SEMINAR INTERNASIONAL MENIMANG BAHASA ME

SEMINAR INTERNASIONAL
MENIMANG BAHASA, MEMBANGUN BANGSA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit no. 62 Telp.(0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125 NTB
Nomor :
/H18.5/TU/2012
Hal
: Pengumuman Hasil Seleksi Abstrak
Seminar Internasional

15 Juni 2012

Yth. Bapak/Ibu Calon Pemakalah Pendamping
Seminar Internasional
di
Tempat

Dengan hormat,
Dengan ini kami beritahukan bahwa nama-nama dan judul abstrak yang tercantum dalam lampiran berikut
dinyatakan diterima pada Seminar Internasional dengan tema “Menimang Bahasa, Membangun Bangsa” dalam

rangka LUSTRUM VI, FKIP Universitas Mataram. Untuk itu, kami menyampaikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Makalah lengkap dalam bentuk softcopy dikirim paling lambat 30 Juli 2012 ke email:
azzazholila@gmail.com./ arifpgn@yahoo.com/ mdenasujana@gmail.com
2. Makalah lengkap ditulis sesuai sistematika pada lampiran 02.
3. Registrasi peserta dan pemakalah pendamping paling lambat 06 Agustus 2012 melalui rekening yang
terdapat pada brosur.
4. Fotokopi bukti pendaftaran diserahkan ke panitia ketika check in.

Demikian, atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu kami menyampaikan terima kasih.

LAMPIRAN 01:
HASIL SELEKSI ABSTRAK SEMINAR INTERNASIONAL
Mataram, 5-6 September 2012
No
1.

Nama
Abd. Muqit

Instansi

State Polytechnic of Malang
Jl. Soekarno Hatta No. 9 PO
Box 04 Malang

Judul
Ideologies and Power Relations
Reflected
Through Theme-Rheme Structure
in Osama bin Laden‟s Speeches
Penelusuran Daerah Asal Penutur
Bahasa Madura Di Kabupaten
Jember
The Role of Indonesia Language
in a Modern Nation-State

2.

Agusniar Dian Savitri

Universitas Negeri Surabaya


3.

Ahmad Amin Dalimunthe

IAIN Sumatera Utara

4.

Arafiq, M.Hum.

FKIP Universitas Mataram

The unusual uses of „ba‟ in Bima
Language

5.

Aris Wuryantoro


IKIP PGRI Madiun,
Indonesia

Pragmatic Competence In
Translation

6.

Burhanuddin, M.Hum.

FKIP-UNRAM

7.

Dardanilla

Universitas Sumatera Utara

Kategori Definisi Lema: Ke Arah
Penyempurnaan Kamus Besar

Bahasa Indonesia
Change of Meaning In Gayo Lut
Language:
A Historical Comparative
Linguistic Study

8.

Dedi Aprianto

Program Magister (S2) PPs
Universitas Negeri Surabaya

9.

Diani Nurhajati

10.

Dr. Dianita Indrawati,SS,

M.Hum.

English Department, FKIP,
University of Nusantara
PGRI Kediri)
Universitas Negeri Surabaya

11.

Dr. Ida BAsaria, M.Hum

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara

12.

Dr. Khirjan Nahdi, M.Hum

STKIP HAMZANWADI
Selong


13.

Dr. Sarifuddin, M.Hum.

Balai Bahasa Provinsi NTB

14.

Dra. Yanti Riswara, M.Hum.

Balai Bahasa Provinsi Riau

15.

Drs. Mahmudi Effendi, M.Si.

FKIP-UNRAM

Leading a Flourishing Nation

through National and Ethnic
Language Maintenance and
Development
English Classroom Interaction In
An Elementary School Level
Metafora dalam Teks Mantra
Bercocok Tanam Padi di Daerah
Sreseh Sampang Madura
Deskripsi Bentuk dan Makna
Keaspekan dalam Bahasa Batak
Toba
Paradigma Transformatif Wacana
“Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru” Karya Kyai
Hamzanwadi: Relasi Filsafat
Praktis dan Hemeutika dalam
Dinamika Sejarah
Transornasi Tata Nama Sistem
Pelayaran dari Istilah Maritim
Bugis ke Istilah Asing: Sebuah

Pergeseran Jati Diri Budaya
Maritimnya
Rekonstruksi Prafonem Bahasa
Melayu: Sebuah Kajian
Dialektologi Diakronis
Bahasa Proses Kreatif Pengarang
Nusa Tenggara Barat

16.

Dwi Margo Yuwono, M.Hum.

Program Studi Sastra
Inggris, Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

Penggunaan Bahasa Asing dalam
Iklan Majalah Marie-Claire Edisi

Indonesia

17.

Dwi Widayati (Dr., M.Hum.)

Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara

18.

Erlita Runaningtias, M.A.

Universitas Airlangga

Penggunaan Bahasa Melayu Oleh
Penutur Etnis Batak Dan Jawa
Dalam Berinteraksi Di Asahan
Dan Batubara
Javanese Language in Blitar

Regency: a Study on Dialect
Geography
Ekspresi Budaya Dalam Metafora
Bahasa Jepang
(Bahan Pemikiran Pembangunan
Karakter Bangsa Indonesia)

19.

