ANALISIS PENERAPAN RESTRUKTURISASI DALAM. pdf

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

ANALISIS PENERAPAN RESTRUKTURISASI DALAM PENYELESAIAN
KREDIT MACET PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) PETANG DI
KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG
1

I Made Agus Arnadi, 1Nyoman Trisna Herawati, 2Made Arie Wahyuni
Jurusan Akuntansi Program S1
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja,Indonesia

e-mail : {agusarnadi228@gmail.com, aris herawati@yahoo.co.id,wahyuni
arie@yahoo.com} @undiksha.ac.id
Abstrak
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang merupakan salah satu koperasi yang
mengalami masalah kredit macet, pihak koperasi selalu berupaya melakukan proses
penyelesaian agar masalah kredit macet ini dapat teratasi dengan tepat. Salah satu
langkah yang diambil oleh pihak Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang yaitu dengan
melakukan Restrukturisasi, sehingga diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan

kredit dan dapat mengurangi tingkat kredit macet pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Faktor-faktor penyebab kredit
macet pada Koperasi Simapan Pinjam (KSP) Petang, 2) Penerapan restrukturisasi dalam
penyelesaian kredit macet pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dalam
tempat tahapan, yakni: 1) Pengumpulan data, 2) Reduksi data, dan 3) Display data, dan,
4) Ferifikasi dan Kesimpulan yang diarahkan dari hal-hal yang umum untuk mengetahui
jawaban dari permasalahan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Faktor-faktor penyebab kredit macet
pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang yaitu dari faktor internal meliputi kurangnya
staf yang berkompeten, dalam proses pengecekan selama berjalanya restrukturisasi
terdapat kendala dan kemampuan koperasi memprediksi kredit macet masih lemah.
Sedangkan dari faktor exsternal meliputi, debidur tidak beritikad baik, dan tidak adanya
keterbukaan debitur. 2) Penerapan Restrukturisasi dalam penyelesaian kredit macet
pada koperasi simpan pinjam (KSP) Petang yaitu ada 4 diantaranya Penjadwalan
kembali (rescheduling), Persyaratan kembali (Reconditioning),Pengurangan tunggakan
bunga, dan Likuidasi (liquidation)

Kata kunci: Kredit macet, Penyelesaian, Restrukturisasi.
Abstract

KSP Petang is one of the cooperatives experiencing non-performing loans, the
cooperative always tries to make a settlement process so that the non-performing loans
can be solved appropriately. One step taken by KSP Petang is by doing restructuring, so it
is expected to solve the non-performing loans and reduce the level of non-performing
loans on KSP Petang. The purpose of this research is to know: 1) the factors causing nonperforming loans on KSP Petang, 2) the implementation of restructuring in non-performing
loan settlement on KSP Petang.

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
This research is done by qualitative method. It is done in four stages, namely: 1)
data collection, 2) data reduction, 3) data display, and, 4) verification and conclusion
directed from general things to know the answer of the problems.
The results of this study indicate that: 1) the factors causing non-performing loans
on KSP Petang are namely: from internal factors including the lack of competent staff, in
the process of checking during the period of restructuring there are constraints, and the
ability of the cooperative predicting non-performing loans is still weak. While the external
factors include: the bed-intention debtors, and the lack of openness of the debtors. 2)
There are 4 implementations of restructuring in the non-performing loan settlement on
KSP Petang, they are 4: rescheduling, reconditioning, reduction of interest arrears, and
liquidation.


Keywords: Troubled credit, Settlement, Restructuring
PENDAHULUAN
Koperasi adalah bentuk kerjasama di
bidang ekonomi yang sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945. Didalam UUD
1945 pasal 33 ayat 1 yaitu ditegaskan
bahwa perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasarkan atas azas
kekeluargaan. Adapun penjelasan dari
pasal 33 tersebut menyatakan kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan dan bukan
kemakmuran orang-seorang. Oleh sebab
itu, perekonomian Indonesia disusun
berdasarkan azas kekeluargaan. UndangUndang Dasar Republik Indonesia nomor 25
tahun 1992 menimbang koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai
badan usaha berperan serta untuk
mewujudkan masyarakat yang maju, adil
dan makmur berlandaskan pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata
perekonomian nasional yang disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Menurut Sudarmika (2004) mengatakan
pembangunan koperasi perlu dilanjutkan
dan semakin diarahkan untuk mewujudkan
koperasi sebagai landasan usaha sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
sehat, tangguh, kuat, dan mandiri sebagai
soko bagi perekonomian.
Koperasi Unit Desa (KUD) Petang
dengan Badan Hukum No.: 859/BH/VIII;
Tanggal 23 Maret 1997, merupakan salah
satu koperasi serba usaha yang juga
bergerak dalam bidang simpan pinjam yang
menyediakan dana pinjaman kepada
masyarakat dan bergerak dalam bidang

