Dampak Penerapan Gaya Hidup Sehat Sebaga
DAMPAK PENERAPAN GAYA HIDUP SEHAT SEBAGAI UPAYA
MENANGGULANGI STRESS KERJA PADA AUDITOR
Septian Bayu Kristanto
Yunita Wijayanti
Marsella
Steffi Djayadi
Christian Linus
Nova Christiana;
Universitas Kristen Krida Wacana
ABSTRACT
This research wants to test the effect of healthy lifestyle on stress and its effect to
performance. Using the sample from auditor, this research expects to find solution to Public
Accounting Firms related to auditor performance. Another reason for using healthy lifestyle is
to promote this aspect to keep auditor healthy and having good performance. The data from
survey will be test using LISREL to know the significance of the structural model. If healthy
lifestyle accommodate the stress, this research will be beneficial to promote the solution in
auditor profession. Researcher using professional auditor as research samples. It selected
based on region (Jakarta), and return the survey form. The first result shows that research
model has good fit indicators. It can be used for further research. The second result confirms
that stress factor comes from uncertainty, conflict, and overload. The last results also confirm
that good psychological feeling will increase auditor performance. For the next research,
healthy lifestyle as coping method may be improved with another proxies.
Key words: healthy lifestyle, stress, performance, auditor, public accountant, and
psychological
1. PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor yang dapat mereduksi stres kerja pada
auditor melalui gaya hidup sehat. beberapa peneliti sebelumnya membuktikan bahwa stres
kerja auditor akan berpengaruh terhadap kinerjanya (Viator, 2001; Fisher, 2001). Salah satu
mekanisme penanganan stres kerja ini adalah melalui gaya hidup sehat. Danna dan Griffin
(1999) serta Jones et al. (2010) membuktikan gaya hidup sehat mampu mengurangi stres dan
meningkatkan kinerja karyawan. Gaya hidup sehat yang digunakan peneliti-peneliti
sebelumnya berasal dari aktivitas fisik seperti pola diet, pola tidur teratur, dan tidak
mengkonsumsi alkohol maupun rokok.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa auditor bisa saja melanggar gaya hidup
sehatnya karena banyak faktor. Pelanggaran yang pertama biasanya dilakukan auditor ketika
memasuki periode sibuk audit atau persiapan laporan interim. Jones et al., (2010)
membuktikan bahwa auditor sering melewatkan gaya hidup sehat karena ada tuntutan
857
tanggung jawab dan tekanan waktu kerja. Pelanggaran yang kedua disebabkan karena
perkembangan pasar modal di berbagai negara. Lee (2007) menunjukkan bahwa auditor
dituntut lebih tinggi dalam pengetahuan akan kondisi ekonomi dan hukum. Kondisi ini
membuat tekanan kerja auditor semakin berat sehingga gaya hidup sehat mulai sedikit
ditinggalkan. Pelanggaran yang ketiga didapatkan pada auditor baru atau fresh graduate.
Carpenter dan Hock (2008) menunjukkan bahwa auditor baru dituntut untuk memiliki
sertifikasi akuntan publik, sehingga diluar jam kerja normal hampir semua auditor menuntut
pendidikan demi kemajuan karirnya. Kondisi ini mengakibatkan gaya hidup sehat mulai
ditinggalkan. Pelanggaran yang keempat disebabkan karena adanya training internal yang
sifatnya berkelanjutan. Jones et al. (2010) menyatakan bahwa tekanan training pada auditor
menyebabkan stres kerja makin tinggi. Kondisi pelanggaran keempat ini juga terjadi di
Indonesia, dimana UU No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa semua
auditor wajib mendapatkan training internal untuk upgrade pengetahuan di bidang auditing
dari organisasi profesi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengakomodasi temuan dari studi profesi akuntansi yang
dilakukan PricewaterhouseCoopers’ (PwC) tahun 2004. Hasil temuan PwC menunjukkan
bahwa auditor di berbagai negara mengalami kelebihan jam kerja sehingga secara psikologis
mengalami tekanan atau stres kerja. Sehingga tujuan utama dari penelitian ini adalah
mengakomodasi cara penanganan stres kerja auditor melalui gaya hidup sehat. penelitian ini
bermanfaat untuk menjadi masukan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk lebih
memperhatikan jam kerja dan gaya hidup para auditornya. Konsep dan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini menggabungkan penelitian dari Jones et al. (2010) dan PwC
(2004) dimana gaya hidup sehat menjadi intervening variabel bagi stres kerja dan kinerja
auditor.
2. RERANGKA TEORITIS
Stres Kerja dan Kelelahan Kerja
Swenney dan Summers (2002) serta Jones et al. (2010) menyatakan bahwa stres kerja
disebabkan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload. Jika auditor tidak tahu
peran dan job description dari pekerjaan yang akan dilakukan maka akan meningkatkan
ketidakpastian harapan dari si auditor. Sesuai dengan Agency Theory, maka ketidakpastian
akan menimbulkan konflik kepentingan dan meningkatkan stres. Jika konflik muncul diantara
auditor, maka tingkat tekanan kerja akan meningkat juga, karena auditor lebih banyak bekerja
dalam tim. Kondisi ini akan memicu stres kerja yang berat. Dan overload pekerjaan yang
sering terjadi menyebabkan auditor dikejar dengan pilihan pekerjaan dan waktu yang terbatas.
Tekanan ini memicu stres kerja yang terjadi di auditor.
