ANALISIS UNSUR UNSUR INTRINSIK NOVEL SUK

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK
NOVEL SUKRENI GADIS BALI KARYA A.A PANDJI TISNA
Disusun untuk memenuhi ujian praktik Bahasa Indonesia

Oleh,
Sigit Wahono
IX / 20

SMP KRISTEN LENTERA AMBARAWA
2014 / 2015

Lembar Pernyataan

Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sigit Wahono
Kelas : IX
Nomer : 20
Menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul “Analisis Unsur-unsur
Intrinsik Novel Sukreni Gadis Bali Karya A.A Pandji Tisna” benar-benar hasil karya
saya. Segala sesuatu yang saya tuliskan dapat saya pertanggung jawabkan dan saya
tuliskan dalam daftar pustaka.Apabila ditemukan ketidaksesuaian atau terbukti

menjiplak maka saya bersedia diberi sanksi.

Penulis,

(Sigit Wahono)

Lembar Pengesahan

Karya tulis yang berjudul “Analisis Unsur-unsur Intrinsik Novel Sukreni Gadis
Bali Karya A.A Pandji Tisna” telah diujikan dan disahkan pada :
Hari

:

Tanggal :

Penguji II

Penguji I


( Sapta Febriyanti, S.Pd )

( Sri Jantiningsih, S.Pd )

Mengetahui,
Kepala Sekolah
SMP KRISTEN LENTERA AMBARAWA

( Fera Tristiyanti, S.Si )
NIY : 198102222012072029

Kata Pengantar
Oleh karena Tuhan yang selalu menyertai saya dalam pembuatan karya tulis ini,saya
sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini hingga tuntas
untuk memenuhi ujian praktik bahasa Indonesia dengan baik
.Karya manusia memang tak sempurna karya-nya ,maka dari itu ,mohon maaf
bila ada kesalahan kata penulisan ataupun isi dari karya tulis ini.Saya berterima kasih
kepada orang-orang terdekat saya ,Orang Tua yang selalu member saya dukungan ,para
sahabat yang telah embantu saya .Bapak ibu Guru yang telah mengajar dan member
saya ilmu selama tiga tahun ini ,dan terutama untuk Tuhan yang senantiasa menuntun

tangan saya dalam penulisan karya tulis ini.
Sekali lagi ucapan dari saya,terima kasih yang sebesar-besarnya.Kiranya Tuhan
Yesus memberkati kita semua.
Feminisme secara etimologis berasal dari kata femme (woman) yang berarti
perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan
(jamak) sebagai kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan hubungan antara
male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah),
masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis dan kultural).
Dalam pengertian yang luas, feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk
menolak segala sesuatu yang dimarginalkan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh
kebudayaan dominan, baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial
pada umumnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Feminisme adalah gerakan wanita yang
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria.
Sementara dalam kenyataannya, perempuan pada masa kini banyak yang
direndahkan. Dalam berbagai hal, perempuan dianggap lebih lemah daripada laki-laki.
Hal ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan para perempuan untuk menyamakan
kedudukan dengan laki-laki (emansipasi). Emansipasi lebih banyak dikaitkan dengan
gerakan perempuan dalam menuntut persamaan hak dengan laki-laki. Pengenalan istilah
‘gender’ digunakan untuk mereduksi feminitas dan maskulinitas sebagai batasan yang

sama dengan suatu jenis kelamin biologis pada individu.

Masalah yang terus-menerus tentang emansipasi sebenarnya bukan karena lakilaki menjadikan wanita sebagai objek, melainkan karena perempuan sendiri yang
berlaku demikian. Selalu berteriak akan persamaan hak. Dan itu akan selalu ada jika
kaum perempuan tidak pernah merasa bahwa laki-laki adalah "mitra" melainkan sebagai
pesaing dan musuh.
Oleh karenanya, novel berjudul “Sukreni Gadis Bali” saya jadikan sebagai bahan
penulisan karena menurut saya, terdapat citra feminisme di dalam tokoh utamanya,
yakni Sukreni. Sehingga saya berniat lebih jauh untuk mengulasnya.