penyediaan jasa layanan keuangan. Jasa

layanan ini diberikan kepada masyarakat
berpenghasilan rendah dan usaha mikro
terutama di pedesaan. Koperasi Unit Desa
Petang dalam menyalurkan dananya dan
membantu para anggotanya dengan sistem
dan prosedur yang mudah, cepat, dan
aman. Pada tanggal 30 Mei 2005, unit
usaha dari Koperasi Unit Desa (KUD)
Petang yang bergerak pada Simpan/Pinjam
(SP), memiliki suatu Badan Hukum sendiri
yaitu:01/BH/DISKOP/V/2005, yang tetap
berada dibawah pengelolaan Koperasi Unit
Desa (KUD) Petang. Mengacu kepada
peraturan pemerintah, No 9 tahun 1995
bahwa unit simpan pinjam dikelola secara
otonum dalam artian administrasinya
terpisah dengan KUD petang, kemudian
pada tahun 2005 USP KUD Petang
mendapat dana perkuatan Modal Agrobisnis
dari pusat (APBN) dengan persyaratan agar

USP KUD Petang dirubah menjadi Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Petang. Seiring
perkembangan usaha Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Petang ini tidak terlepas dari
masalah kredit,karena masalah kredit ini
tidak biasa diprediksi sebelumnya dengan
sangat tepat.
Dalam prosedur pemberian kredit
kepada konsumen atau calon debitur, yaitu
dengan melewati proses pengajuan kredit
dan melalui proses analisis pemberian kredit
terhadap kredit yang diajukan, setelah
menyelesaikan
prosedur
administrasi.
Cakupan analisis yang digunakan dalam
pemberian kredit adalah paling tidak harus
memuat 5C dan 7P yang merupakan

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
standar minimal yang lazim digunakan
dikalangan perbankan.Karena jika prosedur
pemerian kredit tersebut keluar dari unsur –
unsur tersebut sudah dapat dipastikan
bahwa koperasi tersebut kurang sehat.
Pemantauan penggunaan kredit juga sangat
penting dilakukan karena setelah bank
memutuskan untuk memberikan kredit
kepada debiturnya, bukan berarti bahwa
tugas bank sebagai perantara keuangan
selesai sampai di situ, melainkan itulah awal
mula tugas bank yang sesungguhnya dalam
penyaluran kredit. Bank senantiasa harus
memantau kredit yang telah disalurkannya.
Selain prosedur pemberian kredit dan
pemantauan penggunaan kredit, jaminan
kredit (collateral) atau agunan juga tidak
kalah
pentingnya,

karena
guna
mengantisipasi
kemungkinan
tidak
tertagihnya kredit yang disalurkan koperasi.
Di samping status dan kondisi jaminan,
yang tidak kalah penting untuk diperhatikan
oleh
bank
adalah
dalam
cara
pengikatannya. Pengikatan jaminan kredit
harus sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku. Hal ini berkaitan dengan eksekusi
jaminan, apabila kelak debitur ingkar janji
(wan prestasi) atau tidak mampu melunasi
kreditnya.
Kredit bermasalah selalu ada dalam

kegiatan perkreditan koperasi karena
koperasi tidak mungkin menghindari adanya
kredit macet. Membicarakan tentang kredit
macet maka dalam hal ini pihak koperasi
harus melakukan usaha penyelesaian kredit
macet tersebut. Tindakan yang dilakukan
oleh koperasi dalam menyelesaikan kredit
macet akan berbeda-beda tergantung pada
kondisi kredit tersebut. Hal ini dilakukan
agar pihak koperasi tidak menderita
kerugian lebih besar. Bila debitur kooperatif
dalam upaya penyelesaian kredit macet dan
apabila usaha debitur masih memiliki
prospek yang baik maka salah satu usaha
yang dilakukan oleh koperasi adalah
dengan cara melakukan restrukturisasi
kredit.Berbicara mengenai kredit dan
pembiayaan tidak terlepas dari lembaga
keuangan karena lembaga pada umumnya
sebagai penyedia kredit bagi masyarakat


yang
membutuhkan
dana.
Lembaga
keuangan perbankan merupakan lembaga
keuangan yang bertugas menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkanya
kembali kemasyarakat guna memenuhi
kebutuhan
dana
bagi
pihak
yang
membutuhkan, baik kegiatan produktif
maupun konsuntif. Sama juga halnya
dengan Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang ini.Namun sepandai apapun analisis
pembiayaan dalam menganalisis setiap
permohonan pembiayaan, kemungkinan

pembiayaan tersebut macet pasti ada. Hal
ini disebabkan unsur-unsur sebagai berikut
dari pihak perbankan dalam menganalisis
pihak yang menganalisis kurang teliti,
sehingga yang seharusnya terjadi tidak
diprediksi sebelunmya dari pihak nasabah
adanya unsur kesengajaan, dalam hal ini
nasabah
sengaja
tidak
bermaksut
membayar kewajibannya kepada bank
sehingga pembiayaan yang diberikannya
macet. Dapat dikatakan tidak ada unsur
kemauan membayar. Adanya unsur tidak
sengaja, artinya debitur mau membayar
tetapi tidak mampu.
Restrukturisasi kredit adalah upaya
perbaikan yang dilakukan bank dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang
mengalami kesulitan untuk memenuhi
kewajibannya. Restrukturisasi kredit yang
dilakukan adalah dengan melakukan
perubahan/penurunan tingkat suku bunga
kredit, pengurangan tunggakan bunga atau
denda/penalty, pengurangan tunggakan
pokok kredit, perpanjangan jangka waktu
kredit
atau
penjadwalan
kembali,
penambahan fasilitas kredit atau suplesi
kredit, pengambilalihan aset debitur sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, konversi
kredit menjadi penyertaan modal sementara
bank pada perusahaan debitur, pembayaran
sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan,
penjualan agunan, dan kombinasi dari
berbagai alternative. Hal ini bertujuan
menyelesaikan
permasalahan
kredit
sehingga memberikan keuntungan baik
kepada debitur maupun kreditur dan
mengurangi tingkat kredit macet pada
koperasi tersebut.

