Buku Pedoman Proteksi dan Kontrol Pengh (1)
BUKU PEDOMAN PEMELIHARAAN PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR PT PLN (PERSERO) JALAN TRUNOJOYO BLOK M-I/135 KEBAYORAN BARU JAKARTA SELATAN 12160
Susunan Tim Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010
Surat Keputusan Direksi PT PLN (Persero) No.0309.K/DIR/2013 Pengarah
: 1. Kepala Divisi Transmisi Jawa Bali
2. Kepala Divisi Transmisi Sumatera
3. Kepala Divisi Transmisi Indonesia Timur
4. Yulian Tamsir
Ketua
: Tatang Rusdjaja
Sekretaris
: Christi Yani
Anggota
: Indra Tjahja
Delyuzar Hesti Hartanti Sumaryadi James Munthe Jhon H Tonapa
Kelompok Kerja Proteksi dan Kontrol Penghantar, Trafo, serta Busbar
1. Amiruddin(PLN P3BS) : Koordinator merangkap anggota
2. Rahmat (PLN P3BS)
: Anggota
3. Karyana (PLN P3BJB)
: Anggota
4. Eka Annise A (PLN P3BJB)
: Anggota
5. Yudha Verdiansyah (PLN Sulselrabar)
: Anggota
6. Ervin Syahputra (PLN Kalselteng)
: Anggota
7. Warsono (PLN Kalbar)
: Anggota
8. Muhammad Toha (Udiklat Semarang)
: Anggota
Koordinator Verifikasi dan Finalisasi Review KEPDIR 113 & 114 Tahun 2010 (Nota Dinas KDIVTRS JBS Nomor 0018/432/KDIVTRS JBS/2014) Tanggal 27 Mei 2014
1. Jemjem Kurnaen
2. Sugiartho
3. Yulian Tamsir
4. Eko Yudo Pramono
PRAKATA
PLN sebagai perusahaan yang asset sensitive, dimana pengelolaan aset memberi kontribusi yang besar dalam keberhasilan usahanya, perlu melaksanakan pengelolaan aset dengan baik dan sesuai dengan standar pengelolaan aset. Parameter Biaya, Unjuk kerja, dan Risiko harus dikelola dengan proporsional sehingga aset bisa memberikan manfaat yang maksimum selama masa manfaatnya.
PLN melaksanakan pengelolaan aset secara menyeluruh, mencakup keseluruhan fase dalam daur hidup aset (asset life cycle) yang meliputi fase Perencanaan, Pembangunan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Peremajaan atau penghapusan. Keseluruhan fase tersebut memerlukan pengelolaan yang baik karena semuanya berkontribusi pada keberhasilan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dalam pengelolaan aset diperlukan kebijakan, strategi, regulasi, pedoman, aturan, faktor pendukung serta pelaksana yang kompeten dan berintegritas. PLN telah menetapkan beberapa ketentuan terkait dengan pengelolaan aset yang salah satunya adalah buku Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran tenaga listrik.
Pedoman pemeliharaan yang dimuat dalam buku ini merupakan bagian dari kumpulan Pedoman pemeliharaan peralatan penyaluran yang secara keseluruhan terdiri atas 25 buku. Pedoman ini merupakan penyempurnaan dari pedoman terdahulu yang telah ditetapkan dengan keputusan direksi nomor 113.K/DIR/2010 dan 114.K/DIR/2010. Perubahan atau penyempurnaan pedoman senantiasa diperlukan mengingat perubahan pengetahuan dan teknologi, perubahan lingkungan serta perubahan kebutuhan perusahaan maupun stakeholder. Di masa yang akan datang, pedoman ini juga harus disempurnakan kembali sesuai dengan tuntutan pada masanya.
Penerapan pedoman pemeliharaan ini merupakan hal yang wajib bagi seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeliharaan peralatan penyaluran di PLN, baik perencana, pelaksana maupun evaluator. Pedoman pemeliharaan ini juga wajib dipatuhi oleh para pihak diluar PLN yang bekerjasama dengan PLN untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan di PLN.
Demikian, semoga kehadiran buku ini memberikan manfaat bagi perusahaan dan stakeholder serta masyarakat Indonesia.
Jakarta, Oktober 2014 DIREKTUR UTAMA
NUR PAMUDJI
vi
PROTEKSI DAN KONTROL PENGHANTAR
1. PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum
Sistem proteksi bay penghantar adalah suatu sistem yang yang berfungsi untuk mengamankan/mengisolir penghantar (saluran udara/saluran kabel) tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi dari gangguan temporer dan gangguan permanenyang terjadi pada penghantar tersebut.Secara umum, bagian dari sistem proteksi penghantar dapat digambarkan pada Gambar 1-1 dan Gambar 1-2sebagai berikut.
SALURAN TRANSMISI
CT PT PT CT
Sinyal Kirim
Sinyal Terima
PROTEKSI Sinyal Terima
PROTEKSI
Sinyal Kirim
Rangkaian Kontrol Rangkaian Kontrol
CATU DAYA
CATU DAYA
Gambar 1-1 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTET
Komponen sistem proteksi terdiri dari transformator arus (CT), transformator tegangan (PT/CVT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catudaya rangkaian pengawatannya (wiring)dan teleproteksi.
SALURAN TRANSMISI
CT PT
PT CT
CATU DAYA
Sinyal Kirim
Sinyal Terima
CATU DAYA
Sinyal Terima
PROTEKSI
Sinyal Kirim
Gambar 1-2 Typical Komponen Sistem Proteksi SUTT
Daerah kerja proteksi bay penghantar adalah daerah di antara 2 (dua) atau lebih CT pada gardu-gardu induk berhadapan yang disebut sebagai unit proteksi penghantar. Relai proteksi mempunyai bagian-bagian utama sebagai terlihat padaGambar 1-3 berikut.
