PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS HIPNOTIS ( STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG )

  

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS

HIPNOTIS

( STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG )

(Jurnal Skripsi)

  

Oleh

RIZKI ADIPUTRA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

  

2018

  

ABSTRAK

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN

DENGAN MODUS HIPNOTIS

(STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG)

Oleh

  

RIZKI ADIPUTRA, ERNA DEWI, FIRGANEFI

  Kejahatan pencurian dengan modus hipnotis belakangan ini sering terjadi di Kota Bandar Lampung. Secara etimologis kejahatan merupakan suatu perbuatan manusia yang mempunyai sifat jahat sebagaimana bila orang membunuh, merampok, mencuri dan lain sebagainya Permasalahan: Bagaimanakah upaya kepolisan dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis? Apakah faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara hipnotis? Pendekatan masalah: yuridis normatif dan yuridis empiris. Data: studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data: kualitatif. Narasumber: Penyidik Kepolisian Resor Bandar Lampung, Pakar Psikolog, Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Hasil penelitian dan pembahasan bahwa upaya kepolisan resor kota Bandar Lampung dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dilakukan dengan dua cara yaitu: Upaya Non Penal dengan cara mengadakan sosialisasi

  

yang untuk memperoleh informasi sebelum terjadi tindak kejahatan. Upaya Penal

dilakukan untuk menanggulangi kejahatan dan yang bertujuan mencegah

masyarakat menjadi korban kejahatan pemberian sanksi tegas

mempertanggungjawabkan perbuatannya berdasarkan pedoman KUHP Indonesia

yaitu pada Pasal 363 sampai Pasal 367. Dalam kasus pelaku memenuhi unsur-

unsur pertanggungjawaban pidana pencurian dan berefek jera serta menghimpun

bukti-bukti guna menindak secara hukum. Faktor penghambat adalah faktor

  sarana atau fasilitas yang kurang memadai dan faktor masyarakat yang kurang cepat tanggap serta kesadaran korban yang telah dipengaruhi oleh pelaku sehingga untuk segera melaporkan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Saran: Kepolisian hendaknya lebih bisa mengoptimalkan upaya non penal karena pencegahan lebih baik daripada pemberantasan. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki sarana dan memberikan fasilitas penunjang kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dengan menambah alat pengamanan berupa CCTV serta masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak menghambat proses penyidikan.

  Kata Kunci : Penanggulangan, Pencurian, Hipnotis

  

ABSTRACT

THE PREVENTION TO THIEVING CRIME

BY USING HYPNOTISM MODUS

(A STUDY IN DEPARTMENTAL RESORT POLICE OF REPUBLIC

  

INDONESIA BANDAR LAMPUNG CITY)

By

RIZKI ADIPUTRA, ERNA DEWI, FIRGANEFI

  Thieving crime by using hypnotism modus recently happened in Bandar Lampung City. In etymology, crime is a human act that has a malicious characteristic in case if someone kills, rob, steal, and etc. Problems: How does the police effort in preventing the thieving crime by using hypnotism modus? What are the obstacles that the police faces in preventing the thieving crime by using hypnotism modus? Problems approach: normative and empirical juridical. Data: bibliography study and court study. Data analysis: qualitative. Resources: Investigating Officer in Departmental Resort Police Bandar Lampung, Hypnotist, Legal Crime Academician Law Faculty of Lampung University. Research results and discussions told that the effort of Departmental Resort Police Bandar Lampung in preventing the crime by using hypnotism modus are divided into two ways: Non- penal efforts by giving socialization that held by The Police Department and put forward the intelligence function as an early detection to gain the information before crimes appeared. Penal efforts are done to preventing crimes and supposed to prevent the society becomes the victims. Inhibition factors are facilites factors that inadequate for police department to reveals the case of thieving crime by using hypnotism modus and the society factors that respond slowly and the victims consciousness that has been affected by the perpetrator so the thieving crime by using hypnotism modus can be reported as soon as possible. Advices: The Polices are expected to optimizes the non-penal efforts because preventing is better than eradicating. The governments are expected to improves the facilities and give the support facilites for Police Department to prevent the thieving crime by using hypnotism, by augment the security devices (CCTV) and society are expected to get involved with The Police Department so there will be no inhibition in investigating process.