Kelelahan kerja merupakan akumulasi dari stres kerja yang bisa datang dari satu faktor
atau datang secara bersama-sama (Feldman dan Weitz, 1988). Jones et al. (2010)
membuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja akan berdampak positif
dalam membentuk kelelahan kerja. Jones et al. (2010) menklasifikasikan ketiga faktor tersebut
menjadi dua indikator pengukuran: (1) ketidakpastian; (2) konflik dan overload. Sehingga
berdasarkan dari penelitian-penelitian tersebut dibentuk hipotesis pertama sebagai berikut:
858
H1a
H1b
: ketidakpastian peran auditor berpengaruh positif terhadap kelelahan kerja
: konflik dan overload pekerjaan berpengaruh positif terhadap kelelahan kerja auditor
Cordes dan Dougherty (1993) membuktikan secara empiris bahwa stres kerja
mengakibatkan kelelahan kerja dan berdampak pada negatif terhadap kesejahteraan
psikologis. Kondisi ini dibuktikan juga oleh Jones et al. (2010) dimana auditor yang memiliki
kelelahan kerja akan memiliki kesejahteraan psikologis yang buruk. Sehingga Jones et al.
(2010) menyimpulkan bahwa kelelahan kerja akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan
psikologis. Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Danna dan Griffin (1999) serta
Fogarty et al. (2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dibentuk hipotesis kedua
sebagai berikut:
H2
: kelelahan kerja berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan psikologis auditor
Gaya Hidup Sehat dan Kinerja
Pembuktian empiris mengenai gaya hidup sehat sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Danna dan Griffin (1999) membuktikan bahwa stres kerja akan mempengaruhi
kesejahteraan psikologis karyawan. Hasil ini dikembangkan lagi oleh Cumming dan Hall
(2004), Thogersen Ntoumani et al. (2005), dan Jones et al. (2010) dengan menggunakan
variabel gaya hidup sehat yang terbukti berpengaruh positif terhadap kesejahteraan kerja.
Sehingga dari hasil penelitian tersebut dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3
: gaya hidup sehat berpengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis auditor
Tekanan stres yang ringan, ditopang dengan gaya hidup sehat, serta kesejahteraan
psikologis yang baik akan meningkatkan kinerja dari auditor. Hasil empiris penelitian ini
dibuktikan oleh Pronk et al. (2004), Goldsby et al. (2005), dan Elavsky et al. (2005). Penelitipeneliti tersebut bahwa mediasi antara stres kerja dengan menggunakan gaya hidup sehat akan
menghasilkan kinerja auditor yang positif. Kinerja disini didasarkan pada kepuasan serta
performance dan turnover . Untuk performance dan turnover , ketiga peneliti menghasilkan
hasil yang berbeda, ada yang positif dampaknya, dan ada yang negatif. Sehingga dapat
dirumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:
H4a
: kesejahteraan psikologis berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja auditor
H4b
: kesejahteraan psikologis berpengaruh terhadap performance dan turnover auditor
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dirancang dengan menggunakan metode survey. Indikator dari survey
diadopsi dari penelitian Jones et al. (2010) dan PwC (2004). Subjek penelitian yang akan
digunakan disini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) selama periode
pengamatan. Pengolahan dan analisis data penelitian ini akan menggunakan LISREL, karena
antara variabel-variabel penelitian tidak hanya terjadi satu hubungan kausal, melainkan
berkelanjutan. Berikut adalah model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.
859
Gaya Hidup
Sehat
Ketidakpastian
H3
H1a
(
+)
(+)
H 4a
b
H1
(+)
Kelelahan
Kerja
(+)
Kepuasan
Kerja
H2 (
-)
Kesejahteraan
Psikologis
Konflik &
Overload
H4
b
(?)
Performance
& Turnover
Gambar 1. Model penelitian
Dalam model penelitian diatas, terdapat 7 konstruk yang akan diuji hubungannya.
Masing-masing konstruk akan menjadi variabel laten dalam penelitian ini, dan akan diukur
berdasarkan variabel teramati (indikator) sebagai berikut: ketidakpastian (5 indikator), konflik
dan overload (6 indikator), kelelahan kerja (9 indikator), gaya hidup sehat (10 indikator),
kesejahteraan psikologis (5 indikator), kepuasan kerja (3 indikator), performance dan turnover
(12 indikator). Masing-masing indikator akan diukur dengan skala likert basis 4. Penggunaaan
basis 4 poin ini dilakukan untuk menghindari jawaban netral dan dapat melihat kecenderungan
jawaban responden.
Proses pengumpulan data dan tabulasi dilakukan oleh mahasiswa, sedangkan dosen akan
melakukan pengolahan analisis dengan alat bantu LISREL. Tahapan yang dilakukan disini
meliputi: pencarian data responden, tabulasi data, pengolahan dan analisis data, dan
pengambilan kesimpulan sementara.
