EKONOMI dan studi PEMBANGUNAN (1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA, “KELURAHAN AEK KOTA BATU,KEC NA-IX-X, KAB.LABUHAN BATU UTARA”

Skripsi

Diajukan Oleh: NURHIKMAH 040501030 EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Medan 2009

ABSTRACT

The tittle of this research is the “ Analysis of factors which influences household consumption ; chief of village Aek Kota Batu, subsdistris NA-IX-X, regency.Labuhan Batu Utara.

This research used 92 house responden. The destiny is want to know the balancing (each influences) to the other. There is one way relation or nothing between household income the quantity of family’s responden and the saving to household consumption come out, chief of village Aek Kota Batu, Subsdistric NA-IX-X, Regence, Labuhan Batu Utara.

This research is also used Analysis Regresi Linier mode. All data processed used by Eviews 4.1. Hypotesis result shows, as higher of household income, quantity of family’s responsible, and saving has as higher too the consumption of household come out. Chief of Aek Kota Batu, Subsdistric Na-IX-

X, Regency. Labuhan Batu Utara. Then after knowing the balancing between variables, the OLS theory used

to do estimation. The result of estimation showed the household consumption come out; and the save money had doesn’t have a significant influence to household come out chief of village Aek Kota Batu, Subsdistric NA-IX-X, Regency. Labuhan Batu Utara.

Keywords : Consumption, the household income, quantity of family’s responsible, and the saving

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul : ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga: Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab.Labuhan Batu Utara”

Penelitian ini menggunakan responden sebanyak 92 rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan timbale balik (saling mempengaruhi satu sama lain). Hubungan satu arah atau tidak ada hubungan sama sekali antara pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga dan tabungan keluarga yang dimiliki terhadap pengaluaran konsumsi rumah tangga, Kelurahan Aek Kota Bastu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara.

Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier. Data yang ada diprose dengan menggunakan eviews 4.1. Hasil hipotesis menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga dan tabungan keluarga yang dimiliki maka semakin tinggi pula pengeluaran konsumsi rumah tangga kelurahan Aek Kota BAtu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara.

Dengan demikian hubungan diantara variabel-variabel kaedah OLS digunakan untk malakukan estimasi. Hasil menunjukkan pendapatan rumah tangga, berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga. Sedangkan tabungan keluarga yang dimiliki tidak berpengaruh signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga di kelurahan Aek Kota Batu Utara.

Kata Kunci : pengeluaran dan pendapatan rumah tangga

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji hanya milik ALLAH SWT atas limpahan rahmad Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dan Syalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau sahabat serta serta orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari akhir.

Adapun skripsi ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Rumah Tangga : Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X, Kab Labuhan Batu Utara, adalah sebagai salah astu pelaksana akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan di jenjang studi strata 1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari, bahwa masih ada banyak kekurangan dalam penyelesaian skripsi ini, disebabkan keterbatasan penulis, Untuk itu penulis memohon maaf, Kritik serta saran yang membangun dari seluruh pihak untuk membantu dan memotivasi penulisan agar lebih baik di masa yang akan datang.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat serta sumbangsi wawasan dan pemikiran bagi seluruh pihak yang membacanya.

Ucapan Terima kasih akan disampaikan penulis kepada seluruh pihak yang telah membantu secara moril dan meteril dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu :

1. Kepada Orang tua penulis, H. Johan Nst dan Amrinah Ritonga atas cinta, kasih sayang, do’a, perhatian dan dukungan yang tidak terbatas pada penulis.

2. Kakak tersayang, Irma Yanti Nst Dan Nurhasni , Abang Rahmad Efendi Hrp dan Awaluddin serta keponakan- keponakan yang tersayang , Cici, Reza, Adon, Roni, Iqbal, Doli, Anjas, untuk doa, kasih sayang dan semangat yang tak pernah henti kepada penulis.

3. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, ME.c selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, ME.c selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Lic. Rer. Reg. Sirozujilam, SE selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bantuan saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosan penguji I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritikan yang membangun pada penulis

7. Bapak Drs. HB. Tarmizi, SU selaku dosen penguji II yang juga telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritikan yang membangun pada penulis

8. Seluruh Staf pengajar dan Karyawan pada Departemen Ekonomi Pembangunan universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan memberikan masukan mengenai materi dalam skripsi ini.

9. Bapak Kari sebagai pegawai BPS Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara atas bimbingan dan kerjasamanya mengijinkan, memberikan dukungan dan bantuan penulis dalam melaksanakan riset

10. Terima kasih kepada sahabat-sahabat ku Momon, Ema, Sonya, Hera,

Windy, Irfan, Dafi, Lindy, Adi, Dewi, Campall, Abib, Meva, Lia, Yachi, Tika, Deby, Kak hety, Kak Asima, Citra, Yanti, Lisma, Eka, Fatma, Sri, Icut, Umi, Badriah, Jo, Erick.s, Nandar, Pipit Sandra,

Edward, Hasan, Kiki untuk waktu yang menyenangkan yang telah kita lalui bersama dan juga khusus nya kepada Rial Pohan dengan kasih sayang, perhatian, semangat dan dukungan do’a di saat-saat tersulit kepada penulis.

11. Terima Kasih Kepada Alumni SMA N 1 Merbau, Suhendra, Heri,

Jannah, Rhoma, Misbah, Lia, Bang Aldi, Ipin, Qusheri, Santo, ama,

Raden, Siti, Sirait, Dewi, Nisa, Nona, Noni, Zul, mukhlis dan lain-lain nya atas dukungan dan semangatnya kepada penulis.

12. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2004 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat dan dukungan nya.