Esther Hesline Palandi

Politeknik Negeri Malang

20.

Gustianingsih
Utara

Departmen Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera

Penyimpangan Vokoid dan
Kontoid Ujaran Bahasa Indonesia
Pada Anak Autistic Hiperaktif

21.

Gustianingsih

Departmen Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara

Penyimpangan Vokoid dan
Kontoid Ujaran Bahasa Indonesia
Pada Anak Autistic Hiperaktif

22.

Halus Mandala *

Dosen FKIP Univ.
Muhammadiyah Mataram

Inovasi Fonologis Kekerabatan
Bahasa-Bahasa di Pulau Timor

Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta

Cultural Contextualization:
A Survival Strategy For
Endangered Indigenous Languages
In Indonesia

23.
Hazairin Eko Prasetyo

24.

Heru S.P. Saputra

Fakultas Sastra Universitas
Jember

Bahasa, Identitas, dan Counter
Hegemoni:
Fenomena pada Sedulur Sikep

25.

I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini

STIBA Saraswati Denpasar

26.

I Made Rai Jaya Widanta*
I Made Subur*

Politeknik Negeri Bali

Domestication In EnglishIndonesian Translation:
A Policy For A National Identity?
Diglossic Situation At Sinduwati
Speech Community: Some
Languages And Langauge
Varieties It Promotes

Universitas Warmadewa

27.

Ikmi Nur Oktavianti

Graduate
student
of The Emergence and the Syntactic
Linguistics in Gadjah Mada Change of Copula adalah and
University
ialah in Indonesian Language As
Evidences of Language Change
and Language Contact

28.

Iwan Jazadi, S.Pd. M.Ed. Ph.D

STKIP Paracendekia NW
Sumbawa

Pengokohan Identitas Nasional
dan Peningkatan Daya Saing
Global Bangsa Indonesia Melalui
Pengembangan Pendidikan dan
Literatur Dwi-Bahasa

29.

Kartika

30.

Kasman, M.Hum

31.

Kisyani-Laksono dkk*.

Universitas Negeri Surabaya

32.

Layli Hamida, S.S., M.Hum

Departemen Sastra Inggris
Universitas Airlangga

33.

Leonardi Lucky Kurniawan

Politeknik Ubaya, Surabaya

34.

Luita Aribowo

Linguistik Afasiologi

35.

Maryaeni

Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Budaya
Universitas Airlangga
Sastra Indonesia
Universitas Negeri malang

36.

Masitha A.S., M.Hum.

Universitas Airlangga

Mengembangkan Pendidikan
Bahasa
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
Vocal and Arabic Elements in
Malay Translation (Study of Syair
Seribu Satu Malam)
The Development of English
Language Teaching in Indonesia:
Issues and Challenges
Searching Factors Determining
Global Intelligibility of Indonesian
EFL Learners‟ Speech
Pemilihan Bahasa oleh Mahasiswa
UPI Etnis Sunda dalam
Berpacaran
Berpikir Kritis dalam Bahasa,
Modalitas Moral Membangun
Bangsa
Analisis Diakronis Leksikal
Bahasa Sunda
Dialek Cilacap, Provinsi Jawa
Tengah
Signifikansi Pemahaman Lintas
Budaya Dalam Belajar Bahasa
Indonesia Bagi Mahasiswa Asing
Isi Denpasar

37.
Misran, MA

Balai Bahasa Bandung

Kantor Bahasa Prov. NTB

Sekolah Tinggi Pariwisata
(STP) Bandung

Konsep Metafor Hewan dan
Pesannya dalam Paribasa dan
Babasan Sunda
Frase Endosentrik dan Eksosentrik
Bahasa Samawa
(Suatu Upaya Penyempurnaan
Standardisasi Bahasa Samawa)
LAPUAN DALAM BAHASA
INDONESIA
subtema “Bahasa Nasional dan
Identitas Nasional”
Revivalisme Ideologi Bahasa
dalam rangka Pemertahanan
Bahasa dan Identitas Budaya
Lokal
Memperkokoh Identitas Nasional
melalui Bahasa Nasional

Antroplogi Kognitif

38.

Moch. Imam Machfudi

STAIN Jember

39.

Moedjito, M.Ed. Ph.D

STKIP Hamzanwadi Selong

40.

Muhamad Patoni

Universitas Pendidikan
Indonesia

41.

Muhammad Tohri, Siti Rahmi

IAIN Mataram

42.

Nani Darheni

Balai Bahasa Provinsi Jawa
Barat

43.

Ni Ketut Dewi Yulianti,S.S.,
M.Hum.

Institut Seni Indonesia (ISI)
DENPASAR

44.

Novi Anoegrajekti

Fakultas Bahasa dan Seni, Bahasa Using dalam Lagu-lagu
Universitas Negeri Jakarta
Banyuwangen : Dialektika Bahasa
Lokal, Gerak Sosial, dan Identitas
Using

45.

Nurmawati

Magister Pendidikan Bahasa
Indonesia – Universitas
Mataram

Bahasa Refleksi Budaya

46.

