Syarat Modernisasi sunting Soerjono Soek

Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang
kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai
kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur.
Diungkapkan pula modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. Tingkat teknologi dalam membangun
modernisasi betul-betul dirasakan dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dari
kota metropolitan sampai ke desa-desa terpencil.
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Teori
2 Syarat Modernisasi
3 Perbedaan Modernisasi dan
Westernisasi
4 Dampak Positif telo asmara
5 Dampak Negatif
6 Modernisasi di Indonesia
7 Rujukan
Teori[sunting]
Wilbert E Moore yang menyebutkan modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan
bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta organisasi sosial kearah
pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri Negara barat yang stabil. Sementara menurut J

W School, modernisasi adalah suatu transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspek-aspeknya.
Syarat Modernisasi[sunting]
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu,
yaitu sebagai berikut :


Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.



Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.



Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga
atau badan tertentu.




Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara
penggunaan alat-alat komunikasi massa.



Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak
berarti pengurangan

kemerdekaan.

Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Perbedaan Modernisasi dan Westernisasi[sunting]
Modernisasi

Westernisasi

Mutlak ada dan diperlukan
oleh setiap negara

Mutlak sebagai suatu pembaratan


Tidak mengenyampingkan
nilai-nilai agama

Mempertentangkan budaya barat dengan
budaya setempat

Tidak mutlak sebagai
westernisasi

Modernisasi munculnya di Barat sehingga
cara westernisasi merupakan satu-satunya
cara untuk mencapainya(dengan kata lain
MODERNISASI SAMA SAJA
WESTERNISASI)

Proses perkembangannya
lebih bersifat umum
Dampak Positif telo asmara[sunting]
Dampak positif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.



Perubahan Tata Nilai dan Sikap

Adanya modernisasi dalam zaman sekarang ini bisa dilihat dari cara berpikir masyarakat
yang irasional menjadi rasional.


Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di
waktu sekarang ini.


Tingkat Kehidupan yang lebih Baik

Dibukanya industri atau industrialisasi berdasarkan teknologi yang sudah maju menjadikan nilai
dalam memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih, dan juga merupakan

salah satu usaha mengurangi pengangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, hal ini
juga dipengaruhi tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang membantu perkembangan
modernisasi.
Dampak Negatif[sunting]
Dampak negatif teknologi modernisasi adalah sebagai berikut.


Pola Hidup Konsumtif

Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan
barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing –
masing.


Sikap Individualistik

Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial.



Gaya Hidup Kebarat-baratan

Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain.


Kesenjangan Sosial

Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti
arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu
dengan individu lainnya. Dengan kata lain individu yang dapat terus mengikuti perkembangan
jaman memiliki kesenjangan tersendiri terhadap individu yang tidak dapat mengikuti suatu
proses modernisasi tersebut. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial antara individu satu
dengan lainnya, yang bisa disangkutkan sebagai sikap individualistik.


Kriminalitas


Kriminalitas sering terjadi di kota-kota besar karena menipisnya rasa kekeluargaan, sikap yang
individualisme, adanya tingkat persaingan yang tinggi dan pola hidup yang konsumtif.
Modernisasi di Indonesia[sunting]
Negara Indonesia sekarang ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern, Indonesia
sendiri sudah mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti layaknya
yang ada di kehidupan sehari – hari seperti Televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan
lainnya, sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki kajian –

kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat Indonesia
lebih modern.
Karena sumber daya inilah pihak Indonesia bekerja sama dengan Negara lain dan saling
melengkapi kebutuhan antara satu dengan Negara lainnya. Sehingga menciptakan kemajuan
yang ada pada Indonesia dari sisi modernisasi maupun teknologinya. Indonesia sedang berada
dalam masa-masa transisi dan penyesuaian di mana modernisasi dan globalisasi kian kuat masuk
secara bertahap ke dalam Indonesia. Bukan hanya itu modernisasi juga sangat terpengaruh
dengan majunya teknologi – teknologi yang ada pada Negara Indonesia sendiri.
http://id.wikipedia.org/wiki/Modernisasi

Istilah modernisasi muncul diawali oleh perspektif kalangan penentang marxisme, hal ini

didasari oleh tradisi sosiologis yang dibangun dan melibatkan reinterpretasi, kesadaran, dan
perhatian dari sosiologi klasik maupun displin ilmu lainnya. Perspektif semacam ini diterapkan
dalam memandang modernisasi di dunia ketiga. Awal mula teori modernisasi dapat dikaji pada
masa lalu ketika gagasan evolusi pertama kali digunakan dengan mengacu kepada ruang lingkup
kemasyarakatan. Evolusi atau perubahan sosial dianggap sebagai sebuah kelaziman dan sebuah
hal yang penting pada masa itu. Namun dengan komposisi masyarakat yang beragam meski pola
perubahan yang terjadi tidak berubah, akhirnya tiap masyarakat akan menempati posisi-posisi
yang berbeda pada skala evolusioner.
Revolusi industri yang terjadi pada abad ke-19 di Eropa dianggap sebagai sebuah media
perubahan sosial yang revolusioner. Selanjutnya, muncul sebuah kekhawatiran baru akan
dampak yang dihasilkan dari perubahan revolusioner ini. Durkheim melihatnya sebagai sebuah
perubahan tata sosial masyarakat, dari solidaritas mekanik kemudian menjadi solidaritas organik.
Hal-hal tersebut menjadi tema dominan dalam kajian perubahan teori evolusionis menjadi teori
modernisasi. Teori tersebut diformulasikan pada masa perang dunia kedua ketika terjadi
perubahan politik dan sosio-ekonomi dengan begitu cepat.
Evolusionisme terkait dengan pengaruhnya terhadap teori modernisasi ditentang kuat oleh kaum
difusionis. Kaum difusionis melihat bahwa evolusionisme tidak cukup menjelaskan perubahan
sosial yang terjadi. Para difusionis fokus kepada transmisi kebudayaan yang berlangsung

sepanjang waktu, dan menguji transfer kebudyaan tersebut melalui interaksi sosial, hal-hal