13. Kepada seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukan, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Medan, Maret 2009

Penulis

Nurhikmah

DAFTAR TABEL

No Tabel

Judul

Halaman

2.1 Hubungan antara pendapatan disposibel dan konsumsi

2.2 Hubungan antara pendapatan disposibel dan konsumsi MPC dan APC

2.3 Hubungan antara MPC, MPS, APC dan APS

4.1 Permukinan penduduk dari segi bangunan 41

4.2 Sarana pendidikan

4.3 Sarana Kesehatan

4.4 Sarana Peribadatan

4.5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

4.6 Distribusi penduduk menurut umur

4.7 Distribusi penduduk berdasarkan agama

4.8 Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian

4.9 Distribusi sampel penduduk berdasarkan kelompok umur

4.10 Distribusi sampel penduduk menurut pendidikan

48 4.12` Distribusi sampel penduduk mata pencaharian

4.11 Distribusi sampel penduduk jumlah tanggungan keluarga

4.13 Distribusi sampel penduduk berdasarkan pengeluaran

4.14 Durbin Watson

4.15 White Heterokedasticyti test

DAFTAR GAMBAR

No Gambar

Judul

Halaman

19

2.1 Kurva Konsumsi

20

2.2 Kurva Konsumsi dengan MPC Menurun

22

2.3 Kurva MPC dan APC

27

2.4 Model Konsumsi Pendapatan Relatif

54

4.1 Kurva uji t Variabel Pendapatan Rumah Tangga

55

4.2 Uji t Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga

56

4.3 Uji t Variabel Tabungan Keluarga

57

4.4 Uji F Statistik

60

4.5 Uji Durbin Watson

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Secara garis besar konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

kebutuhan pokok (primer) kebutuhan penunjang (sekunder). Yang tergolong kebutuhan primer adalah sandang, pangan dan perumahan. Sedangkan kebutuhan sekunder meliputi kelompok kebutuhan yang tidak selalu menuntut kebutuhan.

Bertolak dari teori ekonomi dimana rata-rata nilai konsumsi primer sub kelompok makanan dan bahan makanan relatif lebih kecil dibanding dengan non makanan, dan persentasenya cenderung menurun antar tahun. Sebaliknya konsumsi non makanan cenderung meningkat khususnya konsumsi pendidikan dan jasa kesehatan.

Masing-masing rumah tangga mempunyai perilaku konsumsi yang berbeda-beda mencakup apa saja yang dikonsumsi. Berapa banyak yang akan dikonsumsi dan bagaimana mengkonsumsinya. Hal yang sangat wajar bila rumah tangga yang berpendapatan besar akan melakukan komsumsi lebih banyak dibanding yang berpendapatan rendah ( Pracoyo, 2005 : 39 ).

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikaluarkan oleh rumah tangga, peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Rumah tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibanding dengan kebutuhan non makanan. Pada kelompok masyarakat seperti ini terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk konsumsi makanan. Seiring Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat dilihat dari besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikaluarkan oleh rumah tangga, peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama pengeluaran untuk bukan makanan, menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Rumah tangga dengan pendapatan rendah akan mendahulukan pengeluaran untuk kebutuhan makanan dibanding dengan kebutuhan non makanan. Pada kelompok masyarakat seperti ini terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk konsumsi makanan. Seiring

Rumah tangga dapat memutuskan satu dari dua pilihan atas pendapatnnya : membelanjakan untuk konsumsi atau menyimpannya. Jika rumah tangga memutuskan seberapa banyak digunakan pada satu penggunaan, secara otomatis ia memutuskan seberapa banyak pada penggunaan lain. Rumah tangga membeli barang yang tidak tahan lama (non durable) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan untuk barang tahan lama (durable) hanya sebagai pelengkap atau pendukung. Sehingga permintaan barang tahan lama lebih volatile dibandingkan barang tidak tahan lama. ( Misbach, 2003 : 30 ).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kec. NA-IX-X (2007) Penduduk Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X Kab. Labuhan Batu Utara yang memiliki wilayah seluas 31,30

km 2 , dengan jumlah penduduk sebesar 5.286 jiwa serta 1085 rumah tangga. Masing- masing rumah tangga memiliki pendapatan dan pengeluaran yang berbeda-beda.

Sebagian besar penduduk bekerja dibidang pertanian yaitu sekitar 2.250 jiwa, bidang industri sekitar 200 jiwa, bekerja pada pegawai pemerintah sekitar 130 jiwa dan lain-lain sekitar 111 jiwa. Besarnya pendapatan penduduk sesuai dengan pekerjaannya. Banyaknya kebutuhan penduduk dilihat dari besar kecilnya pendapatan yang mereka peroleh.

Penduduk yang memiliki pendapatan tinggi, lebih banyak menggunakan pendapatannya pada kebutuhan konsumsi non makanan seperti pengeluaran untuk penerangan, bahan bakar, pendidikan, pakaian, kesehatan, transportasi, perbaikan rumah, kegiatan sosial, pajak serta pembelian barang-barang pribadi dan barang-barang mewah. Sedangkan untuk kebutuhan konsumsi makanan seperti beras, lauk pauk, susu, teh, gula dan sebagainya, tetap mereka konsumsi. Pada kebutuhan konsumsi makanan ini masyarakat tidak menguranginya sama sekali, karena menurut masyarakat kelurahan tersebut kebutuhan konsumsi makanan yang paling penting dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Jumlah pengeluaran rumah tangga yang memiliki pendapatan tinggi jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pengeluaran rumah tangga yang berpendapatan rendah. Baik untuk pengeluaran makanan maupun non makanan. Rumah tangga yang memiliki pendapatan tinggi dapat menggunakan pendapatannya dengan berbagai macam keperluan yang mereka inginkan.