Penulis
(Sigit Wahono)

DAFTAR ISI
Halaman judul................................................................................................

i

Lembar pernyataan.........................................................................................


ii

Lembar pengesahan........................................................................................

iii

Kata pengantar................................................................................................

iv

Daftar isi..........................................................................................................

v

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................

1

B. Identifikasi masalah ...............................................................


2

C. Rumusan masalah ..................................................................

3

BAB II. KAJIAN TEORI
A. Pengertian................................................................................

4

B. Jenis-jenis.................................................................................

5

C. Ciri-ciri.....................................................................................

7


BAB III. PEMBAHASAN............................................................................ .
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran........................................................................................
Daftar pustaka .................................................................................................
Sinopsis............................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca adalah salah satu kegiatan yang sangat berguna bagi diri sendiri juga
orang lain. Tetapi, bagi remaja membaca adalah hal kuno yang sama sekali tidak keren
bagi kebiasaan anak muda zaman sekarang. Apalagi sekarang ini telah ada berbagai
teknologi canggih dengan harga terjangkau, hal itu yag menyebabkan anak muda
cenderung lebih mementingkan memegang gadget daripada memegang sebuah buku.
Banyak ditemukan keluhan yang didapati dari anak-anak remaja saat mereka diharuskan
untuk membuat tugas yang berhubungan dengan membaca buku.
Seharusnya dengan majunya teknologi akan semakin memudahkan anak remaja dalam
membaca buku. Banyak aplikasi yang mudah dan cepat didapatkan. Hanya dengan
mendownload sebuah aplikasi kita bisa membaca di mana pun tanpa harus memegang

buku tebal yang besar. Namun, membaca dengan menatap layar handphone membuat
mata kita bermasalah karena pancaran radiasi yang ditimbulkan. Karya sastra tidak jatuh
begitu saja dari langit. Ia diciptakan secara sengaja oleh pengarangnya sebagai
representasi dari kehidupan nyata. Karya sastra tidak bersifat statis, melainkan dinamis.
Artinya karya sastra pun berkembang sesuai dengan zamannya. Rentang waktu yang
amat panjang sejak dulu, sebelum Indonesia merdeka bahkan ketika sistem
pemerintahan Indonesia masih berupa kerajaan mencatatkan perjalanan karya sastra dari
masa ke masa.
Dalam hal ini, karya sastra yang dianalisis (Sukreni Gadis Bali) merupakan satu dari
banyak karya yang tergolong ke dalam angkatan pujangga baru. Umumnya karya sastra
pada angkatan ini bertemakan percintaan. Tetapi tentu tidak semata mengandung
percintaan tanpa mengindahkan unsur-unsur lainnya. Selain unsur percintaan, terdapat
pula unsur budaya, religi, serta didaktis.

Sebab karya sastra merangkum zamannya. Ia mengumpulkan fragmen karya dari masa
ke masa hingga membentuk sebuah sebutan yang bernama sejarah kesusastraan. Melalui
media yang disebut sejarah tersebut, penggolongan terhadap karya sastra berdasarkan
zamannya akan dapat dengan mudah dinyatakan.
Sukreni Gadis Bali merupakan karya sastra angkatan pujangga baru yang datang dari
pulau Bali. Isinya pun tidak jauh dari menceritakan adat dan budaya Bali. Karena

pengarangnya sendiri memang berasal dari Bali. Novel ini banyak mengandung unsur
kasih sayang, didaktis, budaya/ adat istiadat, dan religi.
Karya sastra tidak dapat dikupas secara tipis (hanya sampai permukaan), melainkan
harus ada pemahaman atau pemikiran yang mendalam dalam mengupasnya. Karena
maksud dalam karya sastra seringkali bahkan `memang benar disampaikan dengan
bahasa yang tidak denotatif.

