MANFAAT BAGI INDONESIA SEBAGAI PIHAK PADA CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY DAN NAGOYA PROTOCOL DALAM MELINDUNGI SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL THE BENEFITS OF THE BIOLOGICAL DIVERSITY CONVENTION AND NAGOYA PROTOCOL FOR INDONESIA AS STAT
MANFAAT BAGI INDONESIA SEBAGAI PIHAK PADA CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY DAN NAGOYA PROTOCOL DALAM MELINDUNGI SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL * THE BENEFITS OF THE BIOLOGICAL DIVERSITY CONVENTION AND NAGOYA PROTOCOL FOR INDONESIA AS STATE PARTY IN PROTECTING ITS GENETIC RESOURCES AND TRADITIONAL KNOWLEDGE
Yovita Indrayati *** , Marsudi Triatmodjo
ABSTRAK
N egara Indonesia telah menjadi pihak dan meratifikasi Convention on Biological Diversity
dan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization. Keikutsertaan dalam Konvensi ini dengan pertimbangan karena Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya akan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisionalnya sehingga dengan meratifikasi maka Indonesia akan mendapatkan manfaat dalam kerangka Konvensi dan Protokol. Konsekuensi sebagai negara dengan kekayaan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisionalnya tersebut, Indonesia menghadapi permasalahan dalam melindungi sumber daya genetik dan pengetahuan tradisionalnya, antara lain hilangnya sumber daya genetik yang disebabkan oleh pencurian sumber daya genetik dan persoalan keadilan atas pemanfaatan sumber daya genetik beserta pengetahuan tradisional. Oleh karena itu, dengan menjadi pihak dalam kedua perjanjian internasional tersebut, maka manfaat yang diperoleh, diantaranya perlindungan atas sumber daya genetik dan menjamin pembagian keuntungan (finansial maupun non finansial) yang adil dan seimbang atas pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional.
Kata kunci: Pengetahuan Tradisional, Sumber Daya Genetik, Convention on Biological Diversity.
ABSTRACT
I ndonesia is a State-party to the Convention on Biological Diversity of 1992 and Nagoya Protocol on
Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefit from the Utilization. As a country having richness to genetic resources and traditional knowledge, Indonesia facing problems in protecting its genetic resources and traditional knowledge, i.e. the loss of genetic resources caused by theft as well as the issue of justice for the utilization of genetic resources and traditional knowledge. By
Paper ini ditulis dari materi tugas Mata Kuliah Pendalaman Disertasi pada Program Doktor Ilmu Hukum Tahun 2014/2015, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Tahun 2014/2015, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum dan Komunikasi Universitas Katolik Soegijapranata, Jln Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur, Semarang, 50234, yovita.indrayati@unika.ac.id, 081904444161, fax. 024-8445265, 024-8415429.
*** Guru Besar pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan selaku Promotor, Kompleks UGM, Jalan Sosio Yustisia No. 1, Bulaksumur, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281,
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
ratifying, Indonesia will take benefit within the framework of the Convention and Protocol which are genetic resources protection as well as ensuring fair and balanced sharing of benefits (financial and non- financial) from the utilization of genetic resources and traditional knowledge.
Keywords: Traditional Knowledge, Genetic Resources, Convention on Biological Diversity.
PENDAHULUAN
of actual or potential value”. egara Indonesia diberi karunia oleh
N Pemanfaatan atas kekayaan sumber
Tuhan Yang Maha Esa berupa kekayaan daya genetik tersebut berkaitan erat dengan alam sumber daya alam hayati beserta pengetahuan tradisional yang masih ada ekosistemnya, yang mencerminkan pula dan masih dilaksanakan khususnya oleh kekayaan sumber daya genetik. Sumber masyarakat hukum adat dan masyarakat daya genetik menurut Pasal 1 angka (7) adat di Indonesia. Sebagai Negara yang Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang memiliki kekayaan sumber daya genetik Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah beserta pengetahuan tradisional, maka sudah “material tumbuhan, binatang, atau jasad selayaknya Indonesia berhak atas pembagian renik yang mengandung unit-unit yang keuntungan yang adil atas pemanfaatan berfungsi sebagai pembawa sifat keturunan sumber daya genetik beserta pengetahuan baik yang bernilai aktual maupun potensial tradisional. Pembagian yang adil tersebut untuk menciptakan galur, rumpun, atau sudah selayaknya sampai pula pada
spesies baru”. 1 Balaikliring Keanekaragaman masyarakat hukum adat dan masyarakat Hayati Nasional Kementerian Lingkungan adat di Indonesia. Hal ini sesuai dengan Hidup, mendefinisikan sumber daya genetik Convention on Biological Diversity , 1992 3 antara atau plasma nutfah adalah “bahan tanaman, lain ketentuan Pasal 1 yang memuat tujuan hewan, jasad renik, yang mempunyai dibentuknya konvensi tersebut dan di dalam kemampuan untuk menurunkan sifat dari satu salah satu alinea pada bagian pembukaannya
generasi ke generasi berikutnya”. 2 Menurut (Preamble) antara lain tentang akses dan Article 2 Convention on Biological Diversity, pembagian secara adil atas sumber daya 1992: “Genetic material” means any material of genetik maupun teknologi merupakan hal plant, animal, microbial or other origin containing yang sangat penting. functional units of heredity”. Masih dalam
Perlindungan atas sumber daya genetik Article 2 Convention on Biological Diversity, dan masyarakat hukum adat dan masyarakat
1992: “Genetic resources” means genetic material adat dijabarkan dalam beberapa Article
1 Bandingkan dengan Pasal 1 angka 8 RUU tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati: Sumber Daya Genetik adalah materi genetik, informasi yang terkandung di dalamnya, informasi mengenai asal-usul, dan/atau bagian-
bagian dan turunan dari tumbuhan, satwa, atau jasad renik yang mengandung maupun tidak mengandung unit- unit fungsional pewarisan sifat yang mempunyai nilai nyata atau potensial yang diperoleh dari kondisi insitu dan/atau koleksi ex-situ dan yang telah didomestikasi di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia termasuk landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif.