tersebut tidak dapat dijelaskan oleh para penganut terori evolusionis. Namun pada akhirnya
kedua teori tersebut acapkali sama-sama mengarah kepada spekulasi. Generalisasi didalamnya
membuat difusionis didiskreditkan. Ciri-ciri kebudayaan yang terisolasi, dipisahkan dari konteks
sosialnya, dilepas dari signifikansinya dalam rentetan kehidupan sosial yang berkelanjutan
menjadi komponen-komponen penjelasan yang sangat aneh dalam difusionis
Namun, dengan berbagai permasalahnyya difusionis tetap menajdi komponen penting dalam
perkembangan ilmu sosial di Amerika utara, termasuk bagi para evolusionis. Para evolusionis
tidak menuntut bahwa setiap kelompok sosial harus melalui setiap tingkatan. Diluar
eksklusifitasnya, dalam kaitannya dengan teori fungsionalismes-struktural parson, maka
evolusionisme dan difusionisme dianggap sebagai sebuah alternatif dalam teorinya. Selanjutnya
teori evolusionis dan difusionis tidak hanya bersaing satu sama lain, namun juga dengan
fungsionalisme struktural. Malinowski mengembangkan fungsionalisme struktural sebagai
sebuah pendekatan yang spesifik dan mampu menjelaskan konsep kebutuhan dasar individu ke
kebutuhan turunan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat dan kebudayaan
sepenuhnya. Pengembangan fungsionalisme struktural Malinowski memberikan pengaruh besar
bagi Tallcott Parsons. Parsons mwlihat bahwa klasifikasi Malinowski tersebut dapat
diberlakukan sebagai klasifikasi utama imperative fungsional beberapa sistem sosial atau
beberapa sistem tindakan, hal tersebut selanjutnya diwujudkan dalam fungsionalisme struktural
Parsonian.
Poin empat program pengembangan dalam pengukuhan Presiden Truman dilihat sebagai

pengaruh dari iklim politik perang dingin semata. Banyak pihak yang khawatir bahwa empat
program tersebut akan gagal, mereka melihat bahwa faktor-faktor internal bersifat lebih krusial
dalam menentukan apakah perkembangan akan terjadi. Perluasan pada faktor internal, ekonomi,
sosial atau budaya, merupakan karakteristik kebanyakan teori modernisasi. Marion Levy (1952)
melihat bahwa masyarakat berkembang menunjukkan rasionalitas, universalisme, dan
kekhususan fungsional, yang mana semuanya diperlukan untuk kegunaan teknologi modern
secara efisien. Selanjutnya Hoselitz melihat bahwa peran ekonomi di negara-negara terbelakang
menjadi partikularistik, tersebar secara fungsional, askriptif dan berorientasi pada diri sendiri
(Hoselitz, 1960 h. 29-42). Hoselitz menilai bahwa aspek ekonomi, sosial dan budaya saling
berhubungan, dan antarhubungan dan pola kausal tersebut berbeda-beda untuk masyarakat
berdasar pada periode di mana perkembangan terjadi. Namun Hoselitz juga dikritik terkait
kenaifannya mengaplikasikan varabel pola, peran minor yang ia berikan pada kolonialisme dan
kekuatan militer, dan tekanannya pada kaum elit.
Terkait dengan negara dunia ketiga, Whilst Riggs melihat bahwa struktur politik dan
administratif mungkin juga diaplikasikan pada bidang kehidupan sosial lainnya. Meskipun
mendapat pengaruh dari Parsons, namun Riggs tidak sejauh Levy dan Hoselitz dalam mengkaji

konflik maupun kotradiksi dalam penerpan pola administrasi umum dan pemerintahan Barat
pada masyarakat tradisional. Hal ini memebuat perspektifnya dianggap relevan dalam mengkritik
teori modernisasi sekalipun ia sendiri juga dianggap sebagai tokoh teori modernisasi.

Dalam kajiaanya mengenai proses modernisasi di Timur Tengah, Daniel Lerner
menggambarkannya sebagai dunia di mana modernisasi merupakan sebuah proses global, hal
yang sama yang terjadi di seluruh dunia dan modernitas hadir melalui perubahan tidak hanya
dalam institusi tetapi juga orang-perorangan. Lerner mengklasifikasikan responden individu
dalam kuesionernya sebagai tradisional, transisional atau modern. Ia melihat kesulitan dalam
proses modernisasi terdapat pada masa transisional, diperlukan penyesuaian antara nilai-nilai
tradisinola dan modern dalam masa ini. Interview yang dilakukan oleh Inkeles dan Smith di
enam negara terbelakang selama sepuluyh tahun menemukan fakta – fakta dari sindrom
‘Modernitas secara keseluruhan’ yang sangat terkait dengan paham rasionaliotas barat. Inkels
dan Smith sendiri sangat dipengaruhi oleh weberian. Weber melihat hal yang paling penting,
tetapi bukan satu-satunya penjelasan tentang kapitalisme, adalah perbedaan dalam sikap antara
tradisionalis dan kapitalis baru.
Terkait dengan modernisasi, Smelser menekankan bahwa proses tersebut tidak akan terjadi
secara simultan, dan perubahan akan berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam
kaitannya dengan dunia ketiga dapat dilihat bahwa perbedaan bangsa selalu bersifat penting, dan
‘peristiwa – peristiwa dramatis’, misalnya perang dan bencana alam, dapat mempengaruhi pola
perkembangan. Rostow menampilkan teori,yang ia klaim dinamis, tidak hanya berhubungan
dengan faktor ekonomi tetapi juga dengan ‘keputusan sosial dan kebijakan pemerintah’. Seperti
teori modernisasi lainnya, ia menggabungkan pemikiran difusi dalam tulisannya tentang
perkembangan. Seperti Marion Levy, ia menyatakan proses modernisasi tak dapat dihindarkan, ia
melihat bahwa dalam teori, masyarakat dapat memilih untuk menghentikan perkembangan tetapi
pada pelaksanannya semangat perubahan dapat dipertahankan oleh peningkatan populasi dan
daya tarik standar hidup modern