Ong Mia Farao Karsono

47.

Ratna Yulida Ashriany, M.Hum

FKIP Universitas Mataram

48.

RISSARI YAYUK

Balai Bahasa Banjarmasin
Jln. A.Yani Km 32,2
Loktabat Banjarbaru
Kalimantan Selatan

49.

Rizki Hidayatullah and Septi
Mustika Sari

Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung

50.

Rosijanih Arbie, Elisa Regar,
Nonce Masengi

51.

ROSLIANI, S.S., M.Hum.

Balai Bahasa Medan

Saharudin, MA

FKIP Universitas
Muhammadiyah Mataram

52.

Universitas Kristen Petra
Surabaya (Indonesia)

STBA ITMI (Sekolah
Tinggi Bahasa Asing
Institut Managemen
Internasional), Jalan Timah
Putih Blok G 12,15- 18,
F10 Kompleks Asia Mega
Mas, Medan
Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia, FKIP,
Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa Yogyakarta

Aplikasi Semantik Versus
Pragmatik
Pada Berita Newsweek
Campur Kode Indonesia-Arab
Dalam Komunikasi Lisan Di
Lingkungan Organisasi Islam
Kampus
Jejak Bahasa Induk Pada Bahasa
Banjar Varian Kuin Utara

Konsep Pengobatan dalam
Jangjawokan Reheut: Studi
Antropolinguistik, di Desa
Muncang, Kecamatan Sodonghilir,
Kabupaten Tasikmalaya
SMS dalam Lagu-lagu daerah
Minahasa sebagai Pesan Budaya
Bagi Orang Minahasa dalam
Membangun Bangsa
Poskolonialitas Kuasa Bahasa Dan
Legalitas Budaya Kkn Elite
Indonesia,
Kosakata bahasa Arab dalam
Naskah Klasik Berbahasa Sasak
(Telaah atas Pergeseran Wordview
Hindu ke Islam)
Bahasa Dan Politik Identitas
Dalam Pembangunan Bangsa:
Studi Kasus Hegemoni Bahasa
Tionghoa Di Kota Medan,

53.

SAIFUL

54.

Sudartomo Macaryus

55.

Sultan, MA.

STAIN Pontianak

56.

Syahrir Idris

University of Texas at San
Antonio
PhD Program in Culture,
Literacy, and Language

57.

Tubiyono

Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Airlangga

Kedaulatan Bahasa Indojnesia
Sebagai Instrumen Memperkuat
Jati Diri Bangsa

58.

Wahidah, MA

Kantor Bahasa Provinsi
Maluku
Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa,

Bahasa Selayar di Pulau Selayar
(Kajian Dialektologi dan
Linguistik Historis Komparatif)

UNGKAPAN LOKAL SEBAGAI
IDENTITAS ETNIS

Konstruksi Media Terhadap
Perempuan Pontianak Melalui
Bahasa Seksis Dalam Pemberitaan
Kasus Kekerasan Seksual:
Pendekatan Sosiolinguistik
(Studi Pada Media Cetak Di Kota
Pontianak)
English Language Learning and
the Construction of Learners‟
Social Identity

Kemdikbud
59.

Wanda Listiani, M.Ds

Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) Bandung

60.

Widiarini & Rona Merita

University of
Sebelas Maret Surakarta
(UNS Solo)

61.

Yani Paryono

Balai Bahasa Surabaya

62.

Yani Paryono

Balai Bahasa Surabaya

Keunikan Reduplikasi Dalam
Bahasa Jawa Pandalungan di Jawa
Timur

63.

Yenni Hayati

Jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia dan Daerah FBS
Univ.Negeri Padang

Pemberdayaan Bahasa Daerah
Melalui Karya Sastra Warna Lokal
di Indonesia

64.

Yuni Utami Asih

Mulawarman University

Sistem Fonologis Bahasa Kenyah

65.

Dr. Yulia Esti Katrini, M.S

Universitas Tidar Magelang
Jawa Tengah – Indonesia

66.

Imas Maryanah

STBA Sebelas April
Sumedang, Jawa Barat

67.

Bq. Rismarini Nursaly, M.Hum

STKIP Hamzanwadi Selong

Dialek-Dialek Bahasa Daerah Di
Indonesia Dan Pilihan Bahasanya
Dalam Pemetaan Bahasa
Konstruksi Sosial Budaya
Terhadap Perempuan Seperti
Tercermin Dalam Novel Sunda
Berjudul “Mugiri” Karya Joehana
Register Upacara Sorong Serah
Dalam Perkawinan Adat Suku
Sasak di Pulau Lombok

Panitia,

Reproduksi Identitas Lokal
Melalui Bahasa:
Analisis Novel Rara Mendut
Karya Y.B. Mangunwijaya
Strategi-Strategi Komunikasi
Yang Digunakan Oleh Pelajar
Bahasa Inggris Di Bec (Basic
English Course)
Pare- Kediri- Jawa Timur
Keunikan Reduplikasi Dalam
Bahasa Jawa Pandalungan Di Jawa
Timur