2 Balai Kliring Kementerian Lingkungan hidup, http://www.indonesianchm.or.id/index.php?option=com_ content&view=article&id=218&Itemid=103&lang=in, diunduh 17 Maret 2015.
3 Konvensi ini telah diratifikasi Pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai
72 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
Convention on Biological Diversity tersebut. yang dapat diperoleh Negara Indonesia. Selain Convention on Biological Diversity , Namun demikian, Negara Indonesia masih perlindungan hak masyarakat dilindungi memiliki permasalahan antara lain pencurian pula di dalam dua Kovenan Internasional sumber daya genetik beserta pengetahuan yang merupakan pelaksanaan dari Declaration tradisional, pemanfaatan sumber daya genetik of Human Rights (Deklarasi Universal Hak secara berlebihan tanpa memperhatikan Asasi Manusia/DUHAM), yaitu International keberlanjutan, dan tantangan perkembangan Covenant on Economic, Social and Cultural bioteknologi yang memanfaatkan sumber Rights dan International Covenant on Civil and daya genetik beserta pengetahuan tradisional.
Political Rights . 5 Penghormatan atas hak-hak Bahkan tidak jarang pencurian sumber daya dan keadilan bagi masyarakat hukum adat genetik beserta pengetahuan tradisional dan masyarakat adat semakin mendapat dapat dilakukan antara lain melalui perhatian setelah dikeluarkannya Nagoya penelitian, pariwisata dan perdagangan. Di Protocol on Access to Genetic Resources and The sisi lain menurut Kementerian Lingkungan Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising Hidup, Negara ini memiliki permasalahan from Their Utilization to The Convention on belum tersedianya data dasar keberadaan
Biological Diversity 6 yang ditandatangani oleh masyarakat hukum adat dan masyarakat adat Pemerintah Indonesia pada tanggal 11 Mei sebagai pemilik pengetahuan tradisionalnya, 2011.
penetapan kelembagaan adat representasi Komitmen Negara Indonesia terhadap masyarakat hukum adat dan masyarakat 7
perlindungan sumber daya genetik dan adat. Demikian pula menurut M. Hawin, pengetahuan tradisional mencerminkan pula perlindungan
terhadap pengetahuan bahwa Negara Indonesia berkepentingan tradisional adalah penting karena merupakan
terhadap sumber daya genetik dan sumber pengetahuan yang berhubungan pengetahuan
tradisionalnya. Demikian dengan kehidupan manusia yang dapat halnya keterlibatan Negara Indonesia dikomersialkan, bahkan sampai saat ini sebagai pihak pada Convention on Biological banyak pengetahuan tradisional yang telah Diversity , Cartagena Protocol dan Nagoya dipakai oleh banyak peneliti sebagai titik awal
penelitian mereka untuk mendapatkan paten. Protocol 8 menunjukan bahwa ada nilai manfaat
4 Yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).
5 Yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik).
6 Yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from Their Utilization to the Convention on
Biological Diversity (Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Seimbang yang Timbul dari Pemanfaatannya atas Konvensi Keanekaragaman Hayati). 7 Masalah-masalah tersebut disampaikan pada acara Sosialisasi Pedoman Tata Cara Pengakuan Keberadaan Masyarakat Hukum Adat dan Kearifan Lokal yang diselenggarakan oleh Bidang Kearifan Lingkungan ASDEP Penguatan Inisiatif Masyarakat, Deputi VI Kementerian Lingkungan Hidup di Denpasar 24-25 April 2013. 8 Disampaikan oleh Prof. M. Hawin, S.H., L.L.M., Ph.D., dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Fakultas Hukum UGM, “Perlindungan Pengetahuan Tradisional di Indonesia”, di Balai Senat UGM, Senin 3 Juli 2009, https:// ugm.ac.id/id/berita/671-perlindungan.pengetahuan.tradisional.di.indonesia.perlu.aturan.tegas,
diunduh tanggal 18 April 2015.
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
Namun demikian, pengetahuan tradisional Berdasarkan pada latar belakang masih belum secara tegas dilindungi oleh masalah, maka identifikasi masalah dalam forum internasional yang secara khusus tulisan ini adalah bagaimana manfaat bagi mengatur Hak atas Kekayaan Intelektual Negara Indonesia sebagai pihak dalam (HaKI) seperti halnya dengan peraturan HaKI perjanjian internasional, yaitu Convention on
di Indonesia. 9 Persoalan HaKI tersebut akan Biological Diversity, 1992 dan Nagoya Protocol memungkinkan timbulnya persoalan lain on Access to Genetic Resources and The Fair yaitu adanya kemungkinan pengetahuan and Equitable Sharing of Benefits Arising from tradisional Indonesia dapat diambil oleh Their Utilization to The Convention on Biological negara lain yang tidak mengakui pengetahuan Diversity ? Adapun tujuan kajian kepustakaan
tradisional negara lain. 10 yang akan diuraikan dalam tulisan ini adalah Menurut Endang Sukara, peneliti senior mendapatkan gambaran tentang manfaat
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bagi Negara Indonesia sebagai pihak dalam (LIPI), persoalan yang berkaitan dengan perjanjian internasional tersebut. implementasi
Nagoya Protocol adalah
perlunya pengintegrasian data yang sekarang METODE PENELITIAN
tersebar di berbagai institusi dan kekayaan ulisan pada paper ini merupakan hasil sumber daya genetik disertai pengetahuan
kajian normatif yang menggunakan
tradisional beserta ekspresi budaya yang studi literatur sehingga menggunakan data melimpah di Indonesia belum terpetakan. 11 sekunder terutama bahan hukum primer Penguasaan data sumber daya genetika yang berupa perjanjian internasional dan berkaitan erat pula dengan ketersediaan peraturan perundang-undangan yang telah
tenaga ahli. 12 Sebagaimana dikemukakan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. oleh Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Pendekatan yang digunakan dalam tulisan ini Siti Nuramaliati Prijono mengatakan, LIPI adalah pendekatan undang-undang (statute mengelola herbarium dan museum zoologi approach ) yang dilakukan dengan menelaah dengan koleksi saat ini mencapai 2 juta semua undang-undang dan regulasi yang specimen namun saat ini LIPI hanya memiliki bersangkut-paut denga isu hukum yang akan
lima orang taksonom maritim. 13 Dengan diurakan dalam tulisan ini. 14 Analisis data demikian, persoalan sumber daya manusia menggunakan teori hukum dan peraturan tenaga ahli pun menjadi persoalan tersendiri perundang-undangan yang terkait dengan dalam perlindungan sumber daya genetik di perlindungan sumber daya genetik dan Indonesia.
pengetahuan tradisional termasuk Rancangan Undang-Undang yang sedang disusun saat ini.