  Keywords : Prevention, Thieving, Hypnotism

  Kejahatan pencurian dengan modus hipnotis belakangan ini marak atau sering terjadi tidak hanya kota-kota besar saja seperti di pulau jawa tetapi marak juga terjadi di Kota Bandar Lampung. Pencurian yang terjadi merupakan suatu tindakan kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat seperti rumah, kantor atau tempat umum lainnya dengan target berupa pencurian motor, mobil, handphone dan barang berharga lainnya. Pelaku kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dalam melakukan tindakan melawan hukum dipicu oleh berbagai faktor baik berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya sendiri, antara satu dan lainnya saing berkaitan erat. Adapun sebab-sebab yang melatar belakangi pelaku kejahatan pencurian adalah dari faktor ekonomi dan sosial, meningkatnya pengangguran, kurangnya kesadaran hukum, serta lingkungan pelaku kejahatan pencurian.

  Pidana merupakan sebuah nestapa/penderitaan yang dialamatkan kepada seseorang yang melakukan sebuah kejahatan atau kejahatan. Kejahatan pencurian merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang digolongkan sebagai kejahatan yang ditujukan terhadap hak milik dan lain-lain yang timbul dari hak milik tersebut.

  atau dalam keadaan tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi, yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari Pasal 362 KUHP, Pasal

  363 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, dan Pasal 365 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun dihukum. Pencurian menurut Pasal 362 KUHP adalah :"Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah".

I. PENDAHULUAN

  Pasal 362 KUHP, terdapat unsur - unsur sebagai berikut :

  1. Perbuatan "mengambil", 2.

  Yang diambil adalah suatu "barang", 3. Barang itu harus "seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain" dan 4. Mengambil itu harus dilakukan "dengan maksud hendak memiliki barang itu dengan melawan hukum".

  Kejahatan dengan modus hipnotis mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Pelaku kejahatan dalam sekejap dapat membuat korbannya mengikuti semua yang diperintahkan. Hipnotis adalah praktek mempengaruhi orang lain sehingga mengubah tingkat kesadarannya agar mengikuti apa yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otak diperintahkan oleh ahli hipnotis. Untuk menjalankan aksinya biasanya pelaku kejahatan ini berada di pusat perbelanjaan, dan mini market. Para pelaku kejahatan dengan hipnotis biasanya berkelompok dengan tugasnya masing-masing untuk memudahkan operasinya. Dari

1 Pencurian dengan cara-cara tertentu

2 Baru-baru ini terjadi kasus Pencurian

  Bagaimanakah upaya kepolisan dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis ? b.

  II. PEMBAHASAN A. Upaya Kepolisan dalam Menanggulangi Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnoti

  dengan modus hipnotis dengan korba seorang Guru SMAN 7 Bandar Lampung dalam aksi terakhirnya, seorang wanita bernama Neneng Ida Wati menjadi korban. Guru yang mengajar di SMAN 7 Bandar Lampung ini ternyata teperdaya oleh akal bulus tersangka. Dua warga Muara Enim, Sumatera Selatan diringkus aparat Polresta Bandar Lampung. Kedua pria bernama Amerdi (42) dan Nuryono (42) ini diduga merupakan anggota komplotan penipu dengan modus hipnotis. Jumat, 26 Januari 2018.

  Upaya kepolisian merupakan bagian integral dari kebijakan sosial (social

  bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial. Peran kepolisian dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai pelindung masyarakat.

  Dengan latar belakang hal tersebut, maka saya mencoba mengajukan judul penelitian skripsi yaitu “Analisis

  Penanggulangan Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis ( Studi pada Resor Kota Bandar Lampung )

  Berdasarkan paparan diatas, maka permasalahan dalam penulisaan skripsi ini, terdiri dari : a.

  menjadi korban adalah wanita, karena wanita dianggap memiliki energi yang lemah dibandingkan pria namun tidak sedikit pria yang telah menjadi korbannya. Pada Tahun 2016 terjadi kasus kejahatan dengan modus hipnotis terhadap dua wartawan harian kota Lampung yakni, Putri (Harian Pilar) dan Mona (Lampung News Paper) di Hotel Mini. Kejadian berlangsung pelaku seperti menghipnotis kedua korban hingga menuruti apa kata pelaku, pelaku mengambil barang-barang milik Putri dan Ramona. Barang Putri yang dicuri berupa satu unit ponsel merek Lenovo, satu unit blackberry, ATM BRI, dua kartu kredit, KTP dan kartu pers. Barang Ramona yang dicuri hanya satu unit ponsel.

