Analisis Foto Berita Headline Di Harian Umum Bandung Ekspres Di Tinjau Dari Syarat Nilai Foto Berita

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata-1Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik

Oleh :

Benny Angga Kusumah NIM. 41804436

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iii Oleh :

Benny Angga Kusumah NIM. 41804436

Skripsi ini di bawah bimbingan : Desayu Eka Surya,. S.Sos,. M.Si

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Bagaimana foto berita headline Harian Umum Bandung Ekspres Ditinjau dari Syarat Nilai Foto Berita. Untuk menjawab penelitian ini digunakan enam kategori yang dijadikan indikator penelitian, di antaranya: Aktual, Faktual, Informatif, Misi, Kedekatan, dan Aktraktif.

Pendekatan penelitian mengunakan metode penelitian kuantitatif yang digunakan deskriptif dengan teknik analisis isi. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 14 foto berita headline di Harian Umum Bandung Ekspres selama bulan April dan Mei 2011 dengan menggunakan teknik total sampling, lembar koding,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk kategori Aktual dengan persentase termasa sebesar 91,61% dan nilai foto berita 90,69%. Kategori Faktual, kenyataan foto berita yakni 91,61%, sedangkan untuk kejujuran foto berita sebesar 89,22%. Kategori Informatif, unsur foto berita yakni 88,53%. Kategori Misi, sasaran 89,22%, dan fokus foto berita 89,22% Kategori Kedekatan, pengaruh terhadap kehidupan dengan persentase 88,53% dan sifat foto berita 89,85%. Kategori Aktraktif , tampilan 87,22%, warna 87,22% dan garis 93,28%

Kesimpulan, bahwa adanya pengaruh yang sangat tinggi pada foto berita headlineHarian Umum Bandung Ekspres di tinjau dari syarat nilai foto berita.

Saran penelitian adalah, foto berita headline dalam Harian Umum Bandung Ekspres sudah cukup memenuhi syarat nilai foto berita. Dari hasil penelitian ini disarankan foto berita headline Harian Umum Bandung Ekspres hendaknya dapat mempertahankan, memperhatikan, dan meningkatkan kualitas foto beritanya, sehingga foto beritanya tetap edukatif, dinamis,dan variatif.


(3)

iv

PHOTO headline news analysis BANDUNG DAILY EXPRESS PUBLIC REVIEW IN TERMS OF VALUE PHOTO NEWS

by:

Benny Angga Kusumah NIM. 41804436

This thesis under the guidance of: Desayu Eka Surya,. S. Sos. M. Si

The research objective is to find out How headline news photosBandung Daily Express Term Value Judging from news photos.To answer this research used six categories are used as indicators of research, among them: Actual, Factual, Informative, Mission, Proximity, and Aktraktif.

Approach to research using quantitative research methods useddescriptive content analysis techniques. In this study population of14 photos news headlines in the Daily Express Bandung duringApril and May 2011 with a total sampling techniques, coding sheet,

The results of this study indicate that for categories with a percentage of Actual termasa of 91.61% and 90.69% the value ofnews photographs. Factual category, the fact that news images91.61%, while for the honesty of news photos of 89.22%.Informative category, ie news phototube 88.53%. Categorymission, goals 89.22% and 89.22% focused news photosCategories proximity, impact on the lives of a percentage of 88.53% and 89.85% nature news photos. Category Aktraktif,display 87.22%, 87.22% color and line 93.28%

Conclusion, that the influence is very high on the news photoBandung Daily Express headline on the review of the terms of the value of news photographs.

Research suggestions are, headline news photos in BandungDaily Express has enough qualified value of news photographs.From the results of this study suggested headline news photosBandung Daily Express should be able to retain, pay attention,and improve the quality of news photographs, so the storyremains instructive photographs, dynamic and varied.


(4)

vi

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala kemurahan dan kebaikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Usulan Penelitian di Harian Umum Bandung Ekspres. Puji syukur kepada Allah SWT meskipun banyak mengalami rintangan, halangan serta hambatan selama proses penyusunannya, namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu tercinta, serta Kakak - kakak yang penulis sayangi, yang senantiasa mendukung penulis dari awal sampai dengan akhir proses penyusunan usulan penelitian.

Penyusunan usulan penelitian ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada :

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik, yang telah mengeluarkan surat pengantar pelaksanaan Penelitian skripsi dan memberikan pengesahan pada surat ini.

2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Dosen wali Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah banyak memberikan nasehat, semangat serta ijin di dalam penulisan usulan penelitian.


(5)

vii Komputer Indonesia.

4. Yth. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia dan selaku pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan Usulan Penelitian.

5. Yth. Ibu Rismawaty, S.Sos., M.Si, dan Ibu Iin Rahmi H, S.sos., M.si, selaku Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, terimakasih untuk pengetahuan dan pengalamanya, khusus telah berkenan sebagai penelah pada saat seminar usulan penelitian.

6. Yang saya hormati, bapak Sanggra Juliano S.I.Kom, Bapak Inggar Prayoga S.I.Kom, Bapak Adiyana Slamet S.IP,. MSi., Arie Prasetio, S.sos., M.I.Kom, dan Ibu Tineu Agustine S.I.Kom, selaku staf dosen tetap Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia.

7. Yth. Ibu Ratna Widiastuti A.Md selaku Sekretaris Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik


(6)

viii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata - kata yang tepat, oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penulisan skripsi ini dan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Bandung, Juli 2011


(7)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Fungsi foto dalam media cetak bukan hanya sebagai ilustrasi sebuah berita. Namun, penyajian foto dalam surat kabar telah membuat pemberitaan menjadi lebih lengkap, akurat dan menarik, karena foto digunakan untuk menyalurkan ide, berkomunikasi dengan masyarakat, memengaruhi orang lain, hingga menghadirkan kenangan lama.

Foto dalam media massa tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap pesan yang ingin disampaikan komunikator, tapi ia merupakan pesan itu sendiri. Sebuah foto yang disajikan dalam surat kabar (media massa cetak) tidak lepas dari tujuan jurnalistik, yaitu menyebarkan berita seluas-luasnya.

Sejak fotografi ditemukan tahun 1839, dalam perkembangannya kini, telah jauh meninggalkan generasi awalnya. Teknologi digital yang saat ini sudah mulai masuk pada berbagai sendi-sendi kehidupan manusia, turut membawa fotografi ke era digitalisasi.

Kehadiran piranti teknologi fotografi berteknologi tinggi tentunya berpengaruh pada output-nya. Karya foto yang dihasilkan dapat dibuat atau dirubah sedemikian rupa sesuai kehendak sang fotografer.


(8)

Dengan kekuatan visualisasi yang otentik, sebuah foto akan sangat representatif dipakai sebagai perpajangan dari tujuan kegiatan jurnalistik.

Perkembangan fotografi baik secara langsung maupun tidak, selaras dengan perkembangan bidang jurnalistik. Teknologi digital yang berkembang pesat saat ini pun memberi sumbangsih yang signifikan. Foto yang merekam sebuah peristiwa dapat dengan segera disebarluaskan dalam hitungan detik saja dengan menggunakan kamera digital serta perangkat komputer yang memiliki fasilitas internet.

Foto jurnalistik adalah foto yang mengandung nilai berita yang bersifat factual dalam suatu peristiwa atau kejadian. Faktual intinya sesuatu yang berdasarkan fakta.

Penggunaan foto dalam surat kabar adalah penting karena beberapa sebab. Pertama, foto merupakan unsur pertama yang menangkap mata pembaca. Kedua, foto dalam surat kabar bisa digunakan untuk berkomunikasi dengan pembaca yang mempunyai latar belakang beraneka ragam, karena foto bersifat universal. (Flournoy, 1989;183)

Pratomo dalam Teknik Jurnalistik (1996) menyebutkan ada beberapa persyaratan yang harus dimiliki foto jurnalistik. Hal itu meliputi nilai berita, kelengkapan teks foto dan memiliki aspek foto yang baik.Sama halnya dengan berita, suatu foto jurnalistik haruslah


(9)

mengandung nilai berita, hal itu dimaksudkan agar suatu foto memiliki daya tarik bagi khalayak.

Menurut Guru Besar Universitas Missouri, Amerika Serikat, AS, Cliff Edom, foto jurnalistik adalah paduan kata (words) dan gambar (pictures). Sementara menurut editor majalahLife , Wilson Hicks, kombinasi dari kata dan gambar yang menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.

Foto jurnalistik memiliki lima fungsi seperti yang dinyatakan oleh penulisJournalism in America, an introduction to the new media,Thomas Elliot Berry : 1Pertama,untuk mengkomunikasikan berita(to communicate the news),Foto sering memiliki arti yang sangat penting dalam penyampaian berita.Ia terkadang menyempurnakan suatu berita, dimana tanpa kehadiran foto, berita tersebut akan terasa hambar.Kedua,fungsi foto jurnalistik adalah menimbulkan minat(to generate interest).Ketiga,foto jurnalistik berfungsi untuk menonjolkan dimensi lain dari sebuah objek pemotretan yang dipublikasikan(to give another dimension to a newsworthy figure). Keempat, foto jurnalistik berfungsi untuk meningkatkan berita (sisi kualitas pemberitaan) tanpa mengurangi arti berita, dan terakhir, foto jurnalistik dimanfaatkan untuk keperluan tata arias/perwajahan surat kabar dan majalah secar garis besar.1(http://azteza.wordpress.com/category/persepsi-foto)

Jadi foto yang merekam suatu peristwa adalah foto jurnalistik. Foto peristiwa, wajib dan senantiasa menghiasi pemberitaan-pemberitaan surat kabar setiap harinya, apakah foto berita tentang olah raga, seni, fashion, ataupun kejadian kejadian luar biasa lainnya.