BAB 1
PENDAHULUAN
Ilmuan social akan mengalami kesulitan dalam melakuakan penelitian tanpa teori ini munkin
disebabkan oleh kekurang kemampuan mereka dalam merumuskan pokok persoalan, pertanyaan

penelitian dan data-data yang diperlukan, ini tentu saja teori merupakan alat Bantu utama. Teori
mempertajam prose berfikir, menggelar krangka analisa mebantu merumuskan hipotesa dan
menentukan agenda penelitian serta membantu dalm memilih metode penelitian menguju data,
menarik kesimpulan dan merumuskan tindak lanjut kebijaksanaan. Dilain pihak teori tidak jarang
menuntut loyalitas ilmuan. Ketika ilmuan menulis salah satu presfektif, mereka cendrung
mengembangkan pola pikir tertentu dan berpendapat teori tersebut merupakan teori terbaik,
akibatnya ilmuan social cendrung tidak menghargai teori yang lain dan melakukan kritik tajam yang
menyebabkan terjadinya perang teori dan puncaknya berubah menjadi pertarungan ideology.
Perubahan social dan pembangunan pada akhir tahun 1950-an teori modernisasi merupakan
paradigma utama. Pada akhir tahun 1960-an aliran ini mendapat tantangan paradigma yang radikal
yaitu teori ketergantungan (teori dependensi). Pada pertengahan tahun 1970-an paradigma baru
dengan teori system ekonomi dunia muncul kepermukaan untuk menguji isu pembangunan pada
tahun 1980-an ketiga aliran ini bergerak saling melakukan sintesa.

BAB 2
TEORI MODERNISASI KLASIK

Sejarah lahirnya : Teori modernisasi lahir dalam bentuknya sekarang ini paling tidak menurut tokohtokoh Amerika Serikat sebagi produk sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah perang dunia II.
Pertama : munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominant dunia
Kedua : pada saat yang hampir bersamaan terjadinya perluasan gerakan komunis dunia
Ketiga : lahirnya Negara- Negara merdeka baru di asia, afrika, amerika latin, yang sebelumya dijajah
eropa. Tidak berlebihan jika karya kajian dari teori modernisasi jika dikatagorikan sebagai satu aliran
ajaran pemikiran sendiri yang ditopang bahwa kenyataan para peneliti dan penganut aliran
pemikiran ini sepertinya membentuk energi besar gerakan social yang besar memiliki dana yang
kuat besar dan hubungan yang baik bagi para pendukungnya sering mnerbitkan jurnal ilmiah dan
seminar penelitian dan menerbitkan hasil kajian melalui badan penerbitan universitas.
Warisan Pemikiran.
Pewarisan pemikiran structural fungsionalisme ke dalam teori modernisasi terlalu lebih disebabkan
kenyataan seperti Denial Larner, Marion Levy, Neil Smelser, Samuel Eisenstadt dan Gabriel Almond,
lebih banyak terdidik dalam pemikiran structural fungsionalisme sehingga dalam menyampaikan
secara detail konsep-konseo pokok teori modernisasi disampaikan terlebih dahulu secara singakat
pole pikir teori evolusi dan fungsionalisme

Teori evolusi
Teori evolusi lahir pada abad ke- 19 sesudah revolusi industri dan perancis yang menghancurkan
tatanan lama tetapi juga membentuk acuan dasar baru, revolusi industri menciptakan ekspansi
ekonomi, revolusi perancis meletakkan kaidah pembangunan politik yang berdasarkan keadilan
kebebasan dan demokrasi, teori fungsionalisme pemikiran Talcott Parsons ketika sebagai ahli
biologi banyak pengaruh teori fungsionalisme baginya masyrakat manusia tak ubahnya eperti organ
tubuh manusia oleh sebab itu masyarakat manusia dapat dikaji sebagi tubuh manusia In kelas :
manusia modern
Penelitian lain dari teori modernisasi klasik inkeles memusatkan perhatiannya pada usaha
menjawab dari dua pertanyaan pokok yang telah ia rumuskan yakni : apa akibat yang ditimbulkan
oleh modernisasi terhadap sikap nilai pandangan hidup seeorang dan apakah Negara dunia ketiga
akan memiliki sikap modern dari sebelumnya
BAB III
HASIL KAJIN TEORI MODERNISASI MCCLELLAND

Motivasi berprestasi pertanyaan yang diajukan dalam penelitiannya pada penentu kelompok
masyarakat mana yang sesungguhnya bertanggung jawab pada Negara dunia ketiga apakah kaum
wira swastawan atau para politikus. SARBINI lepas landas Indonesia ; pada tahun 1989 Sarbini
beraartikel dia menguji pertumbuhan ekonomi indonesia dengan pendekatan teori pertumbuhan
Rostow : untuk mencapai lepas landas ekonomi Negara memrlukan tingkat investasi produktivitas
paling,tidak sebesar 10% dari pendapatan nasional, pertumbuhan yang tinggi atas satu atau lebih
cabang indusri sentaral, tumbuh berkembangannya kerangka social politik yang mampu menyerap
perubahan dinamika masyarakat
BAB 4
HASIL KAJIAN BARU TEORI MODERNISASI
Tanggapan terhadap politik terdapat beberapa perdebatan terhadap hasil kajian teori modernisasi
klasik dan hasil kajian baru modernisasi. Dove budaya local dan pembangunan di Indonesia
Kerangka teoritis
Hasil kajian antropologis mencoba melihat intraksi antara kerjasama kebijasaan budaya local di
Indonesia.