  Apakah faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara hipnotis ?

3 Kepolisian memiliki peranan penting

  

  policy ). Upaya atau kebijakan untuk

  melakukan Pencegahan dan Penangulangan Kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal

  policy ). Kebijakan kriminal ini pun

  tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy) yang terdiri dari kebijakan atau upaya-upaya untuk

  dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan

  • tanggal 09 Oktober 2017 pukul 13.20 WIB
  • upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy). Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana Non Penal dan sarana Penal. Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan

      represif yang berupa pemberian

      pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimasukkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan kejahatan.

      penanggulangan kejahatan yang bersifat represif (penindakan) bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi, upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi dengan cara memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan. Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana penal dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langakah kebijakan (policy). Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitikberatkan pada upaya yang bersifat “represif” atau disebut penindsan/penumpasan, setelah kejahatan atau tidak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan 4 Barda Nawawi Arief, 2010 Kebijaka

      Penanggulangan Hukum Pidana Sarana

      bagian dari kebijakan penegakan hukum (Law Enforcement).

      5 Pertumbuhan penduduk yang

      semakin bertambah setiap waktunya menjadikan kondisi sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat, terutama masalah pemenuhan akan kebutuhan hidup dan lapangan pekerjaan. Kondisi tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat, seperti terjadinya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Kepolisian dalam fungsinya menjaga kenyamanan masyarakat berupaya melakukan cara untuk menangani setiap kejahatan yang terjadi khususnya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Mirra Septia Veranika menjelaskan Ilmu Hipnotis terdiri dari dua yaitu Oto Hipnotis dan Hetero Hipnotis. Sebelumnya Hipnotis dan hipnosis memiliki arti yang berbeda. Hipnotis adalah tekniknya, sementara hipnosis adalah kondisi seseorang yang terhipnotis. Namun, teknik hipnotis sering kali disalahartikan oleh banyak orang. Mereka menggunakan hipnotis untuk memanipulasi pikiran korbannya, agar memenuhi keinginan orang tersebut, seperti melakukan tindak kejahatan. Saat seseorang berada dalam keadaan hipnosis, mereka cenderung lebih terbuka terhadap sugesti jika dibandingkan dengan saat tidak dalam keadaan hipnosis.

    4 Upaya penal adalah upaya

      6 Kejahatan pencurian dengan modus

      hipnotis merupakan salah satu permasalahan hukum yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai 5 Moelyatno, Perbuatan Pidana dan

      Pertanggungjawaban Pidana . Bintang Indonesia, Bandung.1998. hlm. 37-78 pihak. Dalam hal ini Polri sebagai pelaksana undang-undang dalam menegakkan hukum tentunya perlu mengambil tindakan tegas terhadap kejahatan ini.dalam hal ini pihak Kepolisian di Polresta Bandar Lampung melakukan upaya penanggulangan kejahatan menjadi 2 macam, yaitu melalui jalur penal (hukum pidana) dan jalur non penal (bukan/ diluar hukum pidana).

      Penanggulangan kriminalitas melibatkan tidak saja unsur-unsur intern polisi. tetapi unsur-unsur diluar Kepolisian dengan dukungan peran serta masyarakat. Polisi sebagai unsur utama yang paling awal dalam menghadapi kejahatan dan pelaku kejahatan, bertugas melakukan kegiatan penanggulangan kejahatan guna mewujudkan situasi kamtibmas yang terkendali. Tujuan penanggulangan kejahatan secara terpadu ini yang dimaksud adalah kemampuan situasi kamtibmas yaitu: a)

      Adanya suasana masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis

      b) Adanya suasana bebas kekhawatiran, keragu-raguan dan ketakutan serta kepastian dan ketaatan hukum

      c) Adanya suasana masyarakat yang meresahkan adanya perlindungan dari segala macam bahaya d)