(10)

Jurnalistik identik dengan pers atau bidang kewartawanan, yaitu kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan berita melalui media massa. Dari pengertian tersebut bisa diartikan jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang obyeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah dan menyebarkan foto yang mengandung nilai berita melalui media massa.

Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik foto adalah ilmunya, sedangkan foto jurnalistik adalah hasilnya. Foto jurnalistik adalah karya foto biasa tetapi memilki nilai berita atau pesan yang layak untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Foto jurnalistik mengandung unsur 5W dan 1H seperti halnya berita tulis. Jadi dalam sebuah foto menjelaskan What (apa). “Apa” menyangkut sebuah benda. Unsur “apa” dapat berupa api dari sebuah kebakaran, sabu-sabu sebagai barang bukti, senjata yang dibawa tentara, mobil dan sepeda motor yang bertabrakan. Sedangkan Who berarti siapa yang menyangkut tentang orang. Where ditandai dengan latar belakang penunjangannya yang hadir bersamaWhen,Why,danHow.

Photo caption atau teks foto adalah kata-kata yang menjelaskan tentang sebuah foto. Foto yang dilengkapi dengan caption nantinya akan mempermudah fotografer dan editor serta memerlihatkan profesionalisme seorang foto jurnalis dalam membuat caption foto. Dalam penulisannya, teks foto tidak perlu berpuluh-puluh paragraf.


(11)

Idealnya cukup singkat, padat, namun sudah dapat menjelaskan maksud foto tersebut.

Suatu foto jurnalistik bisa dikatakan tidak lengkap pemahamannya tanpa teks foto. Untuk itu, teks foto sangat diperlukan untuk melengkapinya. Upaya untuk melengkapinya unsur 5W dan 1H tersebut disesuaikan dengan gambar yang ditampilkan. Foto jurnalistik memiliki

beberapa jenis, di antaranya yaitu foto ilustrasi, foto feature, foto esai, foto berita yang terdiri dua jenis; yaitu fotospot news, yaitu foto yang tidak direncanakan atau insidental dan foto general news, yaitu foto yang direncanakan.

PT. Bandung Ekspres (Grup Jawa Pos) yang didirikan pada 7 Februari 2009. Kedua perusahaan ini bergerak di bidang penerbitan surat kabar. Harian Umum Bandung Ekspres mengkhususkan pemberitaan lokal – sekitar Bandung Raya. Berita-berita nasional dan berita-berita lainnya, diadakan hanya sebagai pelengkap saja. H.U Bandung Ekspres merupakan salah satu media yang dalam pelaksanaan kegiatannya sebagai perusahaan pers berusaha mewujudkan kebutuhan masyarakat akan informasi. H.U Bandung Ekspres menyajikan beraneka ragam foto jurnalistik, yang salah satunya terdapat foto berita dengan disertai captionagar memerjelas isi foto berita tersebut.


(12)

Pada Penelitian kali ini peneliti meneliti Analisis foto yang ada pada halaman headline Harian Umum Bandung ekspres di tinjau dari syarat nilai foto berita, foto jurnalistik adalah jenis foto yang digolongkan sebagai foto yang bertujuan dalam pemotretannya karena keinginan bercerita kepada orang lain, memberikan informasi tentang suatu peristiwa dalam bentuk visual gambar (berupa hasil karya foto). Jadi foto jenis ini kepentingan utamanya adalah keinginan dalam menyampaikan pesan (massage) visual pada orang lain dengan maksud agar orang yang melihat melakukan sesuatu tindakan psikis maupun psikologis atas karya yang disajikan.

Tak hanya berita. Tidak sedikit, sajian foto jurnalistik yang dimuat di sebuah Harian Umum Bandung Ekspres langsung mendapat respon dari sebuah isntitusi, lembaga pemerintahan. Misalnya foto tentang tata lingkungan di Kota Bandung, kubangan berbahaya, langsung mendapat respon dari Pemerintah Kota setelah foto-foto itu dimuat di Harian Umum Bandung Ekspres. Karena selain sebagai alat komunikasi, foto jurnalistik yang dimuat juga dapat dijadikan sebagai alat kritik sosial.

Foto jurnalistik dapat juga disebut foto yang mampu menyentuh perasaan orang yang melihat meskipun tanpa dilengkapi teks.Foto jurnalistik mudah membangkitkan daya fikir, analisis, dan solidaritas masyarakat.

Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pada awalnya foto jurnalistik hanyalah sebagai foto pendukung sebuah penerbitan saja. Namun dalam perkembangannya foto jurnalistik tak lagi sebagai foto pelengkap. Tetapi foto


(13)

jurnalistik berkembang pesat dan mampu menjadi sebuah foto berita secara mandiri tersendiri, yang mampu menghebohkan dunia.

Dan kini foto jurnalistik tidak lagi hanya sebagai ilustrasi (penglengkap) sebuah naskah berita di dalam sebuah penerbitan saja. Khususnya dalam penelitian ini yaitu di Harian Umum Bandung Ekspres foto berita menjadi syarat penting untuk selalu ditampilkan di dalam setiap rubriknya.

Berikut adalah contoh foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres yang memenuhi salah satu syarat nilai foto berita secara umum, pada edisi Kamis, 12 April 2011.

Gambar 1.1

HARAP- HARAP CEMAS

Sumber: Harian Umum Bandung Ekspres

Foto yang termuat pada halaman depan Harian Umum Bandung Ekspres bukan saja fokus terhadap suatu objek, akan tetapi foto menceritakan sebuah


(14)

peristiwa yang terjadi karena foto adalah faktor pendukung di dalam sebuah syarat nilai foto berita. Harian Umum Bandung Ekspres memuat sebuah foto berdasarkan untuk penyampaian sebuah pesan kepada khalayak.

Foto jurnalistik yang baik tidak hanya sekedar fokus secara teknis, namun juga fokus secara cerita. Fokus dengan teknis adalah gambar mengandung tajam dan kekaburan yang beralasan. Ini dalam artian memenuhi syarat nilai foto berita secara teknis fotografi. Fokus secara cerita, kesan, pesan dan misi yang akan disampaikan kepada pembaca mudah dimengerti dan dipahami.

Dalam penelitian ini nilai foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres yang ditinjau dari nilai foto berita menggunakan rumusan dari kelompok kerja PWI bidang Foto Jurnalistik yang menilai sebuah foto jurnalistik dilihat dari kuat dan lemahnya sosok penampilan foto berita adalah sebagai berikut:

1. Aktual

2. Faktual 3. Informatif 4 . M i s i

5 . K e d e k a t a n 6 . A k t r a k t i f2

2

KRITERIA NILAI FOTO JURNALISTIK.


(15)

Berita menyangkut segala hal dari segi kehidupan manusia, maka ada saatnya manusia digambarkan dalam keadaaan sedih, senang, dan juga lucu dengan berita-berita ringan yang membuat pembaca tersenyum dan merasa terhibur. Alasan peneliti melakukan penelitian di Harian Umum Bandung Ekspres karena Harian Umum Bandung Ekspres merupakan surat kabar lokal Bandung yang baru di kota Bandung dan mempunyai banyak pelanggan dan memiliki kredibikitas yang bagus baik dari segi berita maupun tampilannya. Di Harian Umum Bandung Ekspres ada daya tarik tersendiri di headline, memuat berita-berita social, kriminal, olahraga dilengkapi dengan foto beritanya.

Dengan latar belakang ini, peneliti tertarik untuk meneliti foto berita headline dalam Harian Umum Bandung Ekspres. Harian Umum Bandung Ekspres merupakan salah satu koran yang baru berdiri dan lansung biasa mengambil perhatian pembaca yang lain. Bagian Redaksi Harian Umum Bandung Ekspres sejarah berdirinya bagian redaksi ini tak lepas dari pertama kalinya berdirinya perusahaan penerbitan surat kabar ini pada tahun 2009. Sejarah keberadaannya bagian redaksi khususnya pada jajaran redaksional Harian Umum Bandung Ekpres yang tampak seperti sekarang ini, dimulai ketika Harian Umum Bandung Ekspres di miliki oleh manajemen dibawah naungan Group Jawa Pos.memberikan yang terbaik bagi pembacanya, baik dari segi berita maupun foto berita dan lain-lainnya sehingga bisa besar seperti sekarang. Peneliti ingin sekali mengetahui apakah foto berita headline Harian Umum Bandung Ekspres menggunakan syarat nilai foto berita dengan teknik yang digunakan dalam setiap pembuatan foto beritanya.