Untuk pengolahan data analisis menggunakan alat bantu LISREL. Analisis dilakukan
dalam tiga tahapan uji kecocokan model (Kristanto, 2011). Tahapan pertama berupa uji
kecocokan model keseluruhan. Uji ini menggunakan hasil output dari Goodness of Fit model
secara absolut dan incremental (tabel 1 dan tabel 2.). Tahapan kedua berupa uji kecocokan
model pengukuran. Uji ini untuk memastikan data valid dan reliabel, dengan ukuran construct
reliability dan variance extracted sebagai berikut:
2
_ std _ loa ding
construct reliability =
_ std _ loa ding 2 i
_ std _ loa ding 2
_ std _ loa ding 2 i
Data yang dikatakan valid dan reliabel jika terbukti memiliki nilai construct reliability ≥ 0.7
dan variance extracted ≥ 0.5 (Kristanto, 2011). Tahapan yang ketiga berupa uji kecocokan
model struktural. Uji ini untuk memastikan arah dan signifikansi dari hubungan antar variabel
laten dalam penelitian.
variance extracted
=
860
Tabel 1. Pengukuran GOF absolute
Indeks
Kriteria
Goodness of Fit Index (GFI)
Tingkat model. GFI ≥ 0.90 good fit; GFI ≥ 0.80 marginal fit
Root Mean Square Residual Residual rata-rata nilai teramati dan estimasi. RMR ≤ 0.05
(RMR)
good fit
Root Mean Square Error of Rata-rata perbedaan degree of freedom populasi. RMSEA ≤
Approximation (RMSEA)
0.05 good fit; RMSEA ≤ 0.08 marginal fit
Expected Cross Validation GOF yang diharapkan pada sampel lain dengan pengukuran
Index (ECVI)
yang sama. Baik jika nilainya terkecil atau yang mendekati
saturated.
Tabel 2. Pengukuran GOF incremental
Indeks
Kriteria
Tucker Lewis Index (TLI) atau Non Nilai berkisar antara 0-1. TLI/NNFI ≥ 0.90 good fit;
Normed Fit Index (NNFI)
TLI/NNFI ≥ 0.80 marginal fit
Normed Fit Index (NFI)
Nilai berkisar 0-1. NFI ≥ 0.90 good fit; NFI ≥ 0.80
marginal fit
Relative Fit Index (RFI)
Nilai berkisar 0-1. RFI ≥ 0.90 good fit; RFI ≥ 0.80
marginal fit
Incremental Fit Index (IFI)
Nilai berisar 0-1. IFI ≥ 0.90 good fit; IFI ≥ 0.80
marginal fit
Comparative Fit Index (CFI)
Nilai berkisar 0-1. CFI ≥ 0.90 good fit; CFI ≥ 0.80
marginal fit
Akaike Information Criterion (AIC)
Perbandingan antar model. Baik jika nilainya
terkecil atau yang mendekati saturated
Consistent
Akaike
Information Perbandingan antar model. Baik jika nilainya
Criterion (CAIC)
terkecil atau yang mendekati saturated
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disebarkan selama bulan Januari 2014,
di area Jakarta. Dari 250 kuesioner yang disebar, hanya 195 kuesioner yang bisa diolah.
Berikut rekapitulasi penyebaran kuesioner sampai dengan proses eliminasi.
Tabel 3. Rekapitulasi pengembalian kuesioner
Keterangan
Jumlah
Kuesioner yang disebar ke responden
250 set
Kuesioner yang tidak kembali/tidak bisa diambil 34 set
Kuesioner yang tidak lengkap dan rusak
21 set
Kuesioner yang bisa dipakai untuk penelitian 195 set
861
Sebelum dilakukan analisis, peneliti mengecek validitas dari masing-masing indikator.
Nilai t-value indikator yang dibawah standar penelitian (t–value ≥ 2.96) harus (drop) dihapus
dari penelitian. Indikator yang dihapus dari penelitian antara lain: kelelahan kerja (KK8 dan
KK9), gaya hidup sehat (GHS10), serta performance dan turnover (PT7, PT8, PT9, PT10,
PT11, PT12).
Analisis yang pertama berupa uji kecocokan model keseluruhan. Dalam hasil Tabel 4
berikut, mengindikasikan bahwa secara keseluruhan model penelitian yang dibuat sudah baik
(good fit). Sedangkan analisis yang kedua, kecocokan model pengukuran (Tabel 5),
menunjukkan hasil t-value dari indikator diatas 2.96 atau dapat dikatakan indikator valid.
Analisis yang ketiga, kecocokan model struktural (Tabel 6), menunjukkan bahwa Hipotesis 2,
Hipotesis 3, dan Hipotesis 4b tidak dapat dibuktikan secara statistik (Tabel 7). Sehingga hanya
tiga Hipotesis yang terbukti, pengaruh ketidakpastian pekerjaan dengan kelelahan kerja
(Hipotesis 1), pengaruh konflik dan overload terhadap kelelahan kerja (Hipotesis 2), dan
pengaruh kondisi psikologis terhadap kepuasan kerja auditor (Hipotesis 4b).
Tabel 4. Hasil uji kecocokan model keseluruhan
Tabel 5. Hasil uji kecocokan model pengukuran (t-value)
862
Tabel 6. Hasil uji kecocokan model struktural
863
Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis
H1a (+)
H1b (+)
H2 (-)
H3 (+)
H4a (+)
H4b (?)
Path
tdkpas lelah
kon_over lelah
lelah psiko
hdpsht psiko
psiko puas
psiko perf_tur
T-value
2.90
5.45
-0.95
-0.54
2.44
-1.85
Kesimpulan
Diterima
Diterima
Ditolak
Ditolak
Diterima
Ditolak
Pengujian dampak stres kerja dan kelelahan kerja, menunjukkan bukti bahwa stres kerja
disebabakan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Swenney dan Summers (2002), Jones et al. (2010), serta Feldman dan Weitz
(1988) dan juga sesuai dengan Agency Theory. Hasil ini mengindikasikan bahwa di dalam
perusahaan atau kantor akuntan, konflik kepentingan juga terjadi. Hasil ini juga menunjukkan
bahwa ketika ada kondisi yang tidak pasti, konflik pekerjaan, dan overload, akuntan akan
cenderung mengalami stres kerja. Pengujian dampak psikologis terhadap kepuasan kerja
auditor, menunjukkan bukti bahwa ketika kondisi psikologis bagus, kepuasan kerja auditor
akan meningkat juga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pronk et al. (2004), Goldsby et al.