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Oleh karena itu, perlu adanya suatu
analisis lebih lanjut dalam penerapan
restrukturisasi kredit, agar masalah kredit
macet ini dapat teratasi dan dapat
penyelesaian yang tepat, guna kelancaran
operasional Koperasi tersebut. Berkaitan
dengan hal tersebut, adapun beberapa
permasalahan penelitian yang akan dijawab
dalam penelitian ini, antara lain: 1) Faktorfaktor penyebab terjadinya kredit macet
pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang, 2)Penerapan Restrukturisasi dalam
penyelesaian kredit macet pada Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Petang.
METODE
Dalam penelitian ini menggunakan
motode penelitin kualitatif. Seperti yang di
definisikan oleh Bugdan dan Taylor (dalam
Moleong, 2001:3), Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang menghadilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan tingkah laku yang
diamati dari orang yang diteliti. Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu secara
holistik (utuh). Oleh karena itu, tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi
kedalam fariabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan”. Metode kualitatif dapat diartikan
sebagai metode yang digunakan untuk
meneliti sebuah kondisi yang alamiah
dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci.
Langkah-langkah yang digunakan
peneliti untuk menggumpulkan data dalam
penelitian ini adalah dengan observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Data
yang diperoleh diolah dengan metode
analisis data yang dikemukakan oleh
Suprayogo (2001), yaitu: 1) Pengumpulan
data, 2) Reduksi data, dan 3) Display data,
4) Verifikasi dan Kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor-faktor penyebab kredit macet
pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang
Menurut I Wayan Sueca, yang
menjabati Bidang Kredit di Koperasi Simpan

Pinjam (KSP) Petang, dalam wawancara
yang dilakukan mengenai faktor-faktor
penyebab terjadinya kredit macet yaitu
sebagai berikut:“Dalam hal ini ada beberapa
factor dik yang menyebabkan terjadinya
kredit macet yaitu misalnya ,Kurangnya staf
yang berkompeten dibidang kredit pada
Koperasi
Simpan
Pinjam
(KSP)
Petang,sehingga semua sistem yang
dilakukan oleh pihak koperasi tidak berjalan
maksimal. Terus tidak adanya keterbukaan
dari debitur. Hal demikian tidak lepas dari
sifat
hubungan
antagonistik
yang
ditunjukkan oleh debitur pada saat proses
negosiasi. Pada sisi yang lain pihak debitur
selalu berupaya memperoleh keringanan
yang maksimal pada saat proses negosiasi,
sementara
pihak
koperasi
mencoba
mencapai solusi negosiasi yang paling baik
agar tidak merugikan pihak koperasi
maupun pihak debitur itu sendiri. Keputusan
restrukturisasi
yang
telah
disepakati
bersama oleh pihak koperasi dan debitur
yaitu seperti kewajiban angsuran bulanan
terhadap debitur yang telah direstrukturisasi
tidak dibayarkan. Hal ini menunjukkan tidak
adanya itikad baik yang ditunjukkan dari
debitur, pada sisi lain putusan restrukturisasi
tersebut sebenarnya membantu dalam hal
untuk menyelamatkan kredit macet yang
diderita debitur. Dalam proses pengecekan
berjalanya
restrukturisasi
mengalami
kendala.Terakhir kemampuan
koperasi
mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit
macet masih lemah, termasuk mendeteksi
arah perkembangan arus kas (cash flow)
debitur lama, sehingga pihak koperasi bisa
memperbaiki sistem pemberian kredit.”
Selain memperbaiki prosedur dalam
pemberian kredit kepada pihak debitur pihak
koperasi juga harus memperbaiki sistem
internal misalnya meningkatkan kinerja
kepegawaianya, mengingat faktor-faktor
penyebab terjadinya kredit macet di
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang ini
karena dari pihak debitur yang tidak memiliki
itikad baik dalam pembayaran angsuran dan
juga pihak Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang itu sendiri selaku kreditur, jadi dari
hasil wawancara tersebut dapat disimpukan

