunaan teknologi informasi tidak bisa dipisahkan dari user (pemakai). Keahlian/kemampuan dalam menggunakan teknologi sangat berpengaruh terhadap hasil akhir yang dicapai, karena tidak semua pemakai cakap dalam berteknologi khususnya bila teknologi tersebut

dan pelatihan teknis yang cukup bagi auditor. 2). Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Standar tersebut digunakan oleh auditor sebagai pedoman kerja. Beberapa penelitian tentang keahlian seperti yang digunakan Murtanto dan Gudono dalam Puriastuti (2005) dengan menggambarkan rerangka keahlian adalah metode dari Abdol Mohammadi, dkk (1992)

Rerangka Keahlian

Komponen

Katagori Arti

Komponen Pengetahuan Pengetahuan terhadap kenyataan, proses dan prosedur.

Ciri-ciri psikologis

Ciri-ciri kepribadian diri

Kemampuan berpikir

Kemampuan

untuk

memperoleh dan

memproses informasi

Strategi penentuan keputusan

Strategi

untuk

membantu pembuatan

keputusan

Analisis tugas Penilaian terhadap kesulitan tugas Kompleksitas tugas

Keputusan auditor

1. Komponen pengetahuan (knowledge component ), merupakan komponen penting dalam suatu keahlian, yang meliputi pengetahuan tentang fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman dari pengetahuan, sebab pengalaman akan memberikan hasil di dalam menghimpun dan memberi kemajuan bagi pengendalian.

2. Ciri-ciri psikologis (psicological characteristic) merupakan self precentation image attribute of export seperti kemampuan di dalam komunikasi, kreativitas, kerjasama dengan orang lain dan kepercayaan pada keahlian yang merupakan komponen ciri psikologis.

3. Kemampuan berpikir (cognitive abilities) merupakan kemampuan untuk mengakumulasi dan mengolah informasi. Beberapa karakteristik yang dapat dimasukkan sebagai unsur kemampuan berpikir misalnya, kemampuan beradaptasi pada situasi yang baru dan ambigu, perhatian terhadap fakta-fakta yang relevan dan kemampuan untuk mengabaikan fakta-fakta yang tidak relevan merupakan suatu kemampuan yang efektif untuk menghindari tekanan.

4. Strategi penentuan keputusan (decision strategies) baik formal maupun informal akan membantu dalam keputusan yang sistematis dan membantu keahlian di dalam mengatasi keterbatasan manusia. Para profesional auditing sangat berkepentingan di dalam mengembangkan dan menggunakan strategi penentuan keputusan secara umum.

5. Analisis tugas ( task analysis) banyak dipengaruhi oleh pengalaman audit dalam analisis tugas ini yang akan mempengaruhi minimum terhadap penentuan keputusan.

6. Kompleksitas tugas akan mempengaruhi pilihan terhadap bantuan keputusan auditor yang telah tinggi pengalamannya dan digunakan untuk mengembangkan rerangka umum dari lingkungan tugas dalam auditing.

Sesuai dengan SPAP –IAI (1994) seksi 335, keahlian minimum yang harus dimiliki oleh auditor atau stafnya dalam melaksanakan audit di lingkungan pengolahan data elektronik adalah :

a. Pengetahuan dasar-dasar komputer dan fungsi komputer secara umum,

b. Pengetahuan dasar tentang sistem opersi dan perangkat lunak,

c. Pemahaman tentang teknik pengolahan dan struktur data,

d. Kemampuan bekerja dengan teknik pengolahan dan struktur data,

e. Kemampuan menelaah sistem dokumentasi,

f. Pengetahuan dasar tentang pengendalian PDE untuk mengidentifikasi,

g. Pengetahuan memadai dalam perancangan audit dan supervisi pelaksanaan audit dalam lingkungan PDE,

h. Pemahaman dinamika perkembangan dan perubahan sistem dan program dalam suatu satuan usaha. Akuntan publik diharapkan menyadari bahwa penggunaan teknologi

berbasis komputer dalam keadaan tertentu, mengharuskan akuntan berbasis komputer dalam keadaan tertentu, mengharuskan akuntan

