Makalah Ekonomika Pembangunan Teori Klas

TEORI KLASIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN
PEMBANGUNAN
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomika Pembangunan I
Dosen Pembimbing: Budiono Sri Handoko, Dr., M.A

Kelompok 3:
1. Zulfa Rizqi Aisyah (14/363745/EK/19904)
2. Rachmawati (14/363740/EK/19900)
3. Nadya Ahda (14/363822/EK/19915)
4. Siti Rahmania (14/363855/EK/19919)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ‘Teori Klasik Pertumbuhan

Ekonomi dan Pembangunan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih pada Bapak Dr. Budiono Sri Handoko, M.A. selaku Dosen mata kuliah
Ekonomika Pembanguan UGM yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 28 Oktober 2015

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN


Setiap negara pasti melakukan pembangunan demi kemajuan negara yang bersangkutan.
Pembangunan tidak hanya berkaitan dengan aspek barang-jasa dan keuangan, tetapi juga berkaitan
dengan unsur-unsur manusia itu sendiri. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi seharusnya dipandang
sebagai suatu proses multidimensional di dalam suatu sistem ekonomi dan sosial. Dalam konteks
pembangunan, akan ada beberapa teori dan pendekatan yang berlaku atau setidaknya mendekati dengan
yang diterapkan oleh negara-negara di dunia. Teori dan pendekatan pembangunan yang akan dibahas
pada kesempatan kali ini adalah dengan teori klasik.

Bab II
PEMBAHASAN

A.

Pendekatan Teori Klasik Pembangunan Ekonomi

1.

Model Tahapan Pertumbuhan Linear
a.


Tahapan Pertumbuhan Rostow
Menurut Walt W. Rostow, sebuah negara bergerak melalui tahapan berurutan dalam
upaya mencapai kemajuan. Tahapan-tahapan tersebut adalah:
1.

masyarakat tradisional;

2.

prakondisi

sebelum

lepas

landas

berkelanjutan;
3.


lepas landas;

4.

tahapan menuju kematangan ekonomi;

5.

tahap konsumsi massal yang tinggi.

untuk

mencapai

pertumbuhan

yang

Strategi utama pembangunan yang diperlukan untuk dapat lepas landas adalah
mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri untuk menghasilkan investasi yang cukup

guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.
b.

Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Model hubungan ekonomi fungsional yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
produk domestik bruto (g) bergantung langsung pada tingkat tabungan nasional neto (s)
dan berbanding terbalik dengan rasio modal-ouput nasional (c).
Model sederhana pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
1.

S = sY

2.

I

(1.1)
∆K

=


(2.1)
karena K berhubungan langsung dengan Y (rasio modal-output):
K
Y

=c

atau

∆K
∆Y

=c

disubstitusikan ke persamaan (2.1) menjadi:
∆ K =c ∆ Y
(2.2)
3.


S=I

(3.1)

substitusi dari persamaan (1.1), (2.1), (2.2) menjadi:
S = sY = c ∆ Y =∆ K=I

(3.2)

dan disederhanakan menjadi:
sY =c ∆ Y

(3.3)

dibagi dengan Y dan c:
∆Y S
=
Y
c


(3.4)

dari persamaan (3.4) dapat disimpulkan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (
∆ Y /Y ¿

ditentukan oleh rasio tabungan nasional neto (s) dan rasio modal-

output nasional (c). Agar dapat tumbuh, setiap perekonomian harus menabung
dan menginvestasikan bagian tertentu dari GDP. Selain investasi, dua komponen
lain pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja dan kemajuan teknologi.
Hambatan dan Kendala
Hambatan utama atau kendala dalam upaya pembangunan menurut teori di atas adalah relatif
rendahnya tingkat pembentukan modal di kebanyakan negara miskin.
Kritik
Teori di atas tidak selamanya bisa diterapkan, bukan karena lebih banyaknya tabungan dan
investasi bukan necessary condition untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi tetapi
karena tabungan dan investasi yang lebih banyak bukan merupakan sufficient condition. Model
Rostow secara implisit mengasumsikan adanya sikap dan tatanan yang sama di negara-negara
terbelakang. Pada kenyataannya, negara-negara terbelakang kurang memiliki faktor
komplementer. Selain itu, model tahapan pertumbuhan kurang fokus pada strategi lain untuk

meningkatkan pertumbuhan.
2.