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya
kredit macet ada dari faktor internal dan
faktor eksternal yaitu antara lain sebagai
berikut:
Faktor internal meliputi, Kurangnya
staf yang berkompeten dibidang kredit. Hal
ini menjadikan semua sistem yang
dilakukan oleh pihak koperasi tidak berjalan
maksimal. Karena pada dasarnya bagianbagian staf tersebut memiliki tugas dan
tanggung jawab masing-masing, agar
masalah kredit macet ini dapat teratasi
dengan maksimal, karena ada yang
bertanggung jawab dengan masing-masing
tugas
yang
diberikan.
Selanjutnya

pengecekan selama berjalanya proses
restrukturisasi mengalami suatu kendala
tertentu. Seperti yang telah diketahui
peran dan bimbingan pihak koperasi
sangat penting untuk mengantisipasi
kemungkinan kegagalan restrukturisasi.
Tetapi koperasi kesulitan untuk dapat
benar-benar melihat atau meninjau
usaha maupun kondisi keuangan debitur
secara detail dan langsung. Terakhir
yaitu kemampuan koperasi mendeteksi
kemungkinan timbulnya kredit macet
masih lemah, termasuk mendeteksi arah
perkembangan arus kas (cash flow)
debitur lama, sehingga pihak koperasi
bisa memperbaiki sistem pemberian
kredit.
Faktor Eksternal meliputi debitur
tidak beritikad baik. Pada saat koperasi
melakukan pemanggilan terhadap debitur
dan mengajukan peringatan/pemberitahuan
penagihan baik melalui lisan
(telepon)
maupun dengan
tulisan (surat)/surat
pernyataan yang dibuat oleh pihak bank
yang menyatakan bahwa kondisi debitur
dalam memenuhi kewajibannya sedang
bermasalah yaitu dalam kolektibilitas kredit
macet. Dalam tahap ini, bahwa debitur tidak
beritikad baik dapat dilihat dari debitur tidak
mau memenuhi panggilan pihak bank
apabila pihak bank memanggil debitur.
Selanjutnya tidak adanya keterbukaan

dari debitur.Hal ini tidak lepas dari sifat

hubungan antagonistik yang ditunjukkan
oleh debitur pada saat proses negosiasi.
Pada sisi yang lain pihak debitur selalu
berupaya memperoleh keringanan yang
maksimal pada saat proses negosiasi,
sementara pihak koperasi mencoba
mencapai solusi negosiasi yang paling
baik agar tidak merugikan pihak
koperasi maupun pihak debitur itu
sendiri.
Hal tersebut sejalan dengan teori
(Sutojo, 1999) bahwa ada beberapa faktorfaktor penyebab kredit macet ,faktor yang
berasal dari pihak kreditur (Koperasi) dan
pihak debitur antara lain yaitu:
Faktor-faktor
penyebab
yang
merupakan kesalahan pihak kreditur
(Internal) adalah: Keteledoran koperasi
mematuhi peraturan pemberian kredit yang
telah digariskan, Terlalu mudah memberikan
kredit, yang disebabkan karena tidak ada
patokan yang jelas tentang standar
kelayakan permintaan kredit yang diajukan,
Konsentrasi dana kredit pada sekelompok
debitur atau sektor usaha yang beresiko
tinggi, Kurang memadainya jumlah eksekutif
dan staf bagian kredit yang berpengalaman,
Lemahnya bimbingan dan pengawasan
pimpinan kepada para eksekutif dan staf
bagian kredit, Jumlah pemberian kredit yang
melampaui batas kemampuan bank,
Lemahnya kemampuan bank mendeteksi
kemungkinan timbulnya kredit bermasalah,
termasuk mendeteksi arah perkembangan
arus kas (cash flow) debitur lama.
Sedang faktor-faktor penyebab kredit
macet yang diakibatkan karena kesalahan
pihak debitur (Eksternal) antara lain: Adanya
salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis
perusahaan, karena kurang berpengalaman
dalam bidang usaha yang mereka tangani,
Problem keluarga, misalnya perceraian,
kematian, sakit yang berkepanjangan,
pemborosan dana oleh salah satu atau
beberapa orang anggota keluarga debitur,
Kegagalan debitur pada bidang usaha atau
perusahaan mereka yang lain, Kesulitan
likuiditas keuangan yang serius, Munculnya
kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
perang dan bencana alam, dan Watak buruk
debitur, yang dari semula memang telah
merencanakan tidak akan mengembalikan
kredit.
Jadi pada dasarnya antara debitur
ataupun kreditur yaitu selaku pihak koperasi
itu sendiri berpotensi dalam penyebab kredit
macet ini, karena semua pihak antara
debitur
dan
kreditur
harus
saling
bekerjasama dengan baik agar masalah
tersebut tidak terjadi.
Penerapan
Restrukturisasi
Dalam
Penyelesaian
Kredit
Macet
Pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang
Menurut I Wayan Sueca, yang
menjabati Bidang Kredit di Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Petang, dalam wawancara
yang
dilakukan
mengenai
proses
restrukturisasi yaitu sebagai berikut:”Di
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang
sangat rentan akan adanya suatu masalah
kredit macet,mengingat hal tersebut tidak
bisa diprediksi dengan sangat tepat akan
tetapi pihak koperasi berusaha semaksimal
mungkin dalam menangani masalah kredit
macet ini agar kelangsungan atau
perputaran arus kas pada Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Petang biasa berjalan dengan
lancar. Ada beberapa tahap-tahapan