3. Kompleksitas Tugas

Dalam Godhue dalam Setyarini (2004) tugas adalah tindakan yang dijalankan oleh individu dalam mengubah input menjadi output. Tugas dalam penelitian sistem informasi meliputi pelaksanaan tugas-tugas yang dapat mendorong pemakai untuk meletakkan kepercayaan yang lebih besar pada aspek-aspek teknologi informasi dalam membantu penyelesaian tugas tertentu, misalnya adanya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan yang beragam dan tidak dapat diprediksi sebelumnya tentang operasi perusahaan yang akan mendorong individu untuk menjadi tergantung pada kapasitas sistem informasi dalam memproses pertanyaan- pertanyaan tersebut menggunakan basis data sistem informasi operasi perusahaan.

Jika suatu tugas sudah dipahami dengan baik sebelum melaksanakannya, maka banyak hal yang dapat direncanakan terlebih dahulu dengan baik. Jika tugas belum dipahami, maka selama eksekusi tugas tersebut dibutuhkan lebih banyak pengetahuan yang dapat mengubah pengalokasian sumber daya, penjadwalan, dan prioritas dalam melaksanakan tugas (Zulazmi,2003) dalam Rapina (2007).

Kompleksitas berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari bagian-bagian yang banyak dan saling terkait satu sama lain dengan struktur yang tidak sederhana. Kompleksitas tugas merupakan persepsi

individu tentang kesulitan suatu tugas. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Penting bagi auditor untuk mengetahui cara memastikan bahwa tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan secara memuaskan. Menurut Bonner (1994) dalam Rapina (2007) terdapat tiga alasan mengapa kompleksitas tugas perlu diperiksa pada situasi audit yaitu :

a. Kompleksitas tugas mungkin berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor.

b. Memberikan bantuan dalam pengambilan keputusan dan teknik pelatihan yang saat ini mungkin diperbaiki jika peneliti memahami tugas audit yang berbeda-beda.

c. Memahami kompleksitas tugas membantu manajemen KAP menemukan kesesuaian antara tugas audit dan staf audit.

Kompleksitas tugas terdiri atas dua aspek yaitu kesulitan tugas dan struktur tugas berhubungan dengan kejelasan informasi (Bonner, 1994 dalam Rapina 2007). Bonner (1994) dalam Rapina (2007) membagi proses pemrosesan informasi menjadi tiga tahap yaitu input, pemrosesan, dan output. Pada tahap input dan pemrosesan kompleksitas tugas meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah bukti. Tugas yang kurang kompleks memiliki ciri-ciri:

1). Lebih sedikit bukti informasi 2). Bukti informasi konsisten dengan kejadian yang diprediksi 3). Kekonsistenan yang tinggi secara relatif antara bukti harapan dan

keputusan aktual 4). Tingkat ambiguitas yang relatif rendah dalam konteks keputusan dan hasil keputusan potensial yang sedikit Tugas yang sangat kompleks memilki ciri-ciri: a). Lebih banyak bukti informasi b). Sejumlah besar bukti tidak konsisten dengan kejadian yang sedang

diprediksi c). Mengandung tingkat ambiguitas yang relatif tinggi dan hasil keputusan potensial yang banyak. Tugas listing of compliances dan substantive test pada pengendalian internal merupakan tugas yang kompleksitasnya rendah. Tugas yang membutuhkan listing of financial statement error task yang bisa terjadi karena penyimpangan pengendalian internal merupakan tugas dengan kompleksitas sedang. Tugas ini membutuhkan sejumlah tindakan yang terpisah misalnya mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kesalahan laporan keuangan, double entry dan penentuan apakah akun-akun tersebut overstate atau understate (Tan dan Kao, 1999). Contoh tugas dengan tingkat kompleksitas yang tinggi adalah analisis rasio. Tugas ini membutuhkan sejumlah bukti input yang akan diproses, koordinasi kompleksitas dan backward/forward reasioning untuk mengidentifikasi diprediksi c). Mengandung tingkat ambiguitas yang relatif tinggi dan hasil keputusan potensial yang banyak. Tugas listing of compliances dan substantive test pada pengendalian internal merupakan tugas yang kompleksitasnya rendah. Tugas yang membutuhkan listing of financial statement error task yang bisa terjadi karena penyimpangan pengendalian internal merupakan tugas dengan kompleksitas sedang. Tugas ini membutuhkan sejumlah tindakan yang terpisah misalnya mengingat kembali hal-hal yang berhubungan dengan kesalahan laporan keuangan, double entry dan penentuan apakah akun-akun tersebut overstate atau understate (Tan dan Kao, 1999). Contoh tugas dengan tingkat kompleksitas yang tinggi adalah analisis rasio. Tugas ini membutuhkan sejumlah bukti input yang akan diproses, koordinasi kompleksitas dan backward/forward reasioning untuk mengidentifikasi