Walapun demikian rumah tangga yang berpendapatan tinggi tidak lupa menyisihkan uangnya untuk di tabung. Karena menurut penduduk tersebut tabungan sangat penting, selain untuk kebutuhan dimasa depan, tabungan bisa diambil jika ada kebutuhan yang mendesak. Sedangkan bagi penduduk yang berpendapatan rendah biasanya menggunakan pendapatannya untuk pengeluaran kebutuhan minimum saperti makanan dan pakaian. Kesulitan-kesulitan kecil biasanya dapat menyebabkan krisis keuangan sehingga kadangkala rumah tangga tersebut terpaksa mengambil kredit untuk mempertahankan hidup keluarga, seringkali harus mengambil pinjaman. Adakalanya untuk keperluan besar sering kali harus meminjam. Biasanya rumah tangga yang berpendapatan rendah ini tidak memiliki tabungan.

Penduduk Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara mamiliki jumlah tanggungan dalam satu keluarga sekitar 2-6 orang anak. Banyaknya jumlah tanggungan dalam rumah tangga akan mengakibatkan banyaknya pengeluaran. Dengan banyaknya tanggungan dalam rumah tangga pengeluaran konsumsi juga akan lebih besar.

Apalagi dengan kemajuan jaman dan hasil-hasil teknologi modern juga terus manerus menciptakan kebutuhan baru yang sulit dielakkan. Barang-barang yang ditawarkan sekarang sebagian besar sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Bagi rumah tangga yang berpenghasilan yang cukup besar dapat membiayai kebutuhan hidupnya. Namun hal tersebut sulit dicapai, karena kebutuhan dan keinginan berkembang sedemikian cepatnya, sehingga berapapun besarnya penghasilan akan selalu tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan tersebut.

Tanggungan keluarga merupakan salah satu indikator ekonomi yang menunjukkan kecenderungan semakin tinggi jumlah tangungan keluarga semakin berat ekonomi yang harus ditanggung. Hal ini disebabkan biaya konsumsi semakin tinggi sehingga sebagian besar pendapatan keluarga digunakan untuk makan dan memenuhi kebutuhan pokok sehingga sangat kecil kemungkinan dapat menabung. Jumlah tanggungan keluarga menunjukkan banyaknya orang yang ditanggung oleh kepala keluarga. Adapun orang yang ditanggung adalah istri, anak, orang tua, saudara dan orang lain yang tinggal serumah atau di luar rumah tetapi menjadi tanggungan kepala keluarga.

Tingkat konsumsi yang tinggi memaksa sebagian penduduk Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara menginvestasikan uangnya dengan membuka usaha sendiri di sekitar rumah mereka.

Besar kecilnya penghasilan itu sangat relatif dan tidak bisa dipakai sebagai ukuran yang pasti untuk makmur tidaknya suatu keluarga. Keadaan ekonomi rumah tangga yang Besar kecilnya penghasilan itu sangat relatif dan tidak bisa dipakai sebagai ukuran yang pasti untuk makmur tidaknya suatu keluarga. Keadaan ekonomi rumah tangga yang

Pengeluaran masyarakat Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara sebagian besar dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan yang bersifat konsumtif. Usaha-usaha kearah pembentukan modal dalam bentuk tabungan, yang diperoleh dari selisih pendapatan setelah pemenuhan kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, Jumlah pengeluran rumah tangga berpendapatan tinggi jauh lebih besar dibanding dengan pengeluaran rumah tangga berpendapatan rendah, baik untuk pengeluaran pengan maupun non pangan. Aspek yang terkait dengan pendapatan adalah tingkat pengeluaran masyarakat.

Dari uraian diatas, Penulis merasa tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah karya tulis berbentuk skripsi dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Studi kasus : Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara)”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan terhadap konsumsi rumah tangga?

2. Bagaimana pengaruh tanggungan keluarga terhadap konsumsi rumah tangga?

3. Bagaimana pengaruh tabungan keluarga terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga?.

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang ada, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau diuji secara empiris. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Bertambahnya pendapatan rumah tangga, maka pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin besar

2. Bertambah banyaknya tanggungan keluarga, maka pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin besar

3. Semakin besar tabungan keluarga, maka pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin berkurang.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengengaruhi pengeluaran konsumsi rumah tangga Kelurahan Aek Kota Batu Kec, NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Dapat berguna sebagai informasi bagi pemerintah setempat untuk menentukan strategi pembinaan dalam usaha meningkatkan pendapatan penduduk Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara.

2. Sebagai bahan informasi bagi penduduk untuk memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama ini dalam kaitannya dengan pola konsumsi yang dilakukan

3. Sebagai proses pembelajaran dan menambah wawasan bagi penulis dalam hal menganalisa dan berpikir.

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Konsumsi

Dilihat dari arti Ekonomi, konsumsi adalah setiap tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan guna ekonomi suatu benda. Contoh: memakan makanan, memakai baju, mengendarai sepeda motor, menempati rumah.

Menurut Draham Bannoch dalam bukunya “Economics” memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran.

Soeharno (2006 : 18) memberikan pengertian tentang konsumsi adalah kegiatan memanfaatkan barang-barang atau jasa-jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup. Barang- barang yang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tergantung dari pendapatan yang diperoleh.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Konsumsi

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga besar (Raharja, 2001 : 50) Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga. Faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga besar (Raharja, 2001 : 50)

Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah:

1. Pendapatan Rumah Tangga Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik (tinggi) tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. Karena ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga pola hidup menjadi makin konsuntif, setidak-tidaknya semakin menuntut kulitas yang baik.

2. Kekayaan rumah tangga Tercakup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (misalnya rumah,tanah, dan mobil) dan finansial (deposito berjangka, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan disposibel. Misalnya, bunga deposito yang diterima tiap bulan dan deviden yang diterima setiap tahun menambah pendapatan rumah tangga. Demikian juga, rumah, tanah, dan mobil yang disewakan. Penghasilan-penghasilan tadi disebut penghasilan nonipah. Sebagian dari tambahan pengahasilan tersebut akan dipakai sebagai konsums. Tentunya, hal ini akan meningkatkan pengeluaran konsumsi.