9 Ibid . 10 Ibid . 11 Disampaikan pada acara “Simposium Sumber Daya Genetika” di Pusat Sains Cibinong LIPI, Cibinong, Jawa
Barat, Rabu 5 Desember 2012, http://sains.kompas.com/read/2012/12/07/18374871/Kekayaan.Sumber.Daya. Genetika.Belum.Terpetakan, diunduh pada tanggal 22 September 2015.
12 Ibid . 13 Ibid . 14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2006, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, hlm. 133.
74 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
PEMBAHASAN
keanekaragaman hayati; b) penguasaan dan pengendalian dalam mengatur akses terhadap
perjanjian internasional yang berkaitan N alih teknologi, berdasarkan asas perlakuan
egara Indonesia berkepentingan dalam
erat dengan perlindungan sumber daya dan pembagian keuntungan yang adil; c) genetik dan pengetahuan tradisional. Dengan peningkatan kemampuan pemanfaatan dan menjadi pihak dan melakukan pengesahan pengembangan teknologi yang diperlukan atas Convention on Biological Diversity,1992 untuk memanfaatkan secara lestari dan dan Nagoya Protocol on Access to Genetic meningkatkan nilai tambah keanekaragaman Resources and The Fair and Equitable Sharing hayati Indonesia dengan mengembangkan of Benefits Arising from Their Utilization to The sumber daya genetik; d) kerja sama dalam Convention on Biological Diversity
, artinya pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman Negara Indonesia akan mendapat manfaat hayati; e) pengembangan dan penanganan
apabila menjadi pihak dalam kedua perjanjian bioteknologi sehingga Indonesia tidak internasional tersebut.
dijadikan ajang uji coba pelepasan organisme yang telah direkayasa secara bioteknologi oleh
Manfaat Convention on Biological Diversity, negara-negara lain; f) pengembangan sumber
dana untuk penelitian dan pengembangan keanekaragaman hayati Indonesia.
1992
engan menjadi pihak dalam Convention on Biological Diversity, 1992 , maka Indonesia
Manfaat Nagoya Protocol on Access to
akan memperoleh manfaat sebagaimana Genetic Resources and The Fair and Equitable tujuan dibentuknya perjanjian internasional Sharing of Benefits Arising from Their ini, yaitu konservasi keanekaragaman hayati, Utilization to The Convention on Biological pemanfaatan komponen-komponennya secara Diversity
berkelanjutan dan membagi keuntungan yang dihasilkan dari pendayagunaan
engan menjadi pihak dalam Nagoya sumber daya genetik secara adil dan merata,
Protocol ini, maka Indonesia memperoleh
termasuk melalui akses yang memadai manfaat sebagaimana termuat dalam tujuan terhadap sumber daya genetik dan dengan dibentuknya perjanjian internasional ini,
yaitu membagi keuntungan yang dihasilkan alih teknologi yang tepat guna, dan dengan
memperhatikan semua hak atas sumber- dari pendayagunaan sumber daya genetik sumber daya dan teknologi itu, maupun secara adil dan merata, termasuk melalui
akses yang memadai terhadap sumber daya dengan pendanaan yang memadai. Convention
on Biological Diversity, 1992 telah diratifikasi genetik dan dengan alih teknologi yang tepat oleh Negara Indonesia dengan Undang- guna, dan dengan memperhatikan semua hak Undang No. 5 Tahun 1994. Pada bagian atas sumber-sumber daya dan teknologi itu, Penjelasan Umum huruf D Undang-Undang maupun dengan pendanaan yang memadai.
No. 5 Tahun 1994 disebutkan tentang manfaat Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources meratifikasi Konvensi ini, antara lain berupa: and The Fair and Equitable Sharing of Benefits
Arising from Their Utilization to The Convention
a) penilaian dan pengakuan dari masyarakat internasional bahwa Indonesia peduli on Biological Diversity telah diratifikasi dengan
terhadap masalah lingkungan hidup dunia Undang-Undang No. 11 Tahun 2013. Manfaat
yang diperoleh tercantum dalam Penjelasan dan ikut bertanggung jawab menyelamatkan
Umum Undang-Undang No. 11 Tahun 2013,
antara lain: a) melindungi dan melestarikan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan sumber daya genetik; b) Mencegah pencurian (biopiracy) dan pemanfaatan tidak sah (illegal utilization) terhadap keanekaragaman hayati; c) menjamin pembagian keuntungan (finansial maupun non finansial) yang adil dan seimbang atas pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan sumber daya genetik kepada penyedia sumber daya genetik berdasarkan kesepakatan bersama (Mutually Agreed Terms); d) meletakkan dasar hukum untuk mengatur akses dan pembagian keuntungan yang adil dan seimbang atas pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional terkait sumber daya genetik berdasarkan kesepakatan bersama; dan e) menegaskan kedaulatan Negara atas pengaturan akses terhadap sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan sumber daya genetik; dan
f) menciptakan peluang untuk akses alih teknologi pada kegiatan konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan.