(2005), dan Elavsky et al. (2005).
Hasil penelitian yang berbeda justru ditemukan pada dampak kelelahan kerja dan gaya
hidup sehat terhadap kondisi psikologis auditor. Serta hasil pada pengujian kondisi psikologis
terhadap performance dan turnover yang tidak sesuai dengan prediksi penelitian.
5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN
Pengujian dampak stres kerja dan kelelahan kerja, menunjukkan bukti bahwa stres kerja
disebabakan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Swenney dan Summers (2002), Jones et al. (2010), serta Feldman dan Weitz
(1988) dan juga sesuai dengan Agency Theory. Hasil ini mengindikasikan bahwa di dalam
perusahaan atau kantor akuntan, konflik kepentingan juga terjadi. Hasil ini juga menunjukkan
bahwa ketika ada kondisi yang tidak pasti, konflik pekerjaan, dan overload, akuntan akan
cenderung mengalami stres kerja. Pengujian dampak psikologis terhadap kepuasan kerja
auditor, menunjukkan bukti bahwa ketika kondisi psikologis bagus, kepuasan kerja auditor
864
akan meningkat juga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pronk et al. (2004), Goldsby et al.
(2005), dan Elavsky et al. (2005). Untuk penelitian lanjutan peneliti menyarakan untuk
menguji ulang indikator yang tidak valid dan perluasan sampel untuk lebih mendukung hasil
pengujian hipotesis.
6. DAFTAR RUJUKAN
Carpenter, C., dan C. Hock. 2008. The 150-hour requirement’s effect on the CPA exam. The
CPA Journal. Vol.78, No.6.
Cordes, C.L., and T.W. Dougherty. 1993. A review and an integration of research on job
burnout. Academy of Management Review. Vol.18, No.4.
Cumming, J., dan C. Hall. 2004. The relationship between goal orientation and self-efficacy
for exercise. Journal of Applied Social Psychology. Vol.34, No.4
Danna, K., dan R.W. Griffin. 1999. Health and well-being in the workplace: A review and
synthesis of the literature. Journal of Management. Vol.25, No.3.
Elavsky, S., E.Mc.R. Auley, W. Motl, J.F. Konopack, D.X. Marquez, H. Liang, G.J. Jerome,
and E. Diener. 2005. Physical activity enhances long-term quality of life in older adults:
efficacy, esteem, and affective influences. Annals of Behavioral Medicine. Vol.30, No.2.
Feldman, D., dan B. Weitz. 1988. Career plateaus in the salesforce: Understanding and
removing blockages to employee growth. Journal of Personal Selling & Sales
Management. Vol.8, No.3
Fisher, R.T. 2001. Role stress, the Type A behavior pattern, and external auditor job
satisfaction and performance. Behavioral Research in Accounting. Vol.13, No.1.
Fogarty, T.J., S. Jagdip, K.R. Gary, dan K.M. Ronald. 2000. Antecedents and consequences of
burnout in accounting: Beyond the role stress model. Behavioral Research in
Accounting. Vol.12, No.1.
Goldsby, M.G., D.F. Kuratko, dan J.W. Bishop. 2005. Entrepreneurship and fitness: An
examination of rigorous exercise and goal attainment among small business owners.
Journal of Small Business Management. Vol.43, No.1.
Jones, A., C.S. Norman, dan B. Weir. 2010. Healthy lifestyle as a coping mechanism for role
stress in Public Accounting. Behavioral Research in Accounting. Vol.22, No.1.
Kristanto, S.B.. 2011. Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan software Mx dan
LISREL. Modul pelatihan internal, UKRIDA.
Lee, J. 2007. Accounting assessment: Issues include qualifed workers and industry regulation.
Orange County Business Journal. Vol.30, Juli.
PricewaterhouseCoopers (PwC). 2004. The Value of the PwC Professional Experience: What
Employees Gain by Staying Longer at the Firm, and Why They Leave. The Center for
Effective Organization, University of Southern California .
Pronk, N.P., B. Martinson, R.C. Kessler, A.L. Beck, G.E. Simon, dan P. Wang. 2004. The
association between work performance and physical activity, cardiorespiratory fitness,
and obesity. Journal of Occupational and Environmental Medicine. Vol.46, No.1.
Sweeney, J.T., dan S.L. Summers. 2002. The effect of the busy season workload on public
accountants’ job burnout. Behavioral Research in Accounting. Vol.14, No.1.
865
Thogersen-Ntoumani, C., K.R. Fox, dan N. Ntoumanis. 2005. Relationships between exercise
and three components of mental well-being in corporate employees. Psychology of Sport
and Exercise. Vol.6, No.1.
Undang Undang No.5 Tahun 2011, tentang Akuntan Publik. Republik Indonesia .
Viator, R.E. 2001. The association of formal and informal public accounting mentoring with
role stress and related job outcomes. Accounting, Organizations and Society. Vol.26,
No.1.