3. Tingkat bunga Tingkat bunga yang tingi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan ekonomi akan mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin 3. Tingkat bunga Tingkat bunga yang tingi dapat mengurangi keinginan konsumsi, baik dilihat dari sisi keluarga yang memiliki kelebihan uang maupun yang kekurangan uang. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi dari kegiatan ekonomi akan mahal. Bagi mereka yang ingin mengkonsumsi dengan berutang dahulu, misalnya dengan meminjam dari bank atau menggunakan fasilitas kartu kredit, biaya bunga semakin

4. Perkiraan tentang masa depan Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karena pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

b. Faktor- faktor Demografi (Kependudukan)

Yang mencakup dalan faktor-faktor kependudukan adalah jumlah dan konposisi penduduk.

1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau perkeluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura. Tingkat konsumsi rumah 1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau perkeluarga relatif rendah. Misalnya, walaupun tingkat konumsi rata-rata penduduk Indonesia lebih rendah daripada penduduk Singapura, tetapi secara absolut tingkat pengeluaran konsumsi Indonesia lebih besar daripada Singapura. Sebab jumlah penduduk Indonesia lima puluh satu kali lipat penduduk Singapura. Tingkat konsumsi rumah

2. Konsumsi Penduduk Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya: usia (produktif dan tidakproduktif), pendidikan (rendah, menengah, tinggi), dan wilayah tinggal (perkotaanm dan pedesaan). Pengaruh komposisi penduduk tehadap tingkat konsumsi dijabarkan sederhana seperti dibawah ini.

a. Makin banyak penduduk yang berusia kerja atau usia produktif (15-64 tahun), makin besar tingkat konsumsi, terutama bila sebagian besar dari mereka mendapat kesempatan kerja yang tinggi, dengan upah yang wajar atau baik, Sebab makin banyak penduduk yang bekerja, penghasilan juga makin besar.

b. Makin besar tinggkat pendidikan masyarakat, tingkat konsumsi juga makin tinggi. Sebab pada saat seseorang suatu keluarga makin berpendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak. Yang harus mereka penuhi bukan lagi sekedar kebutuhan untuk makan dan minum, melainkan juga kebutuhan informasi, pergaulan masyarakat yang lebih baik serta kebutuhan akan pengakuan orang lain terhadap keberdaannya. Sering kali biaya yang dikaluarkan untuk memenuhi kebutuhan ini jauh lebih besar daripada biaya pemenuhan kebutuhan untuk makan dan minum.

c. Makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban, pengeluaran konsumsi juga makin tinggi. Sebab umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih konsumtif dibanding masyarakat pedesaan.

c. Faktor-faktor Non-Ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berunahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang diangggap lebih hebat. Contoh paling kongret di Indonesia berubahnya kebiasaan berbelanja dari pasar tradisional kepasar swalayan.

2.1.3. Pengertian Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga adalah kegiatan membeli barang dan jasa untuk memuaskan keinginan memiliki dan menggunakan barang dan jasa tersebut. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ialah belanja yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membali berbagai kebutuhan dalam satu tahun tertentu.

Konsumsi rumah tangga meliputi semua pengeluaran barang dan jasa (baik barang tahan lama maupun barang tidak tahan lama) dikurangi hasil penjualan netto (penjualan dikurangi pembelian) barang-barang bekas atau tidak terpakai yang dilakukan oleh suatu rumah tangga. Selain untuk pengeluaran untuk bahan makanan, minuman, pakaian, bahan bakar dan jasa-jasa, termasuk juga barang yang tidak adanya (tidak diproduksi kembali seperti karya seni, barang antik dan lain-lain).

Pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan, membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan, membayar pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya. Tidak semua transaksi yang dilakukan oleh rumah tangga digolongkan sebagai konsumsi (rumah tangga). Kegiatan rumah tangga untuk membeli rumah digolongkan sebagai investasi (Supriana, 2008: 20)

Konsep yang dipakai dalam perhitungan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah:

• Pengeluaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada wilayah domestik region • Pengeuaran konsumsi rumah tangga yang terbatas pada rumah-rumah penduduk suatu

region. Pengertian konsep Pertama adalah pengeluaran oleh anggota rumah tangga disuatu region, tidak terkecuali oleh penduduk atau bukan penduduk region tersebut. Jadi, dalam hal ini semua pengeluaran oleh rumah tangga staff kedutaan asing, staff perwakilan daerah, anggota militer dan lain-lain berada disuatu wilayah, serta pengeluaran turis asing adalah pengeluaran rumah tangga dalam wilayah domestik regional tersebut.

Pengertian kedua pengeluaran konsumsi pemerintah dalam wilayah domestik dengan pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk diluar region, dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga bukan penduduk yang dilakukan oleh wilayah tersebut.

2.2. Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu gambaran ingkat kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan materinya dalam suatu waktu tertentu yang umum digunakan biasanya dalam satu bulan. Tingkat pendapatan ini sering dihungkan dengan suatu standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Pendapatan masarakat ini secara langsung berpengaruh terhadap tibgkat kesehatan, pendidikan, kehidupan moral dan rasa harga diri atau tatus sosial seseorang dibandingkan orang lain yang mempunyai golongan pendapatan yang berbeda.

Untuk mengukur kondisi ekonomi seseorang, salah satu konsep pokok yang sering digunakan adalah tingkat pendapatnnya. Pendapatan dapat menunjukkan seluruh uang yang diterima atau diperoleh oleh seseorang selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.