Agama tradisional
Agam tradisional tidak memiliki status formal atau impirior. Sistem kepercayaan Indonesia memiliki
bobot disebut sebagai agama dan secara impiris system ini mengandung system penegetahuan
tentang dunia yang falid
Ekonomi
Pada dasarnya pemerintah Indonesia meliahat ketiga usaha ekonomi sebagai usaha tidak efisiaen
dan tidak dapat dikembangkan untuk mendukung moderisasi.
TANGGAPAN :
Pembahasan materi tentang teori moderinisasi, teori ketergantungan, dan system ekonomi
dunia.Sudah sangat jelas dan komplek sehingga pemahaman dalam menganalisis masing – masing
teori tersebut mudah hanya saja dari ketiga teori yang disambpaikan masih kurngnya memnerikan
contoh dimana letak yang secara kongkrit dalam perbandingan kelemahan atau kelebihan teori
tersebut..Teori moderinisasi,teori ketergantungan, dan teori system dunia memang memiliki
kelemahan dan kelebihan dimana tinggal kita lagi memahami dan plikatifnya dalam implementasi.
relevan atau tidak suatu teori terngantung pelaksana tersebut apabila tidak mampum
implementasinya maka teori tersebut sangat kurang mengena walaupun hal tersebut salah terapan
oleh pelaksanan. Proses transisi pada tiap tahapan selalu mengalami perubahan dan
mempengaruhi tatanan social dan hal itu diterima sebgai kewajaran tinggal siapa lagi yang mampu
mengambil peluan dan kelebihannya.
TUGAS RESUME “TEORI PEMBANGUNAN”
JUDUL BUKU : PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBENGUNAN PENGARANG BUKU :
SUWARSONO DAN ALVIN BAGIAN : SATU HALAM: 1- 88

http://hobirsoleh.wordpress.com/2012/05/21/teori-modernisasi-2/

PERDEBATAN TEORI MODERNISASI DAN TEORI KETERGANTUNGAN
Secara umum, di dunia ini terdapat dua kelompok Negara : Negara yang memproduksi hasil
pertanian, dan Negara yang memproduksi barang industri. Antara kedua kelompok Negara ini melakukan
hubungan dagang, dan keduanya, menurut Teori Pembagian Kerja secara Tradisional, yang didasarkan

pada Teori Keuntungan Komparatif yang dimiliki oleh masing-masing Negara,membuat kerja sama di
antara kelompok menjadi saling diuntungkan.
Tetapi, setelah beberapa puluh tahun kemudian, tampak bahwa Negara industri menjadi semakin
kaya, sedangkan Negara-negara pertanian semakin tertinggal. Terhadap hal ini, maka secara umum
muncul dua kelompok teori . Teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan
oleh factor internal atau factor – factor yang terdapat di dalam Negara yang berangkutan. Teori ini dikenal
dengan teori modernisasi.
Hal berikut akan memperlihatkan bagaimana perdebatan antara beberapa teori modernisasi tersebut :
TEORI MODERNISASI
1.
Teori Harrod-Domar : Tabungan dan Investasi
Evsey Domar dan Roy Harrod, kedua ahli ekonomi ini mencapai kesimpulan bahwa pertumbuhan
ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Kalau tabungan dan investasi rendah,
pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga akan rendah. Masalah pembangunan pada
dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal. Masalah keterbelakangan adalah
masalah kekeurangan modal. Kalau ada modal dan modal tersebut diinvestasikan, hasilnya adalah
pembangunan ekonomi.
Karena itu, berdasarkan pada model ini, resep para ahi ekonomi pembangunan di negara-negara dunia
Ketiga untuk memecahkan persoalan keterbelakangannya adalah dengan mencari tambahan modal, baik
dalam negeri (dengan mengusahakan peningkatan tabungan dalam negeri) maupun dari luar negeri
(melalui penanaman modal dan utang luar negeri.
Contoh: negara – negara persemakmuran / bekas jajahan inggris, negara-negara tersebut dimodali dan
diawasi oleh negara inggris.
2.
Max Weber : Etika Protestan
Weber mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya
nilai-nilai agama.
Adanya kepercayaan yang mengatakan bahwa ”kalau seseorang berhasil dalam kerjanya di
dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan ditakdirkan untuk naik ke surga setelah dia mati nanti.
Kalau kerjanya selalu gagal di dunia, hampir dapat dipastikan bahwa dia akan pergi ke neraka”, membuat
orang-orang penganut agama Protestan Calvin bekerja keras untuk meraih sukses. Mereka bekerja tanpa
pamrih, artinya mereka bekerja bukan untuk mencari kekayaan material melainkan untuk mengatasi
kecemasannya. Inilah yang disebut sebagai etika Protestan oleh Weber, yakni cara bekerja yang keras
dan sungguh-sungguh lepas dari imbalan materialnya.
Contoh: Etika Madura dimana masyarakat madura berpendapat bahwa Siapa yang menginginkan
kesuksesan maka harus berhijrah kedaerah lain. Hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya masyarakat
Madura yang merentau dan kebanyakan mereka sukses.
3.
David McClelland : Dorongan Berprestasi atau n-Ach
Adanya N- Ach yang tinggi dalam sebuah masyarakat akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi
bagi masyarakat. N-Ach ini semacam virus yang bisa ditularkan. Jadi, N-Ach ini bukanlah sesuatu yang
diawriskan sejak lahir. Selanjutnya McClelland mengatakan bahwa kalau dalam sebuah masyarakat ada
banyak orang yang memiliki n-Ach yang tinggi, dapat diharapkan masyarakata tersebut akan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tempat yang paling baik untuk memupuk N –Ach
adalah di dalam keluarga melalui orang tua. Pendidikan anak menjadi sangat penting, cerita anak-anak
yang beredar harus diarahkan pada nilai N –Ach yang tinggi.

Contoh: Di negara jepang kegagalan adalah sebuah aib besar dan sebliknya keberhasilan adalah
sebuah prestasi yang luar biasa yang sangat di hargai oleh masyarakat. Dengan pandangan ini jepang
mampu membangun negaranya dengan cepat.
4.
W.W. Rostow : Lima tahap Pembangunan
Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus, yakni dari
masyarakat yang terbelakang ke masyarakat maju.
a. Masyarakat Tradisional : pada tahap ini masyarakat belum begitu mengenal teknologi dan ilmu
pengetahuan belum bagitu maju. Dengan demikian masyarakat masih bergantung pada alam, kemajuan
lambat, produksi hanya untuk konsumsi dan modal masih sangat minim.
b. Prakondisi untuk lepas landas: walupun perkembangan pada tahap pertama sangat lambat, namun pada
suatu titik tertentu akan terjadi sebuah perkembangan pada posisi prakondisi untuk lepas landas. Pada
tahap ini biasanya terjadi karena adanya campur tangan dari pihak luar, biasanya dari masyarakat yang
lebih maju.
Contoh: negara-negara persemakmuran Inggris.
c. Lepas landas : pada tahap ini hambatan-hambatan pada tahan kedua sudah mulai berkurang,
pertumbuhan ekonomi berjalan dengan wajar tabungan dan investasi meningkat dari 5% menjadi 10%
dari pendapatan nasional.
d. Bergerak ke kedewasaan : pada tahap ini proses kemajuan terus bergerak walaupun masih terjadi pasang
surut. Tabungan dan investasi meningkat dari 10% menjadi 20% dari pendapatan nasional. Industri
berkembang dengan pesat dan mulai mempunyai posisi tetap dalam perekonomian global.
e. Jaman konsumsi masal yang tinggi: adanya peningkatan pendapatan masyarakat, konsumsi meningkat
dari kebutuhan pokok menjadi barang konsumsi yang tahan lama. Pada periode ini investasi bukan lagi
tujuan utama. Penambahan modal dan investasi ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan
penambahan modal sosial.
5.