      Adanya kedamaian dan ketentraman lahiriah

      Berdasarkan hasil dan penelitian yang dilakukan di Polresta Bandar Lampung dimana Bhira W menyatakan bahwa upaya Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan pencurian dengan modus hipnotis yang terjadi saat ini hukum yang ada dirasakan tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Bhira W mengatakan terkadang pula hukuman yang diberikan oleh hakim kepada para pelaku pencurian dengan modus hipnotis tidak sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengungkap kasus tersebut. Sehingga pelaku pun tidak merasa jera dan tidak takut untuk mengulangi kembali perbuatannya setelah masa hukumannya selesai. Pihak kepolisian telah melakukan upaya penanggulangan kejahatan ini melalui upaya non penal dan penal. Kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya serta dukungan masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan dilakukannya kejahatan. Upaya ini meliputi kegiatan penjagaan patroli, pengawasan dan peringatan lebih dini pada lingkungan tempat-tempat keramaian kegiatan masyarakat dan lingkungan kerja atau perkantoran, rumah makan. swalayan, dan pasar.

      7 Beberapa upaya penanggulangan

      kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut: 1.

      Upaya Non Penal ( Preventif ) Upaya Preventif yaitu mencegah terjadinya kejahatan untuk pertama kalinya, Upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi kejahatan. Upaya non penal merupakan kegiatan yang ditunjukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah secara langsung sebelum terjadinya kejahatan. 7 Hasil wawancara dengan penyidik di Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhira W. Menyatakan pihak Polresta Bandar Lampung mengadakan penyuluhan kepada masyarakat di kota Bandar Lampung yang isi dari penyuluhan tersebut adalah memberikan arti penting menjaga keamanan lingkungan mereka sendiri dan juga dengan cara perpolisian masyarakat supaya masyarakat menjadi polisi terhadap dirinya sendiri, dengan hal semacam itu maka setiap kejahatan yang akan terjadi mudah terdeteksi oleh masyarakat secara dini, karena bagaimanapun personil Polri sangat terbatas jika dibandingkan dengan masyarakat yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung sehingga akan lebih efektif jika pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat secara aktif. Kepolisian untuk menekan kejahatan termasuk disini kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di wilayah Kota Bandar Lampung, dengan dilakukannya operasi kepolisian yang secara terjadwal dan terus dilakukan dalam kurun waktu.

      kepolisian Polresta Bandar Lampung melakukan berbagai upaya-upaya sebelum terjadinya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis, diantaranya :

      a) Melakukan Sosisalisasi atau himbauan kepada masyarakat terkait Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis.

      b) Melibatkan Bhabinkamtibmas untuk melakukan sosialisasi dilingkungan masyarakat.

      c) Meningkatkan Sistem Keamanan Lingkungan.

      9 2.

      Upaya Penal ( Represif ) Upaya Penal adalah suatu cara penanggulangan berupa penanganan kejahatan yang sudah terjadi. Upaya represif ini berupa rangkaian kegiatan penindakan yang di tunjukkan ke arah pengungkapan terhadap semua kasus kejahatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yakni kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Dalam rangka bekerjanya system peradilan pidana untuk menanggulangi kejahatan, kepenjaraan ataupun lembaga permasyarakatan adalah sebagai lembaga koreksi dalam penanggulangan kriminalitas.

      Bhira W menjelaskan bahwa setiap kasus yang dilaporkan kepada pihak kepolisian pasti akan segera kami tindak lanjuti, seperti melihat TKP, mendengarkan keterangan dari korban serta saksi dan melihat kejahatan yang dilakukan pelaku. Setelah semua data dan informasi kami dapatkan maka pihak kami akan menyidik keterangan informasi tersebut. Namun tidak semua kejadian kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di wilayah Polresta Bandar Lampung baik yang dilaporkan ataupun yang tidak dilaporkan oleh korban terungkap, karena pelaku tindak kejahatan pencurian dengan modus hipnotis ini sulit untuk dilacak atau diketahui pelakunya dikarenakan korban

    8 Bhira W menjelaskan bahwa pihak

    8 Hasil wawancara dengan penyidik di

      9 Hasil wawancara dengan penyidik di sendiri sulit mengingat wajah pelaku tersebut.

    10 Selanjutnya Bhira W menjelaskan

      untuk penanggulangan kejahatan yang dilakukan secara penal atau setelah terjadinya kejahatan kepolisian telah melaksanakan serangkaian tindakan kepolisian yang sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Untuk mendapatkan cukup bukti dalam pengungkapan kasus pencurian dengan modus hipnotis ini peran pihak kepolisian secara kongkrit juga dimulai pada saat laporan dari pihak masyarakat ataupun terjadi tertangkap tangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Pihak kepolisian melakukan serangkaian dalam hal dan menurut cara yang di atur undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti itu membuat terang kejahatan yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Serangkaian tindakan ini dikenal dengan istilah penyelidikan.

