Laporan Praktikum Pengukuran Poligon (1)

Laporan Praktikum
Pengukuran Poligon

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II
Yang dibimbing oleh Bapak ********
Disusun Oleh :
A. Syekhuddin
Ach Febry Priyono
Adinda Tri Zenuriasari
An Nisa Anggit Hutami
Andri Setia Budi
Bayu Aji Mitayani
Eko Susanto
Ester Vianney Odo
Fajar Perdana Putra
Fikri Fardian Lazuardi

143030005212
143030005207
143030005211
143030005178

143030005200
143030005176
143030005205
143030005206
143030005202
143030005193

Gifari Maulana
Hasna Syarifatul Rosyidah
Izzia An-Nabila
Laksono Mustiko Aji
L.M Umar Al-Faruq
Marlita Dewanti
Meylida Widyaningrum
Milza Narazeki
Moch. Prabowo Sudibyo

PROGRAM STUDI DIII- PBB/ PENILAI
JURUSAN PAJAK
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TAHUN AJARAN 2015/2016

143030005199
143030005195
143030005185
143030005191
143030005201
143030005196
143030005188
143030005179
143030005197

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis panjatkan, karena berkat rahmat
serta bimbingan-Nya penulis berhasil menyelesaikan Laporan Praktikum Pengukuran Poligon
ini. Adapun laporan ini diajukan guna memenuhi tugas akhir semester tiga untuk mata kuliah
Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II. Laporan ini berisikan tentang bagaimana prosedur yang
dilaksanakan dalam melakukan pengukuran poligon serta hasil dari praktikum yang telah
dilaksanakan.

Semoga Laporan Praktikum Pengukuran Poligon ini memberikan informasi yang
berguna bagi pembaca serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Terima kasih kepada BapakPanuturi L. Tobing selaku

dosen pembimbing mata

kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan II, Bapak Anto dan Bapak Adit selaku asisten
pembimbing, semua anggota kelompok yang telah berperan dalam penyusunan laporan
ini,serta referensi dan sumber-sumber informasi yang kami peroleh.

Bintaro, 9 Februari 2016

Penulis

2

LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa di bawah ini
Kelompok I

A. Syekhuddin
Ach Febry Priyono
Adinda Tri Zenuriasari
An Nisa Anggit Hutami
Andri Setia Budi
Bayu Aji Mitayani
Eko Susanto
Ester Vianney Odo
Fajar Perdana Putra
Fikri Fardian Lazuardi

143030005212
143030005207
143030005211
143030005178
143030005200
143030005176
143030005205
143030005206
143030005202

143030005193

Gifari Maulana
Hasna Syarifatul Rosyidah
Izzia An-Nabila
Laksono Mustiko Aji
L.M Umar Al-Faruq
Marlita Dewanti
Meylida Widyaningrum
Milza Narazeki
Moch. Prabowo Sudibyo

143030005199
143030005195
143030005185
143030005191
143030005201
143030005196
143030005188
143030005179

143030005197

Telah Menyelesaikan Praktikum Mata Kuliah :
ILMU UKUR TANAH II
Program Studi
Diploma IIIPBB/Penilai
Politeknik Keuangan Negara STAN
Dengan Modul Praktikum Berupa ;
No
1.

Modul Praktikum
Pengukuran Polygon

Asisten
Aditya Nugroho

Tanda Tangan

Bintaro, 9Februari 2016

Diperiksa Oleh :
Dosen Kordinator Mata Kuliah

Panuturi L. Tobing

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iv
LAMPIRAN..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3Tujuan Praktikum..............................................................................................................2
1.4Lokasi Praktikum...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1Ilmu Ukur Tanah...............................................................................................................3

2.2Pemetaan (Surveying).......................................................................................................3
2.3Total Station......................................................................................................................4
2.4Pengukuran dengan Menggunakan Total Station Topcon GTS-102N..............................7
2.5 Pengukuran Poligon........................................................................................................14
2.6 Pengenalan Software Pemetaan ArcGIS........................................................................23
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM.............................................................................27
3.1 Orientasi Lapangan.........................................................................................................27
3.2 Penentuan Koordinat Titik Awal Mengunakan GPS......................................................27
3.3 Pengukuran Poligon Tertutup.........................................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................38
4.1 Perhitungan Poligon.......................................................................................................38
4.2Pengolahan Data Poligon di ArcGIS...............................................................................43
BAB V PENUTUP...................................................................................................................53
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................53
5.2 Saran...............................................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55
LAMPIRAN

4


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara
menggambarkan keadaan fisik sebagian maupun keseluruhan permukaan bumi untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada pemukaan tanah, diatasnya atau
dibawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif
suatu daerah.
Pemetaan khusus untuk bidang tertentu biasanya dilakukan di kawasan yang sempit,
sehingga bumi masih dianggap bidang datar dan distorsi yang disebabkan kelengkungan
bumi dapat diabaikan. Pemetaan dilakukan dengan menentukan titik-titik koordinat dan
ketinggian yang tersebar merata dalam kawasan terlebih dahulu sehingga memudahkan
penggunaan selanjutnya.
Di dalam proses pemetaan terdapat pengukuran kerangka dasar horizontal
(pengukuran mendatar untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat mendatar antara
titik-titik yang diukur diatas permukaan bumi) dan pengukuran kerangka dasar vertikal
(pengukuran tegak/vertikal untuk mendapatkan jarak, sudut, dan koordinat tegak antara
titik-titik yang diukur serta pengukuran titik-titik detail).
Titik-titik yang telah diperoleh kerangka dasar horizontal dan vertikal inilah yang
akan membentuk sebuah poligon yang dapat dilihat dengan adanya garis-garis yang

menghubungkan titik-titik tersebut. Dengan metode poligon, posisi titik yang belum
diketahui koordinatnya ditentukan dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan
mengukur semua jarak dan sudut yang ada dalam poligon.Dalam pembuatan suatu peta
diperlukan pengukuran di lapangan, pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan sistem
poligon yang dilanjutkan dengan pengukuran detail situasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari poligon?
2. Bagaimana cara kerja dan proses pengukuran poligon?
3. Bagaimana cara menghitung hasil pengukuran poligon?
4. Bagaimana cara mengolah hasil data dari pengukuran poligon?

1

1.3 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengertian dari poligon.
2. Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara kerja dan proses
pengukuran poligon.
3. Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara menghitung hasil
pengukuran poligon.
4. Mahasiswa mampu untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil data dari

pengukuran poligon.