Pendapatan merupakan uang diterima seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, bunga, laba, tunjangan pengangguran, uang pensiun dan sebagainya (Collin 1994 : 287). Dari segi ekonomi mikro istilah pendapatan dipakai berkenaan dengan aliran penghasilan dalam suatu periode tertentu yang berasal dari penyediaan faktor-faktor produksi, sumber data alam (sewa), tenaga kerja (upah/gaji) dan modal (bunga/laba). Dari segi makro istilah pendapatan nasional (national income) dipakai berkenaan dengan pendapatan agregat suatu negara dari sewa, upah, bunga, dan pembayaran, tidak termasuk transfer (tunjangan pengangguran, uang pensiun dan sebagainya)

Menurut kamus ekonomi pendapatan adalah berhubungan dengan pendapatan pemerintah dari pajak, bea impor dan sebagainya. Istilah ini juga diterapkan terhadap pendapatan perusahaan dan pendapatan individu.

Tingkat pendapatan rumah tangga tergantung kepada jenis-jenis kegiatan yang dilakukan, jenis kegiatan yang diikut sertakan modal atau keterampilan mempunyai produktivitas tenaga kerja lebih yang pada akhirnya mampu memberikan pendapatan yang lebih besar.

Menurut BPS pendapatan dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pendapatan sektor formal yakni segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor formal. Pendapatan ini meliputi:

• Pendapatan berupa uang gaji/ upah dan hasil investasi • Pendapatan berupa uang beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

2. Pendapatan sektor informal yakni segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi dari sektor informal pandapatan ini berupa:

• Pendapatan dari usaha yang meliputi hasil bersih dari usaha sendiri, komisi, penjualan dari kerajinan rumah, pendapatan dari invetasi, pendapatan keuntungan

sosial. Pendapatan dapat juga diuraikan sebagai keseluruhan peneriman yang diterima

pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan dari suatu perusahaan, instalasi atau tempat ia bekerja. Setiap orang yang bekerja berusaha untuk memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup demi terciptanya kesejahteraan dalam rumah tangga.

2.3. Tabungan

Tabungan merupakan bagian dari pendapatan yang tidak dipergunakan untuk konsumsi, atau tabungan sama dengan jumlah pendapatan dikurangi jumlah konsumsi (Samuelson dan Nordhaus, 2004 : 306). Maka dapat dikatakan besarnya tabungan seseorang pada besarnya pendapatannya, semakin besar pendapatan seseorang semakin besar pula tabungannya. Orang kaya menabung lebih banyak dari pada orang miskin, bukan hanya secara absolute tetapi juga sebagau persentase dari pendapatan. Orang yang terlalu miskin jelas tidsak akan mampu menabung sama sekali. Pengeluaran konsumsi mereka bhkan lebih banyak dari pada yang mereka peroleh. Kekuranganya akan ditutup dari hutang atau mengambil tabungan yangtelah ada sebelumya. Dari semua ini kita bias melihat bahwa pendapatan merupakan factor penentu utama dari tabungan.

Keinginan manusia untuk menabung biasanya timbul karena keinginan untuk menjamin konsumsi dimasa yang akan dating. Dimana manusia tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Untuk itu manusia menabung untuk menghadapi ketidakpastian di masa yang akan datang.

Tabungan merupakan salah satu bentuk simpanan masrakat dan sumbernya dari pendapatan yang dialokasikan untuk tabungan.

Tabungan masyarakat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Tabungan perseorangan (personal saving) yaitu simpanan yang disisihkan setelah dikurangi dengan pegeluaran konsumsi yang disimpan pada lembaga keuangan atau dapat dikatakan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluran.

2. Tabungan perusahaan yang berasal dari keuntungan perusahaan. Tabungan ini biasanya berasal dari aktivitas-aktiviotas dalam menjalanka usahanya.

2.4. Teori Konsumsi John Maynard Keynes

2.4.1. Teori Keynes (Keynesian Consumption Model)

a. Hubungan Pendapatan Disposible dan Konsumsi Keynes menjelaskan bahwa konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposible saat ini. Menurut Keynes, ada batas konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi otonomus. Jika pendapatan disposable meningkat, maka konsumsi juga akan meningkat. Hanya saja peningkatan konsumsi tersebut tidak sebesar peningkatan pendapatn disposable.

C=C 0 + bYd........................................................................2.1

Dimana :

C = Konsumsi

C 0 = Konsumsi otonomus C 0 = Konsumsi otonomus

0 ≤b≤

Agar lebih jelas, dapat kita lihat dalam tabel sebagai berikut;

Tabel 2.1 Hubungan Antara Pendapatan Dipsosible dan Konsumsi Pendapatan

Δ Pendapatan

Δ Konsumsi Disposible

800 Catatan : Δ = Perubahan

Pada saat tingkat pendapatan diposibel sama dengan nol, tingkat konsumsi adalah 200. Hal ini berarti konsumsi manimal sama dengan 200. Ketika pendapatan disposable meningkat menjadi 1000, 2000, 3000 dan seterusnya konsumsi juga menjadi 1000, 1800, 2600. Kenaikan konsumsi tersebut disebabkan setiap 1000 unit setiap kenaikan pendapatan disposable, sebanyak 800. digunakan untuk tambahan konsumsi. Terlihat bahwa tambahan konsumsi tidak sebesar tambahan pendapatan disposibel. Tingkat pendapatan 1000 merupakan tingkat minimal agar rumah tangga mampu membiayai seluruh konsumsinya, tanpa harus mengorek tabungan.

b. Kecenderungan Mengkonsumsi Marjinal (Marginal Propensity to Consumption)

Kecenderungan mengkonsumsi marjinal ( marginal propensity to consume) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang berapa konsumsi akan bertambah bila pendapatan disposibel bertambah satu unit