Gambar 1-3 Komponen Utama Relai Proteksi
1.2 Pola Proteksi Penghantar
Proteksi penghantar yang umum digunakan adalah skema proteksi menggunakan relai jarak (distance relay) dan relai diferensial saluran (line current differential). Pola proteksi untuk bay penghantar dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.2.1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV
Tabel 1-1 Pola Proteksi Penghantar 150 KV dan 70 KV (TT) SPLN T5.002-1:2010
Saluran yang
Proteksi
Saluran
Proteksi Utama
FO SUTT 150 KV
Teleproteksi CD
Cad 1:Z+DEF
(DEF Optional)
Saluran Pendek (SIR >4)
Cad 2: OCR + GFR
SUTT 150 KV
Teleproteksi
Z+DEF OCR + GFR
PLC / FO
(DEF Optional)
Saluran Sedang (0.5 ≤ SIR ≤ 4) dan Panjang (SIR<0.5)
SKTT 150 KV
FO Saluran Pendek SKTT 150 KV
Pilot wire CD
OCR + GFR
Pilot wire / FO Saluran Sedang dan
Teleproteksi CD
OCR + GFR
Saluran yang
Proteksi
Saluran
Proteksi Utama
Phasa phasa: relay jarak OCR + GFR (Reactance Relay)
Phasa tanah: 64V + 50SG (Selective Ground Relay)
SUTT 70 KV
atau
Pentanahan netral
Phasa tanah: 67G + 50G
dengan tahanan
tinggi Selective
(Directional
Ground Relay) Alternatif 2:
Teleproteksi Z
Alternatif 2:
Phasa
Netral OCR + GFR
Teleproteksi DEF
SUTT 70 KV
Teleproteksi
Z+DEF OCR + GFR
PLC / FO
(DEF Optional)
Pentanahan netral dengan
tahanan rendah
Pilot wire / FO SKTT 70KV
Phasa
phasa: Relay Jarak
Teleproteksi CD OCR +GFR
Pentanahan netral
Phasa
tanah:
dengan tahanan
Teleproteksi CD
tinggi dan tahanan rendah
1.2.2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV
Tabel 1-2 Pola Proteksi Penghantar 500 KV dan 275 KV (TET)SPLN T5.002-2:2010
Saluran yang
Skema Proteksi B Diproteksi
Skema Proteksi A
Saluran Pendek Utama: Teleproteksi CD Utama: Teleproteksi CD dengan FO dengan FO
Cadangan:Teleproteksi Z+DEF
Cadangan:
Teleproteksi dengan PLC
Z+DEF dengan PLC
Saluran Sedang Alternatif I
Alternatif I
& Panjang
Utama: Teleproteksi Z+DEF Utama : Teleproteksi CD dengan dengan PLC
FO
Cadangan: Z
Cadangan: Teleproteksi Z+DEF
Alternatif II
Utama: Teleproteksi Z+DEF dengan PLC
Alternatif II
Cadangan: Z Utama: Teleproteksi Z+DEF dengan FO
Cadangan: Z
1.3 Line Differential Relay
Line Differential Relay atau relai diferensial saluran adalah salah satu jenis proteksi utama pada penghantar yang bekerja berdasarkan pengukuran perbedaan
parameterarus. Prinsip kerja relai ini adalah sebagai berikut: perbandingan arus(Gambar 1-4) , perbandingan arus skema arus seimbang (Gambar 1-5) dan skema tegangan seimbang (Gambar 1-6).
Gambar 1-4 Prinsip Kerja Skema Perbandingan Arus
CT
SALURAN TRANSMISI
∆I1
∆I2
PILOT WIRE
Gambar 1-5 Prinsip Kerja Skema Arus Seimbang
Khusus untuk skema arus seimbang dan tegangan seimbang digunakan pada proteksi saluran dengan pilot wire.
SALURAN TRANSMISI
∆I1
∆I2
PILOT WIRE
Gambar 1-6 Prinsip Kerja Skema Tegangan Seimbang
1.4 Distance Relay
Distance relay adalah salah satu jenis proteksi penghantar yang bekerja berdasarkan perbandingan nilai impedansi.Distance relayakan bekerja bila impedansi yang di ukur dari besaran arus CT dan tegangan PT/CVT lebih kecil dari impedansi setelan. Selain sebagai proteksi utama penghantar, relai ini juga berfungsi sebagai proteksi cadangan jauh terhadap proteksi utama penghantar di depannya.
1.4.1 Proteksi Utama (Zona 1)
Proteksi utama pada distance relayadalah proteksi yang bekerja tanpa waktu tunda dengan jangkauan terbatas pada seksi (section) penghantar itu sendiri.
Dengan mempertimbangkan faktor kesalahan (percentage error) CT,PT/CVT, relai proteksi, faktor keamanan (safety margin) dan parameter jaringan, maka zona 1 disetelmenjangkau 80% - 85% dari impedansi saluran.
1.4.2 Proteksi Cadangan Jauh (Zona 2 dan Zona 3)
Proteksi cadangan jauh pada distance relayadalah proteksi yang dicadangkan untuk bekerja apabila proteksi utama seksi didepannya gagal bekerja.
Zona 2 umumnya diseteldengan jangkauan minimummencapai impedansi saluran sampai dengangardu induk didepannya (tetapi tidak melebihi impedansi terkecil trafo di GI depannya) dengan waktu tunda antara 300-800 milidetik. (tergantung jangkauan impedansi dan koordinasi dengan waktu dengan Zone 2 di depannya )
Zona 3 diseteldengan jangkauan mencapai impedansi saluran sampai dengan 2 (dua) gardu indukterjauh didepannya (terbesar secara impedansi, tetapi tidak melebihi impedansi terkecil trafo di GI depannya) dengan waktu tunda maksimum 1600 milidetik. Proteksi cadangan jauh tidak disetelsampai memasuki daerah impedansi transformator didepannya.
1.4.3 Teleproteksi
Agar dapat bekerja selektif dan seketika pada daerah unit proteksi, distance relay dilengkapi dengan teleproteksi.
Teleproteksi merupakan rangkaian peralatan yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal dari gardu induk yang satu ke gardu induk lain didepannya atau yang berhadapan, untuk dapat memberikan perintah trip seketika. Pola teleproteksi yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut.
- Permissive Underreach Transfer Trip Scheme(PUTT) Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan TP pada
gardu induk didepannya apabila distance relaymendeteksi gangguan pada zona 1. Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance relay
mendeteksi gangguan pada zona 2 dan menerima sinyal TP, maka relai akan memberikan perintah trip waktu zona 1.Rangkaian logika pola ini sebagaimana terlihat pada
Gambar 1-7.
SALURAN TRANSMISI
TRIP
Sinyal Kirim
Sinyal Terima
Sinyal Terima
Sinyal Kirim
Gambar 1-7 Rangkain Logika Skema PUTT
Permissive Overreach Transfer Trip(POTT) Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal (carrier send) ke peralatan TP pada
gardu induk didepannya apabila mendeteksi gangguan zona 2. Pada gardu induk yang menerima sinyal (carrier receive), apabila distance relay mendeteksi gangguan pada zona 2, maka memberikan perintah trip pada waktu zona 1.Rangkaian logika skema ini sebagaimana digambarkan pada Gambar 1-8.
SALURAN TRANSMISI
TRIP
Sinyal Kirim
Sinyal Terima
Sinyal Terima
Sinyal Kirim
Gambar 1-8 Rangkaian Logika Skema POTT
Blocking Scheme Pada pola ini peralatan TP akan mengirim sinyal ke peralatan TP pada gardu induk
didepannya apabila distance relay mendeteksi gangguan pada daerah belakang (reverse zone). Pada gardu induk yang menerima sinyal, apabila distance relaymendeteksi gangguan pada daerah depan (forward zone) Zona 2 maka relai akan memberikan perintah blok (blocking).Apabila relai tidak memerima sinyal namun mendeteksi gangguan pada daerah depan (zona 2), maka relai akan memberikan perintah trip seketika, sebagaimana terlihat pada Gambar 1-9.
Gambar 1-9 Rangkaian Logika Skema Blocking
1.4.4 Power Swing Block
Power Swing Blok atau disingkat PSB adalah salah satu fiturdistance relay yang berfungsi untuk mencegah relai bekerja memberikan perintah trip pada saat terjadi fenomena ayunan daya (power swing) dan impedansi sistem masuk ke zona impedansi relai.