(16)

Syarat nilai foto berita yang tidak dimuat di harian umum bandung ekspres

 Tidak ada unsur kekerasan

 Korban pembunuhan atau korban kecelakaan sadis  Foto tidak blur atau burem

 Tidak sesuai dengan isi berita yang akan dimuat

Syarat nilai foto berita yang layak dimuat di harian umum bandung ekspres

 Aktual berita yang disampaikan tergolong baru  Faktual berita yang disampaikan tidak direkayasa

 Foto olahraga terutama sepakbola tentang persib, karena foto berita tentang persib ada daya tarik tersendiri di warga bandung  Human intrast , foto tokoh masyarakat atau tokoh politik

Di lihat dari aspek-aspek diatas mengenai pentingnya suatu foto berita dalam sebuah berita di surat kabar, untuk lebih menguatkan isi dan pesan dari berita yang disampaikan. Maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: “Sejauhmana Analisis Foto Berita Headline Di Harian Umum Bandung Ekspres Di tinjau dari syarat nilai Foto Berita?”


(17)

1.2. Identifikasi Masalah

1. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiaktual?

2. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segifaktual?

3. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiinformatif?

4. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segimisi?

5. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segikedekatan?

6. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiaktraktif?

7. Sejauhmana analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segi syarat nilai foto berita?


(18)

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari syarat nilai foto berita.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiaktual.

2. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segifaktual.

3. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiinformatif.

4. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segimisi.

5. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segikedekatan.

6. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari segiaktraktif.


(19)

7. Untuk mengetahui analisis foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres dari segi syarat nilai foto berita?

1.4 KerangkaPemikiran 1.4.1 Kerangka Teoritis

Dalam penelitian ini kerangka teoritis yang akan digunakan pada nilai foto berita headline di Harian Umum Bandung Ekspres yang ditinjau dari syarat nilai foto berita secara umum pada bidang kajian foto jurnalistik adalah sebagai berikut:

1. Aktual, adalah foto berita, yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres dengan pengambilan foto yang merekam suatu kejadian peristiwa yang baru terjadi supaya diusahakan segera untuk dipublikasikan agar tidak mengurangi nilai beritanya. agar berita tersebut tidak basi, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

2. Faktual, adalah foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres untuk merekam suatu kejadian berdasarkan kenyataan yang terjadi di lokasi kejadian/ tempat. Dan foto tidak dibuat-buat atau direkayasa. Karena sebuah foto berita itu adalah hal yang berkaitan dengan kejujuran, ditinjau dari foto jurnalistik.


(20)

3. Informatif3, adalah suatu foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres sedikitnya harus mengandung nilai unsur berita yaitu 5W+1H dan salah satunya adalah who (sipa), dan why (mengapa), dan kelima unsure tersebut adalah untuk menambah suatu caption dalam foto berita, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

4. Misi, Sasaran yang akan dicapai oleh penyajian foto berita dalam penerbitan yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres, tujuannya bisa mengandung misi kemanusian, merangsang publik memberikan fokus dari tema yang disajikan dari foto berita tersebut, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

5. Kedekatan, adalah sejauh mana topik berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres menjadi pengetahuan umum, luas cakupan masyarakat mengetahui isu yang diangkat pada foto berita tersebut, yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam skala masyarakat tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional. regional atau internasional, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

3KRITERIA NILAI FOTO JURNALISTIK.


(21)

6. Aktraktif, adalah tampilan grafis menyangkut foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres apakah tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis, dimana ditinjau dari foto jurnalistik.

Peneliti menggunakan model komunikasi massa agenda setting sebagai landasan teorinya. Model ini memberikan gambaran tentang hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan media terhadap suatu persoalan (Rakhmat, 1995:68).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori komunikasi yang dirumuskan oleh Backer yang ditulis oleh Jalaludin dalam buku “Metode Penelitian Sosial” mengatakan:

Model Agenda Setting merupakan salah satu model teori komunikasi yang merupakan penggembangan dari model Jarum Hipodermik, asumsi dasar model ini membentuk persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Karena model ini mengasumsikan adanya hubungan positif antara penilaian yang di berikan oleh media pada suatu persoalan. Singkatnya apa yang dianggap penting olah media, akan dianggap penting juga bagi masyarakat (Jalaluddin, 2000 : 68-69)


(22)

Gambar 1.2 Model agenda setting

Variabel Media Massa

Variable Antara

Variable Efek

Variable Efek Lanjutan

-Panjang Sifat

Stimulus

Pengenalan Persepsi

-Penonjolan Sifat

Khalayak

Saliance Aksi

- Konflik Prioritas

Sumber : Jalaluddin, 2000: 71

Dalam buku “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” karya Onong Uchjana Effendy mengatakan: Agenda seting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam “Public OpinionQuarterly” terbitan tahun 1972, berjudul “The Agenda-Setting Function ofMass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan m e m p e n ga r u h i k h a la y a k u n tu k m e n g a n g ga p n y a p e n t i n g ” .(Effendy,2003:287).

Sementara itu Manhein dalam pemikiran tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu agenda media. Agenda


(23)

khalayak, agenda kebijaksanaan.masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut:

1. Untuk agenda media dimensi-dimensi:

a. Visibility(visibilitas) jumlah dan tingkat menonjolnya berita

b. Audience salience, tingkat menonjol bagi khalayak relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak

c. Valance (valensi) menyenangkan atau tidak menyenangkan carapemberitaan bagi suatu peristiwa.

2. Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi:

a. Familiarty,keakraban derajat kesadaran khalayak akan

b. Personal salience, penonjolan pribadi relevansi kepentingan dengan ciri pribadi. topik tertentu.

c. Favorability, kesenangan pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita.

3. Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi:

a. Support(dukungan) kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.

b. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.


(24)

c. Fredom of action (kebebasan bertindak) nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh pemerintah. (Effendy, 2003:288-289).

Untuk mendukung teori di atas, maka peneliti menggunakan hypodermic Needle Model. Model Jarum suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step Flow), yaitu dari media massalangsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini mengasumsikan media massa secara langsung, cepat dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audience.

Kedua teori yang dikemukakan di atas, secara garis besar menggambarkan tentang tahapan dan tujuan dalam proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa. Agar tujuan itu tercapai.

1.4.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, lebih dapat dijelaskan alur yang ada dalam komunikasi serta peneliti menggambarkan kerangka konseptual yang sesuai dengan Teori agenda setting, foto berita yang disajikan oleh Harian Umum Bandung Ekspres sedikitnya harus mengandung aktual, factual, informative, misi, kedekatan dan aktratif, pesan yang ada disampaikan kepada khalayak pembaca Harian Umum Bandung Ekspres agar sebuah kepuasan pembaca terhadap suatu berita dapat terpenuhi oleh sebuah foto berita yang ada.

Sumber pesan berasal dari Harian Umum Bandung Ekspres yang mana dalam berita-berita yang disampaikan dalam bentuk foto selalu terdapat


(25)

pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah melihat dan membaca foto berita yang disajikan oleh media, pembaca pembaca akan mengetahui pesan atau informasi apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda setting ini dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu persoalan yang terjadi.

Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi atau pun aksi setelah mengetahui informasi yang ada dalam media tersebut, maka pihak media harus benar-benar bersikap netral dan positif terhadap kejadian yang terjadi, karena masyarakat akan menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan oleh pihak media.

Sumber pesan berasal dari Harian UmumBandung Ekspres yang mana dalam berita-berita yang disampaikan dalam bentuk foto selalu terdapat pesan yang disampaikan kepada pembaca agar setelah melihat dan membaca foto berita yang disajikan oleh media, pembaca pembaca akan mengetahui pesan atau informasi apa yang ada dalam foto berita. Dalam teori Agenda setting ini dijelaskan bahwa media mengasumsikan positif terhadap suatu persoalan yang terjadi.

Setiap media massa menyampaikan suatu peristiwa pada khalayak pasti ada efek yang akan di timbulkan baik itu persepsi atau pun aksi setelah mengetahui informasi yang ada dalam media tersebut, maka pihak media harus benar-benar bersikap netral dan positif terhadap kejadian yang terjadi, karena


(26)

masyarakat akan menganggap benar dan mengikuti apa yang telah disampaikan oleh pihak media

Dalam kerangka konseptual ini apabila rumusan di atas diaplikasikan maka, suatu foto berita yang baik di Harian Umum Bandung Ekspres dapat dilihat dari aktual tidaknya foto berita tersebut karena, hal itu dapat menarik minat masyarakat untuk membaca foto berita yang disajikan. Selain itu foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres juga ditentukan menurut faktualnya yaitu Subyek foto tidak dibuat-buat atau dalam pengertian diatur sedemikian rupa. Rekaman peristiwa terjadi spontan sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya, karena ini berkaitan dengan suatu kejujuran. Foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres akan sesuai dengan kaidah foto jurnalistik apabila memiliki nilai informatif yaitu Foto mampu tampil dan dalam lebatan yang dapat ditangkap apa yang ingin diceritakan di situ, tanpa harus dibebani oleh sekeranjang kata. Pengertian informatif bagi tiap foto perlu ukuran khas. Sedikit berbeda dengan sebuah penulisan yang menuntut unsur 5W + 1H dalam suatu paket yang kompak, maka dalam sebuah foto jurnalistik minimal unsur who (siapa), why (mengapa) jika itu menyangkut tokoh dalam sebuah peristiwa. Dan keterangan selanjutnya untuk melengkapi unsur 5W + 1H (sebagai pelengkap informasi) ditulis pada keterangan foto (caption).