Bert F. Hoselitz : faktor-faktor Non Ekonomi

Menurutnya faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi adalah faktor non ekonomi.
Menurutnya faktor kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh pada pembangunan ekonomi. Walaupun
maslah pembangunan adalah masalah modal, menurut Hozelitz ada faktor lain yaitu keterampilan kerja.
Oleh karena itu pembangunan memerlukan pemasokan dari berbagai unsur. Diantaranya :
1.
pemasokan
modal
besar
dan
perbankan
2. pemasokan tenaga ahli dan terampil
6.

Alex Inkeles dan David H. Smith : Manusia modern.

Pembangunan bukanlah permasalahan modal dan teknologi belaka, namun dibutuhkan tenaga
manusia yang terampil dan berkualitas dan mampu mengembangkan sarana tersebut agar menjadi
produktif. Dalam hal ini dibutuhkan yang namanya manusia modern. Manusia modern adalah manusia
yang mempunyai keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi pada masa sekarang dan
masa yang akan datang, mempunyai kesanggupan merencanakan, bisa melakukan adaptasi dengan
cepat, dan lain-lain. Untuk menciptakan manusia modern menurutnya diperlukan beberapa cara, dari
sekian cara pendidikan merupakan cara yang paling efektif, karena pengaruh pendidikan tiga kali lebih
besar dibandingkan dengan cara lain.

Perdebatan teori-teori di atas :

Dari penjelasan/keterangan masing-masing teori di atas, dapat kita lihat bahwa perbedaan yang ada
pada macam-macam teori ini hanya merupakan perbedaan penekanan aspek yang dianggap penting,
baik dalam menciptakan manusia yang akan membangun, maupun dalam mempersiapkan sarana
material untuk pembangunan itu sendiri. Tetapi, inti dari teori-teori ini adalah sama.
Teori harrod-Domar lebih menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah
penyediaan modal untuk investasi. Ini berarti melihat pada aspek ekonomi. Teori McClelland dengan
konsep n-Achnya menekankan pada aspek psikologi individu. Teori Weber menekankan nilai-nilai
budaya, Teori W.W.Rostow lebih menekankan pada adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang
mendorong proses pembangunan, dan teori Bert F. Hoselitz, Alex Inkeles dan David H. Smith lebih
memperhatikan pada aspek lingkungan material.
Pada teori Harrod-Domar, aspek ekonomi lebih ditekankan, sedangkan aspek individu/psikologi
para subjek pembangunan/manusia sendiri tidak dibahas. Hal ini dapat mengakibatkan tidak
maksimalnya pembangunan, padahal manusia dapat dikatakan sebagai modal utama dari pembangunan.
Dan untuk mendorong agar manusia tersebut mau melaksanakan pembangunan secara bekerja sama
dan ikut menyukseskan program pembangunan, maka diperlukan juga teori n_Ach dari McClelland,
walaupun juga tidak dapat dipungkiri bahwa aspek ekonomi sangat penting. Untuk teori Etika
Protestannya Weber, saya rasa tidak jauh berbeda dengan teori n-Ach. Hanya saja teori ini lebih
dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Namun, ini dapat dijadikan sebagai motivator bagi manusia itu sendiri
secara tidak langsung dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan dianutnya Etika Protestan, seseorang
akan berlomba untuk memperkaya dirinya dan bekerja keras secara sungguh-sungguh untuk meraih
kesuksesan. Hal ini akan mendorong semangat berprestasi sebagaimana yang diungkapkan dalam teori
n-Ach.
Teori Rostow merupakan salah satu modifikasi dari teori Harod-Domar. Hal ini tercermin pada
Teori Rostow tentang tingkat-tingkat pertumbuhan dan tinggal landas. Meskipun ditambahkan bermacam
faktor lain, pada intinya Rostow berbicara tentang usaha peningkatan tabungan dan investasi dalam
memacu perkembangan sebuah masyarakat untuk mencapai posisi tinggal landas. Sama seperti teori
Harod-Domar, teori Rostow ini tidak mempersoalkan masalah manusia. Masalah manusianya dianggap
sebagai sudah tersedia. Sedangkan Teori Bert F. Hoselitz membahas faktor-faktor non-Ekonomi yang
”ditinggalkan” oleh Rostow. Faktor non-ekonomi disebut oleh Hoselitz sebagai faktor kondisi lingkungan
yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Logikanya, jika dihubungkan dengan teori investasi
dan tabungan, bukankah ketika suatu negara mampu/memiliki kesanggupan untuk menabung dan
melakukan investasi, berarti ia juga mampu memperhatikan kondisi lingkungannya untuk menarik suatu
masyarakat agar mampu meningkatkan tabungan dan investasinya.
Selanjutnya, Hoselitz mengatakan :Kondisi lingkungan ini harus dicari terutama dalam aspek-aspek nonekonomi dari masyarakat. Dengan kata lain, lepas dari pengembangan modal seperti pembangunan
sarana sistem telekomunikasi serta transportasi dan insvestasi dalam fasilitas pelabuhan, pergudangan,
dan instalasi-instalasi sejenis untuk perdagangan luar negeri, banyak dari pembaruan-pembaruan yang
terjadi pada periode persiapannya didasarkan pada perubahan-perubahan pengaturan kelembagaan
yang terjadi dalam bidang hukum, pendidikan, keluarga dan motivasi.
Lewat teori ini, dapat dilihat bahwa meskipun seringkali orang menunjukkan bahwa masalah utama
pembangunan adalah kekurangan modal (Teori Harod-Domar), ada masalah lain yang juga sangat