1.4 Lokasi Praktikum

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Ilm

u Ukur Tanah
Secara umum ilmu ukur tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
pengukuran yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik di permukaan. Ilmu
ukur tanah merupakan bagian dari ilmu yang dinamakan geodesi. Ilmu geodesi
mempunyai 2 maksud dan tujuan yaitu :
a. Maksud ilmiah yaitu untuk mempelajari bentuk dan besar bulatan bumi.
b. Maksud praktis yaitu ilmu yang mempelajar penggambaran dari sebagian besar atau
sebagian kecil permukaan bumi yang dianamakan peta.
Tujuan dasar dari ilmu ukur tanah mengacu pada tujuan praktis dari ilmu geodesi,
maksud tersebut dicapai dengan mempelajari bagaimana cara melakukan pengukuran
diatas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tak beraturan, karena adanya gunung
dan lembah yang curam. Untuk memudahkan pengukuran permukaan bumi yang tak
beraturan tersebut maka dibuatlah suatu bidang perantara. Bidang perantara tersebut
adalah datar. Meski permukaan bumi itu lengkung tapi kita anggap datar karena
permukaan bumi yang akan diukur itu tidak punya satuan yang lebih panjang dari 50
Km, biasanya yang diukur adalah hutan, jalan raya, jalan kereta api, bendungan, saluran
air, jembatan dan lain sebagainya.
2.2

Pe

metaan (Surveying)
Pemetaan (Surveying) adalah penentuan lokasi titik yang terdapat diatas,pada
maupun dibawah permukaan bumi. Untuk penentuan lokasi diperlukan adanya suatu
kerangka referensi, yang direpresentasikan dengan menggunakan bench mark (alam
maupun buatan manusia). Bench mark ini digunakan sebagai titik awal pengukuran.
Untuk pengukuran poligon ini Bench mark menggunakan arak Utara sebagai titik awal.
Pada awalnya pemetaan hanya digunakan untuk menandai batas-batas
kepemilikan tanah. Sekarang hasil pemetaan digunakan untuk memetakan bumi diatas
dan dibawah permukaan laut; menyiapkan peta navigasi udara, darat dan laut;
menetapkan batas-batas pemilikan tanah pribadi dan tanah negara; mengembangkan
3

informasi tata guna tanah dan sumber daya alam yang digunakan untuk pengelolaan
lingkungan; menentukan ukuran, bentuk, gaya berat dan medan magnet bumi. Selain itu
pemetaan juga mempunyai peranan penting dalam bidang rekayasa untuk desain
perencanaan dan pembangunan jalan raya, jalan baja, pembangunan gedung, saluran
irigrasi, jalur pipa gas dll.
Pemetaan dapat dilakukan dengan dua cara, terestris dan ekstraterestris. Pemetaan
terestris merupakan pemetaan yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang
berpangkal di tanah. Sedangkan pemetaan ekstraterestris tidak berpangkal di tanah tapi
dilakukan dengan menggunakan bantuan wahana (pesawat terbang, pesawat ulang-alik
maupun satelit).
Prinsip dasar pemetaan adalah pengukuran sudut dan jarak untuk menentukan
posisi dari suatu titik. Jika dua sudut dan satu sisi dari sebuah segitiga diketahui, maka
semua sudut dan jarak dari segitiga tersebut dapat ditentukan. Dengan demikian untuk
mendapatkan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan cara mengukur sudut dan
jarak dari titik yang sudah diketahui koordinatnya.
2.3

Tot

al Station
Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah dilengkapi dengan alat
pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektrolis atau dengan kata lain total station
adalah theodolit yang sudah dilengkapi dengan EDM (electric distance meter).
Sebelumnya alat sudut terpisah dengan alat pengukur jarak, untuk total station kedua
fungsi ini sudah terintegrasi menjadi satu kesatuan. Operasionalisasi total station
prinsipnya sama dengan theodolit pada umumnya, bedanya hanya pada tayangan angka
bacaan lingkaran horizontal dan penggerak halusnya, tidak mempunyai limbus. Karena
bacaan lingkaran secara digital, maka tidak ada bacaan yang diestimasi sebagaimana
pada skala garis. Pada theodolit tipe ini juga dilengkapi tombol pengenolkan, sudut
horizontal dapat diukur kearah kanan maupun kiri, bacaan sudut dapat dilihat pada
layer display monitor, layer ini ada yang dua muka sehingga memudahkan pembacaan,
namun adapula yang hanya satu saja. Bacaan lingkaran vertical bias berupa
helling/sudut vertical adapula sudut zenith, adapula yang dapat diatur sesuai selera
operator. Satuan sudut ada yang system sexagesimal (dalam derajat) adapula yang
sentisimal (grade/gon) sumber tenaga menggunakan baterai, serta dilengkapi tombol
monitoring kondisi baterainya. Adapun tingkat ketelitian bacaan bervariasi.
4

Peralatan pengukuran jarak elektronik pada awalnya dikembangkan sekitar tahun
1940, dan tersedia secara komersial pada 1960-an. Total Station pertama (theodolit
elektronik dan EDM) dikembangkan pada akhir 1970-an.
Total Station memiliki kemampuan untuk merekam dan mengumpulkan data
hasil pengukuran jarak dan sudut pada alat perekam, yang nantinya dapat diproses
dengan menggunakan perangkat lunak komputer di akhir survey. Untuk akurasi yang
optimal, maka digunakan prisma, yaitu suatu alat yang dapat merefleksikan gelombang
cahaya yang kembali ke perangkat pengukuran untuk menentukan pengukuran. Dalam
keadaan di mana akurasi tidak begitu diharuskan secara di maksimum, maka total
station dapat digunakan dalam modus reflectorless dimana alat tersebut dapat
memperoleh fitur pengukuran jarak tanpa menggunakan prisma.
.

Gambar Total Station

2.3.1 Aplikasi
Total station banyak digunakan dalam pemetaan lahan, seperti pemetaan
topografi untuk konstruksi jalan dan bangunan. Total station juga digunakan di situs
arkeologi untuk mengukur kedalaman penggalian, dan oleh kepolisian untuk
melakukan investigasi tempat kejadian perkara.
- Pertambangan
Total station banyak digunakan dalam pemetaan kawasan pertambangan.
Teknologi ini dapat digunakan di dalam tambang tertutup untuk mengukur kedalaman
dan jarak tambang dari permukaan dan mulut tambang, juga kedalaman penggalian
pada tambang terbuka.
- Konstruksi
Total station yang digunakan dalam bidang konstruksi umumnya untuk
melakukan pengukuran lokasi pembangunan sebelum dilakukan perataan tanah dan
5

peletakan pondasi, juga mengukur tingkat kemiringan dan kerataan lantai yang
dikehendaki serta posisi bangunan tertentu terhadap bangunan lainnya. Selain itu,
pemasangan perpipaan dan kabel juga membutuhkan teknologi ini; terutama perpipaan
untuk meningkatkan efisiensi pemompaan fluida.
2.3.2 Komponen Total Station Survey
Komponen yang digunakan dalam Total Station Survey
1) Total Sation & Tripod
2) Electronic Note Book/Penyimpan Data Lapangan
3) Prisma
4) Computer interface
5) Baterai and Radio Komunikasi
2.3.3

Kelebihan Total Station Survey
1) Pengumpulan informasi yang relatif cepat.
2) Beberapa survei dapat dilakukan pada satu lokasi set-up.
3) Mudah untuk melakukan pengukuran jarak dan horizontal dengan
perhitungan secara bersamaan

koordinat proyek (Northings, Eastings,

dan Elevations).
4) Tata Letak lokasi konstruksi cepat dan efisien.
5) Data desain digital dari program CAD dapat di-masukkan ke kolektor data.
6) Informasi survei harian juga dapat dengan cepat di unduh ke CAD yang
menghilangkan data time manipulasi diperlukan dengan menggunakan
teknik survei konvensional.
2.3.4

Kekurangan Total Station Survey

1) Akurasi elevasi vertikal tidak seakurat menggunakan tingkatan survei
konvensional dan teknik batang.
2) Koordinat horizontal dihitung pada sistem grid persegi panjang. Namun, dunia
nyata harus didasarkan pada koordinat bulat dan persegi panjang harus
ditransformasikan ke koordinat geografis jika proyek skala besar.Contoh: jalan
raya, gedung-gedung besar, dan lain-lain.