∂ C MPC =

∂ ………………………………………………2.2 Yd

Seperti pada uraian tabel 2.1, jumlah tambahankonsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan diposibel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari satu. Angka MPC juga tidak mungkin negatif, dimana jika pendapatan disposable harus meningkat, konsumsi terus menurun sampai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup dibawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 ≤ MPC ≤ 1. Dalam persamaan tabel 2.1, koefisien parameter b adalah MPC. Besarnya MPC menunjukkan kemiringan (slope) kurva konsumsi. Diagram 2.1 yang dibuat berdasarkan tabel 2.1 menunjukkan grafik konsumsi yang berbentuk garis lurus. Kurva konsumsi yang sudut kemiringannya lebih kecil dari pada sudut 45 derajad menunjukkan bahwa MPC tidak mungkin lebih besar dari satu. Hal itu dibuktikan bahwa ketika pendapatan disposabel meningkat 1000 unit, konsumsi hanya meningkat 800 unit, atau angka MPC sama dengan 0,8.

Diagram 2.1 Kurva Konsumsi

Yang dapat dikatakan adalah nilai MPC akan makin kecil pada saat pendapatan disposibel meningkat. Pertambahan konsumsi semakin menurun bila pendapatan disposibel terus meningkat. Diagram 2.2 menunjukkan hal tersebut dengan menampilkan kurva konsumsi makin mendatar pada saat pendapatan makin tinggi

Diagram 2.2

Kurva Konsumsi Dengan MPC Menurun

Pada saat tingkat pendapatan Y1, Y2 dan Y3, MPC masing-masing digambarkan oleh garis singgung a, b, c. Makin mendatarnya sudut kemiringan garis singgung-garis singgung tersebut menunjukkan MPC yang makin kecil pada saat pendapatan disposibel meningkat

Gejala diatas mempunyai implikasi bahwa jika negara makin makmur dan adil, porsi pertambahan pendapatan yang digunakan untuk konsumsi makin berkurang. Sebaliknya kemampuan menabung maningkat. Dengan demikian kemampuan perekonomian dalam negeri untuk menyediakan dana investasi yang dibutuhkan dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang juga meningkat.

c. Kecenderungan Mengkonsumsi Rata-rata (Average Propensity to Consumption)

Kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (Average Propensity to Consumption = APC) adalah rasio antara konsumsi total dengan pendapatan disposabel total.

C APC =

………………………………………………..2.3 Yd

Karena besarnya MPC ≤ 1, maka APC ≤ 1. Selanjutnya jika kita melengkapi tabel 2.1

dengan konsep MPC dan APC seperti tabel 2.2 terlihat bahwa nilai APC mula-mula lebih besar daripada MPC, tetapi semakin lama semakin menurun (diagram 2.3)

Table 2.2 Hubungan Antara Pendapatan Disposible dan Konsumsi, MPC dan APC

Pendapatan

ΔPendapatan

MPC APC Disposibel

Konsumsi

ΔKonsumsi

Disposible

MPC = ΔKonsumsi / ΔPendapatan Disposibel APC = Konsumsi / Pendapatan Disposibel

Diagram 2.3 Kurva MPC dan APC

d. Hubungan Konsumsi dan Tabungan

Pendapatan disposibel yang diterima rumah tangga sebagian besar digunakan untuk konsumsi, sedangkan sisanya ditabung. Dengan demikian kita dapat menyatakan

Yd = C + S..............................................................................2.4

Dimana:

S = Tabungan (saving)

Kita juga dapat menyatakan setiap tambahan penghasilan disposibel akan dialokasikan untuk menambah konsumsi dan tabungan. Besarnya tambahan pendapatan disposabel yang menjadi tambahan tabungan disebut kecenderungan menabung marjinal ( Marginal Propensity to Save= MPS). Sedangkan rasio antara tingkat tabungan dengan pendapatan disposibel disebut kecenderungan menabung rata-rata (Average Propensity to Save = APS)

MPC dan MPS

Jika setiap tambahan pendapatan disposibel dialokasikan sebagai tambahan konsumsi dan tabungan, maka:

∂ Yd = ∂ C + ∂ S ………………………………………...2.5

Jika kedua sisi persamaan kita bagi dengan ∂ Yd , maka

∂ Yd ∂ C ∂ S =

+ ∂ …………………………………….2.6 Yd ∂ Yd ∂ Yd

1 = MPC + MPS……………………………………….2.7

Atau

MPS = 1- MPC

Dari presentase metematika sederhana ini dapat disimpulkan bahwa nilai total MPC ditambah MPS sama dengan satu. Pada saat pendapatan disposibel masih rendah, setiap unit tambahan pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati satu. Nilai MPS mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di negara- negara miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka ingin melakukan investasi terpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana pinjaman Dari presentase metematika sederhana ini dapat disimpulkan bahwa nilai total MPC ditambah MPS sama dengan satu. Pada saat pendapatan disposibel masih rendah, setiap unit tambahan pendapatan sebagian besar dialokasikan untuk konsumsi. Nilai MPC mendekati satu. Nilai MPS mendekati nol. Hal ini dapat menjelaskan mengapa di negara- negara miskin kemampuan menabungnya sangat rendah, sehingga bila mereka ingin melakukan investasi terpaksa meminjam dari luar negeri. Umumnya dana pinjaman

Nilai total APC ditambah dengan APS juga sama dengan satu. Pernyataan tersebut dengan mudah dibuktikan degnan menggunakan matematik sederhana dibawah ini:

Yd = C + S

Yd

C = S + ……………………………………………..2.8

Yd Yd Yd

1 = APC + APS…………………………………………..2.9

Hubungan antara MPC dengan MPS maupun APC dengan APS secara numeric dapat dilihat jika tabel 2.2 lebih dilengkapi lagi dengan memasukkan konsep MPS dan APS, seperti tampak dalam tabel 2.3 berikut ini. Perhatikanlah, bila pendapatan disposibel sudah melebihi bats pendapatan minimal dimana konsumsi sama dengan pendapatan, maka baik MPC + MPS maupun APC + APS sama dengan satu.