Harian Umum Bandung Ekspres juga menampilkan foto berita yang sesuai dengan nilai foto berita yaitu memiliki nilai kedekatan dan atraktif. Dimana kedekatan adalah sejauh mana topik berita berita menjadi


(27)

pengetahuan umum, dan punya pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari dalam skala tertentu. Apakah satu peristiwa atau kejadian cuma bersifat lokal, nasional,regional atau internasional. Sedangkan atraktif yaitu menyangkut sosok grafis foto itu sendiri yang mampu tampil secara mengigit atau mencekam, baik karena komposisi garis atau warna yang begitu terampil maupun ekspresif dari subyek utamanya yang amat dramatis.

1.5. Kontruksi Kategori

Menurut Jalaluddin Rakhmat, analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuklambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti: suratkabar, buku, lagu, puisi, cerpen, lukisan, pidato, surat, peraturan, undang-undang, musik, teater, dan sebagainya (Rakhmat, 1998 : 11).

Untuk melakukan analisis isi dapat menggunakan empat metodologis sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Guido H. Stempel, yaitu pemilihan satuan isi, kontruksi kategori, penarikan sampel, dan reliabilitas koding (Stempel dalam Rakhmat, 1997 : 11)

1. Pemilihan satuan analisis: foto beritaHeadlinedi Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari syarat nilai foto berita

2. Kontruksi Kategori: Seberapa jauh pemilihan foto berita aktual, seberapa jauh pemilihan foto berita faktual, seberapa jauh pemilihan foto berita


(28)

informatif, seberapa jauh pemilihan foto berita misi, seberapa jauh pemilihan foto berita kedekatan, dan seberapa jauh pemilihan foto berita aktratif.

3. Penarikan sampel isi: berdasarkan total sampling yang diambil dari jumlah populasi foto berita di H.U Bandung Ekspres terdapat 14 foto berita.

4. Reliabilitas koding: Pengkoding dilakukan oleh 4 orang. Para pengkoding harus memiliki latar belakang akademis yang agak sama, agar dapat memberikan perspektif yang jelas terhadap penelitian tersebut. Pengkodingan dilakukan untuk memperoleh kesepakatan terhadap alat ukur yang ditetapkan dalam konstruksi kategori.

Table 1.1

Konstruksi Kategori

Variabel Sub Konstruk Alat

“Analisis foto beritaHeadlinedi Harian Umum Bandung Ekspres ditinjau dari syarat nilai foto berita”

Aktual  Termasa

 Nilai foto Berita

Faktual  Kenyataan Foto

Berita


(29)

Informatif  Unsur Foto Berita

Misi  Sasaran

 Fokus foto berita

Kedekatan  Pengaruh terhadap kehidupan

 Sifat Foto Berita

Atraktif  Tampilan

 Warna  Garis

Sumber : Dokumentasi Penelitian 2011

1.6. Populasi dan Sampel 1.6.1 Populasi

Populasi menurut Iqbal Hasan dalam bukunya Metode Penelitian

dan Aplikasinya adalah totalitas dari semua objek atau individu yang

memiliki karateristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek

atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau

elemen populasi. unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media, dan

sebagainya.

Mengacu pada pengertian populasi di atas, yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres foto-foto berita yang termuat di halaman headline


(30)

Harian Umum Bandung Ekspres edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011 yang berjumlah 14 Foto Berita. Karena foto berita yang di muat terdapat daya tarik, dan pembaca pun ikut terbawa dalam suasan foto berita tersebut.

1.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karateristik tertentu, jelas, dan lengkap yangdianggap bisa mewakili populasi.Objek atau nilai yang diteliti dalam sampel disebut unit sampel. Unit sampel mungkin sama dengan unit analisis, tetapi mungkin juga tidak.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling, karena jumlah populasi relatif kecil. Total sampling adalah mengambil semua jumlah populasi untuk dijadikan sampel (Arikunto, 1996 : 122). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto berita yang termuat di halaman headline yang terdapat unsur nilai foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011 yang berjumlah 14 Foto Berita, adalah sebagai berikut :


(31)

Table 1.2 Sampel

Foto HalamanHeadlineHarian Umum Bandung Ekspres No Hari dan

Tanggal Terbit

Foto Berita Jumlah

Berita Foto

1 Senin, 11 April 2011

INSIDEN : Tembok proyek Yogya Kepatihan Bandung runtuh menimpa 6 orang PKL, kemarin sekitar pukul

20.00

1

2 Selasa, 12 April 2011

HARAP-HARAP CEMAS : Beberapa mobil

sedang mengisi BBM di SPBU Pandjaitan, Jakarta

Timur. Hingga saat ini pemerintah belum memberikan kepastian

terkait pembatasan penggunaan BBM

bersubsidi


(32)

3 Rabu, 13 April 2011

MULAI BERDENYUT : Suasana Rutan Cipinang,

Jakarta Timur, mulai normal kembali pascakaburnya empat penghuni Rutan pada Senin (11/4) dini hari

1

4

Kamis, 14 April 2011

HEBOH SESAAT : Para pengunjung BEC mendengar ada lima bom yang siap meledak di lima

titik, sekitar pukul 16.00

1

5

Jumat, 15 April 2011

MISTIS : Lisa Saraswati tampil menakutkan dalam konsernya bertajuk Djarum

Super Mancawarna Sarasyati di Aula Indoor

Dago Tea House, Jalan Djuanda, Bandung


(33)

6

Sabtu, 16 April 2011

TERKENA SERPIHAN : Seorang korban ledakan bom bunuh diri di Mesjid

Ad-Dzikra Lingkungan Mapolrsta Cirebon mengalami luka-luka

dibagian punggung. Tercatat 28 korban

luka-luka dalam peristiwa tersebut

1

7

Minggu,17 April 2011

TERORIS : Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol

Anton Bshrul Alam menunjukan foto pelaku

bom bunuh diri dalam jumpa pers di RS Polri

1

8

Senin, 09 Mei 2011

STATUS TAK JELAS : Bupati Subang (non-aktif)

Eep Hidayat saat menjalanin siding lanjutan

di Pengadilan Negri Bandung Jalan LREE


(34)

Martadinata. Dalam siding tersebut mengagendakan meminta keterangan saksi

terkait upah pungut PBB 9

Selasa, 10 Mei 2011

PENGAWASAN KHUSUS : Seorang siswa SD tengah serius mengerjakan soal UN

di SDN Lengkong Kecil 1, Jalan Lengkong Kecil, Bandung. UN tingkat SD berlangsung hingga 12 Mei

2011

1

10

Rabu, 11 Mei 2011

DILEMPAR BATU BATA : Siswa dan siswi SMKN 15

Bandung membentangkan penulisan penolakan kekerasan saat menggelar aksi

saat di halaman sekolahnya Jalan Gatot Subroto Bandung.

Aksi itu dipicu tindakan kekerasan yang dilakukan salah seorang oknum guru


(35)

11

Kamis, 12 Mei 2011

KONSENTRASI : Sejumlah siswa SD serius mengerjakan soal Ujian Nasional (UN) di

SDN Lengkong Kecil kota Bandung 1 12 Jumat, 13 Mei 2011 MENANGIS DAN HISTERIS : Seorang ustad

berusaha mengobati karyawati PT ADETEX yang

kesurupan massal

1

13

Sabtu, 14 Mei 2011

BANYAK LULUS : Salah seorang siswi SMA di kota Bandung mengerjakan soal UN, beberapa waktu lalu. Kemendiknas mengklaim siswa capai 99,22 persen

1

14

Minggu, 15 Mei 2011

FASILITAS MENUNJANG : Juara Honda DBL Banten Series 2011 SMA Negri 1 Cilegon berfoto bersama usai

penyematan gelar

1


(36)

1.7. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dalam penelitian ini metode yang di pakai adalah metode deskriptif “suatu metode penelitian yang berusaha melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secarah factual dan cermat” (Rakhmat, 2002:22). “Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi..” (Rakhmat, 1989:34)

Sementara itu, teknik penelitiannya menggunakan analisis isi. Analisis isi menurut Jalaludin Rakhmat, mengemukakan “analisis isi berguana untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang” (Rakhmat 1985:89), sedangkan menurut Guido menggambarkan “analisis isi sebagai system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara informal dengan mengambil kesimpulan dari pengamatan isi” (Stempel 1983:7).

Analisis yang digunakan dalam penelitian dimaksudkan untuk memaparkan antara yang diperoleh dengan cara mengelompokan dan mentabulasikan berdasrakan ketegori yang telah ditetapkan berdasarkan data tersebut, kemudian dijelaskan dan disimpulkan.


(37)

1.8. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud dari mengadakan wawancara itu sendiri, seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985), dikutip dalam Moleong yakni, “untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain” (Moleong, 2007, p. 186).4

Proses wawancara akan dilakukan peneliti pada wartawan foto Harian Umum Bandung Ekspres dan Redaktur Harian Umum Bandung Ekspres agar memperoleh informasi yang mendalam dalam penelitian ini.

4


(38)

Tabel 1.3

Daftar Koresponden Wawancara

Sumber : Harian Umum Bandung Ekspres

2. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mencari referensi lewat buku, Harian Umum Bandung Ekspres, dan sumber lain untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan masalah seputar penelitian.