Model Perubahan-Struktural
Model ini menyatakan bahwa keterbelakangan terjadi karena kurang didayagunakannya sumber
daya yang berasal dari faktor-faktor struktural dan lembaga yang timbul dari dualisme domestik
dan internasional. Oleh karena itu, pembangunan memerlukan lebih dari sekadar akselerasi
pembentukan modal.
a.

Teori Pembangunan Lewis
Dirumuskan oleh W. Arthur Lewis yang berfokus pada transformasi struktural. Model
dua-sektor Lewis menjadi teori umum yang menjelaskan bahwa surplus tenaga kerja
dari sektor pertanian tradisional ditransfer ke sektor industri

modern yang

pertumbuhannya menyerap kelebihan tenaga kerja, mendorong industrialisasi dan
menggerakkan pembangunan berkelanjutan. Model pertumbuhan sektor-modern dalam
perekonomian dua-sektor Lewis dapat diilustrasikan dengan grafik di bawah ini:


Proses pertumbuhan berkesinambungan dan perluasan kesempatan kerja ini
diasumsikan akan terus berlanjut sampai semua surplus tenaga kerja terserap ke
dalam sektor industri baru, setelah itu terjadi Lewis turning point.
Kritik
Empat asumsi yang berlaku tidak sesuai dengan realita:
1.

Asumsi: tingkat transfer tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja di sektor
modern berbanding proporsional dengan tingkat akumulasi modal sektor
modern.
Kritik: ada kemungkinan laba yang diperoleh diinvestasikan kembali ke
peralatan padat modal yang lebih canggih dan bukan dilakukan dengan cara
serupa seperti yang secara tersirat diasumsikan model Lewis.

2.

Asumsi: surplus tenaga kerja terdapat di wilayah pedesaan sedangkan lapangan
kerja penuh ada di wilayah perkotaan.


Kritik: tidak banyak surplus tenaga kerja di pedesaan.
3.

Asumsi: pasar tenaga kerja sektor modern yang kompetitif akan menjamin
keberlangsungan eksistensi tingkat upah riil pedesaan yang konstan, sampai
tercapainya keadaan ketika persediaan surplus tenaga kerja pedesaan telah habis
terserap.
Kritik: adanya kecenderungan peningkatan upah baik secara absolut maupun
kaitannya dengan rata-rata pendapatan di pedesaan, bahkan ketika tingkat
pengangguran di sektor modern meningkat dan marginal produktivitas pertanian
rendah/bahkan nihil.

4.

Asumsi: tingkat hasil yang semakin menurun dalam sektor industri modern.
Kritik: yang terjadi malah kebalikannya.

b.

Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan
Model ini menjelaskan mengenai perubahan struktural berfokus pada proses yang
berlangsung secara berurutan. Meningkatnya tabungan dan investasi dipandang sebagai
syarat perlu tetapi tidak cukup untuk pertumbuhan ekonomi. Pada analisis empiris
menekankan kendala domestik dan internasional terhadap pembangunan. Negara-negara
berkembang yang terintegrasi menjadi bagian dari sistem internasional dapat
meningkatkan/menghambat pembangunan. Model empiris yang terkenal dari Model
Perubahan Struktural adalah dari Hollis B. Chenery.
Kritik
Dengan menekankan pola ketimbang teori, pendekatan ini berisiko menggiring para
praktisi untuk mengambil kesimpulan yang salah tentang sebab-akibat.
Kesimpulan
Proses perubahan struktural mengarah pada kesimpulan bahwa tingkat kecepatan dan
pola pembangunan beragam, bergantung pada faktor-faktor domestik dan internasional,
yang kebanyakan di luar kendali negara berkembang.

3.

Revolusi Ketergantungan Internasional

Teori ini memandang negara-negara berkembang sebagai korban kekakuan lembaga, politik dan
ekonomi baik domestik maupun internasional serta terjebak dalam perangkap ketergantungan
dan dominasi negara-negara kaya.
a.

Model Ketergantungan Neokolonial
Keterbelakangan yang terjadi di negara berkembang disebabkan oleh keberlanjutan
kebijakan ekonomi, politik dan budaya yang sebelumnya diterapkan oleh penguasa
kolonial terhadap negara kurang maju.

b.