Tabel 2.3

Hubungan Antara MPC dan MPS, APC dan APS

Pendapatan Konsumsi Tabungan ΔPendapatan Disposibel

ΔKonsumsi ΔTabungan MPC MPS APC APS

Disposibel

- - - - 1000

0,8 - 1,00

Catatan: MPS = Δ Tabungan / ΔPendapatan Disposible APS = Tabungan / Pendapatan Disposible

2.4.2. Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hyphothesis)

Alternative lain untuk menjelaskan pola/perilaku konsumen adalah Teori Pendapatan Permanen (Permanent Income Hypyphothesi, disingkat PIH), yang diajukan oleh Milton Friedman. Sama seperti teori-teori lain, teori pendapatan permanen juga meyakini bahwa pendapatanlah faktor dominan yang mempengaruhi tingkat konsumsi. Perbedaannya terletak pada pendapatan PIH yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi mempunyai hubungan proporsional dengan pendapatan permanen (pemanent income)

C= λ Yp.........................................................................2.10

Dimana :

C = Konsumsi

Yp = Pendapatan Permanen

Λ = Faktor Proporsi, (λ > 0

Yang dimaksud dengan pendapatan permanen adalah tingkat pendapatan rata-rata yang diekspektasi/diharapkan dalam jangka panjang. Sumber pendapatan itu berasal dari pendapatan upah/gaji dan nonupah/nongaji. Pendapatan permanen akan meningkat bila individu menilai kualitas dirinya makin baik, mampu bersaing dipasar. Dengan keyakinan tersebut ekspektasinya tentang pendapatan upah/gaji makin optimistik. Ekspektasi tentang pendapatan permanen juga akan meningkat jika individu menilai kekayaannya meningkat. Sebab dengan kondisi seperti itu pendapatan nonupah diperkirakan juga meningkat.

Pendapatan saat ini tidak selalu sama dengan pendapatan permanen. Kadang- kadang pendapatan saat ini lebih besar dari pada pendapatan permanen. Kadang-kadang sebaliknya. Hal yang menyebabkannya adalah adanya pendapatan tidak permanen, yang besarnya berubah-ubah. Pendapatan ini disebut pendapatan transitori (transitory income)

Yd = Yp + Yt.............................................................................2.11

Dimana :

Yd = Pendapatan disposible saat ini

Yp = Pendapatan permanen

Yt = Pendapatan transitori

Dari persamaan 3.11 terlihat bila Yt bernilai positif, pendapatan disposibel saat ini meningkat. Begitu juga sealiknya. Hanya saja, seperti yang telah dikemukakan diawal pembahasan tentang teori pendapatan permanen, faktor yang paling berpengaruh terhadap konsumsi bukanlah pendapatan disposibel saat ini, melainkan pendapatan permanen. Sedangkan pendapatan transitori hanya berpengaruh kecil, sebab rumah tangga Dari persamaan 3.11 terlihat bila Yt bernilai positif, pendapatan disposibel saat ini meningkat. Begitu juga sealiknya. Hanya saja, seperti yang telah dikemukakan diawal pembahasan tentang teori pendapatan permanen, faktor yang paling berpengaruh terhadap konsumsi bukanlah pendapatan disposibel saat ini, melainkan pendapatan permanen. Sedangkan pendapatan transitori hanya berpengaruh kecil, sebab rumah tangga

2.4.3. Teori Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothersis)

Teori Konsumsi pendapatan permanen memberikan tekanan tentang pengaruh pendapatan jangka pendek dan jangka panjang. Sebenarnya ada sebuah teori yang lebih awal dari pada teori pendapatan permanen, dalam memberikan penjelasan tentang pengaruh pendapatan disposibel jangka pendek dan jangka panjang. Teori itu adalah Teori Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis) yang dikembangkan oleh James Duessenberry. Kendatipun mengakui pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi, teori ini lebih memeperhatikan aspek psikologis rumah tangga dalam menghadapi perubahan pendapatan. Dampak perubahan pendapatan disposibel dalam jangka pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang. Perbedaan ini pun dipengaruhi oleh jenis perubahan pendapatan yang dialami. Karena itu, rumah tangga memiliki dua preferensi/fungsi konsumsi, yang disebut fungsi konsumsi jangka pendek dan fungsi konsumsi jangka panjang. Diagram 2.4 berikut ini menunjukkan hal tersebut.

Diagram 2.4

Model Konsumsi Pendapatan Relatif (Relative Income Hypothesis Model)

Kurva LC adalah kurva konsumsi jangka panjang, sedangkan Cso dan Cs 1 adalah kurva konsumsi jangka pendek. Sudut kemiringan kurva konsumsi jangka pendek lebih landai dibandingkan kurva konsumsi jangka panjang. Maknanya adalah dampak perubahan pendapatan disposibel terhadap konsumsi lebih terasa/terlihat dalam tenggang waktu yang lebih panjang. Atau dengan kata lain, dalam jangka pendek pengaruh perubahan pendapatan disposibel terhadap perubahan konsumsi lebih kecil dibanding dalam jangka panjang

Misalnya, Y 0 adalah tingkat pendapatan disposibel tertinggi yang pernah dicapai oleh rumah tangga. Denga demikian tingkat konsumsi menurut fungsi jangka pendek dan jangka panjang adalah di titik a. Tiba-tiba karena kelesuan ekonomi, terjadilah penurunan

pendapatan disposibel dari Y 0 dan Y 2 . Menurut teori pendapatan relatif , konsumsi tidak akan menurun ke titik b sesuai dengan jalur C L , melainkan ke titik c yang berada dijalur Cso. Sebab, secara psikologis rumah tangga tidak ingin bila konsumsinya menurun drastis. Untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi sesuai dengan titik c, bila perlu rumah tangga mengorek tabungannya atau menjual aset-aset yang dimilikinya.