LAMPIRAN 2: CONTOH FORMAT MAKALAH LENGKAP

I. HASIL PENELITIAN
Judul
Afiliasi/Lembaga Asal
Alamat: e-mail
Abstrak
(English & Indonesian)
PENDAHULUAN (tanpa sub-judul)
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR RUJUKAN

II. KAJIAN NASKAH/ KEPUSTAKAAN
Judul
Afiliasi/Lembaga Asal
Alamat: e-mail
Abstrak
(English & Indonesian)

PENDAHULUAN (Boleh diikuti sub-judul kalau perlu)
SIMPULAN (& SARAN)
DAFTAR RUJUKAN
KETENTUAN LAYOUT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kertas =A4
Huruf = Times New Roman
Size= 11
Spasi=1,15
Margin: top=2cm, bottom=2cm, left=3cm, right=2cm
Jumlah halaman maksimal 7 halaman
Tipe file dalam bentuk Microsoft word dan PDF
Jika makalah melewati batas maksimal, pantia berhak mengedit.

Panitia,

LAPUAN DALAM BAHASA INDONESIA
Kisyani-Laksono
Universitas Negeri Surabaya
kisyani44@yahoo.com
ABSTRACT
Lapuan is an acronym for laki-laki (men) and perempuan (women). In Bahasa, some lapuan is explicitly
defined, although there are also some in implicit definition. This paper seeks to identify entries in the KBBI
which specifically mentioned lapuan in the definition, formulation, and its interpretation, then identify
lapuan contained implicitly by native speakers.. The data analysis was done by marking entries that
mentioned the definition of lapuan explicitly and implicitly, calculated lapuan implicitly by native speaker,
the tabulation, percentage calculation, tracking variation and correspondence to set a formula and its
interpretation. Based on the identification process, apparently, there are lapuan which refer to profession and
greetings (kinship). Lapuan referring to profession can be found in 35 pairs entries. The formulation resulted
in variation and correspondence which consist of 11 set of expressions for profession and 8 for greetings. In
comparison with the overall number of entries in the dictionary, the numbers of entries which explicitly
convey the meaning of lapuan are not that many. One of the reasons is that, in terms of profession, Bahasa
positioned male and female in equal. As for greetings, Bahasa has more specific information regarding
female than the male ones in greetings. On the other hand, implicitly Indonesian vocabulary is dominated by
male.
Key words: lapuan, men, women, profession, greeting, variation, correspondence.
Lapuan merupakan singkatan dari laki-laki dan perempuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
beberapa lapuan dapat ditemukan secara eksplisit dalam definisi, meskipun beberapa yang lain ada secara
implisit. Makalah ini berupaya untuk mengidentifikasi lema yang secara eksplisit menyebutkan lapuan dalam
definisi, menyusun formulanya, dan menginterpretasikannya, kemudian mengidentifikasi lapuan yang
terkandung secara implisit menurut penutur. Analisis data dilakukan dengan menandai lema yang berisi
definisi eksplisit lapuan, menghitung penanda lapuan menurut penutur, menabulasi, menghitung persentase,
serta melacak variasi dan korespondensi untuk menyusun formula dan menginterpretasikannya. Berdasarkan
hasil identifikasi ternyata ada lapuan yang mengacu pada profesi dan ada juga merujuk ke sapaan
(kekerabatan). Ada 35 pasang lema memperlihatkan lapuan yang mengacu pada profesi. Adapun formulanya
dalam variasi dan korespondensi terdiri atas 11 formula untuk profesi dan 8 formula untuk sapaan.
Dibandingkan dengan jumlah keseluruhan lema, lema yang secara eksplisit mengungkapkan lapuan dalam
bahasa Indonesia sangat sedikit. Di samping itu, dari sisi profesi, bahasa Indonesia ternyata menempatkan
posisi yang seimbang antara pria dan wanita. Untuk sapaan, bahasa Indonesia menempatkan posisi
perempuan lebih rinci daripada laki-laki. Pada sisi lain, secara implisit kosakata bahasa Indonesia masih
didominasi oleh nuansa makna laki-laki.
Kata kunci: lapuan, laki-laki, perempuan, profesi, sapaan, variasi, korespondensi

PENDAHULUAN
Lapuan merupakan akronim dari LAki-laki dan peremPUAN yang merujuk pada oposisi biner gender.
Persoalan yang muncul di seputar laki-laki dan perempuan dalam bahasa banyak terkait dengan kesenjangan
gender. Masalah kesenjangan gender merupakan masalah yang sudah berurat berakar di dunia ini dan
mungkin sudah berusia ribuan tahun. Kesenjangan gender ini (yang sudah dianggap wajar dan alamiah)
selalu menempatkan wanita pada posisi yang lemah, inferior, dan subordinat (Leksono-Supelli, 1998).
Adanya pemikiran bahwa wanita lebih lemah daripada pria membawa akibat pada kepercayaan masyarakat
bahwa wanita sebaiknya hidup di lingkungan rumah tangga, sedangkan pria bertugas ke luar rumah untuk
mencari nafkah (cf. Kisyani-Laksono, 2002; Djajanegara, 2000: 6, http://www.yahoo: Gender Studies,
2011).