Restrukturisasi yang dilakukan oleh
pihak Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang yaitu sebagai berikut:
1. Meneliti Berkas Kredit
Untuk debitur yang mengalami
kesulitan pembayaran kredit atau
tergolong
sebagai
debitur
yang
bermasalah
dalam
menyelesaikan
kewajiban kreditnya, akan dilakukan
penelitian kembali terhadap berkasberkas kredit oleh pihak Koperasi.
Dalam hal ini hal yang perlu diperhatikan
dan diamati oleh pihak Koperasi yaitu :
2. Mengirim Surat Teguran
Berdasarkan data
yang ada
pada klasifikasi tunggakan kredit,
kepada nasabah yang bersangkutan
dikirimkan surat teguran. Surat teguran

ini dimaksudkan untuk mengingatkan
nasabah bahwa ia telah menunggak,
dan diminta untuk segera melunasi atau
membayar tunggakan tersebut. Surat
teguran
disampaikan
bersamaan
dengan pendekatan yang dilakukan
terhadap nasabah di lapangan.
3. Proses Kebijakan Restrukturisasi
Proses restrukturisasi ini tidak
bisa dilakukan secara langsung, karena
mengingat dengan adanya resiko dari
pihak debitur yang enggan melakukan
proses
retrukturisasi
ini.
Proses
rekstrukturisasi yang telah dilakukan
oleh pihak Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Petang yaitu:Pihak debitur harus
mengajukan permohonan restrukturisasi
kepada
pihak
Koperasi,
Setelah
diterimanya permohonan restrukturisasi,
maka pihak Koperasi akan melakukan
pengecekan atau melihat profil usaha
yang dikalukan oleh pihak debitur, agar
pihak koperasi mengetahui prosfek
usaha yang dimiliki oleh debitur ini
sebelum diberikan prosedur lebih lanjut.
Setelah itu pihak koperasi membuat
laporan dari hasil pengecekan tersebut,
Setelah
membuat
laporan, pihak
Koperasi selanjutnya akan melakukan
rapat tentang proses negosiasi tentang
proses restrukturisasi yang
akan
dilakukan oleh pihak koperasi.
4. Putusan Restrukturisasi
Putusan restrukturisasi kredit
diatur oleh pihak Manajemen Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Petang, dimana
pihak manajemen mengadakan rapat
kecil dengan anggota yang lainnya
untuk menyelamatkan kredit macet
terhadap debitur yang bersangkutan.
Menurut I Wayan Sueca, yang
bertugas membidangi Bidang Kredit di
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Petang,
menjelaskan materi pada putusan
restrukturisasi kredit terhadap debitur
yaitu sebagai berikut sebagai berikut
:Penjadwalan Kembali, Persyaratan
kembali, Pengurangan tunggakan bunga
Likuidasi

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Petang
sebagai
lembaga
keuangan
memberikan pelayanan jasa keuangan
kepada masyrakat, membantu ekonomi
lemah dan menumbuh kembangkan sumber
daya daerah khususnya daerah pedesaan
dengan sumber daya manusia yang ada
dan pemberdayaan secara optimal untuk
mendukung
sekaligus
menumbuh
kembangkanusaha melalui semangat dan
kemampuan besaing secara sehat.
Analisa
Restrukturisasi
Dalam
Penyelesaian Kredit Macet Pada Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Petang adalah
sebagai berikut :
1. Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
Penjadwalan kembali ini yakni
melakukan perubahan syarat kredit
khususnya yang menyangkut jangka
waktu pembayaran, yang sesuai dengan
segment/sektor usaha yang dibiayai
dengan kredit. Debitur Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Petang yang merupakan
nasabah perorangan yang mempunyai
bidang usaha Perkebunan Kopi dan
pabrik penggiling Kopi di daerah Desa
Pelaga, dengan nilai pinjaman kredit
Rp.50.000.000
berjangka waktu 4
tahun, Setelah berjalan 2 tahun masih
menyisakan kewajiban Rp.20.000.000.
Hal ini terjadi karena usaha perkebunan
kopi miliknya mengalami penurunan
penjualan, selain itu lahan perkebunan
kopinya mengelami kelongsoran,hal ini
dikarenakan cuaca hujan yang terus
menerus mengguyur wilayah desa
Pelaga. Dari usaha pabrik penggiling
kopi miliknya juga tidak bisa menutupi
tunggakan
kewajibanya,
karena
pendapatan dari usaha tersebut tidak
seberapa hanya cukup untuk kebutuhan
sehari– hari,apa lagi dengan persaingan
saat ini semakin banyak orang yang
memiliki mesin penggiling kopi. Maka
langkah yang diambil oleh pihak
koperasi
dengan
memperpanjang
jangka waktu pembayaran. Dengan
kewajiban yang masih tersisa yaitu

Rp.20.000.000, diperpanjang
tahun menjadi 6 tahun.