6

2.4 Pengukuran dengan Menggunakan Total Station Topcon GTS-102N

2.4.1 Pengukuran Sudut Horizontal dan Vertikal

 Sentering alat di titik A dan target polygon di titik B & C
 Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER

7

 Bidik target B, set 0 bacaan horizontal ( [F1] OSET )

 Bidik target C, maka sudut horizontal BAC (α) dan vertikal akan ditampilkan ke
layar.
2.4.2 Pengukuran Jarak

 Sentering alat di titik A dan target di titik B
 Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER

 Bidik target B, TEKAN TOMBOL yang ada tanda (

) diatasnya.

 Untuk mengukur jarak ke target lain, bidik target, tekan [F1] MEAS
 Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG

8

2.4.3 Pengukuran Koordinat
 Hidupkan alat dengan menekan tombol POWER
 Masuk ke menu metode pengukuran koordinat dengan menekan tombol (

)

 Tekan tombol [F1] MEAS untuk mengukur koordinat target prisma
 Kembali ke mode pengukuran sudut, tekan tombol ANG
2.4.4Perekaman Data / Data Collect (Pengumpulan Data Poligon dan Situasi)
Tahap - Tahap Pekerjaan :
1. SENTERING ALAT
2. TEKAN TOMBOL POWER
3. TEKAN TOMBOL MENU
4. TEKAN F1 (DATA COLLECT)
Cara Membuat File Pengukuran

o TEKAN F1 INPUT untuk membuat job baru, TEKAN F2 LIST untuk memilih job
yang sudah pernah disimpan. FN = NAMA FILE
o TEKAN F3 [CLR] untuk menghapus tulisan
o TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
o TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
o KETIK NAMA FILE ( CONTOH : LATIH1 )
9

o FN = LATIH1 , TEKAN F4 [ENT]
Cara Memasukkan Huruf atau Angka
o Pindahkan tanda panah (Æ) ke item yang akan diisi menggunakan tombol [¿] atau
[À]
o Tekan tombol F1 [INPUT], Tanda (Æ) berubah menjadi (=)
o Untuk memasukkan huruf , tekan[F1] [ALP]
o Untuk memasukkan angka, tekan [F1] [NUM]
5. TEKAN F1 (OCC PT# INPUT) untuk Pengaturan Titik Berdiri Alat

PT# →
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nomor titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
∼ KETIK NOMOR TITIK ( CONTOH : P1 )
∼ PT# = P1, TEKAN F4 [ENT]
ID →
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ KETIK IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
∼ ID = PAL, TEKAN F4 [ENT]
INS HT→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi alat
∼ KETIK ANGKANYA ( CONTOH : 1.500 )
∼ INSHT = 1.500 m, TEKAN F4 [ENT]
6. INPUT KOORDINAT TEMPAT BERDIRI ALAT :
∼ TEKAN F4 OCNEZ untuk mengetik nilai koordinat N,E,Z ditempat berdiri alat, bisa
menggunakan koordinat lokal atau data titik kontrol GPS.
∼ TEKAN F1 INPUT
∼ KETIK ANGKANYA (CONTOH : 0,0,0 KOORDINAT LOKAL)
∼ N=0, TEKAN F4 [ENT]
∼ E=0, TEKAN F4 [ENT]
∼ Z=0,TEKAN F4 [ENT]
∼ TEKAN F3 [REC]
7. ARAHKAN TEROPONG KE TITIK ACUAN BELAKANG (Titik BackSight/BS)
10

8. TEKAN F2 (BACKSIGHT) untuk pengaturan bacaan kebelakang sebagai acuan∼
TEKAN F3 [YES]

BS# →
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetikkan nomor titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
∼ KETIKKAN NOMOR TITIK ( CONTOH : P0 )
∼ BS# = P0, TEKAN F4 [ENT]
P CODE→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ KETIKKAN IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
∼ P CODE = PAL, TEKAN F4 [ENT]
R HT→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi prisma/target
∼ KETIKKAN ANGKANYA ( CONTOH : 1.400 )
∼ R HT = 1.400 m, TEKAN F4 [ENT]
Menggunakan KOORDINAT sebagai ARAH ACUAN

11

9.

ARAHKAN TEROPONG KE TITIK DEPAN atau FORESIGHT (FS)

10. TEKAN F3 FS/SS untuk pengaturan bacaan kedepan tempat titik berdiri alat
selanjutnya dan untuk pengambilan titik detail.

12

PT #→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetikkan nomor titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ TEKAN F1 [ NUM ] untuk mengetik angka
∼ KETIKKAN NOMOR TITIK ( CONTOH : P2 )
∼ PT # = P2, TEKAN F4 [ENT]
P CODE→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik identitas atau kode titik
∼ TEKAN F1[ ALP ] untuk mengetik huruf
∼ KETIKKAN IDENTITAS TITIK ( CONTOH : PAL )
∼ P CODE = PAL, TEKAN F4 [ENT]
R HT→
∼ TEKAN F1 INPUT untuk mengetik nilai tinggi prisma/target
∼ KETIKKAN ANGKANYA ( CONTOH : 1.400 )
∼ R HT = 1.400 m, TEKAN F4 [ENT]

13

2.5 Pengukuran Poligon
Poligon merupakan rangkaian titik-titik yang membentuk segi banyak. Rangkaian
titik tersebut dapat digunakan sebagai kerangka peta. Koordinat titik tersebut dapat
dihitung dengan data masukan yang merupakan hasil dari pengukuran sudut dan jarak.
Posisi titik-titik dilapangan dapat ditentun dengan mengukur jarak dan sudut kearah titik
kontrol. Posisi titik-titik kontrol haruslah mempunyai ketelitian yang tinggi dan
distribusinya dapat menjangkau semua titik.
Berdasarkan bentuk geometrisnya,
terbuka dan

olygon dapat dibedakan atas

olygon

olygon tertutup.

2.5.1 Poligon Terbuka
Poligon terbuka merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir tidak
berimpit atau tidak pada titik yang sama. Poligon terbuka terbagi atas:
a. Poligon Terbuka Terikat Sempurna
Merupakan poligon terbuka dengan titik awal dan titik akhir berupa titik yang tetap.

Gambar : 2.12 Poligon terbuka terikat sempurna

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk poligon terbuka terikat sempurna :
1. ƩS + F(S)= (αakhir – αawal) + (n-1) x 180°
[2.7]
2. Ʃd Sin α + F(X)= Xakhir – Xawal
[2.8]
3. Ʃd Cos α + F(Y)= Yakhir – Yawal
[2.9]
Keterangan :
14

ƩS: jumlah sudut
Ʃd : jumlah jarak
α : azimuth
F(S): kesalahan sudut
F(X): kesalahan koordinat X
F(Y):kesalahan koordinat Y
b. Poligon Terbuka Terikat Sepihak
Merupakan poligon terbuka yang titik awal atau titik akhirnya berada.