3.Internet Searching

Yaitu untuk menghasilkan data yang lebih maskimal, peneliti juga memanfatkan dunia maya (internet) dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini.

Metode penelusuran data online adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga

NO NAMA JABATAN

1 Adhi Nurhadi Redaktur (Koordinator)

2 Nanang Sungkawa Redaktur

3 Asep Awaludin Wartawan & Fotografer


(39)

memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data-informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. (Bungin, 2007:125)

Untuk memperoleh data secara online ini dilakukan dengan carabrowsing atau megunduh data yang diperlukan dari internet melaluiweb sitetertentu.

1.9. Deskripsi Pengkoding

Penelitian dilakukan sejak bulan Maret hingga Agustus 2011. Untuk tahap penelitian analisis ini peneliti membuat tahapan seperti tahap pembuatan alat ukur (coding), pengumpulan data, dan analisis data yang peneliti lakukan sendiri. Agar dapat menggambarkan data penelitian secara objektif, peneliti melakukan beberapa tahapan, Pertama, mengumpulkan semua edisi yang terbit pada foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres foto-foto berita yang termuat di headline Harian Umum Bandung Ekspres edisi Ekspres edisi 11 April 2011, 12 April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 Mei 2011 Dalam penelitian ini, Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto-foto berita yang termuat di halaman depan yang terdapat unsur nilai foto berita di Harian Umum Bandung Ekspres edisi 11 April 2011, 12


(40)

April 2011, 13 April 2011, 14 April 2011, 15 April 2011, 16 April 2011, 17 April 2011, 09 Mei 2011, 10 Mei 2011, 11 Mei 2011, 12 Mei 2011, 13 Mei 2011, 14 Mei 2011, 15 mei 2011 yang berjumlah 14 Foto Berita.

Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh tiga orang koder sebagai penganalisis. Para koder dalam penelitian ini ada empat orang termasuk peneliti. Mereka dipilih karena memiliki pengetahuan tentang fotografi. koder tersebut adalah sebagai berikut: Adhi Nurhadi dan Nanang Sungkawa seorang redaktur Harian Umum Bandung Ekspres, Asep Awaludin seorang wartawan dan fotografer Harian Umum Bandung Ekspres dan Benny Angga Kusumah seorang mahasiswa jurnalistik Unikom selaku peneliti. Mereka dipilih karena memiliki dasar pengetahuan dan latar belakang pendidikan jurnalistik khususnya di bidang foto.

1.10. Teknik Analisis Data

Setelah data-data terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan data. Pengolahan data mencakup kegiatan menganalisis data yangdiperoleh dengan mengkoding dan menyusun dari jawaban-jawaban penelitian.

Analisis isi menurut Guido H. Stempel dalam bukunya Research Method in Mass Communication menyebutkan, analisis isi merupakan system formal untuk melakukan sesuatu yang sering kita lakukan secara formal dengan mengambil dari pengamatan isi. (Guido, 1983:5)


(41)

Untuk melakukan analisis isi digunakan empat metologis yang dikemukakan Stempel, yaitu “Pemilihan satuan analisis, konstruksi kategori, penarikan stempel isi dan reliabilitas koding (Stempel, 1983:11) Mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Setelah pengolahan data, berikutnya tinggal menganalisis dan menginterpretasikan data.Setelah semua data dikodekan, selanjutnya data tersebut ditabulasi sesuai dengan susunan sajian data yang dibutuhkan untuk menjawab masing-masing masalah. (Sanapiah,1989:33-34)

Table 1.4 Daftar Pengkoding

NO NAMA JABATAN

1 Adhi Nurhadi Redaktur (Koordinator)

2 Nanang Sungkawa Redaktur

3 Asep Awaludin Wartawan / Fotografer

4 Benny Angga K Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Sementara itu penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang bertujuan untuk mengambil kesimpulan dari pengamatan data. Dalam penelitian ini juga menggunakan simbol koding yang secara luas dengan cara mencatat lambang-lambang atau pesan-pesan secara sistematis untuk kemudian diberikan interpretasi.


(42)

Penelitian ini juga didukung analisis yang sifatnya intelektual dan konteksual. Tekstual adalah analisis yang menguntungkan gambar analisisnya dari apa yang tertulis atau tercetak dalam surat kabar yang diteliti. Sedangkan kontekstual adalah sumber analisis yang datanya diambil dari luar sumber tekstual yang sedang diteliti misalnya observasi, wawancara, dan studi pustaka.

Penulis juga melakukan uji statistik yang diterapkan pada penelitian ini digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan pelaku koding dalam menghitung uji reliabilitas.

Koefisien korelasi person’s (c) yang digunakan untuk mengukur tingkat kesepakatan koding atau relibilitas koding

Keterangan :

X = Nilai Chi Kuadrat menghitung setiap variable N = Ukuran sampel dalam table

(1 – C ) x 100% = Mengukur tingkat kesepakatan koding


(43)

Sedangkan untuk mengetahui persentase tingkat kesepakatan pengkoding dihitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Kriffendorf (1980),

yaitu:

( 1 – c ) x 100%

c = Persons’s Chi Kuadrat

Untuk mengetahui tinggi rendahnya kesepakatan yang terjadi diantara pengkoding, maka penelitian ini menggunakan penafsiran koefisien yang dikemukakan Surakhmad (2004 : 302), yaitu:

1.11. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di Harian Umum Bandung Ekspres yang bertempat di Jalan Soekarno Hatta No.627 Bandung Telp (022) 7302838,Fax. (022) 7316634 email redaksi@bandungekspres.com, bdgekspres@gmail.com

0 % - 20 % Korelasi yang rendah sekali 20 %- 40 % Korelasi yang rendah tapi ada 40 %- 70 % Korelasi yang sedang

70 %- 90 % Korelasi yang tinggi


(44)

1.11.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan terhitung dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2011 untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut :

Table 1.5

Jadwal Penelitian

Sumber : Penelitian 2011

No. URAIAN

MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Persiapan Pengajuan Judul

ACC Judul Bertemu Pembimbing Penulisan Bab I

Bimbingan Penulisan Bab II

Bimbingan Penulisan Bab III

Bimbingan 2. Pengumpulan Data Instansi Penyebaran Koding Bimbingan 3. Pengolahan Data

Penulisan Bab IV Bimbingan 4. Penulisan Bab V

Bimbingan 5. Penyusunan Keseluruhan draf Bimbingan 6. SIDANG


(45)

1.12. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi atas lima bab dan disusun dengan sistematika, sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian (meliputi; kegunaan teoritis, kegunaan praktis), kerangka pemikiran, daftar pertanyaan, subjek penelitian dan informan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, subjek penelitian, teknik analisis data, lokasi dan waktu penelitian (meliputi: lokasi penelitian, waktu penelitian), sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi, tinjauan mengenai jurnalistik, tinjauan mengenai fotografi, tinjauan mengenai teknik fotografi, jurnalistik foto dan foto berita pada surat kabar, tinjauan mengenai alat ukur hypodermic Needle Model, tinjauan mengenai agenda settingJalaluddin, tinjauan mengenai agenda setting.

BAB III : OBJEK PENELITIAN

Mencakup tentang sejarah Harian UmumBandung Ekspres, profil perusahaan Harian Umum Bandung Ekspers,pembagian halaman H.U Bandung Ekspers, visi, misi dan motto redaksi


(46)

H.U Bandung Ekspers, struktur organisasi perusahaan H.U.Bandung Ekspers,job description redaksi H.UBandung Ekspers,sarana dan prasarana bagian redaksi H.U. BandungEkspres,foto Berita H.U Bandung Ekspres,kriteria dan Syarat Foto Berita H.U Bandung Ekspres,tinjauan tentang objek penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uraian data penelitian, hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis makna nilai foto berita yang terdapat di H.U. Bandung Ekspres, hasil pembahasan.

BAB V : PENUTUP

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian, dan saran bagi para penulis selanjutnya.


(47)

41 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Seperti halnya makan dan minum, manusia membutuhkan komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti detak jantung, keberadaannya amat penting bagi kehidupan manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari katacommunisyang berartisama.Komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. (Effendy, 2006:9).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari manfaatnya untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik, atau


(48)

terlalu luas, misalnya komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Onong Effendy Uchjana dalam buku “Ilmu Komunikasi dan filsafat komunikasi”, mengatakan bahwa “Ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.” (Effendy, 2006: 10)

Berdasarkan dari definisi di atas, dapat dijabarkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (berupa lambang) kepada orang lain (komunikan) bukan hanya sekedar memberitahu, tetapi juga mempengaruhi seseorang atau sejumlah orang tersebut untuk melakukan tindakan tertentu (merubah perilaku orang lain).

Proses komunikasi pada dasarnya adalah proses penyampaian pesan yang dilakukan seseorang komunikator kepada komunikan, pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain. Dalam prosesnya Mitchall. N. Charmley memperkenalkan 5 (lima) komponen yang melandasi komunikasi, yaitu sebagai berikut :


(49)

- Sumber (Source)

- Komunikator (Encoder) - Pertanyaan/Pesan (Message) - Komunikan (Decoder)

- Tujuan (Destination), (Susanto, 1988;31)

Unsur-unsur dari proses komunikasi diatas, merupakan faktor penting dalam komunikasi, bahwa pada setiap unsur tersebut tersebut oleh para ahli komunikasi dijadikan objek ilmiah untuk ditelaah secara khusus. Proses komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai suatusystemkode verbal.