1

Dalam bidang kosakata sebenarnya bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak mengenal
pembedaan lapuan. Akan tetapi, dari beberapa kosakata bahasa lain yang diserap, misalnya bahasa
Sansekerta dari
dewa~dewi, muncullah oposisi-biner gender: pemuda~pemudi, siswa~siswi,
karyawan~karyawati (ada korespondensi –a ≈ -i). Dengan beranalogi pada korespondensi ini muncul juga
kata-kata yang sebenarnya tidak merujuk pada pembedaan lapuan, contoh bendahari~bendahara ‘pemegang
keuangan’, bayangkari~bayangkara ‘pasukan pengawal’. Akan tetapi, tidak pernah muncul kata *ketui
sebagai pasangan kata ketua atau *duti sebagai pasangan kata duta. Di samping itu, dalam bahasa Indonesia
kata putra, dewa, pemuda, siswa, wartawan, karyawan, dll. dapat juga merujuk pada bentuk netral (lakilaki atau perempuan).
Contoh: Wisuda mahasiswa Unesa tahun 2012.
Wartawan Jawa Pos tidak mau menerima uang suap.
Karyawan pabrik itu sejak kemarin berunjuk rasa.
Lapuan yang dengan sengaja diciptakan dengan prinsip analogi ternyata memunculkan masalah baru
dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hal inilah masalah lapuan dalam bahasa Indonesia menarik untuk
dicermati dan diteliti. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. mendeskripsikan lapuan yang terkeksplisitkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan
mengidentifikasi formulanya.
2. mengidentifikasi dan menginterpretasi formula lapuan yang merujuk pada sapaan (hubungan
kekerabatan)
3. mengidentifikasi lapuan yang terkandung secara secara implisit dalam kosakata bahasa Indonesia

METODE
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi formula
lapuan menurut kamus dan menurut penutur. Sumber data penelitian ini adalah 90.049 lema yang ada dalam
bahasa Indonesia di KBBI edisi ke-4 terbitan Pusat Bahasa (2008) dan pendapat para penutur terhadap
kandungan makna lapuan dalam beberapa kosakata.
Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua digunakan tabulasi data dan identifikasi perbedaan
leksikon atau fonologis pada pasangan kata. Identifikasi perbedaan leksikon terjadi jika pasangan kata
tersebut berasal dari proto yang berbeda. Adapun identifikasi perbedaan fonologis dilihat dari kemiripan
bentuk yang memungkinkan bentuk proto yang sama (Nothofer, 1990). Formula untuk perbedaan fonologis
dapat berupa variasi--apabila hanya terjadi pada satu pasang data--atau korespondensi apabila terjadi pada
lebih dari satu pasang data (Mahsun, 1995; Kisyani-Laksono, 2004).
Tujuan ketiga memerlukan pendapat para penutur terhadap kosakata bahasa Indonesia yang
mengandung makna lapuan secara implisit (bernuansa makna lapuan). Penutur yang dimaksudkan berasal
dari 10 responden yang terdiri atas 2 siswa SMP (laki-laki dan perempuan), 2 siswa SMA(laki-laki dan
perempuan) , 2 pegawai (laki-laki dan perempuan), serta 4 mahasiswa (2 laki-laki dan 2 perempuan).
Adapun kata yang disiapkan sebagai instrument adalah kata yang diambil dari kamus yang merujuk pada
profesi dan/atau kedudukan sebanyak 241 kata, kata kerja 35, kata benda 24, dan kata sifat 34.

HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Lapuan Berdasarkan Profesi dan/atau Kedudukan
Berdasarkan profesi dan/atau kedudukan, kelompok lapuan dibedakan menjadi kelompok laki-laki (male)
dan perempuan (female). Kelompok laki-laki (kolom laki-laki) berisi kosakata yang secara eksplisit berlaku
umum/netral (N) atau merujuk laki-laki. Kelompok perempuan (kolom perempuan) berisi kosakata yang
secara eksplisit menyebut perempuan atau wanita. Tabel berikut menyajikan susunan kata-kata tersebut.


2

No
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15
16
17
18

19
20
21



Laki-laki
(Hlm)
ak·sa·ra·wan
(291, N)
ak·tor
(31)
ang·ka·sa·wan
(68, N)
an·ta·rik·sa·w
an (74,N)
ba·ha·ri·wan
(115, N)
ba·ya·ta
(152)
bi·a·ra·wan
(186)
bi·du·an
(189)
bik·su
(191)
brah·ma·na
(209)
ca·ra·ka
(245, N)
da·eng
(283)
Dewa
(322)
di·rek·tur
(332)
dok·to·ran·dus
(338)
ge·ril·ya·wan
(446)
Haji
(474)
kar·ya·wan
(629)
Mahadewa
(855)
ma·ha·sis·wa
(856)
mu·ba·lig
(932, N)