1.4.5 Switch On To Fault / Trip On Reclose (TOR)
Switch On To Faultatau SOTF adalah fitur dari distance relay yang berfungsi untuk men- trip-kan PMT seketika guna mengantisipasi ketidaksiapan distance relay apabila terjadi gangguan pada saat pemberian tegangan (energizing) atau pada saat menutup (close) PMT secara manual maupun menggunakan relai penutup balik otomatis (A/R).
1.4.6 Directional Earth Fault (DEF)
DEF adalah relai arus lebih berarah dengan deteksi arus 3Io dan referensi tegangan -3Vo yang bekerja mengamankan penghantar dari gangguan fasa ke tanah yang bersifattahanan tinggi(high resistance) yang tidak terdeteksi oleh distance relay. Relai ini digunakan sebagai pelengkapdistance relay.
1.4.7 DEF Utama
DEF utama adalah DEF yang dilengkapi dengan teleproteksi. DEF ini akan bekerja seketika apabila menerima sinyal TP dari gardu induk didepannya. Untuk membedakan waktu kerja DEF utama dengan proteksi utama distance relay (zona 1) maka waktu kerja DEF utama ditunda antara 20milidetik – 100milidetik.
1.4.8 DEF Back Up
DEF back up adalah DEF yang bekerja dengan waktu tunda lebih lama dari waktu tunda zona 3 distance relay (2 detik). DEF backup tidak memerlukan sinyal kiriman dari gardu induk didepannya.
1.5 OCR/GFR
OCR/GFR adalah relai arus lebih yang digunakan sebagai proteksi cadangan lokal pada proteksi penghantar. OCR digunakan untuk mengamankan penghantar dari gangguan fasa-fasa dan GFR digunakan untuk mengamankan penghantar dari gangguan fasa - tanah.
1.5.1 Relai Cek Sinkron
Relai cek sinkron atau synchrocheck relay adalah relai bantu bay penghantar yang terpasang pada sistem dengan lebih dari satu sumber, yang memerlukan fungsi cek sinkron untuk memastikan kondisi antara kedua sisi dari penghantar tersebut dalam keadaan sinkron sebelum PMT tutup. Untuk kebutuhan operasional, relai cek sinkron dilengkapi dengan fungsi cek tegangan. Pola operasional Relay Check Sinkron terdiri dari
4 kondisi tegangan antara lain:
Bus
Manual By Pass Live
Bypass sinkron hanya dapat dilakukan untuk penutupan PMT yang dilakukan oleh operator atau dispatcher dimana salah satu sisi bus atau line tidak bertegangan atau kedua sisi bus dan line tidak bertegangan, sedangkan ketika kedua sisi bertegangan maka tidak direkomendasi penggunaan bypass sinkron.
1.6 Autorecloser Relay (AR)
Autorecloser Relay(AR) atau relai penutup balik otomatis dipasang pada bay penghantarsaluran udara baik pada sistem tegangan tinggi (SUTT) maupun tegangan ekstra tinggi (TET). Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa saluran udara merupakan salah satu bagian sistem penyaluran yang paling sering mengalami gangguan, sebagian besar dari penyebab gangguan tersebut bersifat temporer yang akan segera hilang setelah PMT trip. Agar kesinambungan pasokan tenaga listrik tetap terjaga serta batas stabilitas tetap terpelihara maka pengoperasian autorecloser sangat dibutuhkan.Sebagai pertimbangan dalam menentukan waktu tunda penutupan durasi
(dead time) minimal lebih lama dari waktu pemadaman busur api dan kemampuan duty cycle PMT sedangkan maksimalnya tergantung dari kemampuan stabilitas sistem.
Sebagai referensi waktu pemadaman busur api minimum dapat diperkirakan dengan rumus sebagai berikut:
Tmin = 10.5 + V/34.5 cycles (Ref. Power System Protection, P.M Anderson)
Tegangan Sistem (kV)
Waktu (detik)
1.7 Skema Khusus
Selain fungsi dan fitur tersebut diatas, pada kondisi tertentu, untuk keperluan pengoperasian sistem maka relai baypenghantar juga dapat dilengkapi dengan Voltage
Relay dan Over Load Shedding (OLS).
1.7.1 Under/Over Voltage Relay
UVR (relai tegangan kurang) adalah relai yang bekerja mendeteksi tegangan kurang pada bay penghantar.OVR (relai tegangan lebih) adalah relai yang bekerja mendeteksi tegangan lebih pada bay penghantar. Relai tegangan bekerja dengan waktu tunda.
1.7.2 Over Load Shedding (OLS)
OLS adalah relai arus lebih yangdifungsikan sebagai load shedding dengan cara melepas beban apabila terjadi kenaikan arus beban secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pengalihan beban akibat trip-nya suatu penghantar/IBT.
1.7.3 Annunciator danAlarm
Annunciator adalah peralatan bantu yang berfungsi memberikan tanda peringatan kepada operator gardu induk mengenai fungsi proteksi mana yang bekerja. Annunciator mengambil input dari masing-masing relai proteksi. Alarm dapat di-reset setelah operator mencatat dan menekan tombol “silence”, “acknowledge” dan “reset”. Alarmdilengkapi dengan Annunciator. AudibleAlarm berupa peringatan suara (sirene, bell, horn, buzzer) yang bekerja bersamaan dengan terjadinya gangguan.
1.8 Selector Switch
Selector switch adalah sakelar pilih untuk fungsi-fungsi tertentu seperti: sakelar ON/OFF, sakelar Local/Remote/Supervisory, sakelar A/R (OFF,SPAR,TPAR,SPAR+TPAR), sakelar sinkron Man/Auto/Bypass.
1.9 Discrepancy Control Switch
Peralatan yang berfungsi untuk merubah status PMT dan PMS. Pengoperasian switch ini dilakukan dengan menekan dan memutar. Switch ini dilengkapi dengan lampu indikatorketidaksesuaian status peralatan terkait.
1.9.1 Meter
Peralatan yang berfungsi untuk memberikan informasi besaran arus (A), tegangan (kV), daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR).
1.9.2 Trip Circuit Supervision (TCS)
Peralatan yang berfungsi untuk memonitor kesiapan rangkaian trip. TCS akan memberikan informasi jika telah terjadi gangguan pada rangkaian Trip dari relai ke tripping coil PMT. Jika TCS bekerja maka PMT tidak dapat di masukkan karena rangkaian close PMT terpotong oleh TCS.
1.10 Failure Mode Effect Analisys (FMEA)
FMEA untuk peralatan proteksi dan kontrol penghantar sebagaimana terlampir.
2. PEDOMAN PEMELIHARAAN
Pedoman pemeliharaan ini adalah suatu acuanuntukmelakukan pemeliharaan proteksi dan kontrolbay penghantar. Pemeliharaan tersebut dapat dilakukan dalam keadaan bertegangan maupun tidak bertegangan (bebas tegangan).