Kompleksitas tugas pada penelitian-penelitian sebelumnya didefinisikan dalam istilah karakteristik tugas yang ditentukan secara independen oleh pelaksana tugas tertentu. Mereka tidak mendefinisikan tugas berdasarkan kompleksitas tugas itu sendiri tetapi mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai fungsi dari karakteristik individu. Gupta (1999) dalam Rapina (2007) mendefinisikan kompleksitas tugas dengan mengacu pada teknologi tugas Perrow. Teknologi tugas digambarkan dalam dua dimensi yaitu ketidakpastian tugas dan interdependesi tugas. Ketidakpastian tugas terdiri atas dua tingkat dimana anggota-anggota tim merasa tugas-tugas mereka menjadi familiar atau tidak familiar, similar atau tidak similar dengan tugas lain, rutin atau tidak rutin, dan sering atau tidak sering. Kesulitan tugas mengacu pada kompleksitas dan kemampuan untuk dianalisa dan tingkat dimana prosedur operasi standar telah dikembangkan.

Menurut Restudingdiah (2000) ada dua jenis kompleksitas yang berpengaruh pada pengembangan sistem, yaitu kompleksitas tugas dan kompleksitas sistem. Kompleksitas tugas berasal dari lingkungan pemakai dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang ada disekitar dunia bisnis. Kompleksitas sistem berasal dari lingkungan pengembang dan berkaitan dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang terjadi disekitar praktik pengembangan sistem.

4. Kinerja Akuntan Publik

Akuntan adalah orang yang mempunyai gelar sarjana ekonomi dari universitas negeri jurusan akuntansi yang telah mempunyai gelar akuntan sesuai dengan peraturan UU No.34 tahun 1954 serta Surat Keputusan Dirjen

No.15/DJ/Kep/1980 dan No.28/DIKTI/Kep/1986. Menurut peraturan tersebut gelar akuntan diberikan oleh Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntansi sesuai dengan ketentuan dan berdasarkan UU dan Surat Keputusan tersebut. Definisi Akuntan menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountant) merupakan orang yang menyediakan kegiatan jasa yang fungsinya adalah menyediakan data kuantitatif terutama yang memiliki sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi untuk memilih alternatif dari suatu keadaan tertentu. Akuntan adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan audit terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan apakah telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan standar atau prinsip tersebut diterapkan secara konsisten.

Pendidikan

Tinggi

Gibson et. Al (1996) dalam Puriastuti (2005) menyatakan bahwa kinerja atau performance berkaitan dengan evaluasi kinerja dimana evaluasi kinerja merupakan prestasi individu yang merupakan cerminan Gibson et. Al (1996) dalam Puriastuti (2005) menyatakan bahwa kinerja atau performance berkaitan dengan evaluasi kinerja dimana evaluasi kinerja merupakan prestasi individu yang merupakan cerminan

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

B. PERUMUSAN HIPOTESIS

1. Kompleksitas Tugas

Kompleksitas tugas berasal berasal dari kata complex yang berarti terdiri dari bagian-bagian yang banyak dan saling terkait satu sama lain dengan struktur yang tidak sederhana. Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur, membingungkan, dan sulit. Kompleksitas tugas merupakan persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Kompleksitas tugas mempengaruhi kinerja auditor. Untuk menyelesaikan tugas dengan kompleksitas yang tinggi dibutuhkan keahlian dan kesabaran yang tinggi.