866
View publication stats
MENANGGULANGI STRESS KERJA PADA AUDITOR
Septian Bayu Kristanto
Yunita Wijayanti
Marsella
Steffi Djayadi
Christian Linus
Nova Christiana;
Universitas Kristen Krida Wacana
ABSTRACT
This research wants to test the effect of healthy lifestyle on stress and its effect to
performance. Using the sample from auditor, this research expects to find solution to Public
Accounting Firms related to auditor performance. Another reason for using healthy lifestyle is
to promote this aspect to keep auditor healthy and having good performance. The data from
survey will be test using LISREL to know the significance of the structural model. If healthy
lifestyle accommodate the stress, this research will be beneficial to promote the solution in
auditor profession. Researcher using professional auditor as research samples. It selected
based on region (Jakarta), and return the survey form. The first result shows that research
model has good fit indicators. It can be used for further research. The second result confirms
that stress factor comes from uncertainty, conflict, and overload. The last results also confirm
that good psychological feeling will increase auditor performance. For the next research,
healthy lifestyle as coping method may be improved with another proxies.
Key words: healthy lifestyle, stress, performance, auditor, public accountant, and
psychological
1. PENDAHULUAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti faktor yang dapat mereduksi stres kerja pada
auditor melalui gaya hidup sehat. beberapa peneliti sebelumnya membuktikan bahwa stres
kerja auditor akan berpengaruh terhadap kinerjanya (Viator, 2001; Fisher, 2001). Salah satu
mekanisme penanganan stres kerja ini adalah melalui gaya hidup sehat. Danna dan Griffin
(1999) serta Jones et al. (2010) membuktikan gaya hidup sehat mampu mengurangi stres dan
meningkatkan kinerja karyawan. Gaya hidup sehat yang digunakan peneliti-peneliti
sebelumnya berasal dari aktivitas fisik seperti pola diet, pola tidur teratur, dan tidak
mengkonsumsi alkohol maupun rokok.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa auditor bisa saja melanggar gaya hidup
sehatnya karena banyak faktor. Pelanggaran yang pertama biasanya dilakukan auditor ketika
memasuki periode sibuk audit atau persiapan laporan interim. Jones et al., (2010)
membuktikan bahwa auditor sering melewatkan gaya hidup sehat karena ada tuntutan
857
tanggung jawab dan tekanan waktu kerja. Pelanggaran yang kedua disebabkan karena
perkembangan pasar modal di berbagai negara. Lee (2007) menunjukkan bahwa auditor
dituntut lebih tinggi dalam pengetahuan akan kondisi ekonomi dan hukum. Kondisi ini
membuat tekanan kerja auditor semakin berat sehingga gaya hidup sehat mulai sedikit
ditinggalkan. Pelanggaran yang ketiga didapatkan pada auditor baru atau fresh graduate.
Carpenter dan Hock (2008) menunjukkan bahwa auditor baru dituntut untuk memiliki
sertifikasi akuntan publik, sehingga diluar jam kerja normal hampir semua auditor menuntut
pendidikan demi kemajuan karirnya. Kondisi ini mengakibatkan gaya hidup sehat mulai
ditinggalkan. Pelanggaran yang keempat disebabkan karena adanya training internal yang
sifatnya berkelanjutan. Jones et al. (2010) menyatakan bahwa tekanan training pada auditor
menyebabkan stres kerja makin tinggi. Kondisi pelanggaran keempat ini juga terjadi di
Indonesia, dimana UU No.5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa semua
auditor wajib mendapatkan training internal untuk upgrade pengetahuan di bidang auditing
dari organisasi profesi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengakomodasi temuan dari studi profesi akuntansi yang
dilakukan PricewaterhouseCoopers’ (PwC) tahun 2004. Hasil temuan PwC menunjukkan
bahwa auditor di berbagai negara mengalami kelebihan jam kerja sehingga secara psikologis
mengalami tekanan atau stres kerja. Sehingga tujuan utama dari penelitian ini adalah
mengakomodasi cara penanganan stres kerja auditor melalui gaya hidup sehat. penelitian ini
bermanfaat untuk menjadi masukan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk lebih
memperhatikan jam kerja dan gaya hidup para auditornya. Konsep dan variabel yang
digunakan dalam penelitian ini menggabungkan penelitian dari Jones et al. (2010) dan PwC
(2004) dimana gaya hidup sehat menjadi intervening variabel bagi stres kerja dan kinerja
auditor.
2. RERANGKA TEORITIS
Stres Kerja dan Kelelahan Kerja
Swenney dan Summers (2002) serta Jones et al. (2010) menyatakan bahwa stres kerja
disebabkan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload. Jika auditor tidak tahu
peran dan job description dari pekerjaan yang akan dilakukan maka akan meningkatkan
ketidakpastian harapan dari si auditor. Sesuai dengan Agency Theory, maka ketidakpastian
akan menimbulkan konflik kepentingan dan meningkatkan stres. Jika konflik muncul diantara
auditor, maka tingkat tekanan kerja akan meningkat juga, karena auditor lebih banyak bekerja
dalam tim. Kondisi ini akan memicu stres kerja yang berat. Dan overload pekerjaan yang
sering terjadi menyebabkan auditor dikejar dengan pilihan pekerjaan dan waktu yang terbatas.
Tekanan ini memicu stres kerja yang terjadi di auditor.