Manfaat dan Keadilan bagi Negara Indonesia serta Masyarakat Adat di Indonesia
engan menjadi pihak dalam perjanjian internasional, di satu sisi Indonesia
akan mendapat manfaat karena akan mendapat perlindungan hukum berdasarkan
perjanjian internasional tersebut. Namun di sisi lain Indonesia terikat dengan perjanjian internasional tersebut termasuk melaksanakan segala kewajiban yang timbul sebagai pihak dalam perjanjian internasional tersebut. Konsekuensi yuridis dengan menjadi pihak
dalam suatu perjanjian internasional akan berimplikasi pada kesiapan produk hukum di Indonesia untuk memenuhi persyaratan ketentuan perjanjian internasional tersebut antara lain akses atas pemafaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional milik Indonesia beserta pembagian keuntungan atas pemanfaataannya. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2013 belum memberikan nilai manfaat bagi Indonesia karena meskipun ratifikasi dalam bentuk undang-undang akan tetapi sebenarnya secara materi bentuk dari ketentuan tersebut masih tetap dalam bentuk perjanjian internasional yang belum dapat mengikat masyarakat secara langsung yang berada di Indonesia. Dengan demikian, secara normatif baik Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2013 belum cukup memberikan manfaat bagi Indonesia dalam memberikan perlindungan hukum atas sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional. Undang-Undang No. 5 Tahun 1994 dan Undang-Undang No.
11 Tahun 2013 tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi membutuhkan kesiapan produk hukum lainnya dalam rangka akses pemanfaatan atas sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan bioteknologi yang makin pesat saat ini.
Konsep “akses atas pemanfaatan sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional” serta “pembagian keuntungan” di dalam kedua perjanjian internasional tersebut sudah seharusnya disikapi secara bijaksana dan hati-hati oleh Pemerintah Indonesia. Konsep “pemanfaatan” tersebut tidak hanya meliputi sumber daya genetik tetapi
juga turunannya. 15 Demikian pula konsep
15 Lihat Katharina Rogalla Von Bieberstein and Konstantia Koutouki dalam The Nagoya Protocol: Status Of Indigenous And Local Communities: “Whereas the CBD defined genetic resources as genetic material of actual or potential value (Article
2 CBD) the term utilization of genetic resources has not been defined before and experts and national legislations offered
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo 75
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
76 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
pengetahuan tradisional dalam hubungannya berkembang dalam bidang lingkungan hidup dengan sumber daya genetik perlu mendapat karena pada dasarnya masalah lingkungan perhatian pula dalam pembentukan peraturan hidup merupakan masalah sosial dalam artian perundang-undangan. Selain itu mekanisme bahwa masalah tersebut disebabkan oleh pemanfaatan dengan mendasarkan pada prior manusia dan menimbulkan dampak terhadap
informed consent and that mutually agreed terms manusia (Dunlap dan Marshal 2007). 16 termasuk Material Transfer Agreement perlu Berkembangnya keadilan dalam bidang diatur pula. Hal ini sesuai dengan ketentuan lingkungan hidup terlihat dalam laporan sebagaimana diatur di dalam Convention on WCED (World Commission on Environment Biological Diversity, 1992 dan Nagoya Protocol . and Development) pada tahun 1987 yang Negara perlu membentuk ketentuan produk diberi judul “Our Common Future” yang hukum nasional selaku pemilik sumber daya mendefinisikan pembangunan berkelanjutan: genetik terkait memanfaatkan sumber daya “ development that meets the needs of the present genetik dan pengetahuan tradisional termasuk without compromising the ability of future
penggunaan teknologi dan alih teknologinya generation to meet their own needs”. 17 Demikian serta pembagian keuntungannya.
pula ditemukan di dalam Laporan UNCED Demikian halnya manfaat berupa (United Nations Conference on Environment and
penerapan prinsip keadilan dalam pembagian Development) pada tahun 1992 di Rio de Janeiro keuntungan atas pemanfaatan sumber daya yang menghasilkan lima dokumen dan lima genetik beserta pengetahuan tradisionalnya prinsip pembangunan berkelanjutan, yang dua yang tercantum dalam Convention on Biological diantaranya adalah keadilan, yaitu keadilan Diversity, 1992
beserta Nagoya Protocol yang antar generasi (intergenerational equity) dan seharusnya memberi makna penting bagi keadilan dalam satu generasi (intragenerational negara pemilik sumber daya genetik termasuk equity ). 18 Prinsip keadilan lingkungan lebih bagi masyarakat adat di Indonesia, itupun berbicara tentang bagaimana manusia harus tidak akan memberikan makna apapun dalam berperilaku satu terhadap yang lain dalam impelementasinya. Sejatinya prinsip keadilan kaitan dengan alam semesta dan bagaimana dan pembagian keuntungan ini sebagai sistem sosial harus diatur agar berdampak 19 nilai manfaat dari keikutsertaan Indonesia positif pada kelestarian lingkungan hidup. dalam perjanjian internasional tersebut telah
different interpretations on the types of activities covered by the term. The new definition thus aims at creating more legal certainty by including biochemical compositions under the scope of ABS. According to Kamau, Fedder & Winter this is of high importance since for example drugs based on the extraction of chemicals from biological resources are now subject to benefit sharing. The NP also contains a definition of “derivative” which was also a central concern of developing countries, but the implications of this incorporation are not clear.
16 Richard York dan Riley E Dunlap, Sosiologi Lingkungan Hidup dalam The Willey Blackwell - Companion to Sosiologi, Editor George Ritzer, 2013, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 856.
17 Koesnadi Hardjsoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Cet 18. Ed. 8, 2005, Yogyakarta: Gadjah Mada Press, hlm. 15. 18 Mas Achmad Santosa, Good Governance dan Hukum Lingkungan, 2001, Jakarta: ICEL, hal.162-164; kelima dokumen
tersebut adalah: Rio Declaration on Environment and Development, Agenda 21, the Convention on Biological Diversity, the Framework Convention on Climate Change, the Statement of Forest Principles serta kelima prinsip: intergenerational equty, intragenerational equity, precautionary principle, conservation of bilogical diversity, dan internalization of environment cost and incentive mechanism.