Definisi ini mendekati struktur tugas yang diajukan Bonner (1994) dalam Sagung (2008). Literatur memperlihatkan bahwa kinerja secara umum menurun jika kompleksitas tugas meningkat (Tan & Kao,1999). Kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Adanya kompleksitas tugas menuntut akuntan untuk bekerja secara efektif. Tugas yang komplek memerlukan kemampuan yang lebih diatas rata-rata, dan juga membutuhkan adanya kesabaran dan ketelian yang tinggi sehingga kinerja auditor menjadi lebih baik. Berdasarkan hal tersebut dirumuskan hipotesis:

H 1 : Kompleksitas Tugas berpengaruh signifikan terhadap kinerja akuntan publik

2. Pemanfaatan Teknologi Informasi

Teknologi informasi sangat diyakini mampu memberikan manfaat bagi para pemakai dalam organisasi apapun. Teknologi informasi bermanfaat dalam berbagai macam aktivitas baik operasional maupun manajerial. Teknologi informasi dapat menjadikan tugas – tugas menjadi lebih hemat dan efektif. Penggunaan teknologi di berbagai bidang menyebabkan terjadinya berbagai macam perubahan seperti tugas yang dilakukan manusia digantikan oleh tenaga mesin atau elektronik. Pemanfaatan teknologi informasi menurut Thomson et al. (1991) dalam Tjhai (2003) merupakan manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya atau perilaku dalam menggunakan teknologi pada saat

melakukan pekerjaan. Pengukurannya berdasarkan intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan, dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tepat dan didukung oleh keahlian personil yang mengoperasikannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan maupun kinerja individu yang bersangkutan. Menurut model yang dikembangkan Thomson et al aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tepat dan didukung oleh keahlian personil yang mengoperasikannya dapat meningkatkan kinerja perusahaan maupun kinerja individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis:

2 H : Pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja akuntan publik

3. Kemampuan Pemakai

Dalam penelitian Murtanto dan Gudono (1999) dalam Puriastuti (2005), menjelaskan beberapa karakteristik untuk meningkatkan kemampuan/keahlian yaitu seperti ciri-ciri psikologis, kemampuan berpikir, strategi penentu keputusan, dan analisis tugas. Hal tersebut diungkapkan dalam Jurnali dan Supomo (2002) dalam artikelnya tentang “Pengaruh Kesesuaian Tugas dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Akuntan Publik” yang dipengaruhi oleh interaksi pemakai, teknologi yang digunakan dan tugas yang berbasis teknologi, karena menunjukkan koresponden antara kebutuhan tugas, kemampuan individual dan fungsi teknologi.

Komputer sebagai teknologi diharapkan mampu menjadi suatu alat atau perangkat untuk dapat mengembangkan sistem. Keberadaan komputer seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal dalam mengoperasikan sistem informasi di perusahaan bagi individu akuntan sendiri. Penggunaan suatu program pengelolaan data dengan bantuan sofware akuntansi tidak selalu mendatangkan kemudahan bagi pemakainya, bahkan sebaliknya program tersebut dapat mendatangkan kesulitan, yang pada akhirnya dapat menghambat dan menimbulkan ketidakpuasan bagi pemakai tersebut (Nasrizal,2000) dalam Puriastuti (2005). Oleh karena ini dibutuhkan kecakapan/keahlian khusus. Berdasarkan asumsi dan uraian tersebut diatas hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

3 H : Kemampuan pemakai berpengaruh signifikan terhadap kinerja akuntan publik

C. PENELITIAN TERDAHULU

Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and behavior) dari Triandis (1980) dalam Tjhai (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan personal computer (PC) oleh pekerja dipengaruhi oleh perasaan individual (affect) terhadap penggunaan komputer personal, norma sosial (sosial norms) dalam tempat kerja yang memperhatikan penggunaan komputer personal, kebiasaan (habit) sehubungan dengan penggunaan komputer, konsekuensi individual yang diharapkan (consequencies) dari penggunaan komputer personal, dan kondisi yang memfasilitasi (facilitating conditions) dalam penggunaan

personal computer (PC). Thompson et al (1991) dalam Tjhai (2003) mengadopsi sebagian teori yang diusulkan oleh Triandis (1980) dalam Thjai (2003) dimana penelitiannya menggunakan enam faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi, yaitu faktor sosial, affect (perasaan individual), kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang, kondisi yang memfasilitasi, dan kompleksitas. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara faktor sosial, affect, kesesuaian tugas, dan konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Faktor kompleksitas memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan negatif dan tidak signifikan antara kondisi yang memfasilitasi dengan pemanfaatan teknologi informasi.