Pemeliharaan proteksi bay penghantar meliputi: relai proteksi, rangkaian pengawatan input arus dan tegangan,Trip Circuit Supervision (TCS), binary input/output dan relai bantu.
2.1 In Service Inspection/Inspeksi Dalam Keadaan Operasi
Untuk peralatan sistem proteksi bay penghantar, inspeksi dalam keadaan operasi dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi pekerjaan yang dilakukan, yakni: harian, mingguandan bulanan.
2.1.1 Inspeksi Harian
Inspeksi harian adalah inspeksi yang dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas piketgardu induk/gardu induk tegangan ekstra tinggi dan hasil inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.
Yang termasuk dalam inspeksi harian adalah sebagai berikut. Kondisi peralatan proteksi utama-1 Kondisi peralatan proteksi utama-2
Kondisi relai Line Current Differential, Distance, Kondisi proteksi diferensial kabel Kondisi peralatan proteksi cadangan
Kondisi relai OCR / GFR Kondisi relai breaker failure Kondisi peralatan proteksi skema khusus berikut
Under/Overvoltage relay Overload shedding
Kondisi trip circuit supervision
2.1.2 Inspeksi Bulanan
Inspeksi bulanan adalah inspeksi yang dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh petugas piketgardu induk/gardu induk tegangan ekstra tinggi dan hasil inspeksi tersebut dilaporkan pada hari yang sama.
Yang termasuk dalam inspeksi bulanan adalah sebagai berikut. Kondisi umum panel proteksi
Suhu, kelembapan ruangan dan panel Suara (Normal/Tidak Normal) Bau (Normal/Bangkai/Hangus) Kondisi panel (Normal/Kotor/Lembab) Lampu penerangan panel (Normal/Redup/Tidak berfungsi/Tidak ada) Heater (Normal/Rusak/ Tidak ada) Pintu panel (Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci/Rusak)
Door sealant (Normal/Tidak Elastis/Putus/Tidak ada) Lubang kabel kontrol (Normal/Tidak rapat/Glen kabel tidak ada) Grounding panel (Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Tidak ada) Kondisi panas diukur dengan menggunakan thermal image
- Kabel kontrol (normal/cacat) -
Terminal wiring (kencang/kendor) -
Body rele (normal/panas) -
ACT (ACT jenuh untuk meter) Pemeriksaan Sirkit Voltage Selection
Kondisi Amperemeter (R,S,T) Kondisi KV Meter (R,S,T) Kondisi MW Meter Kondisi Mvar Meter Kondisi KWH Meter
KWH Meter IN KWH Meter OUT
Kondisi Annunciator Kondisi Synchrocheck Relay Kabel kontrol (Normal/Terkelupas)
2.2 In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi
In service Measurement/Pengukuran Dalam Keadaan Operasi dilakukan sebelum dan sesudah shutdown testing
Pemeriksaan besaran arus fasa R, S dan T dengan tang ampere Pemeriksaan besaran tegangan fasa R, S dan T pada relai dan meter Pengukuran besaran sumber DC di panel proteksi penghantar Pengukuran ripple catu daya di panel proteksi penghantar Kondisi-kondisi tersebut dicatat dalam blangko yang sudah disediakan untuk mengetahui
lebih dini kondisi peralatan terkait apakah dalam kondisi normal atau ada kelainan
2.3 Shutdown Testing/Measurement/Pengujian pada Saat Sistem tidak Bertegangan
Pemeliharaan pada saat shutdown testing adalah berupa pengujian individu yaitu, pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kinerja dan karakteristik relai itu sendiri apakah masih laik dioperasikan atau tidak dengan mensimulasikan gangguan menggunakan alat injeksi sekunder tanpa melakukan uji fungsi trip PMT. Pengujian individu dilakukan pada proteksi utama maupun proteksi cadangan. Selain pada saat pemeliharaan rutin, pengujian individu juga harus dilakukan jika terdapat perubahan nilai setelan relai proteksi.
Berikut ini adalah tabel periode pemeliharaan relai proteksi.
Tabel 2-1 Periode Pemeliharaan Relai Proteksi
Periode
No Relai Proteksi
Jenis Relai
1. Distance Relay
2. Line Current
6 Media Komunikasi Differential Relay
3. Pilot Wire Line
Elektromekanik
Differential Relay
Statik
4. OCR/GFR
5. Relai Frekuensi
6. Relai Tegangan
Elektromekanik
Statik
Digital /
Numerik
7. Relai Arah
Elektromekanik
2 Relai arus lebih berarah, relai daya
Apabila relai yang diuji adalah jenis relai multifungsi, maka pengujian relai dilakukan dengan cara menguji masing-masing fungsi terkait. Untuk fungsi yang tidak diuji, maka fungsi tersebut di-non-aktifkan untuk sementara. Setelah selesai menguji, fungsi tersebut diaktifkan kembali. Pada saat melakukan pengujian fungsi, maka hanya fungsi tersebut yang aktif.
2.3.1 Pengujian Distance Relay
Sebelum melakukan pengujian relay distance hal yang perlu dilakukan adalah melepas inisiate ke CBF dari terminal relay distance (jika ada).
Pelaksanaan pengujian individu distance relay adalah sebagai berikut: Menguji impedansi kerja relai (pada sudut kerjanya) untuk mengetahui berapa besar
persentase kesalahan (error) nilai setelan impedansi terhadap impedansi hasil uji padaZ1 sampai Z3 dan Reversed Zone untuk pola blocking.
Menguji waktu kerja relai untuk mengetahui selisih setting waktu kerja terhadap hasil
uji waktunya pada Z1 sampai Z3dan Reversed Zone (koordinasi waktu blocking). Menguji fungsi SOTF. Menguji fungsi relai cek sinkron Menguji kinerja Power Swing Blok (PSB) Relai
Menguji kinerja dan fungsi VT Fail, Fuse Failure, MCB VT Failrelai Menguji kinerja Weak End In Feed (jika ada) Menguji kinerja Fault Locator Menguji kinerja Oscillography dan rekaman gangguan Menguji kinerja LED dan tombol reset Pengujian arus kerja minimum DEF (jika ada) Pengujian waktu kerja minimum DEF (jika ada)
2.3.2 Pengujian Line Current Differential Relay
Pelaksanaan pengujian relai Line Current Differential yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Menguji arus kerjaminimum(Ip) Menguji waktu kerja relai. Pengujian stability dilakukan diantara 2 sisi relai yang berhadapan dengan
menggunakan GPS untuk syncronisasi waktu. Kondisi yang disimulasikan diantaranya kondisi normal berbeban, kondisi gangguan internal, kondisi gangguan eksternal.
2.3.3 Pengujian Pilot Wire Differential Cable Relay
Pelaksanaan pengujian Relai Pilot Differential Cable yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Menguji arus kerjaminimum(Ip) Menguji arus kerjaminimumdengan keadaan unstabilizing intertrip. Menguji waktu kerja relai Menguji besar tegangan kerja relai
2.3.4 Pengujian Relai OCR/GFR
Pelaksanaan pengujian Over Current Relay/Ground Fault Relay (OCR/GFR) yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan untuk fasa R, S, T (OCR) dan N (GFR) .