19 A Sony Keraf, Etika Lingkungan, 2002, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm. 153-155.
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan suatu negara terhadap wilayahnya. 23 Aspek Pembangunan (WCED) telah memberikan negatif adalah adanya kewajiban untuk tidak pandangan tentang keadilan dalam mengganggu hak negara lain. 24 Kedaulatan pemanfaatan sumber daya genetik sebagai suatu negara mencakup 3 (tiga) dimensi, yaitu berikut: Developing countries must be ensured daratan yang mencakup segala yang ada di an equitable share of the economic profit from bawah dan di atas tanah tersebut misalnya
the use of genes for commercial purposes 20 kekayaan tambang dan segala sesuatu yang (Negara-negara berkembang harus dijamin tumbuh di atas tanah tersebut; laut; dan akan mendapat keuntungan ekonomi yang udara. 25 Kedaulatan teritorial ini tercermin adil dari penggunaan gen-gen tersebut dalam Pasal 3 Convention on Biological Diversity untuk kepentingan komersial). 21 Prinsip yang isinya serupa dengan Prinsip 21 keadilan dalam pembagian keuntungan Deklarasi Stockholm (Declaration of the United atas pemanfaatan sumber daya genetik Nations Conference on the Human Environment) dan pengetahuan tradisional sebagaimana dan Prinsip 2 (Rio Declaration on Environment
tertuang dalam dokumen WCED tersebut and Development). 26 Kedaulatan atas sumber kemudian dikonkritkan antara lain termuat daya alam tersebut mengandung pula di dalam Convention on Biological Diversity, tanggung jawab negara untuk mengendalikan 1992 dan Nagoya Protocol sebagaimana telah kerusakan lingkungannya. diuraikan pada bagian sebelumnya.
Kedaulatan negara Indonesia untuk Ketentuan yang mengatur tentang pemanfaatan sumber daya genetik tentu saja manfaat untuk mendapatkan keuntungan mendasarkan pada ketentuan Konstitusi ekonomi yang adil atas pemanfaatan sumber Negara Indonesia, yaitu Undang-Undang daya alamnya dalam suatu perjanjian Dasar 1945, khususnya pada Pasal 33 Ayat internasional merupakan salah satu bentuk (3), yaitu: “Bumi dan air dan kekayaan alam keadilan dan merupakan konsekuensi yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh logis dari pelaksanaan kedaulatan negara. negara dan dipergunakan untuk sebesar- Kedaulatan tersebut merupakan kedaulatan besar kemakmuran rakyat”. Penjabaran atas teritorial yang mempunyai aspek positif dan ketentuan Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang
aspek negatif. 22 Aspek positif adalah berkaitan Dasar 1945 tersebut termuat dalam berbagai dengan sifat hak eksklusif kompetensi peraturan perundang-undangan.
20 Report of the World Commission on Environment and Development: Our Common Future, Chapter 6: Species and Ecosystems: Resourcesfor Development, VI. International Action for National Species pada angka 51.
21 Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan, Hari Depan Kita Bersama, Bagian Kedua: Tantangan-Tantangan Bersama angka 6 Spesies dan Ekosistem Sumber Daya untuk Pembangunan, terjemahan: Bambang Sumantri, 1988,
Jakarta: PT Gramedia. 22 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, 1996, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 101-102.
23 Ibid . 24 Ibid . 25 Ibid .
26 States have, in accordance with the Charter of the United Nations and the principles of international law, the sovereign right to exploit their own resources pursuant to their own environmental policies, and the responsibility to ensure that activities
within their jurisdiction or control do not cause damage to the environment of other States or of areas beyond the limits of national jurisdiction.
78 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
Ketentuan yang berkaitan erat dengan sesuai prinsip penghematan yang adil, dan keadilan bagi setiap negara sebagaimana
b) dilekatkan pada jawatan dan jabatan termuat dalam Convention on Biological kepemerintahan yang terbuka bagi semua Diversity dapat dilihat terutama pada orang berdasarkan kondisi kesetaraan yang ketentuan: a) Pasal 15 (akses pada sumber daya adil terhadap kesempatan. Keadilan bagi genetik); b) Pasal 16 (akses pada teknologi, masyarakat hukum adat dan masyarakat adat alih teknologi); c) Pasal 19 (penanganan dalam pemanfaatan sumber daya genetik bioteknologi dan pembagian keuntungan); beserta pengetahuan tradisionalnya berkaitan
d) Pasal 20 (sumber dana); dan e) Pasal 21 erat dengan prinsip keadilan lingkungan (mekanisme pendanaan).
yang menempatkan kepentingan masyarakat Manfaat dan keadilan seharusnya adat mendapat perhatian ekstra karena
sampai pula pada masyarakat adat sebagai berhadapan dengan masyarakat modern pemilik pengetahuan tradisionalnya yang dalam pemanfaatan sumber daya alam. Harus berkaitan dengan sumber daya genetik. ada kebijakan politik khusus yang menjamin Sejatinya keadilan adalah kebajikan yang bahwa kehidupan ekonomi, adat dan budaya memberikan hasil, bahwa setiap orang serta eksistensi masyarakat adat dilindungi
mendapat apa yang merupakan bagiannya 27 dalam setiap proses pembangunan. Ini dan setiap orang bebas untuk menentukan penting karena kehidupan masyarakat adat apa yang akan dilakukannya, asal ia tidak bergantung pada keberadaan ekosistem alam di sekitar tempat tinggal mereka. melanggar kebebasan yang sama dari orang 32 Hal
lain. 28 Keadilan merupakan realisasi atas ini sejalan dengan pendapat Kuei-Jung Ni asas kesamaan 29 dan merupakan realita dari bahwa perlindungan hak masyarakat adat manusia sebagai makhluk sosial sehingga atas pengetahuan tradisional bergantung permasalahannya adalah adil tidaknya alokasi pada
Negara karena kepentingan dalam hidup bermasyarakat. 30 hukum internasional tidak memberikan
masing-masing
Dua prinsip keadilan menurut Rawls 31 kepastian hukum siapa pemilik pengetahuan adalah: pertama, mereka akan berfokus untuk tradisional. 33 Demikian pula dikemukakan mengamankan kebebasan mereka agar tetap oleh Udo Schuklenk dan Anita Kleinsmidt setara sehingga akan memilih suatu prinsip bahwa konsep pembagian keuntungan masih guna mengatasinya; kedua, ketidaksetaraan menimbulkan masalah sehingga Negara sosial dan ekonomi disusun sedemikian rupa harus memperjelas konsep tersebut terutama agar mereka dapat: a) memberi keuntungan yang berkaitan dengan pengetahuan terbesar bagi pihak yang kurang beruntung tradisional yang pemanfaatannya memiliki
27 Keadilan menurut Justinian, lihat Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet.7, 2012, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hlm. 173-175.