Model Paradigma Palsu
Negara-negara berkembang telah gagal mengalami kemajuan karena strategi
pembangunan mereka didasarkan atas model pembangunan yang tidak tepat.

c.

Tesis Pembangunan-Dualistis
Adanya dualisme dalam ekonomi. Empat argumentasi utama:
1.

Ada unsur-unsur yang superior dan ada yang inferior.

2.

Koeksistensi bersifat kronis atau menetap alih-alih transisional.

3.

Kadar superioritas dan inferioritas bukan hanya menunjukkan tiadanya tandatanda penurunan, tetapi justru menunjukkan kecenderungan peningkatan.

4.

Hubungan saling terkait antara unsur superior dan unsur inferior sedemikian
timpang.

Kritik:
Teori ketergantungan mengandung dua kelemahan:
1.

Tidak ada gagasan tentang bagaimana negara-negara ini memulai dan
mempertahankan pembangunan.

2.

Pengalaman aktual pembangunan ekonomi negara-negara berkembang yang
mengikuti kampanye revolusioner nasionalisasi industri dan melaksanakan
kegiatan produksi yang dikelola badan-badan usaha milik negara ternyata hampir
semuanya menunjukkan hasil yang tidak memuaskan.

4.

Kontrarevolusi Neoklasik: Fundamentalisme Pasar
Argumentasi utama: keterbelakangan merupakan akibat dari pengalokasian sumber daya yang
buruk karena kebijakan penetapan harga yang tidak tepat dan terlalu banyaknya campur tangan
negara yang diwakili oleh pemerintah negara berkembang yang terlalu aktif. Ada tiga
komponen pendekatan:
a.

analisis pasar bebas
analisis teoritis atas ciri-ciri suatu sistem perekonomian yang melangsungkan pasar
bebas, yang sering didasarkan asumsi bahwa pasar yang tidak diregulasi akan berkinerja
lebih baik daripada yang diregulasi oleh pemerintah.

b.

teori pilihan publik
teori yang mengemukakan bahwa kepentingan pribadi mengendalikan semua perilaku
individu, dan bahwa pemerintah tidak efisien dan korup karena orang-orang
menggunakan pemerintah untuk mencapai tujuan mereka sendiri.

c.

pendekatan ramah pasar
kebijakan pembangunan yang berhasil mengharuskan pemerintah untuk menciptakan
lingkungan yang memungkinkan pasar untk dapat beroperasi secara efisien dan hanya
melakukan intervensi dalam perekonomian secara selektif dalam bidang-bidang yang
tidak berlangsung efisien dalam pasar.

Pendekatan Pertumbuhan Neoklasik Tradisional
Model pertumbuhan neoklasik Solow yang menunjukkan adanya hasil yang semakin menurun
dari semua faktor produksi tetapi dengan skala hasil yang konstan. Perubahan teknologi
eksogen menimbulkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Berbeda dengan Harrod-Domar,
Solow menambah faktor kedua yaitu tenaga kerja dan variabel bebas berupa teknologi. Model
Solow menggunakan fungsi produksi agregat sebagai berikut:
Y =K α ( AL)1−α
Y = produk domestik bruto
K = persediaan modal

L = tenaga kerja
A = produktivitas tenaga kerja yang tingkat pertumbuhannya ditentukan secara eksogen
Kesimpulan dan Implikasi
Ada beberapa kekurangan seperti struktur dan organisasi di kebanyakan negara berkembang
sangat berbeda dari negara-negara Barat sehingga asumsi perilaku dan arahan kebijakan teori
neoklasik tradisional adakalanya diragukan dan seringkali tidak tepat. Pasar bebas kompetitif
umumnya tidak pernah ada di banyak negara berkembang dan dalam konteks lembaga, budaya
dan sejarah negara-negara berkembang, pasar seperti itu bukan sesuatu yang diingimlam jika
ditinjau dari perspektif perekonomian dan sosial jangka panjang. Selain itu, informasi yang
tersedia terbatas, pasar terfragmentasi dan tidak mengenal unsur moneter. Terdapat eksternalitas
dalam produksi dan konsumsi. Pada akhirnya, invisible hand bukan meningkatkan
kesejahteraan umum tetapi hanya memperkaya yang sudah kaya dan gagal memberi perbaikan
nasib bagi orang banyak.
B.

Studi Kasus: Aliran Pemikiran dalam Konteks Korea Selatan dan Argentina
1.