Kelelahan kerja merupakan akumulasi dari stres kerja yang bisa datang dari satu faktor
atau datang secara bersama-sama (Feldman dan Weitz, 1988). Jones et al. (2010)
membuktikan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja akan berdampak positif
dalam membentuk kelelahan kerja. Jones et al. (2010) menklasifikasikan ketiga faktor tersebut
menjadi dua indikator pengukuran: (1) ketidakpastian; (2) konflik dan overload. Sehingga
berdasarkan dari penelitian-penelitian tersebut dibentuk hipotesis pertama sebagai berikut:
858
H1a
H1b
: ketidakpastian peran auditor berpengaruh positif terhadap kelelahan kerja
: konflik dan overload pekerjaan berpengaruh positif terhadap kelelahan kerja auditor
Cordes dan Dougherty (1993) membuktikan secara empiris bahwa stres kerja
mengakibatkan kelelahan kerja dan berdampak pada negatif terhadap kesejahteraan
psikologis. Kondisi ini dibuktikan juga oleh Jones et al. (2010) dimana auditor yang memiliki
kelelahan kerja akan memiliki kesejahteraan psikologis yang buruk. Sehingga Jones et al.
(2010) menyimpulkan bahwa kelelahan kerja akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan
psikologis. Hasil serupa juga ditemukan pada penelitian Danna dan Griffin (1999) serta
Fogarty et al. (2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dibentuk hipotesis kedua
sebagai berikut:
H2
: kelelahan kerja berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan psikologis auditor
Gaya Hidup Sehat dan Kinerja
Pembuktian empiris mengenai gaya hidup sehat sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Danna dan Griffin (1999) membuktikan bahwa stres kerja akan mempengaruhi
kesejahteraan psikologis karyawan. Hasil ini dikembangkan lagi oleh Cumming dan Hall
(2004), Thogersen Ntoumani et al. (2005), dan Jones et al. (2010) dengan menggunakan
variabel gaya hidup sehat yang terbukti berpengaruh positif terhadap kesejahteraan kerja.
Sehingga dari hasil penelitian tersebut dirumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:
H3
: gaya hidup sehat berpengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis auditor
Tekanan stres yang ringan, ditopang dengan gaya hidup sehat, serta kesejahteraan
psikologis yang baik akan meningkatkan kinerja dari auditor. Hasil empiris penelitian ini
dibuktikan oleh Pronk et al. (2004), Goldsby et al. (2005), dan Elavsky et al. (2005). Penelitipeneliti tersebut bahwa mediasi antara stres kerja dengan menggunakan gaya hidup sehat akan
menghasilkan kinerja auditor yang positif. Kinerja disini didasarkan pada kepuasan serta
performance dan turnover . Untuk performance dan turnover , ketiga peneliti menghasilkan
hasil yang berbeda, ada yang positif dampaknya, dan ada yang negatif. Sehingga dapat
dirumuskan hipotesis keempat sebagai berikut:
H4a
: kesejahteraan psikologis berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja auditor
H4b
: kesejahteraan psikologis berpengaruh terhadap performance dan turnover auditor
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dirancang dengan menggunakan metode survey. Indikator dari survey
diadopsi dari penelitian Jones et al. (2010) dan PwC (2004). Subjek penelitian yang akan
digunakan disini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) selama periode
pengamatan. Pengolahan dan analisis data penelitian ini akan menggunakan LISREL, karena
antara variabel-variabel penelitian tidak hanya terjadi satu hubungan kausal, melainkan
berkelanjutan. Berikut adalah model penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini.
859
Gaya Hidup
Sehat
Ketidakpastian
H3
H1a
(
+)
(+)
H 4a
b
H1
(+)
Kelelahan
Kerja
(+)
Kepuasan
Kerja
H2 (
-)
Kesejahteraan
Psikologis
Konflik &
Overload
H4
b
(?)
Performance
& Turnover
Gambar 1. Model penelitian
Dalam model penelitian diatas, terdapat 7 konstruk yang akan diuji hubungannya.
Masing-masing konstruk akan menjadi variabel laten dalam penelitian ini, dan akan diukur
berdasarkan variabel teramati (indikator) sebagai berikut: ketidakpastian (5 indikator), konflik
dan overload (6 indikator), kelelahan kerja (9 indikator), gaya hidup sehat (10 indikator),
kesejahteraan psikologis (5 indikator), kepuasan kerja (3 indikator), performance dan turnover
(12 indikator). Masing-masing indikator akan diukur dengan skala likert basis 4. Penggunaaan
basis 4 poin ini dilakukan untuk menghindari jawaban netral dan dapat melihat kecenderungan
jawaban responden.
Proses pengumpulan data dan tabulasi dilakukan oleh mahasiswa, sedangkan dosen akan
melakukan pengolahan analisis dengan alat bantu LISREL. Tahapan yang dilakukan disini
meliputi: pencarian data responden, tabulasi data, pengolahan dan analisis data, dan
pengambilan kesimpulan sementara.