Menguji waktu kerja relai OCR/GFR dan membandingkan hasil uji terhadap setelan waktu.
2.3.5 Pengujian Relai Directional OCR dan Directional GFR
Pelaksanaan pengujianDirectionalRelayOCR dan Directional GFR yang dilakukan adalah sebagai berikut.
Semua tahapan pada relai OCR dan GFR di atas dilaksanakan. Pengujian pada sudut kerja relai (Maximum Torque Angle) dilakukan dengan merubah
sudut fasa arus dengan sudut fasa tegangan tetap. Untuk DOCR dan DGFR yang terpisah komponen arahnya maka relai tersebut diuji
secara bersamaan.
2.3.6 Pengujian Relai tegangan lebih/kurang (OVR/UVR)
Pelaksanaan pengujian Relai OVR/UVR yang dilakukan adalah sebagai berikut. Menguji nilai tegangan pick up dan tegangan drop off/reset pada nilai setting. Menguji waktu kerja relai
2.3.7 Pengujian Relai beban lebih (OLS)
Pelaksanaan pengujian Relai OLS yang dilakukan adalah sebagai berikut. Menguji nilai arus pick up dan arus drop off/reset pada nilai setelan Menguji waktu kerja relai
Pengujian DTT (jika ada)
2.3.8 Uji Fungsi Trip PMT Single Phase
Pengujian fungsi trip PMT single phase adalah untuk memastikan bahwa fasa PMT yang trip sesuai dengan fasa yang terganggu. Pengujian ini tidak dilakukan jika pengujian
fungsi reclose SPAR telah dilaksanakan.
2.3.9 Uji Fungsi Trip PMT Three Phase
Pengujian fungsi trip PMT three phase untuk memastikan bahwa PMT trip dengan inisiasi gangguan untuk masing-masing fasa. Pengujian ini tidak dilakukan jika pengujian fungsi reclose TPAR telah dilaksanakan.
2.3.10 Uji Fungsi Reclose untuk SPAR
Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan fasa yang terganggu.
2.3.11 Uji Fungsi Reclose untuk TPAR
Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclose sesuai dengan gangguan fasa-fasa, fasa- fasa-tanah yang terganggu.
2.3.12 Uji Fungsi Reclose untuk Evolving Fault
Untuk memastikan PMT dapat trip dan reclosesesuai dengan gangguan fasa-tanah dan kemudian berkembang menjadi fasa-tanah yang lain pada penghantar yang sama.
2.3.13 Uji Intertrip Relai
Untuk memastikan fungsi intertrip bekerja benar sesuai dengan skema yang dipilih.
2.3.14 Pengujian Fungsi Sistem Proteksi hingga Alarm dan Annunciator
Setiap relai proteksi yang bekerja mentripkan PMT harus dilengkapi dengan alarm dan anunsiator. Alarm dibunyikan untuk menginformasikan kepada operator bahwa PMT trip, sedangkan annunciator berfungsi untuk menginformasikan relai yang bekerja.
2.4 Shutdown Function Check/ Pengujian Fungsi pada saat Sistem Tidak Bertegangan
Uji Fungsi Trip dan Reclose PMT Uji Fungsi Intertrip Relai
2.4.1 Uji Trip dan Fungsi AutoReclose dengan PMT
Uji trip dan fungsi autoreclose dilakukan untuk memastikan rangkaian tripping dari relai sampai dengan PMT terhubung dengan benar. Uji trip dilakukan untuk Proteksi Utama maupun Proteksi Cadangan. Uji fungsi autoreclose hanya dilakukan untuk proteksi yang menerapkan sistem autoreclose.
Uji trip dan fungsi autoreclose PMT adalah pengujian dengan menggunakan alat injeksi sekunder sampai memberikan sinyal trip/reclose ke PMT untuk buka/tutup (open/close). Pengujian ini dapat berupa perintah trip PMT (buka) maupun perintah reclose.
Selain pada saat pemeliharaan berkala, pengujian ini juga harus dilakukan bila terjadi kegiatan berikut:
Penggantian relai Penggantian PMT Perubahan rangkaian logika relai, setting relai Perubahan rangkaian tripping (kontak trip relay sampai dengan tripping coil PMT). Perubahan rangkaian closing (kontak close relay sampai dengan closing coil PMT). Untuk pengujianTPAR, dilakukan pengujian fungsi syncro / voltage check Pengujian trip dan reclose PMT harus memperhatikan kondisi kesiapan PMT. Uji fungsi TPAR/SPAR pada proteksi utama bay penghantar. Uji fungsi SPAR juga
dilakukan pada DEF yang dilengkapi dengan phase segregated.
2.4.2 Uji Intertrip Relai
Uji intertrip relai adalah pengujian yang dilakukan antara 2 (dua) relai bay penghantar pada gardu-gardu induk yang saling berhadapan. Pengujian ini membutuhkan peralatan teleproteksi dan media komunikasi. Pengujian intertrip relai dilakukan berdasarkan skema teleproteksi yang digunakan (PUTT, POTT atau Blocking) dan harus dilakukan bila terjadi kegiatan berikut.
Penggantian relai, Penggantian peralatan teleproteksi, Perubahan skema proteksi, atau Perubahan rangkaian logika relai yang berhubungan dengan sinyal kirim/terima dari
GI yang berhadapan. Pengujian jenis ini memerlukan sinkronisasi waktu antara 2 (dua) alat uji pada masing-
masing gardu induk yang berhadapan. Sinkronisasi dapat menggunakan bantuan sinyal GPS untuk memastikan alat uji dapat mensimulasikan gangguan pada saat yang bersamaan dengan GI dihadapannya.
Apabila peralatan sinkronisasi tidak tersedia, maka pengujian dapat dilakukan dengan cara simulasi pengiriman sinyal dari GI yang berhadapan.Pengujian intertriphanya pada pola/skema yang dipilih.
2.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan
Gangguan dibedakan menjadi 2 kategori yaitu:
Gangguan sistem
Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga listrik (sisi primer) seperti pada generator, transformator, SUTT, SKTT dan lain sebagainya. Gangguan sistem dapat dikelompokkan sebagai gangguan temporer dan gangguan permanen.
Gangguan Temporer adalah: Gangguan yang hilang dengan sendirinya bila PMT terbuka, misalnya sambaran petir
yang menyebabkan flash over pada isolator SUTT. Pada keadaan ini PMT dapat segera dimasukan kembali, secara manual atau otomatis dengan Auto Recloser.
Gangguan Permanen adalah: Gangguan yang tidak hilang dengan sendirinya, sedangkan untuk pemulihan diperlukan
perbaikan, misalnya kawat SUTT putus. Gangguan sistem dapat bersifat controllable (dalam pengendalian O&M) dan
uncontrollable (diluar pengendalian O&M).
Gangguan non sistem
PMT terbuka tidak selalu disebabkan oleh terjadinya gangguan pada sistem, dapat saja PMT terbuka oleh karena relai yang bekerja sendiri atau kabel 19ontrol yang terluka atau oleh sebab interferensi dan lain sebagainya.