Gambar : 2.13 Poligon Terbuka Terikat Sepihak

Dimana :
A, n = titik tetap1,2..,n = titik yang akan ditentukan koordinatnya
S1,S2,..,Sn = sudut α = azimuth awal
DA1,DA2= jarak antar titik
Pada poligon jenis ini hanya dapat dilakukan koreksi sudut saja dengan
persyaratangeometris, sebagai berikut:
ƩS + F(S)= (αakhir – αawal) + n x 180°
[2.21]
Keterangan :
Αakhir = azimuth akhir
Αawal = azimuth awal
ƩS = jumlah sudut
F(S) = kesalahan sudut

15

c. Poligon Terbuka Sempurna
Merupakan poligon terbuka tanpa titik tetap. Pada poligon ini juga hanya dapat
dilakukan koreksi sudut dengan menggunakan persamaan (2.21) dan tanpa ada pengikat
titik.

Gambar : 2.14 Poligon Terbuka Sempurna

Keterangan :
D12,D23,.., = jarak antar titik
S2,S3,.., = sudut
α12 = azimuth awal
d. Poligon Terbuka Terikat Dua Azimuth
Pada prinsipnya poligon terbuka dua azimuth sama dengan poligon terbuka terikat
sepihak hanya saja pada titik awal dan titik akhir diadakan pengamatan azimuth sehingga
koreksi siditnya sebagai berikut :
ƩS + F(S)= [(αakhir – αawal) + n] x 180°
(2.22)
Keterangan :
Αakhir = azimuth akhir
Αawal = azimuth awal
ƩS = jumlah sudut
e. Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat
Poligon terbuka terikat dua koordinat merupakan poligon yang titik awal dan titik
akhirnya berada pada titik tetap. Pada poligon ini hanya terdapat koreksi jarak sebagai
berikut:
Ʃd sin α = jumlah ΔX/jumlah ΔY
X/Yakhir = koordinat X/Yakhir
16

X/Yawal = koordinat X/Yawal

Gambar : 2.16 Poligon Terbuka Terikat Dua Koordinat

Keterangan :
A(XA;Y) = koordinat awal
DA1, D12 = jarak pengukuran antara titik
B(XB;YB)= koordinat akhir
S1,S2.. = sudut
2.5.2 Poligon Tertutup
Poligon tertutup merupakan poligon yang titik awal dan titik akhir saling berimpit
atau pada posisi yang sama atau saling bertemu. Pada poligon tertutup ini secara
geometris bentuk rangkaian poligon tertutup bila memiliki dua titik tetap biasa
dinamakan dengan poligon tertutup terikat sempurna.

Poligon Tertutup

Keterangan:
1, 2, 3, ..., n
: titik kontrol poligon
D12, D23,..., Dn1
: jarak pengukuran sisi poligon
S1, S2, S3, ..., Sn
: sudut
Syarat geometris dari poligon tertutup sebagai berikut.
17

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Σδ = ( n – 2 ) . 180º ( untuk sudut dalam )
Σδ = ( n + 2 ) . 180º ( untuk sudut luar )
Σδ + ƒ(δ) = ( n – 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
Σδ + ƒ(δ) = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
Σ ( D . sin α ) = ΣΔX = 0
Σ ( D . cos α ) = ΣΔY = 0
Σ ( D . sin α ) + ƒ(x) = 0
Σ ( D . cos α ) + ƒ(y) = 0

Keterangan:
Σδ: Jumlah sudut
Σd Sin α : Jumlah ∆x
Σd Cos α : Jumlah ∆y
ΣΔX : Jumlah selisih absis ( X )
ΣΔY: Jumlah selisih ordinat ( Y )
f(δ) : Kesalahan sudut
f(x) : Kesalahan koordinat X
f(y) : Kesalahan koordinat Y
n : Jumlah titik pengukuran
D : Jarak / sisi poligon
α: Azimuth
Langkah awal perhitungan koordinat ( X,Y ) poligon tertutup adalah sebagai berikut :
a. Menghitung jumlah sudut
ƒδ = Σδ hasil pengukuran - ( n - 2 ).180
Apabila selisih sudut tersebut masuk toleransi, maka perhitungan dapat
dilanjutkan tetapi jika selisih sudut tersebut tidak masuk toleransi maka akan dilakukan
cek lapangan atau pengukuran ulang.
b. Mengitung koreksi pada tiap-tiap sudut ukuran ( kδi )
kδi=

fδi
n

Jika kesalahan penutup sudut bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+),
begitu juga sebaliknya.
c. Menghitung sudut terkoreksi
δi=δ 1+ kδ 1
d. Menghitung azimuth sisi

poligon (α)

Misal diketahui azimuth awal (α1-2 )
18

α2-3 = α1-2 + 180º - δ2 ( untuk sudut dalam )
α2-3 = α1-2 - 180º + δ2 ( untuk sudut luar )
Dengan catatan, apabila azimuth lebih dari 360º, maka :

α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) - 360º
Apabila azimuth kurang dari 0º, maka :

α2-3 = ( α1-2 + 180º - δ2 ) + 360º
e. Menghitung selisih absis dan selisih ordinat ( ΔX dan ΔY )
ΔX1-2 = d1-2. sin α1-2
ΔY1-2 = d1-2. cos α1-2
f. Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kΔXi dan kΔYi )
kΔXi = ( di / Σd ) . ƒΔX
kΔYi = ( di / Σd ) . ƒΔY

Dalam hal ini ƒΔX = ΣΔX dan ƒΔY = ΣΔY. Jika kesalahan absis dan
ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif (+) begitu juga sebaliknya.
g. Menghitung selisih absis ( ΔX ) dan ordinat ( ΔY ) terkoreksi
ΔX1-2 = ΔX1-2 + k ΔX1-2
ΔY1-2 = ΔY1-2 + k ΔY1-2

Koordinat ( X,Y )
Misal diketahui koordinat awal ( X1 , Y1 ) maka :
X2 = X1 + ΔX1-2
Y2 = Y1 + ΔY1-2
Jika pada proses perhitungan poligon tertutup koordinat akhir sama dengan
koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika koordinat
akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dinyatakan salah
karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama atau kembali ketitik
semula.
19

RUMUS POLIGON TERTUTUP
a. Untuk mengukur koordinat sementara semua titik polygon
Keterangan:
X
=
X
+
d
Sin
α
Yntitik
= Yn-1
n
n-1
n-1.n
X,
Y:
koordinat
n + d Cos αn-1.n
n

n

Xn-1, Yn-1:

koordinat titik n-1

b. Untuk mengukur koordinat terkoreksi dari semua titik polygon
Xn= Xn-1.n+ dnSin αn-1.n+ (dn/ Σd) x f(x)
Yn = Yn-1.n + d Cos αn-1.n + (dn / Σd) x f(y)
Keterangan:
n : Nomor titik
Xn, Yn: Koordinat terkoreksi titik n
Xn-1.n, Yn-1.n: Koordinat titik ke n-1

dn: Jarak sisi titik n-1 ke n

αn-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
c. Untuk mengukur ketelitian polygon

f ( d ) =√ f (x)2 + f ( y )2

K=

∑d
f ( d)