       Faktor Penghambat Pihak Kepolisian dalam Menanggulangi Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis

      Maraknya pencuriann dengan modus hipnotis di Indonesia khusus nya di Bandar Lampung dan kesulitan pihak kepolisan dalam mengungkap setiap kasus yang terjadi dikarenakan berbagai faktor penghambat yaitu :

      10 Hasil wawancara dengan penyidik di Polresta Bandar Lampung, Bhira W, 22 Desember 2017 11 Hasil wawancara dengan penyidik di 1.

      Faktor Hukumnya sendiri

      (undang-undang); 2. Faktor Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum; 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

      4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;

      5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

      12 Kelima faktor tersebut saling

      berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas penegakan hukum. Faktor penghambat yang paling dominan pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis adalah faktor sarana dan fasilitas mendukung dan faktor masyarakat.

    11 B.

      1. Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung Penanggulangan Kejahatan

      Proses penegakan hukum menurut Bhira W sarana dan prasarana hukum mutlak diperlukan seperti penambahan keamananaan Sabhara Lalu Lintas dan juga himbauan sarana jalan-jalan yang ada di kota Bandar Lampung sehingga dapat memberitahukan kepada masyarakat sehingga terciptanya keamanan dan ketertiban yang dilakukan aparat penegak hukum. Sarana dan prasarana hukum yang memadai 12 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang dimaksudkan untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan globalisasi, yang telah mempengaruhi tingkat kecanggihan kriminalitas, seperti kejahatan pembobolan bank, dengan menggunakan teknologi computer, kejahatan pemalsuan uang dengan menggunakan peralatan canggih, dan pencurian dengan modus hipnotis.

      sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai dan seterusnya. Jika hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhira W diketahui bahwa mengenai sarana dan prasarana dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis terkait sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Polresta Kota Bandar Lampung masih minim. mengenai sarana dan prasana dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis cukup minim namun masih dapat diatasi yakni dengan cara memanfaatkan peran aktif dari masyarakat itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam hal peranan sarana dan prasana bahwa penegak hukum sebaiknya menganut jalan pikiran sebagai berikut:

      1) Yang tidak ada- diadakan yang baru betul;

      2) Yang rusak atau salah-diperbaiki atau dibetulkan;

      3) Yang Kurang-ditambah; 13 Hasil wawancara dengan penyidik di

      4) Yang macet dilancarkan;

      5) Yang mundur atau merosot dimajukan atau ditingkatkan.

      14 2.

      Faktor Masyarakat Kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah dapat menjadi hambatan bagi proses penegakan hukum. Menurut Gunawan Jatmiko hal ini dapat dilihat dari masih adanya rasa enggan masyarakat untuk menyampaikan laporan atau menjadi saksi atas teradinya suatu proses penegakan hukum. Memang diakui bahwa hal tersebut di atas tidak semata-mata menggambarkan rendahnya kesadaran hukum masyarakat, karena masih ada faktor lain.

    13 Bhira W menjelaskan tanpa adanya

      Berdasarkan hasil wawancara bersama Bhira W bahwa hal yang menjadi penghambat kepolisian dalam menanggulangin kejahatan dengan modus hipnotis pada umumnya masyarakat yang menjadi korban tidak sadarkan diri akibat pikiran mereka telah dikuasai oleh pelaku kejahatan dan ditambah dengan kesadaran masyarakat mengenai kejahatan dan tersebut yang masih di anggap sebagai pencurian biasa.