B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa permasalahan novel dalam remaja
dapat disimpulkan sebagai berikut. Untuk menemukan citra tokoh utama dalam Novel
“Sukreni Gadis Bali” tersebut, banyak permasalahan yang timbul, antara lain:
a. Bagaimana tokoh utama yakni Sukreni dicitrakan?
b. Bagaimana keadaan dan konflik batin Sukreni dijabarkan?
c. Bagaimana posisi dan sosok Sukreni ditampilkan?
d. Apa saja konflik yang timbul akibat relasinya dengan tokoh lain?
e. Bagaimana kisah cinta Sukreni?
f. Tergantungnya remaja terhadap pelbagai alat-alat elektronik yang ada
g. Malasnya membaca karena berbagai alasan
h. Buku yang dijual harganya mahal juga terbatas
i. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui sebatas unsur-unsur intrinsik

buku yang mereka baca

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas dapt ditemukan sebuah rumusan masalah
yaitu, bagaimana unsur-unsur intrinsik novel Sukreni Gadis Bali? Penulisan ini dibatasi
pada aspek pencitraan tokoh utama yang berjenis kelamin wanita. Dan penulisan ini
hanya akan membahas beberapa masalah yang dapat dirumuskan menjadi:
a.

Bagaimana tokoh utama yakni Sukreni dicitrakan?

b.

Bagaimana posis idan sosok Sukreni ditampilkan?

c.

Apa saja konflik yang timbu lakibat relasinya dengan tokoh lain?

BAB II

KAJIAN TEORI
A.

Pengertian Novel

Novel berasal dari bahasa Itali, juga dari bahasa Latin yakni novellus yang diturunkan
pula dari kata novies yang berarti baru. Dikatakan baru karena kalau dibandingkan
dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka jenis novel
ini muncul kemudian (Tarigan, 1984:164).
Novel adalah karangan yang panjang dan berbentuk prosa dan mengandung rangkaian
cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku (Depdikbud, 1989:618).
Sementara itu, Jassin dalam Zulfahnur (1996:67) mengatakan bahwa novel
menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari tokoh cerita, dimana kejadiankejadian itu menimbulkan pergolakan batin yang mengubah perjalanan nasib
tokohnya.
Selanjutnya, Sayuti (1996:6-7) mengatakan bahwa novel cenderung expand (meluas)
dan menitikberatkan complexity (kompleksitas). Meluas dan kompleksitas yang
dimaksudkannya adalah dalam hal perwatakan, permasalahan yang dialami sang
tokoh, serta perluasan dari latar cerita tersebut.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa novel adalah
suatu cerita fiksi yang menggambarkan kisah hidup tokoh melalui rangkaian peristiwa
yang kompleks dan mengubah nasib tokoh tersebut.

B.

Jenis-jenis Novel

Novel dapat dibedakan berdasarkan isi cerita dan mutu novel. Berdasarkan isinya
Mohtar Lubis dalam Tarigan (1984:165) mengatakan bahwa novel sama dengan
roman. Oleh karena itu, roman dibagi menjadi roman avontur, roman psikologis,
roman detektif, roman sosial, roman kolektif, dan roman politik.
Lukas dan Faruk (1994:18-19), menjelaskan bahwa novel terdiri dari tiga jenis, yaitu
novel idealis abstrak, novel romantisme keputusan, dan novel pendidikan.
Berdasarkan pembagian Mohtar Lubis dalam Tarigan novel dibagi atas:
 Novel Avontur – memusatkan kisahnya pada seorang lakon atau hero melalui
garis cerita yang kronologis dari A sampai Z.
 Novel Psikologis – ditujukan pada pemeriksaan seluruhnya dari semua pikiranpikiran para pelaku.
 Novel Detektif – memusatkan penceritaannya pada usaha pencarian tanda bukti,
baik berupa seorang pelaku atau tanda-tanda.
 Novel Sosial Politik – Novel ini memberi gambaran antara dua golongan yang
bentrok pada suatu waktu.
 Novel Kolektif – Novel ini novel yang paling sukar dan banyak seluk beluknya.
Individu sebagai pelaku tidak dipentingkan, tetapi lebih mengutamakan cerita
masyarakat sebagai suatu totalitas (Tarigan, 1984:165-166).
 Pembagian novel menurut Lukas dan Faruk (1994:18-19) sebagai berikut:
 Novel idealisme abstrak yaitu novel yang menampilkan tokoh yang masih ingin
bersatu dengan dunia, novel itu masih memperlihatkan suatu idealisme. Akan
tetapi karena persepsi tokoh itu tentang dunia bersifat subjektif, didasarkan pada
kesadaran yang sempit, idealismenya menjadi abstrak.