Latar Belakang
Korea Selatan dan Argentina memiliki starting point yang sama:
a.

Memiliki jumlah penduduk sedang

b.

Negara berpendapatan menengah, tetapi kini pendapatan per kapita Korea
Selatan melampaui Argentina dua kali lipat, bagaimana hal ini bisa terjadi?

2.

Korea Selatan
Tahapan Pertumbuhan pertumbuhan investasi pesat dan integrasi dengan perekonomian
dunia dengan berbagai ekspor-impor jenis baru
Pola Struktural cepatnya peningkatan produktivitas pertanian, pergeseran tenaga kerja
dari pertanian ke industri, pertumbuhan persediaan modal serta pendidikan dan
keterampilan yang berlangsung stabil serta transisi demografi dari fertilitas tinggi ke
fertilitas rendah. Reformasi agraria, program pembangunan pedesaan terpadu yang
membuat produktivitas pertanian meningkat.

Revolusi Ketergantungan sangat bergantung pada hubungan internasional tetapi
pembangunannya justru tidak terganggu. Mereka membuat kebijakan seperti kebijakan
peningkatan industri yang sangat aktif, sangat membatasi peran perusahaan
multinasional dan dengan sengaja membangun industri dalam negerti sebagai alternatif
serta menggunakan utang ketimbang investasi ekuitas langsung dari pihak asing untuk
membiayai tingkat investasi yang sangat besar. Reformasi agraria dan menekankan
pendidikan dasar.
Kontrarevolusi Neoklasik campur tangan pemerintah di dalam negeri dan dalam
perdagangan internasional dengan menerapkan perencanaan pembangunan secara
ekstensif, menggunakan beragam kelonggaran pajak dan insentif, target ekspor,
melakukan berbagai upaya di bidang industri untuk menaikkan tingkat teknologi ratarata, kesepakatan lisensi teknologi asing, semua itu pada intinya adalah bertujuan untuk
meraih keunggulan komparatif.
3.

Argentina
Tahapan pertumbuhan Argentina mengalami pertumbuhan negatif dan investasi
menyusut dalam kurun waktu 1965-1990 karena kegagalan dalam membayar hutang.
Pola Struktural produktivitas pertanian meningkat, tumbuhnya lapangan pekerjaan
dalam industri, urbanisasi, fertilitas menurun, tetapi ada kelemahan yaitu terlalu
mengandalkan pada data tertentu yang dipilih tanpa bantuan teori yang dapat dijadikan
pedoman guna menautkan bagian-bagian itu menopang satu sama lain.
Revolusi Ketergantungan terlalu mengandalkan ekspor barang primer dan harga riil
barang-barang ini lebih rendah dibandingkan barang-barang impor. Tidak mempu
menciptakan industri manufaktur ekspor sendiri yang bersaing. Pembangunannya
dirasakan merupakan korban kepentingan negara maju.
Kontrarevolusi

Neoklasik

adanya

kekeliruan

campur

tangan

pemerintah,

ketidakefisienan badan usaha milik negara, bias terhadap produk ekspor, serta prosedur
birokrasi yang berbelit merugikan perusahaan dan kewirausahaan. Kebijakan pemerintah
dirasa terlalu berpihak pada kepentingan tertentu bukan untuk kesejahteraan umum.
3.

Kesimpulan

Peran pemerintah bisa menjadi baik dan buruk tergantung sejauh mana dan bagaimana
intervensi pemerintah terhadap perekonomian dan pasar. Korea Selatan membuktikan
bahwa intervensi pemerintah bisa menjadi baik sedangkan Argentina membuktikan
bahwa intervensi pemerintah bisa menjadi buruk bagi perekonomian negara.

Bab III
PENUTUPAN

Berbagai teori pembangunan yang telah ada selama ini sedikit banyak memerlukan beberapa
penyesuaian dan perubahan asumsi karena dianggap sudah tidak relevan lagi dengan kenyataan, namun
teori-teori di atas masih bisa dipakai untuk sebagai dasar dan sumber referensi dalam menentukan
pembangunan suatu negara. Setiap negara memiliki model pembangunannya masing-masing dan itu
disesuaikan dengan keadaan negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Todaro, Michael P., Smith, Stephen C. (2011). Economic Development (11th). United Kingdom:
Prentice Hall