penting, yaitu adanya keterampilan kerja tertentu, termasuk tenaga kerja yang tangguh. Oleh karena itu,
diperlukanlah perubahan kelembagaan dan lingkungan yang mempengaruhi pemasokan modal.
Selanjutnya, kita kembali melihat mengenai pentingnya faktor manusia sebagai komponenpenting
penopang pembangunan. Bahwa pembangunan bukan sekedar perkara pemasokan modal dan teknologi
saja. Tetapi dibutuhkan manusia yang dapat mengembangkan sarana material supaya menjadi produktif.
Untuk itu, dibutuhkan apa yang disebut oleh Inkeles sebagai manusia Modern. Ketika ciri-ciri manuasia
modern tersebut, sebagaimana yang dikemukakan oleh Alex Inkeles dan David H. Smith (keterbukaan
terhdap pengalaman dan ide-ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya
kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai lama dan bukan sebaliknya, dan
sebagainya) telah terpenuhi, maka pembangunan yang diharapkan bersama dengan diiringi oleh faktor
lain pun akan tercapai.
TEORI KETERGANTUNGAN
Selain teori Modernisasi, dalam pembangunan terdapat satu pendangan lain lain yang
merupakan antitesis dari teori modernisasi. Teori modernisasi menilai bahwa masalah pembangunan dan
kemiskinan disebabkan oleh faktor internal yaitu ketidakmampuan masyarakat untuk membangun diri
sendiri. Hubungan atau kontak dengan negara-negara maju dianggap membantu proses pembangunan
negara-negara yang sedang berkembang.
Perspektif dependensi muncul setelah perspektif modernisasi diterapkan di banyak negara
terbelakang. Pengamatan yang dilakukan oleh ahli sejarah telah memberikan gambaran serta dukungan
bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Sebagai sebuah kritik, dependensi harus dapat
menguraikan kelemahan-kelemahan dari modernisasi dan mengeluarkan pendapat baru yang mampu
menutup kelemahan tersebut.
Lain halnya dengan pandangan teori ketergantungan, teori ini memandang bahwa hambatan
pembangunan justru disebabkan oleh turut campurnya negara-negara maju. Bantuan dari negara maju
dianggap akan menimbulkan ketergantungan dan masalah baru bagi negara yang sedang berkembang.
Teori ketergantungan tahap pertama, teori ini berpangkal pada teori-teori imperialisme dan
kolonialisme. dipelopori oleh:
a. Raul presbich: Industri substitusi Import.
Presbich ini menentang pendangan pembagian kerja internasional, adanya keuntungan
komparatif. Menurutnya negara-negara didunia ini terbagi menjadi dua, yaitu negara pusat yang
menghasilkan barang-barang produksi. Negara pinggiran yaitu negara yang memproduksi hasil
pertanian. Dua negara ini saling berhubungan dan seharusnya saling diuntungkan. Namun yang terjadi
negara pinggiran semakin tertinggal bila dibanding dengan negara pusat.
Menurutnya hal ini disebabkan oleh menurunnya nilai tukar barang-barang hasil pertanian
terhadap terhadap barang hasil produksi. Akibatnya terjadi defisit pada neraca perdagangan di negaranegara pinggiran. Contoh: Indonesia sebagai negara agraris semakin tertinggal dibandingkan dengan
Jepang yang telah maju dibidang industri.
b. Andre Gunder frank : pembangunan keterbelakangan
Menurutnya keterbelakangan dan kemiskinan negara-negara pinggiran (negara satelit) bukanlah
sebuah gejala alamiah dan bukan karena kekurangan modal. Keterbelakangan dan kemiskinan
merupakan akibat dari proses ekonomi, politik dan sosial sebagai implikasi dari globalisasi dari sistem

1.
2.

3.
4.
5.

kapitalis. Artinya kemiskinan di negara satelit disebabkan oleh adanya pembangunan di negara pusat.
Frank membagi negara – negara menjadi dua yaitu negara metropolis dan negara satelit. Negara metrolis
bekerjasama dengan elit lokal negara satelit untuk melakukan dominasi di negara satelit.
Frank menyajikan lima tesis tentang dependensi, yaitu :
Terdapat kesenjangan pembangunan antara negara pusat dan satelitnya, pembangunan pada negara
satelit dibatasi oleh status negara satelit tersebut.
Kemampuan negara satelit dalam pembangunan ekonomi terutama pembangunan industri kapitalis
meningkat pada saat ikatan terhadap negara pusat sedang melemah. Pendapat ini merupakan antitesis
dari modernisasi yang menyatakan bahwa kemajuan negara dunia ketiga hanya dapat dilakukan dengan
hubungan dan difusi dengan negara maju.
Negara yang terbelakang dan terlihat feodal saat ini merupakan negara yang memiliki kedekatan ikatan
dengan negara pusat pada masa lalu.
Kemunculan perkebunan besar di negara satelit sebagai usaha pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
keuntungan ekonomi negara pusat.
Eksploitasi yang menjadi ciri khas kapitalisme menyebabkan menurunnya kemampuan berproduksi
pertanian di negara satelit.

c. Theotonia Dos Santos: Struktur ketergantungan
Menurut Dos santos Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis.
Artinya ketika negara metropolis (induk) mengalami kemajuan maka negara satelit akan maju pula.
Begitu juga sebaliknya ketika negara metropolis mengalami krisis maka negara satelit akan terkena
dampaknya pula. Akan tetapi kemajuan dan atau kemiskinan tersebut bukanlah indikator pembangunan
dinegara satelit, karena hal itu hanyalah refleksi dari negara metropolis saja. Bagaimanapun juga negara
satelit
tetap
tenggelam
dalam
ketergantungan
terhadap
negara
metropolis.
Pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan negara satelit
dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan negara satelit. Namun
menurut Dos Santos hubungan tersebut tidak selamanya besifat negatif. Walaupun hanya sebagai
refleksi Negara metropolis. Contoh konkritnya adalah negara – negara persemakmuran inggris yang
selalu berkembang menjadi negara maju.