2. Komunikasinon verbal

Secara sederhana pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsang verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2000 : 237)


(50)

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi seringkali mengutip paradigma yang ditemukan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjalaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikutWho Say What In Whice Channel To Whom Whit What Effec?.

Jadi menurut paradigma tersebut, Lasswell mengartikan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui media yang menimbulkan efek tertentu. dibawah ini adalah penjelasannya:

Tabel 2.1 Model Lasswel

No Pertanyaan Jawaban

1. Siapa (Who) ? Komunikator : Orang yang

menyampaikan pesan. 2. Mengatakan apa (Says What) ?

Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang


(51)

No Pertanyaan Jawaban

3 Melalui saluran apa (In Which Media : Sarana atau saluran yang

Channel) ? mendukung pesan bila komunikan

j a u h t e m p a t n y a a t a u b a n y a k jumlahnya.

4. Kepada siapa (To Whom) ? Komunikan : orang yang menerima pesan.

5. Dengan efek apa (With What Efek : dampak sebagai pengaruh

Effect) ? pesan

(Sumber : Effendy, 1993 : 253)

2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi setiap individu berharap tujuan dari komunikasi itu sendiri dapat tercapai dan untuk mencapainya ada unsur-unsur yang harus di pahami, menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya yang berjudul Dinamika Komunikasi, bahwa dari berbagai pengertian komunikasi yang telah ada, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen atau unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:


(52)

- Komunikator : Orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : Pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : Orang yang menerima pesan;

- Media : Sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya;

- Efek : Dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2002 : 6) 2.1.3 Sifat Komunikasi

Menurut Onong Uchjana Effendy dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” menjelaskan dalam berkomunikasi memiliki sifat-sifat adapun beberapa sifat komunikasi tersebut:

1. Tatap muka (face-to-face) 2. Bermedia (Mediated) 3. Verbal (Verbal) - Lisan (Oral) - Tulisan

4. Non verbal (Non-verbal)

- Gerakan/ isyarat badaniah (gestural) - Bergambar (Pictorial) (Effendy, 2002:7)

Komunikator (pengirim pesan) dalam menyampaikan pesan kepada komunikan (penerima pesan) dituntut untuk memiliki kemampuan dan pengalaman agar adanya umpan balik (feedback) dari komunikan itu sendiri, dalam penyampaian pesan komunikator biasa secara langsung (face-to-face) tanpa mengunakan media apapun, komunikator juga dapat menggunakan bahasa sebagai lambang atau simbol komunikasi bermedia kepada komunikan, media tersebut sebagai alat bantu dalam


(53)

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non verbal. Verbal di bagi ke dalam dua macam yaitu lisan (Oral) dan tulisan (Written/printed). Sementara non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gesturual) seperti melambaikan tangan,mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

2.1.4 Tujuan Komunikasi

Setiap individu dalam berkomunikasi pasti mengharapkan tujuan dari komunikasi itu sendiri, secara umum tujuan berkomunikasi adalah mengharapkan adanya umpan yang diberikan opleh lawan berbicara kita serta semua pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh lawan bicara kita dan adanya efek yang terjadi setelah melakukan komunikasi tersebut. Menurut Onong Uchjana dalam buku “ Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek” mengatakan ada pun beberapa tujuan berkomunikasi:

a. Perubahan sikap(attitude change) b. Perubahan pendapat(opinion change) c. Perubahan perilaku(behavior change)

d. Perubahan sosial(social change) (Effendi, 2006:8)

Joseph Devito dalam bukunya “Komunikasi Antar Manusia” menyebutkan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:


(54)

 Menemukan

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar-dunia yang dipenuhi obyek, peristiwa, dan manusia lain.

 Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain

 Untuk meyakinkan

Media massa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita

 Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan.(Devito, 1997: 31) 2.2 Jurnalistik

Jurnalistik (Jounalistic) sebagai salah satu disiplin ilmu telah mengalami perkembangan yang cukup panjang, mulai dari kegiatan pemasangan pamflet pada zaman Romawi Kuno. Jurnalistik berkembang dari keperluan menyampaikan berita secara sederhana sampai pada berdirinya suatu lembaga jurnalistik.

Istilah jurnalistik sendiri bersumber dari bahasa Belanda, journalistiek. Dalam pendekatan bahasa, dikenal pula istilah journalistic atau journalism yang dalam bahasa inggris berarti harian atau setiap hari. Sedang dalam pengertian operasional, menurut Onong U. Effendy (1986:96), ”jurnalistik adalah ilmu yang merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita, mulai dari peliputan sampai kepada penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat.”


(55)

Erik Hodgins, redaktur majalah Time, (dalam Suhandang), menyatakan bahwa jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ka sana dengan benar, seksama, dan cepat, dalam rangka membela kebenaran dan keadilan berpikir yang selalu dapat dibuktikan (Suhandang, 2004:23). Sedangkan Ronald E. Wolseley dalam Understanding Magazines, dalam Mappatoto, menyebutkan jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi secara umum, pendapat pemerhati, hiburan umum secara sistematik, dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran (Mappatoto, 1993:63-70).

Secara umum, jurnalistik dapat diartikan sebagai teknik mengolah berita, mulai dari mendapatkan bahan sampai kepada menyebarkannya kepada khalayak. Apa saja yang terjadi di dunia, apakah itu fakta peristiwa atau pendapat yang diucapkan seseorang, jika diperkirakan menarik perhatian khalayak, bisa dijadikan bahan berita untuk dapat disebarluaskan kepada masyarakat, dengan menggunakan sebuah media. Seperti yang dikemukakan Sumadiria, dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Featuresebagai berikut:

Jurnalistik adalah kegiatan menyiapkan, mencari, mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menyebarkan berita melalui media berkala kepada khalayak seluas-luasnya dengan secepat-cepatnya (Sumadiria, 2005;3)


(56)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalistik adalah sebuah proses pencarian berita sampai berita tersebut disebar luaskan kepada khalayak dengan menggunakan sebuah media berkala. Suhandang dalam buku Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etikmemberikan pengertian jurnalistik sebagai berikut:

Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya, sehingga terjadi perubahan sikap, sifat, pendapat, dan perilaku khalayak sesuai dengan kehendak para jurnalisnya (Suhandang,2004;21)

Jadi, jurnalistik mengandung unsur seni atau keterampilan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi dalam bentuk berita secara indah agar dapat diminati dan dinikmati, sehingga bermanfaat bagi segala kebutuhan pergaulan hidup khalayak.

Sedangkan hubungan antara jurnalistik dengan pers adalah pers merupakan suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan kegiatan jurnalistik. Boleh dikatakan bahwa pers adalah media khusus untuk digunakan dalam mewujudkan dan menyampaikan karya jurnalistik kepada khalayak. Hubungan antara pers dengan jurnalistik seperti yang dikemukakan oleh Suhandang dalam buku Pengantar Jurnalistik, Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik:


(57)

Secara luas, pers dan jurnalistik merupakan suatu kesatuan (institusi) yang bergerak dalam bidang penyiaran informasi, hiburan, keterangan dan penerangan tadi dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan hati nurani manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari (Suhandang, 2004;40)

Jelas tampak adanya hubungan yang tak dapat dipisahkan antara pers dengan jurnalistik. Seperti yang dikemukakan Effendy, dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, yakni

Pers adalah lembaga atau badan atau organisasi yang menyebarluaskan berita sebagai karya jurnalistik kepada khalayak. Pers dan jurnalistik dapat diibaratkan sebagai raga dan jiwa. Pers adalah asper raga, karena ia berwujud, konkret, nyata; oleh karena itu ia dapat diberi nama, sedangkan jurnalistik adalah aspek jiwa, karena ia abstrak, merupakan kegiatan, daya hidup, menghidupi aspek pers. (Effendy, 2003;90)

Maka dari itu, pers dan jurnalistik merupakan dwitunggal. Pers tidak mungkin bisa beroperasi tanpa jurnalistik. Sebaliknya, jurnalistik tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya bernama berita tanpa adanya pers.

Peristiwa besar maupun kecil, tindakan organisasi maupun pendapat individu, asal itu dapat menarik massa pembaca, pendengar, ataupun pemirsa, akan menjadi dasar jurnalistik untuk kemudian diolah menjadi berita yang disebarluaskan kepada masyarakat. Lebih lanjut lagi peristiwa akan menjadi berita apabila mempunyai kepentingan bagi masyarakat.


(58)

2.3. Fotografi

Pada dasarnya, fotografi merupakan karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses pengambilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknik melukis dengan cahaya (KBBI edisi ke tiga, 2002). Dalam hal ini, tampak adanya persamaan fotografi dan seni lukis. Perbedaannya terletak pada media yang digunakan oleh kedua teknik tersebut. Seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk menghasilkan suatu karya. Giwanda dalam bukunya Panduan Praktis Belajar Fotografi, menyebutkan :

Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera yang kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya (Giwanda, 2001:2).