Gangguan seperti ini disebut gangguan bukan pada sistem, selanjutnya disebut gangguan non–sistem (sisi sekunder).
Jenis gangguan non-sistem antara lain:
• kerusakan komponen relai, • kabel kontrol terhubung singkat, • interferensi / induksi pada kabel kontrol.
Gangguan
Jenis gangguan
Gangguan Sistem
Gangguan Non Sistem
Contoh : - Mala kerja rele - Tekanan gas SF6 PMT
- DC Ground
proteksi - Crane
- Petir
- Beban lebih
- Tele
- Ayunan daya
malakerja
- I solator pecah
- Frekuensi lebih /
- Konduktor putus
kurang
- Layang – layang
- Tegangan lebih /
- Pohon, dsb
kurang, dsb.
Terisolir dengan
Terisolir dengan
Unjuk Kerja
benar
benar
sistem proteksi
Tidak terisolir
Tidak terisolir
Kegagalan
dengan benar
dengan benar
sistem proteksi
Harus ditindaklanjuti
Gambar 2-1 Jenis Gangguan yang Ditindaklanjuti Pemeriksaan
System faultactive incorrectly clear adalah gangguan aktif yang ditandai dengan, - sistem proteksi tidak selektif dalam mengisolir gangguan - Clearing time sistem proteksi tidak sesuai dengan SPLN - Sistem proteksi tidak bekerja pada saat dibutuhkan
System faultpassive incorrectly clear adalah bekerjanya sistem proteksi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yang ditandai dengan,
- Ketidakstabilan sistem (Power swing) - Kenaikan dan penurunan tegangan - Kenaikan dan penurunan frekuensi - Pembebanan yang berlebih
Pengujian/pemeriksaansetelah
disini adalah pengujian/pemeriksaan yang dilakukan setelah terjadihal-hal sebagai berikut.
gangguan
yang
dimaksud
Gangguan yang disebabkan karena kerusakan peralatan yang berhubungan dengan sistem proteksi penghantar.
Gangguan yang disebabkan malakerja sistem proteksi baik yang bersifat system fault maupun non system fault
Pemeliharaan setelah terjadi gangguan tergantung dari tindaklanjut yang dilakukan dengan mengacu pada tabel berikut.
Tabel 2-2 Acuan Pemeliharaan Pasca Gangguan sistem dan non sistem
Penyebab No
Pemeliharaan yang Dilakukan Gangguan
Tindak Lanjut
1. Kerusakan
Pemeriksaan rangkaian arus Peralatan
Penggantian CT
Penggantian
Pemeriksaan rangkaian tegangan
CVT/PT Penggantian PMT Pemeriksaan rangkaian kontrol dan
proteksi
Penggantian Relai Pengujian Individu Pengujian Intertrip Pengujian Fungsi
Pengujian Individu Sistem Proteksi
2. Malakerja
Resetting Relai
Pengujian Comtrade file gangguan
Perubahan
Pengujian Fungsi
Logic Relai
Pengujian Intertrip (bila melibatkan teleproteksi)
Pengujian Comtrade file gangguan
Pemeriksaan
Pengujian Individu
sistem proteksi
Pengujian Intertrip (bila menggunakan skema teleproteksi)
Pengujian Fungsi
Inspeksi sesudah pemeliharaan shutdown testing Setelah selesai melakukan pemeliharaan,sebelum proses penormalan regu pemeliharaan
proteksi diwajibkan untuk melakukan inspeksi terhadap
1. ceklist rangkaian arus dan tegangan
2. ceklist catu daya dan rangkaian tripping
3. ceklist rele proteksi (setting, logic, binary input, led indicator,tanggal dan waktu, fungsi selector switch
4. ceklist rangkaian control dan status PMT / DS / Inspeksi ini berupa check list dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari kesalahan
setelah dilakukan pemeliharaan.
3. EVALUASI HASILPEMELIHARAAN
Pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi dan dianalisa dengan mengacu pada standar yang berlaku sesuai dengan dengan metode pemeliharaannya.
3.1 Pemeliharaan In Service Inspection
Pemeliharaan in service inspection dilaksanakan berdasarkan tabel di bawah ini.
Tabel 3-1 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Inspection
Item inspeksi
Standar
I. Kondisi Lingkungan: Ruangan Proteksi dan kontrol
1 Suhu Ruangan
20 0 - 24 0 C
2 Kelembaban < 70 %
II. Kondisi Umum Panel Proteksi / Kontrol
1 Kondisi dalam Panel
Bersih
2 Lampu Penerangan Terang
3 Heater Ada, baik
4 Pintu Panel Tidak korosi
5 Door Sealant Baik, elastic
6 Lubang Kabel Kontrol Tertutup rapat
7 Suara Tidak ada
8 Bau Tidak berbau
9 Grounding Panel Ada, terhubung baik
10 Terminasi Wiring Kencang, tidak karatan Tidak cacat / Tidak
11 Kabel Kontrol
putus
III. Kondisi Relai Proteksi dan Kontrol
Normal, LED in
1 Relai Line Current Diferensial service nyala
Normal, LED in
2 Relai Distance & DEF service nyala
Normal, LED in
3 OCR/GFR service nyala
Normal, LED in
4 50G & 67G service nyala
Normal, LED in
5 50SG & 64V service nyala
Normal, LED in
6 OVR dan UVR service nyala
Normal, LED in
7 OLS service nyala
LED/bendera tidak
8 Trip Circuit Supervision 1 muncul
LED/bendera tidak
9 Trip Circuit Supervision 2 muncul
Normal, LED in
10 UFR / OFR service nyala
11 Autoreclose switch Normal, sesuai scheme
IV. Kondisi Alat Ukur & Indikasi
1 Ampere Meter R, S, T Normal, terbaca
2 KV Meter R, S, T Normal, terbaca
3 MW Meter Normal, terbaca
4 Mvar Meter Normal, terbaca
5 kWh Meter Normal, terbaca Normal, menyala pada
6 Discrepancy Switch kondisi tidak sesuai
Normal, menyala pada
7 Announciator Lampu test lamp
3.2 Pemeliharaan In Service Measurement
Pemeliharaan in service measurementdilaksanakan berdasarkan tabel berikut.
Tabel 3-2 Acuan Standar Pemeliharaan In Service Measurement
No Item Relai Proteksi
Acuan
1 Line current differential relai Arus restraint harus terukur pada kedua sisi CT ketika operasi berbeban.
Arus diferensial harus relatif nol ketika operasi berbeban normal minimum 10%.
(dilakukan setiap fasa)
2 Distance relai Arus dan tegangan masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
3 DEF Arus 3I 0 dan tegangan 3V 0 harus terukur relatif nol ketika kondisi operasi berbeban
4 50SG & 50G Arus 3I 0 harus terukur relatif nol ketika
kondisi operasi berbeban.
5 OCR Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
6 GFR Arus 3I 0 yang masuk ke kumparan Ground Fault harus terukur relatif nol ketika kondisi
operasi berbeban.
7 64V Tegangan 3V 0 yang masuk ke relai harus terukur relatif nol ketika kondisi operasi berbeban.