Lapuan yang Tereksplisitkan di KBBI
Perempuan
Definisi
(hlm.)
ak·sa·ra·wa·ti
orang yg mampu membaca dan menulis
(29)
ak·tris
orang yang berperan sebagai pelaku dalam
(31)
pementasan cerita, drama, dsb di panggung,
radio, televisi, atau film
Ang·ka·sa·wa·ti
orang yg bertugas sebagai penyiar radio;
(68)
astronaut
an·ta·rik·sa·wa·ti
awak pesawat antariksa; astronaut; kosmonaut
(74)
ba·ru·na·wa·ti
orang yang bekerja di laut atau pelayaran;
(143)
pelaut
ba·ya·ti
pelonco
(152)
bi·a·ra·wa·ti
orang yang hidup di dalam biara
(186)
bi·du·a·ni·ta
penyanyi
(189)
bik·su·ni
pendeta atau petapa (Buddha)
(191)
brah·ma·ni
pendeta agama Hindu; kasta tertinggi dalam
(209)
agama Hindu; orang yg masuk golongan
pendeta dalam agama Hindu
ca·ra·ka·wa·ti
utusan, duta
(245)
Dang
gelar bangsawan Bugis
(292)
Dewi
orang atau sesuatu yang sangat dipuja
(323)
di·rek·tris
pengurus atau (dewan) pimpinan perusahaan,
(332)
bank, yayasan, dsb
dok·to·ran·da
gelar akademis untuk orang yang telah lulus
(338)
ujian sarjana di perguruan tinggi
ge·ril·ya·wa·ti
orang (pasukan) yang bergerilya
(446)
Hajah
orang yang telah menjalankan rukun Islam ke(474)
5
kar·ya·wa·ti
orang yang bekerja pada suatu lembaga
(629)
(kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapat
gaji (upah); pegawai; pekerja
Mahadewi
dewa/dewi yang tertinggi
(855)
ma·ha·sis·wi
orang yang belajar di perguruan tinggi
(856)
mu·ba·li·gah
orang yang menyiarkan (menyampaikan)
(932)
ajaran agama Islam

Formula
L: -wan
P:-wati
L: -tor
P: -tris
L: -wan
P:-wati
L: -wan
P:-wati
L: -wan
P:-wati
L: -a
P:-i
L: -wan
P:-wati
L: -ø
P:-ita
L:- ø
P:-ni
L: -a
P:-i
L: -ø
P:-wati
L: -eP: - øL: -a
P: -i
L: -tur
P:-tris
L: -dus
P:-da
L: -wan
P:-wati
L: -i
P: -ah
L: -wan
P:-wati
L: -a
P:-i
L: -a
P:-i
L: ø
P:-ah
3

22

mu·ja·hid

mu·ja·hidah

23

Muslimin
(944)
Pemuda
(1042)
pe·ra·ga·wan
(1050)
qa·ri
(1126)
ra·ja
(1133)

Muslimat
(944)
Pemudi
(1042)
pe·ra·ga·wa·ti
(1050)
qa·ri·ah
(1126)
ra·tu (1147)
ra·ni (1142)

ruh·ban
(1187)
se·ni·wan
(1273)
sis·wa
(1322, N)
Ustaz
(1539)
war·ta·wan
(1557, N)

ruh·ba·nat
(1187)
se·ni·wa·ti
(1274)
sis·wi
(1322)
Ustazah
(1539)
war·ta·wa·ti
(1557)

24
25
26
27

28
29
30
31
32

33

orang yang berjuang demi membela agama
(Islam)
penganut agama Islam

L: ø
P:-ah
L; -in
P: -at
orang muda laki-laki; orang muda perempuan
L: -a
P: -i
orang yang memperagakan busana dari L: -wan
berbagai mode
P:-wati
orang yang mahir dalam seni baca Alquran
L: ø
P:-ah
penguasa tertinggi pada suatu kerajaan L: -ja
(biasanya diperoleh sebagai warisan); orang P:-tu/-ni
yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa
atau negara
petapa; rahib
L: ø
P:-at
ahli mencipta seni
L: -wan
P:-wati
murid (terutama pd tingkat sekolah dasar dan L: -a
menengah); pelajar
P:-i
guru agama
L: ø
P: -ah
orang yang pekerjaannya mencari dan L: -wan
menyusun berita untuk dimuat dalam surat P:-wati
kabar, majalah, radio, dan televisi; juru warta;
jurnalis
sarjana (lulusan perguruan tinggi yang L: -wan
mengikuti upacara wisuda)
P:-wati
pembantu rumah tangga
penari (ronggeng)

wi·su·da·wan
wi·su·da·wa·ti
(1563)
(1563)
34 Babu (109)
Jongos (588)
35 gem·blak
Ronggeng
(435)
(1182)
(cf. Maruti,Endang Sri; Novita Rahayu; Idham; Ahmad Khoiron Hamzah, 2012)

Data tersebut pada dasarnya terdiri atas 35 pasang lema. Berdasarkan pasangan lema profesi
dan/atau kedudukan, formula yang terbentuk ternyata berupa variasi (~) dan korespondensi (≈) dalam sebelas
nomor sebagai berikut.
No
Laki-laki
Perempuan
Jumlah Data
1
-wan
-wati
11 pasang
2

-wati
1 pasang
3
-a
-i
7 pasang
4
- ø, -i
-ah
5 pasang
5
-tor, -tur
-tris
2 pasang
6