Di Indonesia penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan TI telah banyak dilakukan. Tjhai (2003) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik yang termasuk dalam lima besar di Indonesia. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara faktor sosial dengan pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan faktor affect memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil penelitiannya juga menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara faktor konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Sebaliknya faktor kompleksitas tugas, kesesuaian tugas Di Indonesia penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan TI telah banyak dilakukan. Tjhai (2003) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi dan pengaruh pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik yang termasuk dalam lima besar di Indonesia. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara faktor sosial dengan pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan faktor affect memiliki hubungan positif dan tidak signifikan dengan pemanfaatan teknologi informasi. Hasil penelitiannya juga menunjukkan hubungan yang negatif dan signifikan antara faktor konsekuensi jangka panjang dengan pemanfaatan teknologi informasi. Sebaliknya faktor kompleksitas tugas, kesesuaian tugas

Sagung (2008) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi pada Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Tabanan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor sosial dan kondisi yang memfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Faktor affect (perasaan individual), kesesuaian tugas, dan konsekuensi jangka panjang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan faktor kompleksitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemanfaatan teknologi informasi. Tan dan Kao (1999) menguji tentang pengaruh kompleksitas tugas terhadap kinerja akuntan publik yang menunjukkan bahwa kinerja secara umum menurun jika kompleksitas tugas meningkat. Kompleksitas tugas penting untuk dipertimbangkan karena auditor tidak terhindar dari tugas-tugas dengan tingkat kompleksitas yang berbeda-beda. Kompleksitas didefinisikan sebagai tingkat inovasi yang dipersepsikan sesuatu yang sulit untuk dimengerti dan digunakan.

Penelitian mengenai hubungan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja indidual juga telah dilakukan oleh Tjhai (2003). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak dapat mempengaruhi kinerja individual. Sebaliknya, hasil penelitian Sagung (2008) menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja individual.

Jurnali dan Supomo (2002) meneliti tentang pengaruh faktor kesesuaian tugas-teknologi dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja akuntan publik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian tugas teknologi mempengaruhi peningkatan kinerja individual sedangkan pemanfaatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja akuntan publik.

Agar mampu menggunakan suatu sistem informasi secara efektif dan efisien, seorang pemakai dituntut untuk memiliki kemampuan dalam bidang komputer. Terdapat dua kemampuan yang dituntut oleh pemakai yaitu computer literacy dan information literacy. Computer literacy adalah dimilikinya pengetauan dan pemahaman dalam bidang komputer dan sistem informasi serta cara menggunakannya secara efektif. Information literacy adalah dimilikinya kemampuan untuk menilai nilai suatu informasi dan dimilikinya kemampuan untuk menggunakan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dengan bijaksana sesuai masalah yang ada.

Haryanto (2002) meneliti tentang faktor-faktor individual dalam penggunaan sistem informasi berbasis komputer terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kegunaan sistem komputer, kemudahan penggunaan komputer, pelatihan komputer dan kemampuan pemakai berpengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan stres kerja dan kegelisahan komputer tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Puriastuti (2005) meneliti tentang pengaruh keahlian dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja kantor akuntan publik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian akan teknologi informasi mempengaruhi Haryanto (2002) meneliti tentang faktor-faktor individual dalam penggunaan sistem informasi berbasis komputer terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi kegunaan sistem komputer, kemudahan penggunaan komputer, pelatihan komputer dan kemampuan pemakai berpengaruh terhadap kinerja karyawan, sedangkan stres kerja dan kegelisahan komputer tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Puriastuti (2005) meneliti tentang pengaruh keahlian dan pemanfaatan teknologi informasi terhadap kinerja kantor akuntan publik. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keahlian akan teknologi informasi mempengaruhi