8 OVR/UVR Tegangan harus terukur ketika kondisi operasi.
9 UFR/OFR Tegangan harus terukur ketika kondisi operasi.
10 Meter Arus dan tegangan masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
11 OLS Arus masing-masing fasa harus terukur dan relatif sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
12 Catu daya DC di panel Besaran tegangan DC yang diukur harus proteksi
sesuai
dengan
tegangan nominal
rele/tripping coil PMT. Ripple tegangan DC yang diukur maksimal
2% dari tegangan nominal DC supplay.
3.3 Pemeliharaan Shutdown Testing/Measurement
Di bawah ini beberapa akurasi untuk beberapa jenis relai proteksi. - Elektromekanik : impedansi ± 10 %, arus ± 10 %, waktu kerja ± 5 %
: impedansi ± 10 %, arus ± 5 %, waktu kerja ± 5 %
- Elektrostatik
- Numerik/Digital : impedansi ± 10 %, arus ± 5 %, waktu kerja ± 5 % Untuk waktu kerja instantaneous: Level tegangan 500kV dan 275kV = maks 20 ms
Level tegangan 150kV = maks 30 ms Level tegangan 70kV = maks 35 ms
3.4 Pemeliharaan Shutdown Function Check
Pemeliharaan yang dilaksanakan antara lain:
3.4.1 Pengujian Lama Waktu Pemutusan Gangguan
Pengujian fungsi trip PMT disesuaikan dengan skema yang diterapkan dan mengacu kepada grid code untuk masing-masing tingkat tegangan. Yang perlu diperhatikan adalah lamanya waktu kerja relai sampai dengan PMT trip. Durasi ini disebut dengan fault clearing time (lama waktu pemutusan). Maksimum waktu pemutusan ini berdasarkan grid code dibedakan berdasarkan tingkat tegangan berikut.
Sistem 500 kV
: 90 ms
Sistem 275 kV
: 100 ms
Sistem 150 kV
: 120 ms
Sistem 70 kV
: 150 ms
Pengujian lama waktu pemutusan dilakukan dengan cara mensimulasikan gangguan di zona kerja relai proteksi kemudian input status PMT digunakan sebagai input untuk menghentikan timer alat uji. Waktu trip relai yang terukur adalah lama waktu pemutusan.
3.5 Pengujian/Pemeriksaan Setelah Gangguan
Pengujian/pemeriksaandilaksanakan setelah terjadi gangguanberdasarkan tabel berikut.
Tabel 3-3 Pengujian/PemeriksaanSetelah Gangguan
Penyebab
Pemeliharaan yang
Standar Gangguan
Dilakukan
Penggantian CT Pemeriksaan rangkaian Penunjukan arus terlihat pada
arus
amperemeter di panel kontrol dan pada relai.
Tegangan voltmeter terukursebanding PT/CVT
Penggantian
Pemeriksaan rangkaian
tegangan
dengan penunjukan di panel kontrol dan terukur/terbaca normal pada relai.
Penggantian
Fungsi open/trip dan close serta PMT
Pemeriksaan rangkaian
autoreclose berfungsi dengan baik. Penggantian
kontrol dan proteksi
Hasil uji sesuai dengan standar yang Relai
Pengujian Individu
tertuang pada poin 3.3
Pengujian Intertrip
Hasil uji berfungsi dengan baik.
PMT trip sesuai fasa Resetting relai
Pengujian Fungsi PMT
Pengujian Individu
Hasil uji sesuai dengan standar yang tertuang pada poin 3.3
Perubahan
Fungsi intertrip dan fungsi autoreclose Logic
Pengujian Fungsi
bekerja sesuai dengan skema terpasang.
Pengujian Intertrip (bila
Fungsi intertrip bekerja sesuai skema
melibatkan teleproteksi) Pengujian Comtrade file
Pada saat pengujian comtrade file,
gangguan
relai merespon sesuai dengan yang diharapkan
Pengujian Individu
Hasil uji sesuai dengan standar yang tertuang pada poin 3.3
Pemeriksaan sistem proteksi
Pengujian Intertrip
Fungsi intertrip bekerja sesuai skema
Pengujian Fungsi
Fungsi trip dan A/R beroperasi normal
4. REKOMENDASI HASIL PEMELIHARAAN
Setelah melaksanakan pemeliharaan peralatan proteksi bay penghantar, hasil-hasil pengujian dan pengukuran yang dilakukan berkenaan dengan bagian 2 tersebut diatas, dievaluasi dan dianalisis berdasarkan standar yang dibahas pada bagian 3.
Adapun analisis dan tindak lanjut yang akan diambil harus merupakan suatu keputusan yang tepat agar kinerja seluruh sistem proteksi bay penghantar bekerja dengan baik saat dibutuhkan, yaitu: andal dan selektif.
Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi yang mirip dengan tabel di bawah, maka dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut.
4.1 In Service Inspection/Inspeksi dalam Keadaaan Operasi
Tabel 4-1 In Service Inspection
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Bersihkan dengan metode luar dan dalam
1. Kebersihan bagian
kotor
kering
kubikel/panel
2. Lampu Penerangan
Redup tidak sesuai K3,
Periksa
Panel
mati, tidak ada
Perbaiki Ganti Lampu
3. Suhu ruangan
> 24°C
Periksa kondisi lingkungan ruangan
Periksa & perbaiki AC
4. Kelembaban ruangan > 70 % Periksa kondisi lingkungan ruangan
Periksa & perbaiki AC Pasang Dehumidifier
5. Heater
Rusak
Perbaiki & ganti
6. Bau
Berbau
Cari dan tindaklanjuti
7. Suara
Suara tidak normal
Cari dan tindaklanjuti
8. Lubang Kabel Kontrol Tidak tertutup Tutup lubang
9. Pintu panel
Korosi, tidak bisa ditutup Perbaiki rapat, tidak bisa dikunci
10. Door Sealant
Tidak elastis, putus
Ganti
Tabel In Service Inspection (lanjutan )
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
11. Grounding panel
Korosi
Perbaiki
Rantas, Kendor, Putus, Ganti Hilang
12. Terminasi Kabel
Panas dengan menggunakan termo visi
13. Kabel Kontrol
Terkelupas
Ganti
11. MCB panel proteksi
Periksa & naikkan MCB dan kontrol
Trip
Hangus/rusak
Ganti
12. Lampu indikator
Periksa Supplai DC suplai DC relai proteksi
Padam
Periksa card DC Supply Ganti modul relai Ganti relai
13. Tampilan/displai relai Tidak menunjuk
Periksa
proteksi Ganti modul relai
Tindaklanjuti Koordinasi dengan regu
pemeliharaan Periksa rangkaian tripping
14. Relai TCS
Bekerja
Periksa kondisi TCS
15. Relai Autoreclose
Tidak bekerja
Periksa dan tindaklanjuti
16. Relai cek sinkron
Tidak bekerja
Periksa input tegangan Periksa relai Tindaklanjuti
17. Saluran Komunikasi Telecommunication Fail Periksa input sinyal
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Koordinasi dengan regu pemeliharaan
18. Sinkronisasi Waktu
Tidak sinkrondengan
Periksa pengawatan
Master Clock
Periksa antena
Tidak menunjuk
Periksa GPS & perbaiki
19. Switch discrepancy
Periksa lampu & perbaiki PMT
Lampu tidak nyala
Macet
Perbaiki
20. Switch discrepancy
Periksa lampu & perbaiki PMS Bus
Lampu tidak nyala
Macet
Perbaiki
21. Switch discrepancy
Periksa lampu & perbaiki PMS Line
Lampu tidak nyala
Macet
Perbaiki
22. Switch/ kunci sinkron Macet
Perbaiki
23. Ampere Meter
Tidak menunjuk
Periksa rangkaian arus, catu daya DC
Periksa setelan tap meter,
Penunjukan tidak
kalibrasi meter
sesuai
Periksa catu daya DC
Display padam (digital) Ganti
24. Volt Meter
Tidak menunjuk
Periksa rangkaian tegangan, catu daya DC
Periksa setelan tap meter,
Penunjukan tidak
kalibrasi meter
sesuai
Periksa catu daya DC
Displai padam (digital) Ganti Sakelar Pilih rusak
25. MW Meter dan
Periksa rangkaian arus & MVAR Meter
Tidak menunjuk
tegangan, catu daya DC Periksa setelan tap meter,
Penunjukan tidak
kalibrasi meter
sesuai
Periksa catu daya DC
Displai padam (digital)
No Pemeriksaan
26. Annunciator dan
Periksa wiring/lampu lampu indikator Ganti lampu
Lampu padam
Alarm tidak bunyi
Periksa wiring,kondisi aux relai&kondisi horn
4.2 In Service Measurement
Tabel 4-2 In Service Measurement
No Item Relai
Rekomendasi Proteksi
Kondisi
1 Line current Arus restraint tidak terukur Periksa rangkaian input arus differential relai
pada kedua sisi CT ketika relai proteksi operasi berbeban.