Keterangan:
f(d) : Kesalahan jarak
f(x) : Kesalahan linier absis
f(y) : Kesalahan linier ordinat
Σd : Jumlah jarak
K : Ketelitian linier
d. Untuk poligon tertutup yang diukur sudut dalamnya maka :
Syarat sudut :

Syarat absis :

20

Syarat ordinat :

e. Untuk poligon tertutup yang diukur sudut luarnya maka :
Syarat sudut :

Syarat absis

Syarat ordinat

Toleransi Pengukuran

21

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelesaian poligon:
i. Besar sudut tiap titik hasil setelah koreksi
f (s )
S' =S+ n
Di mana:
S’ : Sudut terkoreksi
S : Sudut ukuran
ii. Azimuth semua sisi poligon dihitung berdasarkan azimuth awal dan semua sudut

titik hasil koreksi (S’):
a) Urutan hitungan azimuth sisi poligon searah jarum jam

αn.n+1= (αn-1.n+180°) – δ ’
αn.n+1= (αn-1.n+ δ’) – 180°
b) Urutan hitungan azimuth sisi poligon berlawanan arah jarum jam

αn.n+1 = (αn-1.n + δ’) – 180°
αn.n+1 = (αn-1.n +180°) – δ’
Di mana:
n : Nomor titik
22

αn.n+1: Azimuth sisi n ke n+1

αn-1.n: Azimuth sisi n-1 ke n
2.6 Pengenalan Software Pemetaan ArcGIS
ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment
Science & Research Institute) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai
macam software GIS yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web.
Software ini mulai dirilis oleh ESRI pada tahun 2000. Produk utama derai ArcGIS
adalah ArcGIS Desktop, dimana ArcGIS Desktop merupakan software GIS profesional
yang komprehensif dan dikelompokkan atas tiga komponen yaitu:
- ArcView (komponen yang fokus ke penggunaan data yang komprehensif, pemetaan,
dan analisis),
- ArcEditor (lebih fokus ke arah editing data spasial),
- ArcInfo (lebih lengkap dalam menyajikan fungsi-fungsi GIS termasuk untuk
keperluan analisis geoprosesing).
Dengan ArcGIS, Anda dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk
melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik data spasial maupun non
spasial). ArcGIS Desktop sendiri terdiri atas 5 aplikasi dasar yakni:
- ArcMap
ArcMap merupakan aplikasi utama yang digunakan dalam ArcGIS yang digunakan
untuk mengolah (membuat/create), menampilkan (viewing), memilih (query), editing
(composing dan publishing) peta.
- ArcCatalog
ArcCatalog adalah aplikasi yang berfungsi untuk mengatur/mengorganisir berbagai
macam data spasial yang digunakan dalam pekerjaan SIG. Fungsi ini meliputi tool
untuk menjelajah (browsing), mengatur (organizing), membagi (distribution), dan
menyimpan (documentation) data-data SIG. ArcCatalog membantu dalam proses
eksplorasi dan pengolahan data spasial. Setelah data terhubung, ArcCatalog dapat
digunakan untuk melihat data. Bila ada data yang akan digunakan, dapat langsung
ditambahkan pada peta.
Seringkali, saat memperoleh data dari pihak lain, data tidak dapat langsung digunakan.
Data tersebut mungkin masih perlu diubah sistem koordinat atau proyeksinya,
dimodifikasi atributnya, atau dihubungkan antara data geografis dengan atribut yang
23

tersimpan pada tabel terpisah. Pada saat data siap, isi dan struktur data sebagaimana
halnya perubahan-perubahan yang dilakukan, harus didokumentasikan.
- ArcToolbox
Sebagai inti dari semua proses analisis dalam ArcGIS, ArcToolbox memegang peran
penting. Dalam ArcToolbox, tools atau perintah-perintah untuk melakukan analisis
dikelompokkan sesuai dengan kelompok fungsinya. Terdiri dari kumpulan aplikasi
yang berfungsi sebagai tools/perangkat dalam melakukan berbagai macam analisis
keruangan.
- ArcGlobe
Aplikasi ini berfungsi untuk menampilkan peta-peta secara 3D ke dalam bola dunia dan
dapat dihubungkan langsung dengan internet.
- ArcScene
ArcScene merupakan aplikasi yang digunakan untuk mengolah dan menampilkan petapeta ke dalam bentuk 3D.
2.6.1 Fungsi Dasar ArcGIS
ESRI (Environment Science & Research Institute) yang berpusat di Redlands,
California, adalah salah satu perusahaan yang mapan dalam pengembangan perangkat
lunak untuk GIS. Memulai debutnya dengan produk ArcInfo 2.0 pada awal 1990-an,
ESRI terus memperbaiki produknya untuk mengakomodasi berbagai kebutuhan dalam
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Produk yang paling terkanal dan
bingga saat ini masih banyak digunakan oleh pengusaha GIS adalah Arc/Info 3.51 dan
ArcView 3.3. kedua produk ini masih digunakan karena sifatnya yang ringan, tidak
haus memori, dan kelengkapan fasilitasnya cukup memadai. Saat ini produk terakhir
ESRI adalah ArcGIS versi 10 yang dirilis pada 28 Juni 2010 yang lalu. Dengan
bervariasinya kalangan pengguna GIS, software ArcGIS yang diproduksi oleh ESRI
mencakup penggunaan GIS pada berbagai skala:
1.

ArcGIS Desktop, ditujukan untuk pengguna GIS profesional (perorangan maupun
institusi)

2.

ArcObjects, dibuat untuk para developer yang selalu ingin membuat inovasi dan
pengembangan

3.

Server GIS (ArchIMS, ArcSDE, local), dibuat bagi pengguna awam yang
mengumpulkan data spasial melalui aplikasi internet

24

4.

Mobile GIS, diciptakan bagi pengguna GIS yang dinamis, software ini
mengumpulkan data lapangan

Pengaturan pada data frame sangat penting untuk diketahui, yang terutama meliputi:
o

Pengaturan unit peta yang dibuat (tab General)

o

Penentuan skala tampilan (tab Data Frame)

o

Penentuan sistem koordinat (tab Coordinate System)

o

Pengaturan grid kossdinat pada layout (tab Grid)

2.5.2 Kelemahan ArcGIS
a. ArcGIS perlu aspek hardware yang cukup tinggi. Dalam bahasa yang simple,
ArcGIS lebih berat,
b. ArcGIS secara default tidak support multi view dan multi layout. Ini sangat
menyulitkan pembuatan peta masal seperti Peta Kegiatan GNRHL.
c. Penggunaan ArcGIS tidah akan efisisen jika tidak menggunakan beberapa software
yang lain selain ArcMap yang dibuka bersama, misalnya ArcCatalog, Windows
Explorer, dan Notepad.
d. ArcGIS tidak 100% compatible dengan ArcView 3x. Proses migrasi akan sangat
revolusioner, seperti migrasi dari MS Word 2003 ke MS Word 2007.
e. Di ArcGIS terdapat Xtool dan ET tetapi berbayar.
2.5.3 Keunggulan ArcGIS
ArcGIS sangat berguna dalam berbagai bidang kehidupan dan lebih unggul
daripada sistem informasi biasa. Misalnya:
1. Pelayanan kesehatan contohnya dapat mengembangkan sebentuk peta ilustrasi
sehingga dapat memudahkan user untuk membuat peta dalam suatu wilayah yang
mengilustrasikan distribusi atau penyebaran terhadap suatu penyakit, kematian bayi,
dsb.
2. Dalam bidang agricultur, user dapat mengetahui bagaimana cara untuk
meningkatkan suatu produksi berdasarkan data yang ada.
3. Dalam bidang marketing, sehingga kita dapat cara meningkatkan/mengoptomalkan
pemasaran.
4. Dalam bidang geografi, misalnya kita dapat mengetahui lokasi rawan yang terjadi
dari bencana alam.