dari

4

2. Persyaratan Kembali (Reconditioning)
Persyaratan
kembali(reconditioning),
yaitu perubahan syarat kredit khususnya
yang
menyangkut
jangka
waktu
pembayaran, yang sesuai dengan
segment/sektor usaha yang dibiayai
dengan kredit. perubahan syarat kredit
khususnya yang menyangkut jangka
waktu pembayaran, yang sesuai dengan
segment/sektor usaha yang dibiayai
dengan kredit, dan sesuai dengan
kemampuan/kesanggupan debitur untuk
membayar
kembali
antara
lain:
Penundaaan
pembayaran
bunga
dimana bunga tetap dihitung tetapi
penagihannya kepada nasabah tidak
dilaksanakan sampai nasabah sanggup
atas bunga yang dibebankan tersebut,
Penurunan suku bunga yaitu dalam
keadaan dimana nasabah dinilai masih
mampu
membayar
bunga
pada
waktunya tetapi suku bunga yang
dikenakan terlalu tinggi untuk keadaan
ekonomi waktu itu, Perubahan dari
kredit jangka pendek menjadi kredit
jangka panjang dengan syarat-syarat
yang lebih ringan, dan Kapitalisasi
bunga, dimana bunga dijadikan hutang
pokok sehingga nasabah pada waktu
tertentu tidak perlu membayar bunga
tetapi
hanya
membayar
hutang
pokoknya saja nantinya, dengan plafond
dapat melebihi dari yang disetujui.
Misalnya debitur perorangan dengan
bidang usaha peternakan ikan, dengan
nilai pinjaman kredit Rp.40.000.000,00
berjangka waktu 5 tahun, setelah
melewati masa tenggang 2 tahun,
namun
mengalami
gagal
bayar
dikarenakan peternakan ikan yang
dikelola terserang wabah penyakit
sehingga ikannya banyak yang mati.
Langkah yang diambil oleh pihak bank
adalah dengan memberi penundaan
pembayaran bunga.

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
3. Pengurangan Tunggakan Pokok Kredit
Pengurangan tunggakan adalah
keringanan yang diberikan kepada
debitur untuk membayar tunggakan
pokok kredit kurang dari/lebih kecil dari
tunggakan pokok kredit yang seharusnya
dibayar.Biasanya
diberikan
kepada
debitur kooperatif dan mempunyai itikad
baik untuk memenuhi kewajibannya
namun
debitur
belum
memiliki
kemampuan yang memadai. Selain itu
debitur memiliki track record/kinerja kredit
yang baik, misal : rasio pembayaran
angsuran terhadap total kewajiban
angsuran atau menunggaknya debitur
bukan dikarenakan karakter debitur.
3. Likuidasi (Liquidation)
Pelaksanaan likuidasi dilakukan
terhadap kategori kredit yang memang
benar-benar menurut pihak koperasi
sudah tidak dapat lagi dibantu untuk
disehatkan kembali atau usaha nasabah
yang sudah tidak memiliki prospek untuk
dikembangkan. Proses likuidasi ini dapat
dilakukan
dengan
menyerahkan
penjualan barang tersebut kepada
nasabah yang bersangkutan. Syaratsyarat sebagaimana kebijakan dan
prosedur yang diberikan oleh Koperasi
Unit Desa (KUD) Petang diantaranya
adalah :Kualitas kredit dalam kondisi
macet,Upaya-upaya penyelesaian secara
persuasif telah dilakukan Koperasi
secara maksimal, dan Jaminan yang
dilikuidasi dapat dilakukan melalui
pelelangan, atau diluar pelelangan
berdasarkan
penyerahan
secara
sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan surat kuasa untuk menjual
lelang dari pemilik atau debitur.
Likuidasi(Liquidation) yaitu penjualan
barang-barang yang dijadikan jaminan
dalam rangka pelunasan utang. Proses
likuidasi ini dapat dilakukan dengan
menyerahkan penjualan barang tersebut
kepada nasabah yang bersangkutan.
Sedang bagi bank-bank umum milik
negara,
proses
penjualan
barang
jaminan dan aset bank dapat diserahkan

kepada
BPPN,
untuk
selanjutnya
dilakukan eksekusi atau pelelangan.
Sebagaimana
telah
diuraikan
sebelumnya, menurut (Siamat, 2005) bahwa
penyelesaian kredit macet dapat dilakukan
melalui :
1. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit
hanya menyangkut jadwal pembayaran
dan atau jangka waktu termasuk masa
tenggang (grace period) dan perubahan
besarnya angsuran kredit. Tentu tidak
semua debitur dapat diberikan kebijakan
ini oleh bank, melainkan hanya kepada
debitur yang menunjukkan itikad dan
karakter yang jujur dan memiliki
kemauan
untuk
membayar
atau
melunasi kredit (willingness to pay).
2. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
Yaitu perubahan sebagian atau
seluruh syarat-syarat kredit yang tidak
terbatas
pada
perubahan
jadwal
pembayaran, jangka waktu, tingkat suku
bunga,
penundaan
pembayaran
sebagian atau seluruh bunga dan
persyaratan lainnya.
3. Restructuring (Penataan Ulang) yaitu
perubahan syarat kredit yang diberikan
pada debitor.
4.