      15 Berdasarkan hasil wawancara dengan

      Gunawan Jatmiko bahwa tingkat kesadaran masyarakat umum untuk penegakan hukum sangat kurang karena kebanyakan masyarakat berpikirian masih takut, enggan atau malas berurusan dengan hukum, hal ini semakin mempersulit Kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis 14 Soerjono Soekanto, Op.Cit, .hlm 44 15 Hasil wawancara dengan penyidik di

      karena Polri tidak dapat bekerja sendiri untuk melakukan pengungkapan kasus. Tentu Polri butuh informasi keterangan dari masyarakat untuk dapat memberi penjelasan tentang orang atau harta benda milik seseorang yang dicurigai maka peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi maupun keterangannya menjadi saksi.

      upaya penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis pihaknya menghadapi beberapa hambatan baik hambatan dari dalam kepolosian maupun hambatan dari luar kepolisian sehingga tidak dapat menyelesaikan kasus tersebut yang diantanya yaitu masyarakat yang enggan segera melapor jika terjadi tindak kejahatan dan enggan pula untuk menjadi saksi sehingga menyulitkan pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan lebih lanjut, hambatan berupa kekurangan alat bukti yang dikarenakan lambatnya laporan masyarakat yang korban kejahatan.

       Simpulan

      Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa : 1.

      Upaya Kepolisan Resor Kota Bandar Lampung dalam Penanggulangan Kejahatan Pencurian Dengan Modus Hipnotis : 16 Hasil wawancara dengan Akademisi

      Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, Gunawan Jatmiko, 20 Desember 2017 17 Hasil wawancara dengan penyidik di

      a) Upaya

      Non Penal diterapkan dengan cara mengadakan sosialisasi yang dilakukan kepolisian dan lebih mengedepankan fungsi Intelijen sebagai deteksi dini untuk memperoleh informasi sebelum suatu tindak kejahatan terjadi sehingga kejahatan yang belum terjadi dengan adanya cara penyebaran spanduk banner dan himbauan kepada masyarakat, masyarakat mengetahui bahaya pencurian dengan modus hipnotis tersebut dapat segera digagalkan oleh aparat.

    16 Bhira W menyatakan bahwa dalam

      b) Upaya Penal dilakukan untuk kepentingan upaya penegak hukum yang dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum mulai dari kepolisian sampai ke pengadilan yang memiliki kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan sehingga apa yang telah dilaksanakan untuk menanggulangi kejahatan dan yang bertujuan mencegah masyarakat untuk menjadi korban kejahatan.

    17 III. PENUTUP A.

      2. Faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara hipnotis di Kota Bandar Lampung adalah faktor sarana atau fasilitas yang kurang memadai untuk kepolisian untuk mengungkap kasus kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dan faktor masyarakat yang kurang cepat tanggap serta kesadaran korban yang telah

      sehingga untuk segera percaya terhadap orang yang melaporkan kejahatan pencurian baru dikenal. dengan modus hipnotis menjadi hambatan.

      DAFTAR PUSTAKA B. Saran

      Moelyatno, 1998, Perbuatan Pidana

      dan Pertanggungjawaban

      Berdasarkan simpulan diatas maka

      Pidana . Bintang Indonesia,

      dalam hal ini penulis dapat Bandung. memberikan saran :

      Nawawi Arief , Barda, 2010

      Kebijakan Penanggulangan 1.

      Kepolisian hendaknya lebih bisa

      Hukum Pidana Sarana Penal

      mengoptimalkan upaya non

      dan Non Penal , Semarang:

      penal dalam penanggulangan Pustaka Magister. kejahatan pencurian dengan modus hipnotis karena

      Soekanto, Soerjono, 2010, Faktor- pencegahan lebih baik daripada

      Faktor Yang Mempengaruhi

      pemberantasan. Kepada

      Penegeakan Hukum , Jakarta ,

      pemerintah agar dapat Rajawali Press. memperbaiki sarana dan memberikan fasilitas penunjang

      Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum kepolisian dalam menanggulangi Pidana , alumni, Bandung.

      kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dengan

       menambah alat pengamanan tanggal 09 Oktober berupa CCTV dan membuat 2017 pukul 13.20 WIB lapangan pekerjaan baru agar memperkecil masyarakat pengangguran sehingga mereka

       yang melakukan tindak kejahatan untuk kebutuhan diakses tanggal 16 ekonomi tidak melakukan tindak Februari 2018 pukul 15.52 WIB kejahatan. Serta menambah jumlah personil anggota kepolisian sehingga akan terciptanya ketertiban, keamanan dan kenyamanan didalam masyarakat.

      2. Masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak menghambat proses penyelidikan dan penyidikan serta dapat meningkatkan kewaspadaan yang memilik barang berharga serta masyarakat jangan terlalu mudah