Untuk pengolahan data analisis menggunakan alat bantu LISREL. Analisis dilakukan
dalam tiga tahapan uji kecocokan model (Kristanto, 2011). Tahapan pertama berupa uji
kecocokan model keseluruhan. Uji ini menggunakan hasil output dari Goodness of Fit model
secara absolut dan incremental (tabel 1 dan tabel 2.). Tahapan kedua berupa uji kecocokan
model pengukuran. Uji ini untuk memastikan data valid dan reliabel, dengan ukuran construct
reliability dan variance extracted sebagai berikut:
2
_ std _ loa ding
construct reliability =
_ std _ loa ding 2 i
_ std _ loa ding 2
_ std _ loa ding 2 i
Data yang dikatakan valid dan reliabel jika terbukti memiliki nilai construct reliability ≥ 0.7
dan variance extracted ≥ 0.5 (Kristanto, 2011). Tahapan yang ketiga berupa uji kecocokan
model struktural. Uji ini untuk memastikan arah dan signifikansi dari hubungan antar variabel
laten dalam penelitian.
variance extracted
=
860
Tabel 1. Pengukuran GOF absolute
Indeks
Kriteria
Goodness of Fit Index (GFI)
Tingkat model. GFI ≥ 0.90 good fit; GFI ≥ 0.80 marginal fit
Root Mean Square Residual Residual rata-rata nilai teramati dan estimasi. RMR ≤ 0.05
(RMR)
good fit
Root Mean Square Error of Rata-rata perbedaan degree of freedom populasi. RMSEA ≤
Approximation (RMSEA)
0.05 good fit; RMSEA ≤ 0.08 marginal fit
Expected Cross Validation GOF yang diharapkan pada sampel lain dengan pengukuran
Index (ECVI)
yang sama. Baik jika nilainya terkecil atau yang mendekati
saturated.
Tabel 2. Pengukuran GOF incremental
Indeks
Kriteria
Tucker Lewis Index (TLI) atau Non Nilai berkisar antara 0-1. TLI/NNFI ≥ 0.90 good fit;
Normed Fit Index (NNFI)
TLI/NNFI ≥ 0.80 marginal fit
Normed Fit Index (NFI)
Nilai berkisar 0-1. NFI ≥ 0.90 good fit; NFI ≥ 0.80
marginal fit
Relative Fit Index (RFI)
Nilai berkisar 0-1. RFI ≥ 0.90 good fit; RFI ≥ 0.80
marginal fit
Incremental Fit Index (IFI)
Nilai berisar 0-1. IFI ≥ 0.90 good fit; IFI ≥ 0.80
marginal fit
Comparative Fit Index (CFI)
Nilai berkisar 0-1. CFI ≥ 0.90 good fit; CFI ≥ 0.80
marginal fit
Akaike Information Criterion (AIC)
Perbandingan antar model. Baik jika nilainya
terkecil atau yang mendekati saturated
Consistent
Akaike
Information Perbandingan antar model. Baik jika nilainya
Criterion (CAIC)
terkecil atau yang mendekati saturated
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Data dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disebarkan selama bulan Januari 2014,
di area Jakarta. Dari 250 kuesioner yang disebar, hanya 195 kuesioner yang bisa diolah.
Berikut rekapitulasi penyebaran kuesioner sampai dengan proses eliminasi.
Tabel 3. Rekapitulasi pengembalian kuesioner
Keterangan
Jumlah
Kuesioner yang disebar ke responden
250 set
Kuesioner yang tidak kembali/tidak bisa diambil 34 set
Kuesioner yang tidak lengkap dan rusak
21 set
Kuesioner yang bisa dipakai untuk penelitian 195 set
861
Sebelum dilakukan analisis, peneliti mengecek validitas dari masing-masing indikator.
Nilai t-value indikator yang dibawah standar penelitian (t–value ≥ 2.96) harus (drop) dihapus
dari penelitian. Indikator yang dihapus dari penelitian antara lain: kelelahan kerja (KK8 dan
KK9), gaya hidup sehat (GHS10), serta performance dan turnover (PT7, PT8, PT9, PT10,
PT11, PT12).
Analisis yang pertama berupa uji kecocokan model keseluruhan. Dalam hasil Tabel 4
berikut, mengindikasikan bahwa secara keseluruhan model penelitian yang dibuat sudah baik
(good fit). Sedangkan analisis yang kedua, kecocokan model pengukuran (Tabel 5),
menunjukkan hasil t-value dari indikator diatas 2.96 atau dapat dikatakan indikator valid.
Analisis yang ketiga, kecocokan model struktural (Tabel 6), menunjukkan bahwa Hipotesis 2,
Hipotesis 3, dan Hipotesis 4b tidak dapat dibuktikan secara statistik (Tabel 7). Sehingga hanya
tiga Hipotesis yang terbukti, pengaruh ketidakpastian pekerjaan dengan kelelahan kerja
(Hipotesis 1), pengaruh konflik dan overload terhadap kelelahan kerja (Hipotesis 2), dan
pengaruh kondisi psikologis terhadap kepuasan kerja auditor (Hipotesis 4b).
Tabel 4. Hasil uji kecocokan model keseluruhan
Tabel 5. Hasil uji kecocokan model pengukuran (t-value)
862
Tabel 6. Hasil uji kecocokan model struktural
863
Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis
H1a (+)
H1b (+)
H2 (-)
H3 (+)
H4a (+)
H4b (?)
Path
tdkpas lelah
kon_over lelah
lelah psiko
hdpsht psiko
psiko puas
psiko perf_tur
T-value
2.90
5.45
-0.95
-0.54
2.44
-1.85
Kesimpulan
Diterima
Diterima
Ditolak
Ditolak
Diterima
Ditolak
Pengujian dampak stres kerja dan kelelahan kerja, menunjukkan bukti bahwa stres kerja
disebabakan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Swenney dan Summers (2002), Jones et al. (2010), serta Feldman dan Weitz
(1988) dan juga sesuai dengan Agency Theory. Hasil ini mengindikasikan bahwa di dalam
perusahaan atau kantor akuntan, konflik kepentingan juga terjadi. Hasil ini juga menunjukkan
bahwa ketika ada kondisi yang tidak pasti, konflik pekerjaan, dan overload, akuntan akan
cenderung mengalami stres kerja. Pengujian dampak psikologis terhadap kepuasan kerja
auditor, menunjukkan bukti bahwa ketika kondisi psikologis bagus, kepuasan kerja auditor
akan meningkat juga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pronk et al. (2004), Goldsby et al.