25

Dengan adanya GIS maka akan mempermudan user untuk menganalisis, mencari
suatu informasi sehingga dapat membantu user untuk mengambil suaru keputusan
berdasarkan data/fakta yang terjadi.
GIS juga dapat menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati
keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam.

26

BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Orientasi Lapangan
Sebelum dilakukan pengukuran terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk
kelancaran praktikum dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan dan penentuan batas wilayah dimana praktikum akan
dilaksanakan.
2. Menentukan titik-titik poligon dengan memasang paku payung.
3. Pemilihan dan pemeriksaan alat yang akan dipergunakan sesuai dengan
kebutuhan yang kondisi lapangan.
3.2 Penentuan Koordinat Titik Awal Mengunakan GPS
Alat yang digunakan :
1. GPS Garmin 76 CSX
2. Formulir ukuran
Pengukuran dilapangan :
a. Tempatkan alat di atas titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada
penelitian kami, titik yang koordinatnya ditentukan oleh GPS adalah titik 1.
b. Hidupkan alat dengan menekan tombol power.
c. Tunggu beberapa saat hingga 4 satelite muncul di layar. Tunggu sampai
muncul informasi koordinat.
d. Catat atau simpan ke memory waypoint dengan cara tekan tombol MARK
e. Menggunakan tombol ROCKER pilih Avg/Rata-rata, dilanjutkan dengan
menekan tombol ENTER. Setelah Estimated Accuracy terpenuhi misalnya 3
meter, tekan tombol ENTER.
f. Beri nama titik pada baris paling atas. Pindahkan kursor ke OK lalu tekan
ENTER
g. Sebaiknya catat no urut waypoint dan nilai koordinat di formulir survey dan
lengkapi juga dengan keterangan objek yang diperlukan.

27

3.3 Pengukuran Poligon Tertutup
Hari / Tanggal

: Sabtu, 6 Februari 2016

Lokasi

:`Taman CD Politeknik Keuangan Negara STAN

Alat yang digunakan :
1. Total Station Topcon GTS-102N (1 buah)
2. Prisma Target (2 buah)
3. Tribrach (2 buah)
4. Statif (2 buah)
5. Paku Payung (3 buah)
6. Roll Meter (1 buah)
7. Payung (2 buah)
Materi Parktikum

: Pengukuran Poligon Tertutup

 Tujuan :
Agar para mahasiswa mampu melakukan pengukuran poligon yang nantinya
berfungsi sebagai titik ikat/titik kontrol dalam pemetaan.
 Pelaksanaan Praktikum :
Langkah kerja pelaksanaan pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
1. Orientasi lapangan dari daerah yang akan dipetakan dan menancapkan paku payung
sebagai titik poligon pada tempat yang tepat agar dapat melakukan pengukuran
poligon dengan baik, antara titik satu dan titik lainnya tidak terhalang apapun yang
sekiranya akan menghalangi bidikan.
2. Titik dengan paku payung tersebut diberikan nomor urut sesuai urutan dari masingmasing ujungnya dipasangkan paku kelihatan.
3. Dirikan total station diatas titik 1 atau titik poligon awal dan lakukan centering optis
terhadap paku payung. Berikut langkah-langkah centering.
a. Rangkai statif, tribrach, dan total station/prisma dengan baik dan benar.
b. Dirikan statif diatas titik yang telah ditentukan.
c. Bidik titik poligon (paku payung) dengan menggunakan lensa centering optis hingga
benang bidik kurang lebih hampir tepat pada titik.
d. Arahkan benang bidik ke posisi yang tepat di atas titik dengan menggunakan 3
sekrup penyetel.
28

e. Atur posisi kaki statif dan usahakan posisi tribrach tidak terlalu miring.
f. Atur ketinggian kaki kaki statif untuk mengarahkan gelembung nivo kotak ke dalam
lingkaran tengah. Jika gelembung sudah dalam lingkaran tengah, gerakkan
gelembung dengan 3 sekrup penyetel agar gelembung tepat berada di tengah.
g. Lihat apakah benang bidik lensa centering optis masih tepat pada titik poligon atau
tidak. Jika bergeser, kendurkan sedikit pengunci antara statif dan tribrach lalu geser
tribrach beserta TS sehingga benang bidik lensa centering optis tepat mengarah ke
titik poligon lagi.
h. Atur keseimbangan gelembung nivo tabung dengan menggunakan 3 sekrup penyetel.
Lakukan pada ketiga sisi segitiga tribrach.
4. Hidupkan total station dengan menekan tombol power.
5. Rekam data atau membuat job.
a. Tekan Menu.
b. Tekan [F1] DATA COLLECT untuk memulai membuat job. Tekan [F2] LIST untuk
mencari job yang telah ada dan untuk melanjutkan job.
c. Tekan [F1] INPUT untuk memberi nama job. Tekan [F2] LIST untuk mencari job
yang telah ada dan untuk melanjutkan job (saat alat TS dioperasikan pada titik kedua
dan seterusnya).
SELECT FILE
FN

i. Tekan

[F1]

ALP

SELECT FILE
FN

untuk

INPUT LIST ….. ENTER

atau angka).

mengubah mode penulisan (mode huruf
[ALP] [SPC][CLR] [ENT]

ii. Tekan [F2] SPC untuk memberi spasi.
iii. Tekan [F3] CLR untuk clear atau menghapus.
iv. Tekan [F4] ENT setelah selesai memberikan nama job.
d. Tekan [F1] OCC PT#INPUT untuk pengaturan titik tempat berdiri alat.
i. PT#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Pada titik 1, PT# kita isi
ii.