Liquidation (Liquidasi)
Yaitu
penjualan
barangbarang yang dijadikan jaminan dalam
rangka pelunasan utang.Pada kasus
kredit macet yang terjadi di Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Petang seperti
yang
telah
diuraikan
di
atas,
penanganan atas kredit macet tersebut
dilakukan terlebih dahulu dengan
melaksanakan penyelamatan kredit
melalui kebijakan-kebijakan yaitu yang
pertama perubahan syarat kredit
khususnya yang menyangkut jangka
waktu pembayaran, yang sesuai
dengan segment/sektor usaha yang
dibiayai dengan kredit, dan sesuai
dengan
kemampuan/kesanggupan

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
debitur untuk membayar kembali. Yang
kedua
perubahan
syarat
kredit
khususnya yang menyangkut jangka
waktu pembayaran, yang sesuai
dengan segment/sektor usaha yang
dibiayai dengan kredit, dan sesuai
dengan
kemampuan/kesanggupan
debitur untuk membayar kembali. Yang
ketiga pengurangan tunggakan adalah
keringanan yang diberikan kepada
debitur untuk membayar tunggakan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari pembahasan hasil penelitian yang
telah diuraikan maka dapat disimpulkan halhal sebagai berikut :
1. Ada beberapa faktor-faktor penyebab
kredit macet di Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Petang yaitu sebagai berikut: a.
Kurangnya staf yang berkompeten
dibidang kredit pada Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Petang.Karena pada
dasarnya bagian-bagian staf tersebut
memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing,agar masalah kredit
macet ini dapat teratasi, b. Pada saat
koperasi
melakukan
pemanggilan
terhadap debitur dan mengajukan
peringatan/pemberitahuan
penagihan
baik melalui lisan (telepon) maupun
dengan tulisan (surat)/surat pernyataan
yang dibuat oleh pihak bank yang
menyatakan bahwa kondisi debitur
dalam memenuhi kewajibannya sedang
bermasalah yaitu dalam kolektibilitas
kredit
macet,
c.Tidak
adanya
keterbukaan dari debitur. Hal demikian
tidak lepas dari sifat hubungan
antagonistik yang ditunjukkan oleh
debitur
pada
saat
proses
negosiasi,d.Keputusan
restrukturisasi
yang telah disepakati bersama oleh
pihak koperasi dan debitur yaitu seperti
kewajiban angsuran bulanan terhadap
debitur yang telah direstrukturisasi tidak
dibayarkan,e.Dalam proses pengecekan
atau meninjau pihak debitur mengalami
kendala dimana seperti yang telah

pokok kredit kurang dari/lebih kecil dari
tunggakan
pokok
kredit
yang
seharusnya dibayar.
Menurut Bapak Wayan Sueca
penyelesaian melalui jalur likuidasi
jarang dilakukan karena dinilai tidak
menguntungkan baik pihak bank
maupun pihak debitur oleh sebab itu
pihak koperasi masih melakukan
negosiasi dengan kebijakan-kebijakan
yang diberikan.
diketahui peran dan bimbingan pihak
koperasi dalam hal ini sangat penting
untuk
mengantisipasi
kemungkinan
kegagalan
restrukturisasi,
f.
Kemampuan
koperasi
mendeteksi
kemungkinan timbulnya kredit macet
masih lemah, termasuk mendeteksi arah
perkembangan arus kas (cash flow)
debitur lama, sehingga pihak koperasi
bisa memperbaiki sistem pemberian
kredit.
2. Beberapa beberapa alternatif yang
ditempuh Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Petang dalam menyelesaikan
kredit macet adalah dengan melakukan
upaya restrukturisasi dan tahapan
restrukturisasi kredit adalah sebagai
berikut : Penjadwalan kembali ini yakni
melakukan perubahan syarat kredit
khususnya yang menyangkut jangka
waktu pembayaran, yang sesuai dengan
segment/sektor usaha yang dibiayai
dengan kredit, dan sesuai dengan
kemampuan/kesanggupan debitur untuk
membayar kembali, Perubahan syarat
kredit khususnya yang menyangkut
jangka waktu pembayaran, yang sesuai
dengan segment/sektor usaha yang
dibiayai dengan kredit, dan sesuai
dengan
kemampuan/kesanggupan
debitur untuk membayar kembali.
perubahan syarat kredit khususnya yang
menyangkut jangka waktu pembayaran,
yang sesuai dengan segment/sektor
usaha yang dibiayai dengan kredit, dan
sesuai kesanggupan debitur untuk
membayar
kembali,
Pengurangan