Perdebatan teori di atas :
Bagi Frank, keterbelakangan bukan suatu kondisi alamiah dari sebuah masyarakat. Bukan juga karena
masyarakat itu kekurangan modal. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik, dan
sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme.
Prebisch berbicara tentang aspek ekonomi dari persoalan ini, yakni ketimpangan nilai tukar. Menurut
Presbisch, negara-negara yang terbelakang harus melakukan industrialisasi, jika ingin membangun
dirinya. Industrialisasi ini dimulai dengan industri substitusi impor. Barang-barang industri yang tadinya
diimpor, harus diproduksi di dalam negeri. Frank lebih berbicara tentang aspek politik dari hubungan ini,
yakni hubungan politis (dan ekonomi) antara modal sing dengan kelas-kelas yang berkuasa di negaranegara satelit. Bagi Frank, keterbelakangan hanya bisa diatasi melalui revolusi yang melahirkan sistem
sosialis. Hubungan dengan negara metropolis selalu berakibat negatif bagi negara satelit. Tidak mungkin
ada perkembangan di negara satelit selama negara ini masih berhubungan dan menginduk kepada
negara metropolis. Namun, Dos Santos berkata lain, Dia menyatakan bahwa negara pinggiran atau
satelit bisa juga berkembang, meskipun perkembangan ini merupakan perkembangan yang tergantung,

perkembangan ikutan. Impuls dan dinamika perkembangan ini tidak datang dari negara satelit tersebut,
tetapi dari negara induknya.
Di dalam teori ketergantungan ini sendiri, pada pokoknya ada dua pendapat yang berbed, yakni : Frank
beranggapan bahwa struktur ketergantungan yang ada di negara satelit tidak akan memungkinkan
negara ini melakukan pembangunan, khususnya industrialisasi. Sedangkan Dos Santos beranggapan
bahwa hal tersebut mungkin, meskipun pembangunan dan industrialisasi yang terjadi merupakan
bayangan dari apa yang terjadi di negara-negara pusat.

Perdebatan Teori Modernisasi dengan Teori Ketergantungan
Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang dengan
negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya. Dalam
hal ini, teori dependensi memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya secara terus
menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral, sehingga
memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan pencapaian
tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.
Kegagalan modernisasi membawa kenajuan bagi negara dunia ketiga telah menumbuhkan sikap
kritis beberapa ilmuan sosial untuk memberikan suatu teori pembangunan yang baru, yang tentu saja
mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teori yang telah ada. Kritikan terhadap modernisasi
yang dianggap sebagai “musang berbulu domba” dan cenderung sebagai bentuk kolonialisme baru
semakin mencuat dengan gagalnya negara-negara Amerika Latin menjalankan modernisasinya.
Teori ketergantungan merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari
fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di
Amerika Latin. Teori ketergantungan memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam
paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya
pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme.
Analisis Marxis terhadap teori ketergantungan ini secara umum tampak hanyamengangkat
analisanya
dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat
dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga
menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang
selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang
digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.
Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat
namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses
terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak
memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut
akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.
Teori ketergantungan lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan
negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori ketergantungan mewakili “suara negaranegara pinggiran” untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara
maju. Munculnya teori ketergantungan lebih merupakan kritik terhadap arus pemikiran utama persoalan
pembangunan yang didominasi oleh teori modernisasi. Teori ini mencermati hubungan dan keterkaitan
negara Dunia Ketiga dengan negara sentral di Barat sebagai hubungan yang tak berimbang dan
karenanya hanya menghasilkan akibat yang akan merugikan Dunia Ketiga. Negara sentral di Barat selalu

dan akan menindas negara Dunia Ketiga dengan selalu berusaha menjaga aliran surplus ekonomi dari
negara pinggiran ke negara sentral.
Ketergantungan merupakan situasi yang memiliki kesejarahan spesifik dan juga merupakan persoalan
sosial politik. Kedua teori ini berbeda dalam memberikan jalan keluar persoalan keterbelakangan negara
Dunia Ketiga. Teori modernisasi menganjurkan untuk lebih memperat keterkaitan negara berkembang
dengan negara maju melalui bantuan modal, peralihan teknologi, pertukaran budaya dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, teori ketergantungan memberikan anjuran yang sama sekali berbeda, yakni berupaya
secara terus menerus untuk mengurangi keterkaitannya negara pinggiran dengan negara sentral,
sehingga memungkinkan tercapainya pembangunan yang dinamis dan otonom, sekalipun proses dan
pencapaian tujuan ini mungkin memerlukan revolusi sosialis.
by: vivi-ardi.blogspot.com

http://mahasiswa-belajar.blogspot.com/2011/12/teori-modernisasi-dan-teori.html

Latar Belakang
a) Pengertian Pembangunan
Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses
perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan pembangunan ekonomi
(economic development). Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan
pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya
peningkatan jumlah dan produktifitas sumber daya, termasuk pertambahan penduduk,
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara serta
pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Sumitro dalam Deliarnov (2006:89), bahwa proses pembangunan
ekonomi harus merupakan proses pembebasan, yaitu pembebasan rakyat
banyak dari belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara
berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.
Secara
terminologis,
di
Indonesia
pembangunan
identik
dengan
istilahdevelopment, modernization, westernization, empowering, industrialization,econo
mic growth, europanization, bahkan istilah tersebut juga sering disamakan dengan
term political change. Identifikasi pembangunan dengan beberapa term tersebut lahir
karena pembangunan memiliki makna yangmulti-interpretable, sehingga kerap kali
istilah tersebut disamakan dengan beberapa term lain yang berlainan arti (Moeljarto
Tjokrowinoto, 2004). Makna dasar dari development adalah pembangunan. Artinya,
serangkaian upaya atau langkah untuk memajukan kondisi masyarakat sebuah
kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.

b) Lahirnya Pembangunan
Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih kurang
tiga abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai perdebatan
terhadap teori maupun praktek pembangunan sudah berada di dalam alam kapitalisme.
Karena itu, tidak mengherankan jika kapitalisme sangat mewarnai teori-teori
pembangunan.
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat
berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke
kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru.
Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa Marxis, dapat diakatakan
hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh)
ke tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran), dengan analisis utama yang sama yaitu
eksploitasi. Demikian halnya dengan teori sistem dunia yang didasari teori dependensi,
menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu
sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.
c) Pendekatan Dalam Pembangunan
1.