-ita
1 pasang
7

-ni
1 pasang
8
-ja
-tu/-ni
1 pasang
9
-dus
-da
1 pasang
10 -o, -in
-at
2 pasang
11 -e- ø1 pasang
JUMLAH TOTAL
33 pasang


4

Bagan tersebut menunjukkan adanya tiga korespondensi (≈), yakni –wan ≈ -wati; a ≈ i , - ø ≈- ah.
Selain korespondensi tersebut, formula lainnya berupa variasi. Secara sekilas, dalam lingkup profesi dan/atau
kedudukan, -wan dominan bermakna ‘laki-laki’ atau ‘netral’. Biarpun demikian, ternyata ada juga –wan
yang merujuk pada “cantik” (perempuan), yakni rupawan (bukan dalam lingkup pekerjaan dan/atau
kedudukan). Selain lapuan yang berpasangan, ada juga lapuan berdasarkan profesi yang tidak berpasangan,
misalnya: bidan, sinden, mantri, modin, dst. Dari sisi profesi dan/atau kedudukan, bahasa Indonesia
menempatkan kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan.
2. Lapuan Berdasarkan Sapaan (Hubungan Kekerabatan)
Lapuan secara eksplisit juga tampak dalam sapaan (hubungan kekerabatan). Hanya saja, seperti dalam
lingkup profesi dan/atau kedudukan, dalam sapaan ada juga lapuan yang berpasangan dan tanpa pasangan.
Lapuan yang tanpa pasangan (merujuk pada sebutan) menempatkan posisi perempuan lebih rinci daripada
laki-laki, misalnya: nenek moyang, ibu negara, dll. Selanjutnya, berikut ini adalah daftar lapuan
berpasangan berdasarkan sapaan (hubungan kekerabatan).
No
1.

Lakilaki
abang

Perempuan

Definisi

adang

kakak; saudara yg lebih tua

akh·wat

saudara; teman

3

ikh·wa
n
pak·de

bu·de

panggilan untuk kakak dari ibu atau ayah

4

en·cek

en·cik

5

eneng

6

en·ton
g
ka·kek

kata sapaan (sebutan) untuk orang yang sedang
kedudukannya atau yang tidak dikenal
panggilan kepada anak (Jakarta)

7

ki

ni

8

pa·pa

ma·ma

orang tua dari ayah atau dari ibu; sebutan kepada orang
yang sudah tua
sebutan untuk orang tua-tua atau guru (yang menjadi
anutan)
orang tua

9

pa·pi

ma·mi

orang tua

10

da/uda

ni/uni

kata sapaan untuk orang yang belum kawin

11

Opa

oma

kakek/nenek

2

ne·nek

Formula
L: -bP: -dL: i-, -n
P: a-, -t
L: -p
P:-b
L: -eP: -iL: -t-, -oP: - ø -, -eL: kP: nL: kP: nL: pP: mL: pP: mL: -du
P: -ni
L: pP: m-

Lapuan berdasarkan sapaan ternyata cukup banyak. Akan tetapi, yang dapat dipasangkan dalam
bentuk perbedaan fonologis ternyata tidak banyak karena hanya ditemukan delapan formula korespondensi
atau variasi untuk lapuan ini. Berikut ini adalah formula yang dimaksudkan.
No
1
2



Laki-laki
-b-i
-n

Perempuan
-d-a
-t

Jumlah Data
1 pasang
1 pasang

5

3
4
5
6
7
8

-p
-e-t
- o-k
-p
-du
JUMLAH TOTAL

-b
-i-ø
-e-n
-m
-ni

1 pasang
1 pasang
1 pasang
2 pasang
3 pasang
1 pasang
11 pasang

C. Lapuan Secara Implisit
Secara keseluruhan, lema dalam KBBI berjumlah 90.049. Dari jumlah tersebut, selain kosakata umum dan
kosakata yang mengeksplisitkan lapuan, ada juga kosakata tertentu yang netral (tidak secara eksplisit
merujuk pada laki-laki atau perempuan dalam definisinya), tetapi secara implisit penutur menganggap
bahwa kata tersebut merujuk pada lapuan. Oleh sebab itu, disiapkan instrumen yang digunakan sebagai
bahan wawancara dengan masyarakat/penutur. Penutur yang dimaksudkan terdiri atas 10 responden yang
meliputi 2 siswa SMP (laki-laki dan perempuan), 2 siswa SMA(laki-laki dan perempuan), 2 pegawai (lakilaki dan perempuan), serta 4 mahasiswa (2 laki-laki dan 2 perempuan). Adapun kata yang disiapkan sebagai
instrumen adalah kata yang diambil dari KBBI yang merujuk pada profesi dan/atau kedudukan 241, kata
kerja 35, kata benda 24, dan kata sifat 34. Contoh kata yang merujuk pada profesi dan/atau kedudukan:
apoteker, bandit, polisi, penjahit; contoh kata kerja: mengelus, bekerja, memasak; contoh kata benda:
gelang, golok, jaket; contoh kata sifat: arif, cemburu, cengeng. Daftar kata tersebut diberikan kepada
responden untuk diisi dengan tanda cek pada kolom laki-laki, perempuan, laki-laki dan perempuan (netral),
serta “tidak tahu”. Berikut ini hasil penghitungannya. Huruf dalam kolom menunjukkan banyaknya penutur
sebagai responden yang berpendapat bahwa kata-kata tersebut cocok untuk laki-laki, perempuan, laki-laki
dan perempuan, atau “tidak tahu”.
Jumlah no.
Profesi dan/atau kedudukan (241
nomor)
Kata kerja (35 nomor)
Kata benda (24 nomor)
Kata sifat
JUMLAH
%