Arus diferensial relatif tidak nol ketika operasi berbeban normal minimum 10%.
(dilakukan setiap fasa)
2 Distance relai Arus dan tegangan tidak Periksa rangkaian input arus terukur
ketika
operasi dan tegangan
berbeban
3 DEF Arus 3I 0 dan tegangan 3V 0 Periksa rangkaian input arus harus terukur relatiftidak nol dan tegangan ketika
4 50SG & 50G Arus 3I 0 harus terukur relatif Periksa rangkaian input arus tidak nol ketika kondisi operasi berbeban.
5 OCR Arus masing-masing fasa Periksa rangkaian input arus harus terukur dan relatif tidak sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
6 GFR Arus 3I 0 yang masuk ke Periksa rangkaian input arus
terukur relatif tidak nol ketika kondisi operasi berbeban.
No Item Relai
Rekomendasi Proteksi
Kondisi
7 64V
rangkaian input ke relai terukur relatif tidak tegangan nol ketika kondisi operasi berbeban.
Tegangan 3V 0 yang masuk Periksa
8 OVR/UVR
Tegangan
tidak
terukur Periksa
rangkaian input
ketika kondisi operasi.
tegangan
9 UFR/OFR
Tegangan
tidak
terukur Periksa
rangkaian input
ketika kondisi operasi.
tegangan
10 Meter Arus dan tegangan masing- Periksa rangkaian input arus masing fasa tidak terukur dan & tegangan relatif tidak sama besar ketika
11 OLS Arus masing-masing fasa Periksa rangkaian input arus tidak terukur dan relatif tidak sama besar ketika kondisi operasi berbeban.
12 Catu daya DC Besaran tegangan catu daya Periksa rangkaian catu daya DC di panel proteksi tidak di panel proteksi terukur ataupun tidak sesuai dengan tegangan nominal Periksa MCB yang men- rele/tripping coil PMT
supplay panel proteksi Koordinasikan dengan regu
pemeliharaan batere
4.3 Shutdown Testing/Measurement
Tabel 4-3 Shutdown Testing/Measurement
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
1. Distance Relay
Akurasi impedansi
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card,
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Ganti card/modul - Ganti relai
Akurasi waktu kerja
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card/modul Ganti relai
SOTF
tidak kerja
Periksa wiring kontrol, logic, setting SOTF.
Ganti relai
2. Distance Relay
Periksa pengawatan tegangan, diperlukan)
Synchrocheck relai (bila
Tidak kerja
logic, setting Synchrocheck Power Swing Block
Periksa setting PSB Fungsi VT failure
Tidak kerja
Tidak kerja
Periksa pengawatan, logic dan setting VT minimum.
Ganti relai
3. DEF Relai Relai elektromekanik: Akurasi arus
< akurasi
Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card/modul - Ganti relai
Akurasi waktu kerja
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning)
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card/modul Ganti relai
4. Relai Line Current Differential
` Akurasi arus kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
Akurasi waktu kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
Pemeriksaan wiring rangkaian Stability test
Tidak stabil
arus
5. Pilot Wire Differential Protection
Akurasi arus kerja dan arus
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti reset
< akurasi
relai
Akurasi waktu kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
6. OCR/GFR
Arus pick up dan drop off
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
Waktu kerja
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
7. DOCR/DGFR
Arus pick up dan drop off
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
Waktu kerja
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
Sudut kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
8. RelaiTegangan
Tegangan pick up dan drop
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti off
< akurasi
relai
Waktu kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
9. Relai Frekuensi
Frekuensi kerja
< akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
Waktu kerja
<akurasi
Pemeriksaan/Ganti modul/Ganti relai
10. Relai OLS Arus pick up
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
Link telekomunikasi
Link
Periksa peralatan TP,
telekomunikasi putus
Perbaiki Ganti
Waktu kerja
< akurasi
Relai elektromekanik: Kalibrasi (tuning) Ganti relai Relai elektrostatik / numerik: Periksa card, Ganti card Ganti relai
4.4 Shutdown Function Check
Tabel 4-4 Shutdown Function Test
No Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
1. Fault clearing time
>standar waktu
Periksa dan tindak lanjuti
tegangan jaringan
hasil uji individu relai/aux/lock out/koordinasikan dengan petugas pemeliharaan PMT
2. Uji fungsi trip PMT
PMT tidak trip
Periksa kontak output relai atau periksa level tegangan
DC.
PMT trip tidak sesuai
fasa
Periksa pengawatan tripping dari relai ke PMT dan lockout/master trip, Auxilary relay
Koordinasikan dgn petugas pemeliharaan PMT.
3. Uji fungsi reclose
Reclose tidak bekerja
Periksa logicdan setting relai
dengan baik.
dan autorecloser. Periksa kondisi status binary
input relai dan autorecloser. Periksa kontak close dari
relai dan autoreclose serta periksa level tegangan DC
Periksa pengawatan. Periksa waktu kerja
Fasadiscrepancy relai di PMT.
4. Uji fungsi intertrip
Tidak bekerja normal
Pemeriksaan point to point untuk sinyal sending/receive dari relai ke relai