Dalam salah satu unsur yang membedakan ruang lingkup fotografi, yaitu documentary-illustrative photography, yang banyak hubungannya dengan komunikasi, dikenal juga seni memotret dalam cara penyampaian atau penyajian informasi, sehingga selain faktual, sisi artistiknya harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum memotret. Sehingga tidak salah jika fotografi erat kaitannya dengan seni.


(59)

2.3.1. Teknik Fotografi

Komposisi adalah susunan objek foto secara keseluruhan pada bidang gambar agar objek menjadi pusat perhatian (POI=Point of Interest). Dengan mengatur komposisi foto kita juga dapat dan akan membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan keseluruhan objek.

Berbicara komposisi maka akan selalu terkait dengan kepekaan dan “rasa” (sense). Untuk itu sangat diperlukan upaya untuk melatih kepekaan kita agar dapat memotret dengan komposisi yang baik.

Menurut Feri Thomas dalam artikelnya teknik fotografi; Komposisi didalam Nature Fotografi, ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya:

1. Sepertiga Bagian (Rule of Thirds)

Pada aturan umum fotografi, bidang foto sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian yang sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek pada sepertiga bagian bidang foto. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum lakukan, di mana kita selalu menempatkan objek di tengah-tengah bidang foto.

2. Sudut Pemotretan (Angle of View)

Salah satu unsur yang membangun sebuah komposisi foto adalah sudut pengambilan objek. Sudut pengambilan objek ini sangat ditentukan oleh tujuan pemotretan. Maka dari itu, jika kita ingin mendapatkan satu momen dan mendapatkan hasil yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk memotret dari berbagai sudut pandang. Mulailah dari yang standar (sejajar dengan objek), kemudian cobalah dengan berbagai sudut pandang dari atas, bawah, samping sampai kepada sudut yang ekstrim. Beberapa teknik sudut pengambilan sebuah foto, yaitu:


(60)

a. Pandangan sebatas mata (eye level viewing);

Paling umum, pemotretan sebatas mata pada posisi berdiri, hasilnya wajar/biasa, tidak menimbulkan efek-efek khusus yang terlihat menonjol kecuali efek-efek yang timbul oleh penggunaan lensa tertentu, seperti menggunakan lensa sudut lebar, mata ikan, tele, dan sebagainya karena umumnya kamera berada sejajar dengan subjek.

b. Pandangan burung (bird eye viewing);

Bidikan dari atas, efek yang tampak subjek terlihat rendah, pendek dan kecil. Kesannya seperti kecil/hina terhadap subjek. Manfaatnya seperti untuk menyajikan suatu lokasi ataulandscape. c. Low angle camera

Pemotretan dilakukan dari bawah. Efek yang timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis dapat menurunkan kualitas gambar, bagi yang kreatif hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus. Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang besar, tinggi, kokoh dan berwibawa, juga angkuh. Orang pendek akan terlihat sedikit normal. Menggambarkan bagaimana anak-anak memandang dunia orang dewasa. Termasuk juga dalam jenis ini pemotretan panggung, orang sedang berpidato di atas mimbar yang tinggi.

d. Frog eye viewing

Pandangan sebatas mata katak. Pada posisi ini kamera berada di bawah, hampir sejajar dengan tanah dan tidak diarahkan ke atas, tetapi mendatar dan dilakukan sambil tiarap. Angle ini digunakan pada foto peperangan, fauna dan flora.

e. Waist level viewing

Pemotretan sebatas pinggang. Arah lensa disesuaikan dengan arah mata (tanpa harus mengintip dari jendela pengamat). Sudut pengambilan seperti ini sering digunakan untuk foto-foto candid (diam-diam, tidak diketahui subjek foto), tapi pengambilan foto seperti ini adalah spekulatif.

f.High handheld position

Pemotretan dengan cara mengangkat kamera tinggi-tinggi dengan kedua tangan dan tanpa membidik. Ada juga unsur


(61)

spekulatifnya, tapi ada kiatnya yaitu dengan menggunakan lensa sudut lebar (16 mm sampai 35 mm) dengan memposisikan gelang fokus pada tak terhingga (mentok) dan kemudian memutarnya balik sedikit saja. Pemotretan seperti sering dilakukan untuk memotret tempat keramaian untuk menembus kerumunan.

3. Komposisi pola garis Diagonal, Horizontal, Vertikal, Curve. Di dalam pemotretanNature, pola garis juga menjadi salah satu unsur yang dapat memperkuat objek foto. Pola garis ini dibangun dari perpaduan elemen-elemen lain yang ada didalam suatu foto. Misalnya pohon,ranting, daun, garis cakrawala, gunung, jalan, garis atap rumah dan lain-lain..

Elemen-elemen yang membentuk pola garis ini sebaiknya diletakkan di sepertiga bagian bidang foto. Pola Garis ini dapat membuat komposisi foto menjadi lebih seimbang dinamis dan tidak kaku.

4. Background(BG) danForeground(FG)

Latar belakang dan latar depan adalah benda-benda yang berada di belakang atau di depan objek inti dari suatu foto. Idealnya, BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan fokus perhatian mata kepada objek.

Selain itu juga “mood” suatu foto juga ditentukan dari unsur-unsur yang ada pada BG atau FG. BG dan FG, seharusnya tidak lebih dominan (terlalu mencolok) daripada objek intinya. Salah satu caranya adalah dengan mengaburkan (Blur) BG dan FG

melalui pengaturan diafragma

(http://www.hinamagazine.com/index.php/2006/11/02/dasar-dasar-fotografi/teknik-fotografi/)

Hal lain yang dapat menunjang komposisi dan dapat membangun Point of interest yaitu oleh pemilihan warna, dalam hal ini warna-warna primer seperti merah dan biru, yang dapat langsung menarik perhatian mata kita agar terfokus pada gambar.


(62)

2.4. Tinjauan Tentang Surat Kabar

2.4.1. Surat kabar sebagai salah satu jenis media massa

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.

Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan kenaikan harga kertas Koran sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara proporsional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar.

Selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti :

1. Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi. 2. Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.

3. Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran. (Kasali, 1995 : 100)


(63)

2.4.2. Pengertian Surat Kabar

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikan dengan pers namun karena pengertian pers sudah semakin luas, dimana televisi dan radio sekarang ini sudah dikategorikan sebagai pers juga, maka muncul pengertian pers dalam arti luas dan sempit. Dalam pengertian pers luas pers meliputi seluruh media massa, baik cetak maupun elektronik. Sedangkan dalam arti sempit, pers hanya melipui media massa tercetak saja, salah satunya adalah surat kabar. Menurut Kurniawan Junaidi yang dimaksud dengan surat kabar adalah :

“Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang berita-berita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus actual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaanya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan”. (Junaidi, 1991 : 105)

Definisi surat kabar menurut George Fox Mott dikutip oleh Junaidi yaitu :

1. Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing.

2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi.


(64)

3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain.

4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasi-informasi.

5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat. (Junaidi, 1991 : 105)

Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Sementara pengertian surat kabar menurut Onong Uchjana Effendy adalah :

“Lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodic, bersifat umum, isinya termasa/actual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca”. (Effendy, 1993 : 241)

2.4.3. Ciri-ciri Surat Kabar

Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu :

-Publisitas

Publisitas adalah penyebaran kepada publik atau khalayak, karena diperuntukkan khalayak, maka sifat surat kabar adalah umum.


(65)

-Perioditas (Kontinuitas)

Adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu.

-Universalitas

Universalitas adalah kesemestaan isinya, aneka ragam dan dari seluruh dunia.

-Aktualitas

Aktualitas adalah kecepatan laporan tanpa mengesampingkan kebenaran berita (Effendy, 1986 : 120)

Demikianlah empat ciri surat kabar dapat dikatakan empat syarat yang harus dipenuhi surat kabar. Penelitian yang tidak mempunyai salah satu ciri saja dari keempat ciri tersebut, bukanlah surat kabar.

2.4.4. Fungsi Surat Kabar

Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu :

a. Menyiarkan informasi

Adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau


(66)

pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya.

b. Mendidik

Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan.

c. Menghibur

Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana.


(67)

d. Mempengaruhi

Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan. (Effendy, 1986 : 122-123)

Selain hal tersebut diatas surat kabar sebagai media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Oetomo “berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya”. (Oetomo, 1986 : 47)


(68)

Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut :

a. Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain.

b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa.

c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut.

d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang serasi dan efektif. (Rachmadi, 1990 : 17-18)

Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakatlewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.


(69)

2.5. Jurnalistik Foto

2.5.1. Definisi dan Karakter Jurnalistik Foto

Jurnalistik foto adalah pengetahuan jurnalistik yang objeknya foto atau kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan foto, yang mengandung nilai berita melalui media massa. Jurnalistik foto merupakan sebagian dari ilmu jurnalistik (komunikasi). Jurnalistik foto adalah “ilmunya”, sedangkan foto jurnalistik adalah “hasilnya”. Foto jurnalistik adalah karya foto “biasa” tetapi memilki nilai berita atau pesan yang “layak” untuk diketahui orang banyak dan disebarluaskan lewat media massa.