PT#
PT#
ID
ID
“1”. Pada titik 2, PT# kita isi dengan “4” dan seterusnya.
Tekan [F4] ENT.
INS.HT
INS.HT
ID, menunjukkan
identitas
atau nama titik tempat
TS.
Misal pada
INPUT
SCRH RECOCNEZ
[ALP]berdirinya
[SPC] [CLR]
[ENT]

titik

PT#
ID
INS.HT
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]

1, ID kita isi dengan “T1”. Pada titik 2, ID kita isi dengan “T2”. Tekan [F4] ENT.
29

iii. INS.HT, menunjukkan tinggi alat TS yang diukur dari titik poligon sampai
dengan batas yang telah ditentukan pada alat TS. Tekan [F4] ENT.
e. Tekan

[F4]

OCNEZuntuk

input

koordinatN,E,Z

tempatberdiri

alat,

bisa

menggunakan koordinat lokalatau menggunakan koordinat yang telah dicari dengan
GPS. Dalam pengukuran poligon ini kami menggunakan koordinat yang telah
ditentukan oleh GPS pada titik pertama.
PT# = 1
ID : T1
INS.HT : 1.550 m
INPUT SCRH RECOCNEZ

f. Setelah selesai input koordinat, tekan [F3] REC untuk merekam data. Tekan [F3]
YES.
6. Bidikan teropong total station secara kasar menggunakan visir pada prisma target
yang berada di titik terakhir (T4) sebagai backsight dalam keadaan biasa, bidik tepat
pada prisma target.
7. Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horizontal serta penggerak piringan
vertikal kemudian arahkan benang bidik tepat pada prisma target menggunakan
penggerak halus horizontal maupun penggerak vertikal.
8. Tekan [F2] BACKSIGHT untuk pengaturan bacaankebelakangsebagai acuan.
Kemudian tekan [F1] INPUT untuk input data.
a. BS#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Jika alat TS pada titik 1,
BS#

BS#

BS# kita isiPCODE
“2”. Jika alat pada titik 2, BS#PCODE
kita isi dengan “5” dan seterusnya. Tekan
[F4] ENT.

R.HT
INPUT 0SETMEAS BS

R.HT
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]
BS#
PCODE
R.HT
[ALP] [SPC] [CLR] [ENT]

b. PCODE, menunjukkan identitas atau nama titik tempat berdirinya prisma target
backsight. Jika prisma target backsight pada titik 4, PCODE kita isi dengan “T4”.
Tekan [F4] ENT.
c. R.HT, menunjukkan tinggi prisma target yang diukur dari titik poligon sampai
dengan batas yang telah ditentukan pada prisma target. Tekan [F4] ENT.
30

d. Tekan [F2] 0SET untuk menyetel titik 4 (backsight) sebagai acuan dalam
pengukuran sudut (sudut horizontalnya 0o0’0”).
BS# = 2
PCODE : T4
R.HT : 1.460 m
VH *SD NEZ----

e. Tekan [F3] MEAS.
i. Tekan [F2] *SD untuk mengukur sudut vertikal dan sudut horizontal titik
backsight, serta jarak datar antara tempat berdiri alat TS dengan prisma target.
ii. Tekan [F3] NEZ untuk mengukur koordinat titik backsight (titik 4). Dalam
pengukuran polygon yang kami lakukan ini kami tidak melakukan pengukuran
terhadap koordinat target.
9. Buka kunci penggerak piringan horizontal dan vertikal kemudian bidikan teropong
total station secara kasar menggunakan visir pada prisma target yang berada di titik
kedua (T2) sebagai foresight dalam keadaan biasa, bidik tepat pada prisma target.
10. Kunci penggerak limbus dan penggerak piringan horizontal serta penggerak piringan
vertikal kemudian arahkan benang bidik tepat pada prisma target menggunakan
penggerak halus horizontal maupun penggerak vertikal.
11. Tekan [F3] FS/SS untuk pengaturan bacaankedepan tempat titik berdiri selanjutnya.
PT#
PCODE
R.HT

PT# = 3
PCODE
R.HT

PT# = 2
PCODE : T2
R.HT

12. Kemudian tekan [F1] INPUT untuk input data.
a. PT#, menunjukkan point yang sedang kita input datanya. Jika alat TS pada titik 1,
PT# kita isi “3”. Jika alat pada titik 2, PT# kita isi dengan “6” dan seterusnya. Tekan
[F4] ENT.
b. PCODE, menunjukkan identitas atau nama titik tempat berdirinya prisma target
foresight. Jika prisma target foresight pada titik 4, PCODE kita isi dengan “T2”.
Tekan [F4] ENT.
31

c. R.HT, menunjukkan tinggi prisma target yang diukur dari titik poligon sampai
dengan batas yang telah ditentukan pada prisma target. Tekan [F4] ENT.
d. Tekan [F3] MEAS.
BS#
PCODE
R.HT
VH *SD NEZ----

i. Tekan [F2] *SD untuk mengukur sudut vertikal dan sudut horizontal titik
foresight, serta jarak datar antara tempat berdiri alat TS dengan prisma target.
ii. Tekan [F3] NEZ untuk mengukur koordinat titik foresight (titik 2). Dalam
pengukuran poligon yang kami lakukan ini kami tidak melakukan pengukuran
terhadap koordinat target.
13. Ulangilah langkah-langkah tadi pada setiap titik poligon (kecuali langkah membuat
job).
3.4 Penentuan Luas Menggunakan ArcGis 10.1
Alat dan bahan yang diperlukan :
1. Laptop/komputer.
2. Software terinstall berupa ArcGis 10.1 (ArcMap 10.1 dan ArcCatalog 10.1).
3. Data berupa koordinat masing-masing titik poligon.
Berikut adalah langkah-langkah penggunaan ArcGis 10.1 untuk menghitung luas.
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Hidupkan laptop atau komputer anda.
3. Buatlah Shapefile pada ArcCatalog 10.1.
a. Buka aplikasi ArcCatalog 10.1.

b. Klik pada menu File lalu pilih Connect To Folder.
32

c. Pilih dimana lokasi anda untuk menyimpan project dari ArcCatalog 10.1 lalu klik

OK.
d. Klik kanan lalu arahkan kursor ke New dan pilih Shapefile.
e. Beri nama shapefile tersebut pada kolom Name (dalam hal ini kami gunakan nama
Kel1) dan pilih Point pada Feature Type.
f. Klik Edit untuk menyetel Sistem Koordinat XY.
g. Klik pada Projected Coordinate Systems lalu pilih UTM. Kemudian pilih WGS 1984 dan
Southern Hemisphere.

h. Untuk praktek kami, kami memilih WGS UTM Zone 48S. Lalu klik OK dan OK.

4. Input data koordinat titik poligon pada ArcMap 10.1

a. Buka aplikasi ArcMap 10.1.
33

b. Pilih Blank Mapkemudian klik OK.

c. Klik add data untuk input shapefile yang telah kita buat pada ArcCatalog 10.1 tadi.

d. Cari tempat yang kita gunakan untuk menyimpan shapefile. Lalu klik OK.
e. Klik Editor lalu Start Editing untuk memulai.

f. Klik nama shapefile kita yang berada di windows Create and Features yang berada
di kanan layar monitor. Lalu klik kanan pada kanvas dan klik Absolute X,Y.