28 Ibid ., Keadilan menurut Herbert Spencer. 29 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum suatu Pengantar, 2010, Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka hlm. 46. 30 Pieter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, 2008, Jakarta: Prenada Media Group. hlm. 96. 31 Karen Leback, Teori-Teori Keadilan Six Theories of Justice, diterjemahkan Yudi Santoso, 2001, Bandung: Nusa Media,
hlm. 53-54. 32 Op.Cit., A Sony Keraf, hlm. 153-155.
33 Kuei-Jung Ni, Traditional Knowledge and Global Lawmaking, Northwestern Journal of International Human Rights, Volume 10 Issue 2, article 3, Winter 2011.
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
nilai ekonomis/komersial. 34 kepada peneliti asing untuk meminta izin Nagoya Protocol sejatinya memberikan penelitian, termasuk penelitian yang terkait
manfaat baik secara ekonomis maupun dengan pengetahuan tradisional. Kebijakan ekologis atas pemanfaatan sumber daya pengaturan akses sebaiknya berasarkan pada prinsip-prinsip: genetik yang dapat dinikmati pula oleh 37
a) mengakui bahwa masyarakat hukum adat maupun masyarakat Pengetahuan Tradisional merupakan bagian
adat sebagai pemilik pengetahuan tradisional dari kedaulatan negara sangat penting dalam yang berasosiasi dengan sumber daya genetik. perlindungan dan pengelolaan lingkungan Nagoya Protocol telah memberikan mandat hidup; b) mengakui bahwa Masyarakat kepada negara untuk melibatkan secara efektif Hukum Adat dan lokal adalah pemangku masyarakat hukum adat dan masyarakat dan pemegang hak pengetahuan tradisional adat untuk mendirikan balai kliring yang dan harus berperan berkenaan dengan berfungsi menginformasikan kepada calon penggunaannya; c) menghormati hak asasi pemanfaat pengetahuan tradisional mengenai manusia dan menjaga hak ulayat Masyarakat kewajiban-kewajiban,
untuk mengendalikan pengaturan mengenai ABS (Access and Benefit akses secara penuh dan efektif terhadap
termasuk
detail Hukum
Adat
Sharing )/Akses dan pembagian keuntungan. 35 Pengetahuan Tradisionalnya terutama yang bernilai spiritual dan rahasia; d) mengakui
Untuk melaksanakan amanat tersebut, Negara wajib memfasilitasi pengembangan: 36
dan mengembangkan hukum adat, protokol komunitas dan norma hukum lainnya yang
a) Protokol dalam Masyarakat Hukum Adat dihormati di tingkat masyarakat sesuai dalam kaitannya dengan akses terhadap dengan peraturan dan perundangan nasional; Pengetahuan Tradisional yang terkait dan e) menghormati prinsip Prior Informed dengan Sumber Daya Genetik; b) persyaratan Consent (PIC) atau Persetujuan Atas Dasar minimum untuk melakukan kesepakatan Informasi Awal (PADIA) dalam pelaksanaan bersama dalam rangka memastikan adanya akses. pembagian keuntungan yang adil dan merata; dan c) model klausul untuk kesepakatan
Namun ada catatan khusus untuk bersama mengenai pembagian keuntungan ketentuan materiel tentang perlindungan
dari pemanfaatan Pengetahuan Tradisional pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan yang terkait dengan Sumber Daya Genetik. sumber daya genetik yang banyak muatannya Namun, amanat tersebut hingga saat ini masih pada HaKI akan menghadapi permasalahan
mendasarkan pada Peraturan Pemerintah No. pelik. 38 Ada 2 (dua) permasalahan yang
41 Tahun 2006 tentang Izin Penelitian Bagi sampai saat ini belum ada titik terang, Orang Asing di Indonesia yang mewajibkan yaitu: 39 a) Apa yang dapat didefinisikan
34 Udo Schuklenk dan Anita Kleinsmidt, North–South Benefit Sharing Arrangements In Bioprospecting And Genetic Research: A Critical Ethical And Legal Analysis Developing World Bioethics, ISSN 1471-8731 (print); 1471-8847 (online).
35 Kementerian Lingkungan Hidup Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, 2011, Kertas Posisi (White Paper) Pengetahuan Tradisional Sebagai Bagian Kearifan Lokal Dari Masyarakat Hukum Adat Yang
Terkait Dengan Sumber Daya Genetik (SDG) Dalam Protokol Nagoya. 36 Ibid .
37 Ibid . 38 Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual, 2013, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 177-180.
80 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
atau dikategorikan sebagai masyarakat dalam catatan kasus-kasus sepanjang tahun “pemilik” pengetahuan tradisional. Apakah 2013 yang berkaitan dengan perampasan masyarakat suku terasing atau masyarakat tanah, wilayah dan sumber daya alam yang asli (indigenous people) ataukah masyarakat yang dimiliki dan dikuasai masyarakat adat lokal pada umumnya hidup di luar urban dari generasi ke generasi yang diterbitkan oleh
yang memang masih menggunakan praktik- AMAN, 42 artinya perlindungan masyarakat praktik/teknologi tradisional tetapi sudah adat beserta pengetahuan tradisional atas tidak memiliki institusi hukum adat; dan b) sumber daya genetik perlu menjadi bagian sulitnya diidentifikasikannya kepentingan penting dalam konsep produk hukum yang ekonomi mereka.
akan dibentuk.