 Novel romantisme keputusan yaitu, menampilkan kesadaran hero yang
terlampau luas. Kesadaran lebih luas dari pada dunia sehingga menjadi berdiri
sendiri dan terpisah dari dunia. Itulah sebabnya sang hero cenderung fasif dan
cerita berkembang menjadi analisis psikologis semata-mata.
 Novel pendidikan yaitu yang berada di antara kedua jenis tersebut. Dalam novel
ini, sang hero di satu pihak mempunyai interioritas, tetapi di lain pihak juga
ingin bersatu dengan dunia, karena ada interaksi antara dirinya dengan dunia,
hero itu mengalami kegagalan. Oleh karena mempunyai interioritas, ia
menyadari sebab kegagalan itu.

Pembagian novel berdasarkan mutunya menurut Zulfahnur (1996:72) bahwa novel
dapat dibagi menjadi novel populer dan novel literer. Novel populer adalah novel yang
menyuguhkan problema kehidupan yang berkisar pada cinta asmara yang simpel dan
bertujuan menghibur. Sedangkan novel literer disebut juga novel serius karena
keseriusan atau kedalaman masalah-masalah kehidupan kemanusiaan yang diungkapkan
pengarangnya. Dengan demikian, novel ini menyajikan persoalan-persoalan kehidupan
manusia secara serius, filsafat, dan langgeng (abadi) yang bermanfaat bagi
penyempurnaan dan aripnya kehidupan manusia, disamping pesona hiburan dan
nikmatnya cerita.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka novel dapat dibagi berdasarnya isinya,
yakni novel petualangan, novel humor, novel sosial, dan novel psikologi, sedangkan
berdasarkan mutunya dapat dibagi menjadi novel literer dan novel populer.

C. Ciri-ciri Novel
Sebuah novel memiliki beberapa ciri yang dapat dijadikan sebagai pegangan untuk
mengetahui apakah novel atau bukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan
(1984:170) menyebutkan bahwa ciri-ciri novel adalah.
1. Jumlah kata lebih dari 35.000 buah;
2. Jumlah waktu rata-rata yang dipergunakan buat membaca novel yang paling
pendek diperlukan waktu minimal 2 jam atau 120 menit;
3. Jumlah halaman novel minimal 100 halaman;
4. Novel bergantung pada pelaku dan mungkin lebih dari satu pelaku;
5. Novel menyajikan lebih dari satu impresi, efek dan emosi;
6. Skala novel luas;
7. Seleksi pada novel lebih luas;
8. Kelajuan pada novel kurang cepat;
9. Unsur-unsur kepadatan dan intensitas dalam novel kurang diutamakan.

Unsur – Unsur Novel
Novel mempunyai unsur-unsur yang turut membangun novel menjadi cerita yang
menarik, unsur tersebut dibagi menjadi 2 ( dua ) yaitu (1) unsur intrinsik dan (2)
unsur ekstrinsik.
Unsur Instrinsik
Unsur instrinsik dalam sebuah novel terdiri dari :