-

Teori Modernisasi
a. Sejarah Singkat
Tanggal 20 Januari 1949, Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman kali
pertama menyitir istilah “developmentalism”. Untuk selanjutnya, ia mempropagandakan
istilah under-development bagi negara-negara bekas jajahan agar mampu meredam
pengaruh Komunisme-Sosialisme sebagai tawaran ideologi pembangunan, (Stephen
Gill, 1993:248)
Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat sebagai wujud
respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah menyebabkan munculnya
negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara miskin yang ada dalam istilah Dunia
Ketiga adalah negara bekas jajahan perang yang menjadi bahan rebutan pelaku
Perang Dunia II. Sebagai negara yang telah mendapatkan pengalaman sekian waktu
sebagai negara jajahan, kelompok Dunia Ketiga berupaya melakukan pembangunan
untuk menjawab pekerjaan rumah mereka yaitu kemiskinan, pengangguran, gangguan
kesehatan, pendidikan rendah, rusaknya lingkungan, kebodohan, dan beberapa
problem lain.
Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya, khususnya
Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk mempelajari permasalahanpermasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga tersebut. Maka muncullah beberapa
teori-teori pembangunan dengan berbagai istilahnya dan berbagai alirannya dalam
perspektif beberapa ahli yang mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga
tersebut salah satunya di kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas
oleh beberapa sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda. Yang termasuk teori
modernisasi klasik antara lain:
Teori Evolusi yang menggambarkan perkembangan masyarakat (perubahan social)
sebagai gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat

-

-

-

1)
2)
3)
4)
5)
6)

primitive menuju masyarakat modern. Dalam pandangan teori evolusi, masyarakat
modern merupakan bentuk masyarakat yang tidak bisa dihindarkan dan merupakan
bentuk masyarakat yang “dicita-citakan”.
Teori Fungsionalisme dari Talcon Parson, yang bernaggapan bahwa masyarakat tidak
ubahnya seperti organ tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling
bergantung. Dan setiap organ tersebut memilki fungsi yang jelas dan khas.
Demikian pula dalam kelembagaan masyarakat, setiap elemen masyarakat (lembaga)
melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan msayarakat tersebut.
Teori Diferensiasi Struktural dari Smelser yang beranggapan bahwa modernisasi akan
selalu melibatkan diferensiasi structural. Dengan proses modernisasi, ketidakteraturan
struktur masyarakat yang menjalankan berbagai berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
Teori Tahapan Pertumbuhan Ekonomi dari Rostow yang menyatakan bahwa ada lima
tahapan pembangunan ekonomi, yaitu dari mulai tahap masyarakat tradisional sampai
pada tahap konsumsi masa tinggi. Rostow menekankan adanya tahapan kritis dari
pertumbuhan ekonomi masyakarat, yaitu adanya tahap tinggal landas.
Pandangan (asumsi) teori modernisasi klasik terhadap modernisasi antara lain:
Modernisasi merupakan proses bertahap
Modernisasi juga merupakan proses homogenisasi.
Dalam wujudnya, modernisasi terkadang dianggap sebagai proses Eropanisasi atau
Amereikanisasi, atau yang lebih populer werternisasi (modernisasi sama dengan dunia
Barat).
Modernisasi dilihat sebagai proses yang tidak bergerak mundur.
Modernisasi merupakan perubahan progresif.
Modernisasi memerlukan waktu panjang.
Teori Modernisasi: Pembangunan sebagai masalah internal.
Teori ini menjelaskan bahwa kemiskinan lebih disebabkan oleh faktor internal
atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negara yang bersangkutan.
Ada banyak variasi dan teori yang tergabung dalam kelompok teori ini antara lain
adalah:
1.Teori yang menekankan bahwa pembangunan hanya merupakan masalah
penyediaan modal dan investasi. Teori ini biasanya dikembangkan oleh para ekonom.
Pelopor teori antara lain Roy Harrod dan Evsay Domar yang secara terpisah berkarya
namun menghasilkan kesimpulan sama yakni: pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya tabungan dan investasi.
2.Teori yang menekankan aspek psikologi individu. Tokohnya adalah McClelaw dengan
konsepnya The Need For Achievment dengan symbol n. ach, yakni kebutuhan atau
dorongan berprestasi, dimana mendorong proses pembangunan berarti membentuk
manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi. Cara pembentukanya melalui
pendidikan individu ketika seseorang masih kanak-kanak di lingkungan keluarga.
3.Teori yang menekankan nilai-nilai budaya mempersoalkan masalah manusia yang
dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya nilai-nilai agama. Satu
masalah pembangunan bagi Max Weber (tokoh teori ini) adalah tentang peranan
agaman sebagai faktor penyebab munculnya kapitalisme di Eropa barat dan Amerika

Serikat. Bagi Weber penyebab utama dari semua itu adalah etika protestan yang
dikembangkan oleh Calvin.
4.Teori yang menekankan adanya lembaga-lembaga sosial dan politik yang mendukung
proses pembangunan sebelum lepas landas dimulai. Bagi W.W Rostow, pembangunan
merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus dari masyarakat
terbelakang ke masyarakat niaga. Tahap-tahapanya adalah sbb:
i.
Masarakat tradisional=belum banyak menguasai ilmu pengetahuan.
ii.
Pra-kondisi untuk lepas landas= masyarakat tradisional terus bergerak walaupun
sangat lambat dan pada suatu titik akan mencapai posisi pra-kondisi untuk lepas
landas.
iii.
Lepas landas : ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang
menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.
iv.
Jaman konsumsi massal yang tinggi. Pada titik ini pembangunan merupakan
proses berkesinambungan yang bisa menopang kemajuan secara terus-menerus.
5.Teori yang menekankan lembaga sosial dan politik yang mendukung proses
pembangunan. Tokohnya Ber