Demikian pula apabila ada pengakuan Uraian dalam paper ini memperlihatkan terhadap suatu karya intelektual, maupun bahwa pada dasarnya dengan menjadi pihak perlindungan terhadap karya tradisional pada kedua perjanjian internasional tersebut, dianut sistem kepemilikan yang bersifat Negara Indonesia dapat memperoleh individu (private property) sebagaimana manfaat terutama untuk perlindungan karakter perlindungan HaKI, sedangkan sumber daya genetik dan pengetahuan pengetahuan tradisional lebih bercorak tradisional maupun pembagian keuntungan komunal, maka akan ditemukan kesulitan- atas pemanfaatannya. Namun manfaat kesulitan. Pengetahuan tradisional memiliki tersebut tidak akan dapat dinikmati dengan ciri komunal tercermin pula dalam sistem baik karena adanya berbagai persoalan yang
nilai kearifan tradisional, 40 yaitu semua masih harus diselesaikan, terutama dari sisi bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman kelengkapan peraturan perundang-undangan atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang perlu dibentuk termasuk substansi yang menuntun perilaku manusia dalam yang memuat konsep-konsep penting dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.
mengimplementasikan kedua perjanjian
Tantangan yang lain yang juga internasional tersebut. Ratifikasi atas kedua menghadang
adalah pembangunan perjanjian internasional tersebut meskipun dan modernisasi dimaksudkan untuk dalam bentuk undang-undang, akan tetapi meningkatkan kualitas kehidupan manusia, hanyalah merupakan bentuk persetujuan termasuk masyarakat hukum adat dan Dewan
Rakyat terhadap masyarakat adat. Akan tetapi justru sebaliknya perjanjian internasional. Dengan demikian, isi
Perwakilan
masyarakat hukum adat dan masyarakat dan bentuk perjanjian internasional tersebut adat menjadi korban dari pembangunan dan tetaplah sebagai perjanjian internasional yang modernisasi dan bahkan menjadi korban hanya mengikat Negara Indonesia sebagai dari proyek konservasi dan perlindungan pihak dalam konteks hukum internasional lingkungan hidup serta penelitian ilmiah dan tidak mengikat masyarakat. Oleh
dan penelitian komersial. 41 Hal ini terungkap karena itu, untuk menindaklanjuti kedua
40 Op.Cit., A.Sony Keraf, hlm. 289. 41 Ibid . hlm. 296-297. 42 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Catatan Awal Tahun 2013, Tegakkan Keadilan Bagi Masyarakat Adat,
2013, Jakarta, hlm. 12.
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
undang-undang tersebut, maka muatan Arising from Their Utilization to The Convention dari kedua perjanjian internasional tersebut on Biological Diversity , karena RUU ini akan perlu diatur di dalam bentuk peraturan mendukung pula Undang-Undang Nomor 13 perundang-undangan. Salah satu RUU Tahun 2016 tentang Paten yang di dalam Pasal yang perlu mendapat perhatian berkaitan
26 telah memuat ketentuan pembagian hasil dengan kedua perjanjian internasional dan/atau akses pemanfaatan sumber daya tersebut adalah RUU tentang Konservasi genetik dan/atau pengetahuan tradisional Keanekaragaman Hayati yang telah disusun maupun Peraturan Menteri Hukum dan Hak oleh Pemerintah Indonesia sampai dengan Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang akhir tahun 2015. Di dalam RUU tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal. Konservasi Keanekaragaman Hayati telah
memuat secara lebih detil ketentuan semua PENUTUP
pembahasan, maka dapat disimpulkan tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati B bahwa Indonesia mendapatkan manfaat
uraian pada bagian kedua perjanjian internasional tersebut. RUU
perjanjian internasional terkait termasuk
erdasarkan
ini telah mewadahi muatan RUU tentang dengan menjadi pihak pada Convention On Perlindungan dan Pengakuan Hak-Hak Biological Diversity, 1992 dan Nagoya Protocol Masyarakat Adat (PPHMA), RUU tentang on Access to Genetic Resources and The Fair Pengelolaan Sumber Daya Genetik, RUU and Equitable Sharing of Benefits Arising from tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam, Their Utilization to The Convention on Biological RUU tentang Perlindungan Pengetahuan Diversity , yaitu manfaat untuk melindungi Tradisional, dan RUU tentang Perlindungan sumber daya genetik dan pengetahuan dan Pemanfaatan Kekayaan Intelektual tradisional beserta pembagian keuntungan Pengetahuan Tradisional dan Ekspresi atas pemanfaatan sumber daya genetik dan Budaya Tradisional.
pengetahuan tradisionalnya sesuai dengan Pentingnya RUU tentang Konservasi prinsip kedaulatan Negara dan keadilan. Keanekaragaman Hayati ini telah dimuat Namun, manfaat ini hanya akan terwujud dalam daftar Program Legislasi Nasional jika Negara Indonesia tidak hanya berhenti tahun 2018 meskipun sebelumnya tidak sebatas pada pengesahan terhadap kedua tersentuh dalam pembahasan dalam Program perjanjian internasional tersebut, akan tetapi Legislasi Nasional pada tahun 2015-2019. juga memiliki berbagai peraturan perundang- Dengan demikian, RUU tentang Konservasi undangan untuk menjalankan konsep-konsep Keanekaragaman
benar-benar dan ketentuan yang termuat dalam kedua ditunggu sebagai implementasi atas kedua perjanjian internasional tersebut. perjanjian internasional tersebut dan perlu
Hayati
Oleh karena itu rekomendasi yang mendapat perhatian penting bagi Negara dapat dikemukakan agar manfaat sebagai
Indonesia sebagai salah satu negara terkaya pihak dalam kedua perjanjian internasional dengan sumber daya genetiknya. RUU ini tersebut dapat terwujud, maka yang harus akan berimplikasi pada manfaat yang akan dilakukan Negara Indonesia adalah harus diperoleh dengan menjadi pihak dalam segera memiliki Undang-Undang Konservasi
Convention On Biological Diversity, 1992 dan Keanekaragaman Hayati beserta peraturan Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources pelaksanaannya yang meliputi segala and The Fair and Equitable Sharing of Benefits bidang terutama bidang penelitian dan
82 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
perdagangan atas pemanfaatan sumber daya Kementerian Lingkungan Hidup, Buletin genetik dan pengetahuan tradisional dengan
Protokol Cartagena tentang Keamanan tetap memperhatikan perlindungan bagi
Hayati (Protocol Cartagena on Biosafety), masyarakat hukum adat dan masyarakat adat
Jakarta, 2003.