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
tunggakan adalah keringanan yang
diberikan
kepada
debitur
untuk
membayar tunggakan pokok kredit
kurang dari/lebih kecil dari tunggakan
pokok kredit yang seharusnya dibayar,
dan Likuidasi (liquidation), Apabila
upaya-upaya penyelesaian terhadap
kredit macet secara persuasif dan
secara maksimal telah dilakukan namun
tidak berhasil, maka pihak koperasi
dapat melakukan upaya terakhir yaitu
penyelesaian
dengan
melikuidasi
jaminan atau penjualan barang-barang
yang dijadikan jaminan dalam rangka
pelunasan utang.
Saran
Adapun saran bagi Koperasi Simpan
Dalam memilih calon nasabah pihak
koperasi harus bisa lebih teliti,misalnya
meningkatkan
prosedur
pemberian
kredit agar dapat melihat watak debitur
dan penghasilan dari calon debitur itu
sendiri dan mengecek dengan baik
pemenuhan oleh debitur atas semua
persyaratan-persyaratan
pemberian
kredit yang telah disepakati bersama
antara debitor dengan pihak koperasi,
Merekrut pegawai yang berkompeten
dibidangnya dan memiliki pengalaman
kerja yang baik terutama staf bagian
kredit, karena kredit macet ini tidak
hanya terjadi karena disebabkan oleh
pihak debitur, karena kemungkinan
kecurangan yang dilakukan oleh pihak
kreditur juga cukup tinggi, Meninjau
perkembangan usaha dan keuangan
nasabah
termasuk
kemampuan
pemenuhan kewajiban debitur kepada
pihak lain, selain koperasi, Memberikan
pengertian restrukturisasi tersebut sejak
awal debitur mengajukan kredit kepada
pihak koperasi,agar nantinya jika debitur
mengalami masalah dalam pembayaran
angsuran, maka debitur tersebut sudah
paham
dengan
mekanisme
atau
prosedur restrukturisasi yang akan
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Sitio dan Tamba, Halomoan. 2001.
Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta:
Erlangga.
Arifinal, Chaniago. 1987. Perekonomian
Indonesia. Bandung: Angkasa.
Basidl, Syafi’i. 2010. Manajemen Kredit
Macet
Pada
Perbankan
di
Indonesia. [Online]. Tersedia di
http://blog.beswandjarum.com,
[diakses pada 28 Juni 2011].
Budisantoso, Totok dan Triandaru, Sigit.
2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain. Jakarta: Salemba Empat.
Hardianto, Rochmad. 2009. Peran Koperasi
Unit Desa dalam Memberikan Kredit
di Kalangan Masyarakat Klaten
(Studi
di
KUD
“JUJUR”
Karangnongko). Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hasibuan,
Malayu.2008.
Dasar-Dasar
Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hatta, Moehamad. 1933. Ekonomi rakyat
daulat rakyat. Jakarta: Balai Buku
Indonesia.
Kasmir. 2014. Bank Dan Lembaga
Keuangan Lainya. Jakarta: Raja
Grafindo.
Moleong, Lexy J. 2012. Metode Penelitian
Kulitatif,
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Djoko. 2012. Buku Pintar Strategi
Bisnis Koperasi Simpan Pinjam.
Yogyakarta: ANDI.
Pratama,
Gde
Dianta
Yudi.
2015.
Penyelesaian Kredit Macet Pada
Ksu Tumbuh Kembang Pemogan –
Denpasar
Selatan.
Skripsi.
Universitas Udayana.

e-JournalS1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)
Putra, I Komang Gede Darma . 2014 .
Analisis Kredit Macet Pada Pt. BPR
Kapal Basak Pursada. Skripsi.
Universitas Pendidikan Ganesha.
Rahmat, Agusra.2011. Penyelesaian Kredit
Macet Dikoperasi Bank Pekreditan
Rakyat (KBPR) VII Koto Pariaman.
Skripsi. Universitas Andalas Padang.

----------, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Suwarsono,
Samson.
2010.
Strategi
Penyelesaian Kredit Macet Pada
BMT Surya di Klaten. Skripsi.
Surakarta:
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
1992 Tentang Perkoperasian.

Taswan. 2011. Manajemen Perbankan
Konsep
Teknik
dan
Aplikasi.
Yogyakarta: UPP YKPN.

Rivai. 2007. Bank and Financial Institute
Management. Jakarta: PT.
Raja
Grafindo Persada.

Widya,

Siamat, Dahlan.2001. Manajemen Lembaga
Keuangan.
Jakarta.
Fakultas
Ekonomi Indonesia.
------------------- 2005. Manajemen Lembaga
Keuangan. Kebijakan Moneter dan
Perbankan.
Jakarta:
Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, edisi
kesatu.
Suarjaya,
Nyoman
.2015
.Analisis
Penyelesaian Kredit Macet Pada
Koperasi Pasar Srinadi Klungkung.
Skripsi.
Universitas
Pendidikan
Ganesha.
Subhan Jath, Ar Razaq. 2013. Analisis
Pengaruh Restrukturisasi Kredit
Terhadap Kredit Bermasalah (Non
Performing Loan) Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftar Di BEI.
Skripsi.
Medan.
Universitas
Sumatera Utara Medan.
Sudarmika, I Gusti Ngr Rai. 2004. Pengaruh
Tingkat
Perputaran
Piutang
Terhadap
Rentabilitas
Ekonomi
Pada KUD Mambal, Kecamatan
Abiansemal.
Skripsi.
Fakultas
Ekonomi.
Universitas
Udayana.
Denpasar.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: ALFABETA.

Karni. 2011. Analisis Kinerja
Koperasi Unit Desa (KUD) Setia
Nagari Selayo Kecamatan Kubung.
Skripsi.
Fakultas
Pertanian,
Universitas Andalas. Kabupaten
Solok.