34

g. Input koordinat pada kotak dialog yang tersedia sesuai dengan koordinat yang telah

didapatkan dari pengolahan data. Lalu tekan Enter. Lakukan langkah ini untuk 3
lainnya sehingga semua titik poligon muncul. Jika titik tidak terlihat, maka klik
kanan pada layer Kel1 dan pilih Zoom To Layer.

h. Jika keempat titik telah muncul, klik Editor lalu Stop Editing.
5. Tentukan luas poligon.
a. Buat shapefile baru lagi seperti langkah 3 dengan nama Luas pada ArcCatalog 10.1
tetapi pada kolom Feature Type, pilih Polygon.

b. Add data shapefile Luas dengan cara seperti pada langkah 4c dan 4d.
c. Klik kanan pada layer Luas lalu pilih Open Attribute Table.

d. Klik pada tanda panah kecil pada table option lalu pilih Add field.
e. Beri nama Luas pada kolom Name dan pilih Double pada Type. Lalu klik OK.
f. Klik Editor dan Start Editing dengan layer aktif adalah layer Luas.

35

g. Klik Luas pada Creat and Features.

h. Tekan, tahan, dan hubungkan titik-titik poligon sehingga membentuk sebuah bidang.
i. Buka lagi attrinute table pada Luas.

j. Klik kanan pada field Luas dan pilih Calculate Geometry. Lalu pilih Area pada
Property dan Square Meters pada Units.Kemudian klik OK.

k. Untuk memunculkan hasil perhitungan luas pada bidang, klik kanan pada layer
Luas. Lalu pilih Properties aktifkan kolom Labels. Beri tanda pada Labels features in
this layer. Kemudian ganti pilihan pada Label field menjadi Luas. Lalu klik OK.

36

l. Untuk menambahkan peta lokasi dari poligon kita (laptop/komputer harus
tersambung internet), klik pada Add Data lalu pilih Add Basemap dan klik pada tipe
peta yang diinginkan. Klik OK.

37

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Poligon

Gbr 4.1 Sketsa Area Poligon

a. Perhitungan jarak
Data-data perhitungan jarak yang didapatkan pada praktikum ini menggunakan
meotde pengukuran jarak tidak langsung, yaitu dengan memanfaatkan fitur EDM
(Electronic Distance Measure) yang terdapat pada Total Station Topcon GTS-102N.
Adapun total jarak antar titik-titik poligon adalah sebagai berikut :
DP1-P4=d1 + d2 + d3 + d4+d5+d6
= 29,592 m + 44,134 m + 27,398 m + 39,797 m
= 140,921 m
b. Perhitungan sudut
Dari sket poligon diatas terlihat bahwa hasil pengukuran sudut menggunakan alat
Total Station merupakan sudut luar, karena jalur pengukuran adalah searah jarum jam.
Berikut hasil pengukuran sudut di tiap-tiap titik :

38

SUDUT LUAR (β)

TITIK
º

'

"

desimal

P1

273

27 11

273,4531

P2

270

11 55

270,1986

P3

279

3

47

279,0631

P4

257

16 56

257,2822

Tabel 4.1 Data pengukuran sudut

Jumlah sudut yang seharusnya (secara geometris) memenuhi persamaan :
= ( n + 2 ) * 180º

β0

= ( 4 + 2 ) * 180º
= 1080º
Sedangkan jumlah sudut horizontal hasil pengukuran (β) adalah 1079°59’49”. Jadi besar
kesalahan sudut dalam horisontalnya :
f(β)

= β- β0
= 1079°59’49”- 1080º
= - 0º00’ 11”

Kesalahan sebesar 11” masih dalam batas toleransi pengukuran sudut yang sebesar 10” √ n
atau sebesar 20”, sehingga data pengukuran sudut dapat diterima.
Lalu, besar koreksi untuk tiap sudutnya adalah :


=

−f ( β )
jumlah titik (n)

= −¿ ¿
= 2,75”
= 0,0007639º
Sehingga sudut horizontal setelah koreksi menjadi :
βn’ = βn + kβ ...................

TITI
K

SUDUT LUAR (β)

KOREKSI
SUDUT

SUDUT LUAR
TERKOREKSI (β')
39

º

'

"

desimal

P1

273

2
7

1
1

273,4531

P2

270

1
1

5
5

270,1986

P3

279

3

4
7

279,0631

P4

257

1
6

5
6

257,2822

º

'

"

desimal

0,0007639

27
3

2
7

13,7
5

273,4538

0,0007639

27
0

1
1

57,7
5

270,1994

0,0007639

27
9

3

49,7
5

279,0638

0,0007639

25
7

1
6

58,7
5

257,2830

(K)

Tabel 4.2 Perhitungan Sudut Horizontal Terkoreksi

c. Perhitungan Azimuth
Untuk menghitung sudut azimuth tiap-tiap titik poligon, diperlukan sebuah azimuth awal.
Pada pengukuran ini, sudut azimuth awal yang digunakan adalah azimuth P1-P2 (α 1-2) yang
diperoleh menggunakan kompas sebesar 185°3’45,34”. Formula yang digunakan untuk
menghitung azimuth adalah :

αn = αn-1 +βn’+ 180º....................
Maka,
 Azimuth P2-P3 (α2-3)
α2-3 = α1-2 + β2’- 180º
= 185°3’45,34” + 270°11’57,75” - 180°
= 278°30’59,09”
 Azimuth P3-P4 (α3-4)
α3-4 = α2-3 + β3’- 180º
= 278°30’59,09” + 279°3’49,75” - 180°
= 8°42’56,84”
 Azimuth P4-P1 (α4-1)
α4-1 = α3-4 + β4’- 180º
= 8°42’56,84”+ 257°16’58,75” - 180°
= 107°46’46,59”
Dengan menggunakan rumus yang sama, dilakukan perhitungan kembali azimuth P1-P2,
maka :
α1-2

= α4-1 + β1’- 180º
= 107°46’46,59”+ 273°27’13,75” - 180°
40

= 185°3’45,34”
Terlihat bahwa azimuth P1-P2 yang diperoleh dari perhitungan kembali menggunakan rumus
diatas menghasilkan nilai yang sama dengan azimuth awal yang digunakan sebagai dasar
penentuan azimuth tiap titik poligon, sehingga mengindikasikan bahwa koreksi kesalahan
sudut telah dilakukan dengan benar.
d. Perhitungan Koordinat Titik-Titik Poligon
Pada pengukuran ini, P1 dijadikan sebagai titik ikat bagi titik-titik poligon lainnya. Oleh
karena itu, harus diketahui terlebih dahulu koordinat dari titik P1. Dengan menggunakan GPS
Garmin 76 CSX, diperoleh :
Koordinat P1
Easting (X1)
= 691826,095 m
Northing (Y1)= 9306833,065 m
Dengan menggunakan koordinat dari titik P1, maka dihitung koordinat dari titik-titik
poligon lainnya menggunakan formula berikut ini :
Xn

= Xn-1 + dn-1 * sin αn-1 + koreksi absis titik ke-n-1 (fxn-1) ..........................................

Yn

= Yn-1 + dn-1 * cos αn-1 + koreksi ordinat titik ke-n-1 (fyn-1)

....................................

Namun, terlebih dahulu ditentukan koreksi absis dan ordinat untuk tiap-tiap titik,
sebagai berikut :
 Koreksi Absis (fx)
fx
= - ∑ d sin α
= - (d1 x sin α1-2 + d2 x sin α2-3 + d3 x sin α3-4 + d4 x sin α4-1)
= - (-4,2107)
= 4,2107 m