di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup, Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan
DAFTAR PUSTAKA
Masyarakat, Kertas Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN),
Pemberdayaan
Posisi (White Paper) tentang Pengetahuan Catatan Awal Tahun 2013, Tegakkan
Tradisional sebagai Bagian Kearifan Lokal Keadilan Bagi Masyarakat Adat, 2013,
dari Masyarakat Hukum Adat yang Terkait Jakarta.
dengan Sumber Daya Genetik (SDG) dalam A.Sony Keraf, Etika Lingkungan, 2002, Jakarta:
Protokol Nagoya , 2011. Penerbit Buku Kompas.
Koesnadi Hardjsoemantri, Hukum Tata Adrian Sutedi, Hak atas Kekayaan Intelektual,
Cet.18. Ed.8, 2005, 2013, Jakarta: Sinar Grafika
Lingkungan,
Yogyakarta: Gadjah Mada Press. Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara dalam Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Hukum Internasional, 1996, Jakarta: PT Pembangunan, Hari Depan Kita Bersama, RajaGrafindo Persada.
terjemahan: Bambang Sumantri, 1988, Jakarta: PT Gramedia.
Katharina Rogalla Von Bieberstein and Konstantia Koutouki, Legal Aspects Kuei-Jung Ni, Traditional Knowledge and Global Of Sustainable Natural Resources Legal
Lawmaking, Northwestern Journal of Working Paper Series, The Nagoya
International Human Rights, Volume 10 Protocol: Status Of Indigenous And Local
Issue 2, article 3, Winter 2011. Communities, The Centre for International Mas Achmad Santosa, Good Governance dan
Sustainable Development Law (CISDL), Hukum Lingkungan, 2001, Jakarta: ICEL. 2011.
Pieter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Karen Leback, Teori-Teori Keadilan Six Theories
Hukum, 2008, Jakarta: Prenada Media of Justice, diterjemahkan Yudi Santoso,
Group.
2001, Bandung: Nusa Media. Richard York dan Riley E Dunlap, Sosiologi Kementerian Lingkungan Hidup, Buletin
Lingkungan Hidup dalam The Willey Konvensi
Blackwell-Companion to Sosiologi, Editor (Convention on Bilogical Diversity), Jakarta,
Keanekaragaman
Hayati
George Ritzer, 2013, Yogyakarta: Pustaka 2003.
Pelajar.
Kementerian Lingkungan Hidup, Ringkasan Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Cet.7, 2012, Rangkaian Pertemuan Convention On
Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Biological Diversity and Nagoya Protokol , Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Pyeongchang, Korea Selatan, 29
suatu Pengantar, 2010, Yogyakarta: September-17 Oktober 2014.
Cahaya Atma Pustaka.
Yovita Indrayati, Marsudi Triatmodjo
Manfaat Bagi Indonesia Sebagai Pihak Pada Convention On Biological Diversity dan Nagoya Protocol
Udo Schuklenk dan Anita Kleinsmidt, North– Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006 South Benefit Sharing Arrangements In
tentang Pengesahan International Treaty Bioprospecting And Genetic Research:
on Plant Genetic Resources For Food and
A Critical Ethical And Legal Analysis Agriculture (Perjanjian Mengenai Sumber Developing World Bioethics, ISSN 1471-
Daya Genetik Tanaman Untuk Pangan 8731 (print); 1471-8847 (online).
dan Pertanian).
World Commission, Report of the World Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Commission
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Development: Our Common Future.
Lingkungan Hidup. Undang-Undang No. 11 Tahun 2013 tentang
Peraturan Perundang-Undangan:
Pengesahan Nagoya Protocol on Access Undang-Undang Dasar 1945.
to Genetic Resources and the Fair and Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990
Equitable Sharing of Benefits Arising from tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Their Utilization to the Convention on Hayati dan Ekosistemnya.
Biological Diversity
(Protokol Nagoya tentang Akses pada Sumber Daya
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 Genetik dan Pembagian Keuntungan Tentang Pengesahan United Nations
yang Adil dan Seimbang yang Timbul Convention On Biological Diversity
dari Pemanfaatannya atas Konvensi (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa
Keanekaragaman Hayati). Mengenai Keanekaragaman Hayati). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000
tentang Paten.
tentang Perlindungan Varietas Tanaman. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Undang-Undang No.21 Tahun 2004 tentang
Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pengesahan Cartagena Protocol On
Data Kekayaan Intelektual Komunal. Biosafety To The Convention On Biological Diversity (Protokol Cartagena Tentang RUU tentang Konservasi Keanekaragaman
Keamanan Hayati Atas Konvensi
Hayati.
Tentang Keanekaragaman Hayati) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005
tentang Pengesahan
International
Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Pengesahan
International
Covenant on Civil and Political Rights (Kovenan Internasional tentang Hak- Hak Sipil dan Politik).
84 Bina Hukum Ligkungan
Volume 2, Nomor 1, Oktober 2017
Deklarasi dan Perjanjian Internasional:
Sumber Lain:
United Nations Universal Declaration of Human Balai Kliring Kementerian Lingkungan hidup, Rights , 1948.
http://www.indonesianchm.or.id/x.p? Declaration of the United Nations Conference on
option=comcontent&view=article&id= the Human Environment, 1972.
218&Itemid=103&lang=in, diunduh 17 Maret 2015.
Rio Declaration on Environment and Development, 1992.
https://ugm.ac.id/id/berita/671- perlindungan.pengetahuan.tradisional.
Convention On Biological Diversity, 1992. di.indonesia.perlu.aturan.tegas, Prof. International Covenant on Economic, Social and
M. Hawin, S.H., L.L.M., Ph.D., dalam Cultural Rights , 1966.
pidato pengukuhan sebagai Guru Besar International Covenant on Civil and Political