Jadi, selain fotonya, foto jurnalistik juga harus didukung dengan kata-kata yang terangkum dalam kalimat yang disebut dengan teks foto / caption foto, dengan tujuan untuk menjelaskan gambar dan mengungkapkan pesan atau berita yang akan disampaikan ke publik. Jika tanpa teks foto maka sebuah foto hanyalah gambar yang bisa dilihat tanpa bisa diketahui apa informasi dibaliknya

Foto dapat menggambarkan realitas secara objektif sehingga media massa membuatnya mencolok untuk disajikan dalam bentuk gambar. Foto jurnalistik, menurut Guru Besar Universitas Missouri, AS, Cliff Edom, adalah paduan kata words danpictures. Sementara meurut editor majalah LIFE, William Hicks adalah kombinasi dari kata dan gambar yang


(70)

menghasilkan satu kesatuan komunikasi saat ada kesamaan antara latar belakang pendidikan dan sosial pembacanya.

Ada delapan karakter foto jurnalistik yang menurut Frank P. Hoy, dari Sekolah Jurnalistik dan Telekomunikasi Walter Cronkite, Unversitas Arizona, dalam bukunya yang berjudul Photojournalism The Visual Approach(Hoy, dalam Alwi, 2004: 4), adalah sebagai berikut :

1. Foto jurnalistik adalah komunikasi melalui foto (Comunication Photography). Komunikasi yang dilakukan akan mengekspresikan pandangan wartawan foto terhadap suatu subjek, tetapi pesan yang disampaikan bukan merupakan ekspresi pribadi.

2. Medium foto jurnalistik adalah media cetak koran atau majalah, dan media kabel atau satelit juga internet seperti kantor berita (wire service).

3. Kegiatan foto jurnalistik adalah kegiatan melaporkan berita. 4. Foto jurnalistik adalah paduan dari foto dan teks foto.

5. Foto jurnalistik mengacu pada manusia. Manusia adalah subjek, sekaligus pembaca foto jurnalistik.

6. Foto jurnalistik adalah komunikasi dengan orang banyak (mass audience). Ini berarti pesan yang disampaikan harus singkat dan harus segera diterima orang yang beraneka ragam.

7. Foto jurnalistik juga merupakan hasil kerja editor foto.

8. Tujuan foto jurnalistik adalah memenuhi kebutuhan mutlak memenuhi kebutuhan informasi kepada sesama, sesuai amandemen kebebasan berbicara dan kebebasan pers (freedom of speech dan freedom of press). (Alwi, 2004: 4)

Berita tulis dan berita foto mempunyai pijakan masing-masing dan saling melengkapi. Berita tulis memberikan deskripsi verbal sementara memberikan deskripsi visual. Sebagai gambaran, untuk menceritakan besarnya dalam bentuk angka-angka, jelas berita tulis lebih tepat untuk


(71)

dipakai. Tetapi untuk memberitakan seperti apa indahnya sebuah tempat atau secantik apa wajah seorang bintang sinetron, jelas foto yang lebih bisa “berbicara” daripada tulisan.

Walau begitu, foto jurnalistik dan jurnalistik foto usianya lebih muda daripada jurnalistik tulis. Huruf sudah dikenal manusia ribuan tahun yang lalu sementara usia fotografi sendiri belum sampai 200 tahun. Di awal abad belasan, di Inggris sudah dikenal surat kabar. Tapi fotografi baru masuk surat kabar akhir abad 19.

Persoalan mengapa foto jurnalistik tertinggal dari jurnalistik tulis semata karena masalah tekhnologi. Setelah fotografi ditemukan pada awal abad 19, tekhnologi cetak belum bisa membawa foto ke koran. Yang terjadi adalah foto sebuah kejadian dijadikan berita dengan cara gambar ulang ke sketsa. Sketsa inilah yang lalu dibawa ke mesin cetak. Surat kabar pertama yang memuat gambar sebagai berita adalah The Daily Graphic pada 16 April 1877. Gambar berita pertama itu tentang sebuah peristiwa kebakaran.

Sejalan dengan kemajuan tekhnologi cetak, akhirnya foto pun bisa ditransfer ke media cetak masal. Foto pertama di surat kabar adalah foto tambang pengeboran minyakShantytown yang muncul di surat kabarNew York Daily Graphic di Amerika Serikat pada tangggal 4 Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J. Newton.


(72)

Demikianlah, foto jurnalistik masih seumur jagung dalam dunia jurnalistik secara umum. Namun perkembangannya sangatlah cepat bahkan kini sudah memasuki era fotografi digital. Dengan fotografi digital, begitu tombol rana selesai ditekan selesailah foto. Seorang fotojurnalis bias mengirim fotonya lewat telepon genggam yang dibawanya ke medan perang.

Percepatan pemakain fotografi sebagai elemen berita dipicu, besar-besaran oleh terbitnya majalah LIFE di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an. Dunia jurnalistik bisa dikatakan berhutang besar kepada Wilson Hick yang menjadi redaktur foto majalah itu selama 2 tahun lamanya. Hick adalah orang yang dianggap sebagai perintis kemajuan foto jurnalistik di dunia ini.

Wilson Hick memang tidak pernah memotret tapi lewat ketajaman intuisinya dan kepemimpinan lahirlah fotografer-fotografer terkenal dunia, seperti Elliot Ellisofon, Edward Steichen, Robert Capa, dan beberapa lagi. Dari Hick pulalah lahir dasar-dasar foto jurnalistik.

Apa itu foto jurnalistik? Wilson Hick, fotografer majalah LIFE di Amerika Serikat, mejawab dengan teorinya yang terkenal, “foto jurnalistik adalah gambar dan kata”. “Kata” dalam foto jurnalistik adalah teks yang menyertai sebuah foto. Kalau berita tulis dituntu untuk memenuhi kaidah 5W+1H, demikian pula foto jurnalistik. Karena ke enam elemen itu ada


(1)

143

Bungin, M Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Effendi, Onong, Uchjana,. 2003.Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_______________. 2002. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Rosdakarya.

Flournoy, D. M. 1989. Analisa Isi Suratkabar-Suratkabar di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Guido H. Guido H. 1983.Research Method in Mass Communication.

Moleong, Lexy J,.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2001 . Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Rakhmat, Jalaluddin, 1998. Metode Penelitian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta.


(2)

Sumadiria, Haris 2006. Jurnalistik Indonesia. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Severin, Werner J & Tankard, Jr, James W. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, & Terapan Di Dalam Media Massa.Jakarta: Kencana.

Sobur, Alex.Etika Pers Profesional Dengan Nurani.Bandung: Humaniora Utama Press.

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sobur, Alex.2002.Analisis Teks Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 119 Sobur, Alex. 2001. Etika Pers; Profesionalisme dengan Nurani. Bandung:

Humaniora Utama Press.

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Bandung : PT. Yayasan Nuansa Cendikia.

Suharsimi, Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cetakan Kesepuluh PT. Rineka Cipta Jakarta.

Uchjana Effendy, Onong. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Uchjana Effendy, Onong 2004.Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.


(3)

Sumber Lain:

Dokumen Harian Umum Bandung Ekspres Etika Jurnalistik

http://www.pdfqueen.com/html/ 12 April 2011, 21.00 wib KRITERIA NILAI FOTO JURNALISTIK.

H:\realitas-di-balik-kamera.htm 12/04/2011 22.00 wib

Artikel mengenai Sejarah Fotografi Sejarah Teknologi. Arbein Rambey. 2003: www.kompas.com.

Artikel mengenaiPhotojournalism: www.wikipedia.org

http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/category/kajian-semiotika/page/2

http://www.hinamagazine.com/index.php/2006/11/02/dasar-dasar-fotografi/teknik-fotografi


(4)

CURRICULUM VITAE

A. DATA PRIBADI

Nama : Benny Angga Kusumah

Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 12 Oktober 1985 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pemancar, No. 11,Komplek POSTEL Bandung 40265


(5)

B. DATA KELUARGA

Nama Ayah : H. Achmad Soleh Nama Ibu : Hj. Sri Suparti Anak Ke : 6 dari 6 bersaudara

Alamat : Jl. Pemancar, No. 11,Komplek POSTEL Bandung 40265

C. PENDIDIKAN fORMAL

Perguruan Tinggi : Universitas Komputer Indonesia 2004-…..

SMU : SMU PASUNDAN 1 LULUS 2004

SMP : SMP KEMALA BHAYANGKARI LULUS 2003

SD : SD YAYASAN BERIBU Lulus Tahun 1998

D. PENGALAMAN ORGANISASI

2004 : DIVISI KEUANGAN KARANG TARUNA RW 06

2009 – 2010 : ORMAS BBC


(6)

E. SEMINAR

30 Maret 2008 : Pendidikan dan Latihan Relawan Pemantau Pembangunan Kota Bandung

28 Januari 2009 : Busines Tour Interpreunership

24 Maret 2009 : Peserta Seminar dan Workshop “Konseptual Fotografi dan Lighting Indoor” UNIKOM Bandung

6 Maret 2009 : The Election Channel roadshow

7 April 2009 : Study Tour Peliputan Jurnalistik Televisi Di Istana Kepresidenan Bogor

F. PENGALAMAN BERKERJA

2010 HINGGA SEKARANG : COUNTER HANDPHONE NADA CELL 2010 HINGGA SEKARANG : PENGADAAN CV.RIDHOMANIK BARANG