D. KERANGKA TEORITIS

Beberapa acuan dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mendasari tersusunnya kerangka pemikiran dibawah ini :

1. Kompleksitas tugas Kinerja

2. Pemanfaatan teknologi Akuntan informasi

Publik

3. Kemampuan pemakai

Variabel Dependen Variabel Independen

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian merupakan perencanaan dan struktur penelitian yang digunakan dalam rangka memperoleh jawaban-jawaban dari pertanyaan penelitian. Desain penelitian melibatkan penentuan tujuan penelitian, jenis penelitian, tingkat campur tangan peneliti, setting penelitian, unit analisis dan rentang waktu.

1. Tujuan Penelitian Pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat dasar dari hubungan tertentu atau membuktikan perbedaan antar kelompok atau independensi dari dua faktor atau lebih dalam satu situasi (Sekaran, 2000). Pengujian Hipotesis menawarkan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami pengaruh kompleksitas tugas, pemanfaatan teknologi informasi dan kemampuan pemakai terhadap kinerja akuntan publik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa hipotesis, hal ini berarti bahwa penelitian ini adalah hipotesis- testing study.

2. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua 2. Jenis Penelitian Untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara dua

3. Tingkat Campur Tangan Peneliti Campur tangan peneliti dalam penelitian ini adalah minimal. Data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui skala sikap yang berupa pernyataan dijawab oleh responden sendiri. Peneliti hanya memberikan penjelasan jika ada pernyataan yang kurang jelas bagi responden. Akan tetapi, sikap yang diberikan atas pernyataan yang terdapat dalam kuesioner merupakan jawaban responden sendiri.

4. Setting Penelitian Setting penelitian ini akan dilaksanakan pada lingkungan alami dimana biasanya pekerjaan berlangsung. Penelitian ini merupakan correlational study yang dilaksanakan pada noncontrived setting atau disebut juga field study .

5. Unit Analisis Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dikumpulkan dan dianalisis secara individual. Data akan dikumpulkan dari tiap individu dan akan diperlakukan sebagian sumber data individual. Dengan kata lain, unit analisis dalam penelitian ini adalah individual.

6. Rentang Waktu Penelitian ini merupakan cross-sectioned study atau one shot study karena data dikumpulkan hanya satu kali untuk dikirim pada satu waktu tertentu.

Penelitian ini bertujuan untuk membangun hubungan sebab-akibat, sehingga tidak perlu dilakukan manipulasi pada variabel tertentu. Karena manipulasi tidak perlu dilakukan, data dapat dikumpulkan hanya pada satu waktu.

B. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah Akuntan Publik yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di wilayah Yogyakarta, Solo dan Semarang. Alasan dipilih Akuntan Publik karena tugas mereka membutuhkan keahlian khusus untuk dapat menggunakan teknologi informasi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2000). Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah Akuntan publik yang mempunyai kriteria sebagai berikut: a). Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta, Solo

dan Semarang. b). Level auditor senior (terdiri dari partner, manajer, supervisor) dan auditor yunior (terdiri dari auditor yunior dan staf).

c). Auditor yang bekerja di KAP Yogyakarta, Solo dan Semarang yang terdaftar dan mempunyai nomor Register dari Departemen Keuangan RI.

Sampel terdiri dari beberapa jenjang pendidikan, jabatan, sehingga dapat mewakili struktur tugas dan pemakai teknologi informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang tepat dalam penelitian ini adalah 30<X<300, sehingga penulis mengambil jumlah sampel sebesar 60.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampling merupakan metode atau teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode non probability sampling yaitu purposive sampling methode , dengan fokus pada Kantor Akuntan Publik. Alasan pengambilan metode purposive sampling karena jumlah keseluruhan auditor yunior dan junior di Yogyakarta, Solo dan Semarang tidak diketahui secara pasti, sehingga untuk memperoleh sampel yang spesifik dan sesuai yang diterapkan agak sulit, dan mengingat tingkat respon di Indonesia masih rendah untuk mencapai kurva normal yaitu 10-30%, peneliti menyebar kuesioner 200 lembar.

C. METODE PENGUMPULAN DATA