Perempuan

Laki-laki

189

1.305

Perempuan
dan Laki-laki
821

118
110
88
505
15,13%

171
85
98
1.659
49,67%

57
42
152
1.072
32,09%

Tidak tahu

Jumlah

95

2.410

4
3
2
104
3,11%

350
240
340
3340
100%

Berdasarkan bagan tersebut tampak bahwa kosakata bahasa Indonesia yang bernuansa makna laki-laki
masih dominan (49,67%), walalupun pada sisi lain keseimbangan dalam oposisi biner gender juga sudah
tampak (32,09%). Hanya sedikit kosakata yang bernuansa makna perempuan (15,13%), dan tampak pula
jawaban yang memilih “tidak tahu” (3,11%) untuk mengisi kolom ini. Dalam kenyataannya, untuk
menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah “perempuan” pada kata yang terkait dengan profesi sering
diberi tambahan kata “wanita” sebelum kata tersebut, misalnya: wanita polisi, wanita penjahit, dst.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Dibandingkan dengan jumlah lema bahasa Indonesia secara keseluruhan, lema yang secara eksplisit
mengungkap lapuan dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan sedikit.


6

2. Berdasarkan profesi dan/atau kedudukan, terdapat sebelas formula yang menunjukkan adanya
korespondensi dan variasi. Dalam hal profesi dan/atau kedudukan yang tereksplisitkan dalam
definisi, bahasa Indonesia menempatkan kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan.
3. Berdasarkan sapaan (hubungan kekerabatan), terdapat delapan formula yang menunjukkan adanya
korespondensi dan variasi untuk lapuan yang berpasangan. Dari sisi sapaan (merujuk pada sebutan)
yang tanpa pasangan, bahasa Indonesia ternyata menempatkan posisi perempuan lebih rinci daripada
laki-laki.
4. Lapuan juga tampak dalam nuansa makna kata tertentu (secara implisit). Dominasi nuansa makna
laki-laki (secara implisit) masih tampak dominan dalam kata-kata yang berhubungan dengan profesi
dan/atau kedudukan, kata kerja, kata benda, dan kata sifat.
Simpulan ini menunjukkan bahwa biarpun secara eksplisit bahasa Indonesia menempatkan
kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan, ternyata secara implisit nuansa makna masih
didominasi oleh laki-laki. Selain itu, tidak semua afiks –wan atau bunyi akhir -a merujuk pada laki-laki,
masih banyak yang tidak mempunyai opisisi biner gender (tidak dikenal kata *hartawati, *bangsawati,
*duti, *kepali yang berpasangan dengan kata hartawan, bangsawan, duta, kepala). Pada beberapa kata,
akhiran –wan dapat bermakna netral. Untuk kata-kata profesi yang bermakna netral, penambahan kata
“wanita” sebelum kata tersebut (misalnya: wanita polisi, wanita penjahit, dst) sebenarnya tidak diperlukan
karena akan semakin memperjelas adanya pembedaan antara laki-laki dan prempuan.
Apa yang dibahas di sini masih merupakan tinjauan sekilas yang mungkin belum banyak
mengungkap data secara lebih mendetail dan teliti. Oleh sebab itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih
mendalam untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna. Semoga tulisan ini berguna dan dapat
digunakan sebagai masukan untuk penyusunan kamus lapuan, baik dalam bentuk cetak ataupun online.

DAFTAR RUJUKAN
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia.
http://www.yahoo: Gender Studies (2011)
Kisyani-Laksono. 2002. “Diskriminasi Seks dalam Bahasa Indonesia”. Laporan penelitian Kajian Wanita.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kisyani-Laksono. 2004. Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan. Jakarta: Pusat Bahasa.
Leksono-Supelli, Karlina. 1998. "Bahasa untuk Perempuan: Dunia Tersempitkan". Dalam Ibrahim dan
Suranto. 1998. Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Jender dalam Ruang Publik Orde Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maruti, Endang Sri; Novita Rahayu; Idham; Ahmad Khoiron Hamzah 2012. “Pembentukan Morfem
Jantina Dalam Bahasa Indonesia”. Surabaya: Unesa.
Nothofer, Bernd. 1990. “Tinjauan Sinkronis dan Diakronis Dialek-dialek Bahasa Jawa di Jawa Barat dan di
Jawa Tengah (Bagian Barat)”. Yogyakarta: Fakultas Sastra, UGM.
Pusat Bahasa. 2008 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-4.Jakarta: Balai Pustaka.



7