Tema
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang
terkandung di dalam teks. Sebagai unsur semantris dan yang menyangkut persamaan
– persamaan dan perbedaan – perbedaan ( Hartoko dan Rahmanto, 1986 : 142 ).
Tema disaring dari motif – motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang
menentukan hadirnya peristiwa – peristiwa, konflik dan situasi tertentu. Tema dalam
banyak hal bersifat mengikat kehadiran dan ketidakhadiran peristiwa, konflik, situasi
tertentu, termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain, karena hal – hal tersebut
haruslah bersifat mendukung kejelasan tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi
dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai selurh bagian
cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
Setting / latar
Latar / setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyarankan pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan ( Abrams, 1981 : 175 ).
Senada dengan pendapat diatas menyatakan bahwa setting merupakan latar belakang
yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting ini meliputi waktu, tempat, sosial
budaya, ( Drs. Rustamaji, M.Pd., Agus Priantoro, S.Pd ). Latar memberikan pijakan
cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis
kepada pembaca. Menciptakan suasana tertentu yang seolah – olah sungguh –
sungguh ada dan terjadi.
Latar dapat dibedakan tiga unsur pokok yaitu :

1.Latar tempat
Latar tempat menyusun pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi.
2. Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa – peristiwa
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
3. Latar sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan
sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra.
Penokohan
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
diotampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan mencakup masalah siapa tokoh cerita,
bagaimana perwatakannya, bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah
cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
Berdasarkan perbedaan sulit pandang dan tinjauan, seorang tokoh dapat
dikategorikanm ke dalam beberapa jenis, yaitu:
1.Tokoh utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang
bersangkutan.
2. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang merupakan pengejawantahan
norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.

3. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis merupakan tokoh penyebab terjadinya konflik dalam sebuah cerita.
4.Tokoh sederhana
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas peribadi tertentu,
satu sifat watak yang tertentu saja.
5. Tokoh bulat ( kompleks )
Tokoh bulat ( kompleks ) adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai
kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya.
6. Tokoh Statis
Tokoh Statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap , tak berkembang, sejak
awal sampai akhir cerita.
7. Tokoh Berkembang
Tokoh berkembang adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan berkembang
perwatakan sejalan dengan perkembangan serta perubahan peristiwa dan plot yang
dikisahkan.
8. Tokoh Tipikal
Tokoh

Tipikal

adalah

tokoh

yang

hanya

sedikit

ditampilkan

keadaan

individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaan.
Tokoh ini merupakan penggambaran pencerminan atau penunjukkan terhadap orang
atau sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga, atau seorang individu
sebagai bagian dari lembaga yang ada di dunia nyata.

9. Tokoh Netral
Tokoh Netral adalah tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar
– benar merupakan tokoh imajiner, yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia
fiksi, Ia hadir semata – mata demi cerita, atau bahkan dialah yang empunya cerita,
pelaku cerita dan diceritakan.
10.Tokoh Tambahan
Tokoh lain dalam cerita selain tokoh utama.
4. Alur / Plot
Alur / Plot merupakan rangkaian peristiwa dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2
(dua) bagian yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila peristiwa bergerak
secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang
kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan
peristiwa yang sedang berlangsung. Plot / alur menampilkan kejadian – kejadian
yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang ( point of view ) merupakan strategi, teknik, siasat yang secara
sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Sudut pandang dibagi menjadi 3 yaitu :
1)

Sudut Pandang orang pertama : “ Aku “

Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh dan kata ganti orang pertama,
mengisahkan apa yang terjadi dengan dirinya dan mengungkapkan perasaannya
sendiri dengan kata – katanya sendiri.

2)

Sudut Pandang orang ketiga : “ Dia “

Pengarang menggunakan sudut pandang tokoh bawahan, ia lebih banyak mengamati
dari luar daripada terlibat di dalam cerita, pengarang biasanya menggunakan kata
ganti orang ketiga.