Jika kemudian keadaan ekonomi pulih kembali lagi, bahkan mungkin karena begitu baiknya pemulihan, pendapatan disposibel bergerak ke tingkat Y 1 . Apa yang terjadi dengan konsumsi? Ternyata konsumsi tidak bergerak ke titik d yang berada dalam jalur Cso, melainkan ke titik e (jalut C L dan C S1 ), dimana pertambahan konsumsi da tabungan adalah proporsional.Seandainya resesi terulang lagi dan pendapatan disposibel

menurun dari T 1 ke Y 0 , maka konsumsi menurun ke titik f (jalur Cs 1 ) dan bukan ke titik a

(jalur C L ). Penjelasan yang sama seperti pada penjelasan resesi yang pertama, dimana

pendapatan disposibel menurun dari Y 0 ke Y 2 .

Jadi, menurut teori pendapatan permanen, tingkat konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan disposibel dimasa yang lalu, terutama tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai, kerena pola konsumsi saat ini masih dipengaruhi konsumsi yang lalu (pada saat pendapatannya tinggi).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer dalam penulisan skripsi ini adalah data-data yang diperoleh langsung dari masyarakat Kelurahan Aek Kota Batu, Kec. NA-IX-X Kab. Labuhan Batu

Utara melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan.

2. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Kantor Camat Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA- IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara, studi perpustakaan, internat serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi yang dipilih oleh penulis yaitu masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara yang telah berkeluarga yang berjumlah 1085 rumah tangga pada tahun 2007. Dalam menetukan sampel, penulis menggunakan metode random sampling dengan menggunakan rumus Taro Yamane yang dikutip dari Jamaluddin (2002 : 82) yaitu:

Nd + 1

Keterangan:

n = Jumlah sample

N = Popilasi

d = Presisi (100%)

1085 n

Dalam penelitian ini peneliti mengampil sample sebanyak 92 rumah tangga yang ditetapkan sebagai responden.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Observasi Observasi adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah masyarakat yang ada di Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab. Labuhan Batu Utara Utara.

2. Wawancara Wawancara adalah dengan melakukan Tanya jawab langsung dengan masyarakat Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab Labuhan Batu Utara yang meliputi kepala keuarga serta istri.

3. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyebar angket (daftar pertanyaan) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian. Dalam hal ini yang menjadi responden adalah masyarakat Kelurahan Aek Kota Batu, Kec NA-IX-X, Kab Labuhan Batu Utara

4. Studi Kepustakaan Teknik studi kepustakaan ini adalah mengumpilkan data dan informasi melalui telaahan berbagai literatur yang relevan atau berhubungan dengan 4. Studi Kepustakaan Teknik studi kepustakaan ini adalah mengumpilkan data dan informasi melalui telaahan berbagai literatur yang relevan atau berhubungan dengan

3.5. Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skipsi ini.

3.6. Model Analisa Data

Berdasarkan teknik analisa data yang telah diuraikan diatas maka disini penulis membuat suatu model ekonometrik. Motode analisis yang dipakai adalah OLS (Ordinary of Least Squares) atau Metode Kuadrat Terkecil Biasa yang akan memudahkan penganalisaan data. Dimana fungsi dari pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh pendapatan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tabungan keluarga yang dinyatakan dalam bentuk :

C = f (X 1 ,X 2 ,X 3 )

Dengan spesifikasi model ekonometrik sebagai berikut :

LY= α + β 1 LX 1 +β 2 X 2 +β 3 LX 3 +μ

Dimana :

LY = Pengeluaran konsumsi rumah tangga (Rp) / bulan

= Konstanta / intersept

LX 1 = Pendapatan keluarga (Rp)

X 2 = Jumlah tanggungan keluarga (orang)

LX 3 = Tabungan Keluarga (Rp)

β 1, β 2 ,β 3 = Koefisien regresi

= term error (kesalahan pengganggu)

3.7. Hipotesis Model

Berdasarkan Model Analisa diatas, maka hipotesa yang dapat diambil sebagai berikut:

1. ∂ C > 0 , Artinya: Bertambahnya pendapatan rumah tangga (X 1 ) maka ∂ X 1

pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin besar (C), Ceteris Paribus.

2. > 0 , Artinya: Bertambah banyaknya jumlah tanggungan keluarga (X 2 ) maka ∂ X 2

pengeluaran konsumsi rumah tangga semakin besar (C), Ceteris Paribus.

3. < 0 , Artinya: Semakin besar tabungan keluarga (X 3 ) maka pengeluaran rumah ∂ X 3

tangga semakin berkurang (C), Ceteris Paribus

3.8. Test of Goodness of Fit (uji kesesuaian)

Untuk melihat Goodness of fit dari hipotesa tersebut maka perlu dilakukan uji statistik, yaitu :

3.8.1 Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variable-variabel independent secara bersama-sama mampu memberikan penjelasan mengenai variabel dependen.

3.8.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian hipotesis secara persial yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Dengan uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H 0 :b i =b

Ha ; b i ≠b

Dimana b i adalah koefisien variabel independen pertama nilai parameter hipotesis, biasanya dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X 1 terhadap C. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

( bi − t-hitung = b )

Sbi

Dimana : Dimana :

b = Nilai hipotesis nol

Sb i = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.8.2. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H 0 =b 1 =b 2 = bk........................bk = 0 (tidak ada pengaruh)

H a =B 1 = 0.................................i = 1 (ada pengaruh)