(2005), dan Elavsky et al. (2005).
Hasil penelitian yang berbeda justru ditemukan pada dampak kelelahan kerja dan gaya
hidup sehat terhadap kondisi psikologis auditor. Serta hasil pada pengujian kondisi psikologis
terhadap performance dan turnover yang tidak sesuai dengan prediksi penelitian.
5. KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN
Pengujian dampak stres kerja dan kelelahan kerja, menunjukkan bukti bahwa stres kerja
disebabakan karena tiga faktor: ketidakpastian, konflik, dan overload, hasil ini sesuai dengan
hasil penelitian Swenney dan Summers (2002), Jones et al. (2010), serta Feldman dan Weitz
(1988) dan juga sesuai dengan Agency Theory. Hasil ini mengindikasikan bahwa di dalam
perusahaan atau kantor akuntan, konflik kepentingan juga terjadi. Hasil ini juga menunjukkan
bahwa ketika ada kondisi yang tidak pasti, konflik pekerjaan, dan overload, akuntan akan
cenderung mengalami stres kerja. Pengujian dampak psikologis terhadap kepuasan kerja
auditor, menunjukkan bukti bahwa ketika kondisi psikologis bagus, kepuasan kerja auditor
864
akan meningkat juga. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pronk et al. (2004), Goldsby et al.
(2005), dan Elavsky et al. (2005). Untuk penelitian lanjutan peneliti menyarakan untuk
menguji ulang indikator yang tidak valid dan perluasan sampel untuk lebih mendukung hasil
pengujian hipotesis.
6. DAFTAR RUJUKAN
Carpenter, C., dan C. Hock. 2008. The 150-hour requirement’s effect on the CPA exam. The
CPA Journal. Vol.78, No.6.
Cordes, C.L., and T.W. Dougherty. 1993. A review and an integration of research on job
burnout. Academy of Management Review. Vol.18, No.4.
Cumming, J., dan C. Hall. 2004. The relationship between goal orientation and self-efficacy
for exercise. Journal of Applied Social Psychology. Vol.34, No.4
Danna, K., dan R.W. Griffin. 1999. Health and well-being in the workplace: A review and
synthesis of the literature. Journal of Management. Vol.25, No.3.
Elavsky, S., E.Mc.R. Auley, W. Motl, J.F. Konopack, D.X. Marquez, H. Liang, G.J. Jerome,
and E. Diener. 2005. Physical activity enhances long-term quality of life in older adults:
efficacy, esteem, and affective influences. Annals of Behavioral Medicine. Vol.30, No.2.
Feldman, D., dan B. Weitz. 1988. Career plateaus in the salesforce: Understanding and
removing blockages to employee growth. Journal of Personal Selling & Sales
Management. Vol.8, No.3
Fisher, R.T. 2001. Role stress, the Type A behavior pattern, and external auditor job
satisfaction and performance. Behavioral Research in Accounting. Vol.13, No.1.
Fogarty, T.J., S. Jagdip, K.R. Gary, dan K.M. Ronald. 2000. Antecedents and consequences of
burnout in accounting: Beyond the role stress model. Behavioral Research in
Accounting. Vol.12, No.1.
Goldsby, M.G., D.F. Kuratko, dan J.W. Bishop. 2005. Entrepreneurship and fitness: An
examination of rigorous exercise and goal attainment among small business owners.
Journal of Small Business Management. Vol.43, No.1.
Jones, A., C.S. Norman, dan B. Weir. 2010. Healthy lifestyle as a coping mechanism for role
stress in Public Accounting. Behavioral Research in Accounting. Vol.22, No.1.
Kristanto, S.B.. 2011. Structural Equation Modelling (SEM) menggunakan software Mx dan
LISREL. Modul pelatihan internal, UKRIDA.
Lee, J. 2007. Accounting assessment: Issues include qualifed workers and industry regulation.
Orange County Business Journal. Vol.30, Juli.
PricewaterhouseCoopers (PwC). 2004. The Value of the PwC Professional Experience: What
Employees Gain by Staying Longer at the Firm, and Why They Leave. The Center for
Effective Organization, University of Southern California .
Pronk, N.P., B. Martinson, R.C. Kessler, A.L. Beck, G.E. Simon, dan P. Wang. 2004. The
association between work performance and physical activity, cardiorespiratory fitness,
and obesity. Journal of Occupational and Environmental Medicine. Vol.46, No.1.
Sweeney, J.T., dan S.L. Summers. 2002. The effect of the busy season workload on public
accountants’ job burnout. Behavioral Research in Accounting. Vol.14, No.1.
865
Thogersen-Ntoumani, C., K.R. Fox, dan N. Ntoumanis. 2005. Relationships between exercise
and three components of mental well-being in corporate employees. Psychology of Sport
and Exercise. Vol.6, No.1.
Undang Undang No.5 Tahun 2011, tentang Akuntan Publik. Republik Indonesia .
Viator, R.E. 2001. The association of formal and informal public accounting mentoring with
role stress and related job outcomes. Accounting, Organizations and Society. Vol.26,
No.1.
866
View publication stats