3)

Sudut pandang campuran

Pengarang menggunakan sudut pandang impersonal, ia sama sekali berdiri di luar
cerita, Ia serba melihat, serba mendengar dan serba tahu. Ia melihat sampai ke dalam
pikiran tokoh dan mampu mengisahkan rahasia batin yang paling dalam dari tokoh.
6. Gaya Bahasa
Ada dua jenis bahasa yang sering dipakai dalam tulisan fiksi. Bahasa literal dan bahasa
figuratif (gaya bahasa/majas). Pengertian dari keduanya dapat disederhanakan menjadi:
Bahasa literal adalah bahasa yang tidak menyimpang dari arti sebenarnya (arti yang
sesungguhnya), sedangkan gaya bahasa adalah bahasa yang menyimpang/tidak sesuai
dari arti sebenarnya.

Unsur Ekstrinsik
Unsur ini meliputi latar belakang penciptaan, sejarah, biografi pengarang dan lain – lain
diluar unsur intrinsik. Unsur ekstrinsik yaitu unsur – unsur yang ada di luar tubuh karya
sastra. Perhatian terhadap unsur-unsur ini akan membantu keakuratan penafsiran isi
suatu karya sastra. Unsur-unsur Ekstrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang berada
di luar novel. Tetapi secara tidak langsung mempengaruhi system organisme karya
sastra. Secara lebih spesifik, unsure ekstrinsik sebuah novel bisa dibilang sebagai unsur
yang membangun sebuah novel. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik novel tetap harus
diperhatikan sebagai sesuatu yang penting.

Beberapa unsur ekstrinsik novel diantaranya adalah:
1. Sejarah pengarang, biasanya sejarah pengarang berpengaruh pada cerita yang
dibuatnya
2. Situasi dan Kondisi, secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada
hasil karya
3. Nilai-nilai dalam ceritaDalam sebuah karya sastra terkandung nilai-nilai yang
disisipkan oleh pengarang. Nilai-nilai itu antara lain :
o Nilai Moral, yaitu nilai-nilai yang berkaitan dengan baik dan buruk
o Nilai Budaya, yaitu konsep masalah dasar yang sangat penting dan
bernilai dalam kehidupan manusia( misalnya adat istiadat ,kesenian,
kepercayaan, upacara adat )
o Nilai Sosial, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan norma –norma dalam
kehidupan masyarakat ( misalnya, saling memberi, menolong, dan
tenggang rasa )
o Nilai Estetika, yaitu nilai yang berkaitan dengan seni, keindahan
dalam karya sastra ( tentang bahasa, alur, tema )

BAB III
PEMBAHASAN
A. Tema
Tema yang diangkat dalam novel Sukreni Gadis Bali adalah perempuan dan
hukum karma. Sosok yang lebih diangkat dalam novel ini adalah perempuan.
Perempuan-perempuan Bali pada masa itu masih dipandang amat

rendah

terutama oleh kalangan bangsawan. Para perempuan Bali pada masa itu lebih
sering dianggap sebagai pemuas nafsu semata, terlebih bila dirinya berparas
cantik.

B. Tokoh dan Penokohan

a)

Ni Widi/Luh Sukreni :

cantik, lemah lembut, penyayang, sabar, pemaaf, baik

b)

I Gusti Made Tausan

:

jahat, licik, pencemburu, dan mata keranjang

c)

Ida Gde Swamba

: pemaaf, cerdas, disiplin, dan pekerja keras

d)

Men Negara

:

e)

Ni Negari

: pembohong, pandai bertutur kata, licik, suka iri

f)

I Made Aseman

:

setia, tidak mudah percaya dengan orang, jujur,

:

jahat, suka merampok dan berjudi, pemarah, kasar

hati

licik, pembohong, matrealistis, suka iri

bertanggungjawab
g)

I Gustam

C.LATAR/SETTING
Waktu

:

pagi, siang, sore, malam

Tempat

: kedai, kebun kelapa (desa Bingin Bandjah), Hotel milik tionghoa (desa

Singaradja), Hotel (desa Pabean), Rumah Pan Gumiarning (desa Bandjar Bali)
Suasana

:

Menyedihkan, mengharukan, menegangkan dan bahagia.

DAFTAR PUSTAKA
http://nesaci.com/jenis-dan-pengertian-novel/
http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/pesona-puisi/segala-hal-tentang-novel/