PAJAK PENGHASILAN UMUM materi kuliah
PAJAK PENGHASILAN UMUM
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan atau badan
hukum lainnya atas penghasilan yang didapat. Dasar hukum untuk pajak penghasilan adalah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Subjek pajak dalam Pajak Penghasilan adalah Orang Pribadi, Warisan yang belum terbagi,
sebagai satu kesatuan, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek pajak dibedakan menjadi
dua subjek pajak yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Kriteria yang
membedakan dari kedua subjek pajak adalah keberadaan (staying principles), kehendak
(intension principles), dan waktu (time test).
Dalam Pasal 3 UU No.36 Thn 2008 dikemukakan bahwa yang tidak termasuk sebagai Subjek
Pajak adalah Kantor Perwakilan Negara Asing atau organisasi internasional; Pejabat-pejabat
perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang
yang diperbantukan kepada mereka, yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka;
Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, grafitasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini, Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; Laba
usaha; Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Sedangkan beberapa
penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3)
UU. PPh adalah Sumbangan serta; Harta Hibahan; Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pension; Bunga obligasi perusahaan reksadana; Pembayaran dari perusahaan asuransi, dll.
Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Dasar Pengenaan Pajak
Untuk wajib pajak dalam negeri dan untuk usaha tetap ( BUT ) yang menjadi dasar
pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak. Sedangkan untuk wajib pajak luar negeri adalah
penghasilan bruto. Yang perlu diingat besarnya penghasilan kena pajak untuk wajib pajak pada
badan dihitung sebesar penghasilan netto
Penghasilan kena pajak (WP badan )
= penghasilan netto
CONTOH:
PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2017 sebagai
berikut:
Penghasilan dalam negeri
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%)
Jumlah Penghasilan Neto
Rp400.000.000
Rp200.000.000
Rp600.000.000
PKP
Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi dihitung seperti berikut:
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi ) = penghasilan netto- PTKP
Tarif PTKP 2016 untuk PPh Pasal 21 berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016 adalah:
Rp 54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
Rp 4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Rp 54.000.000,- untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
Rp 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga
5 % untuk penerima penghasilan sampai dengan Rp 50 juta per tahun.
Tarif PTKP terbaru ( PTKP 2016 ) untuk batas penghasilan bruto PPh Pasal 21 untuk
pegawai harian atau mingguan atau pegawai tidak tetap lainnya adalah Rp 450.000,- per hari.
Cara menghitung penghasilan kena pajak
Penghitungan besarnya penghasilan netto bagi wajib pajak didalam negeri dan badan usaha
tetap dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Menggunakan pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap
tahun pajak berakhi rembukuan
2. Menggunakan norma penghitungan penghasilan netto (NPPN)
Wajib pajak yang boleh menggunakan NPPN adalah WP orang pribadi yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
1.
Predaran bruto kurang dari Rp.4.800.000.000,00 Per tahun
2.
Mengajukan permohonan dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun buku.
Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut :
1.
10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
2.
Ibukota propinsi lainnya;
3.
Daerah lainnya.
CONTOH:
Salam menikah ( istri tidak bekerja) dan memiliki 1 orang anak. Salam adalah pemilik
tempat penerbitan surat kabar di Jakarta. Ia juga memiliki industry pengolahan rotan di Kendari.
Besarnya presentase NPPN untuk penerbitan surat kabar di Jakarta 21% , dan industry
pengolahan rotan di Kendari 13.5%. Peredaran usaha dari industri pengolahan rotan dibogor
setahun Rp.400.000.000 , penerimaan penerbitan surat kabar di Jakarta setahun Rp. 100.000.000,
hitunglah penghasilan netto?
Jawaban:
Dari Industry Pengolahan Rotan:
13,5% x Rp.400.000.000
Rp 54.000.000
Penerbitan Surat Kabar:
21% x Rp. 100.000.000
Rp 21.000.000
Jumlah Penghasilan Netto
Rp 75.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/1)
Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak
Rp 12.000.000,-
Tarif Pajak
1. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajip pajak orang pribadi
dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan penghasilan kena pajak
Tarif
pajak
s.d Rp.50.0000.000
5%
> Rp 50.0000.000 s.d Rp 250.0000.000
15%
> Rp 250.0000.000 s.d Rp 500.0000.000
25 %
> Rp. 500.0000.000
30%
2. Wajib pajak badan usaha dalam negeri dan bentuk usaha tetap
a. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk wajib pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap Adalah sebesar 28 % .
b. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk wajib pajak
badan dalam negeri mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 diturunkan menjadi 25 %
c. Wajib pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 %
dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya memperoleh tarif sebesar 5 %
d. Wajib
pajak
badan
dalam
negeri
dengan
peredarfan
bruto
sampai
dengan
Rp.50.0000.000,00 mendapat fasilitas pengurangan tarif 50 % yang dikenakan atas
penghasilan kenapajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00.
CONTOH:
Salam adalah seorang pengusaha rotan di Kendari (belum menjadi badan hukum). Dari
tahun ketahun pelanggannya semakin meningkat sehingga tahun 2016, ia merekrut 100 orang
karyawan untuk memperlancar usahanya. Hingga tahun 2016 berakhir, omzet usaha Salam
mencapai 1 miliar rupiah. Salam menyelenggarakan pembukuan dan diketahui biaya usaha yang
dikeluarkan selama setahun sebesar 400 juta rupiah sehingga total penghasilan netto selama 2016
sebesar 600 juta rupiah. Salam sudah memiliki NPWP sejak tahun 2010 dan telah menikah dan
mempunyai 2 orang anak.
Penghasilan bruto (omzet)
Rp 1.000.000.000
Biaya Usaha
(Rp 400.000.000)
Penghasilan Netto
Rp
PTKP (K/2)
(Rp
Penghasilan Kena Pajak
Rp
600.000.000
67.500.000)
532.500.000
Pajak Terutang:
5% x Rp50.000.000
= Rp 2.500.000
15% x Rp250.000.000
= Rp37.500.000
25% x Rp 232.500.000
= Rp58.125.000
Rp98.125.000,-
Cara Melunasi Pajak
Cara melunasi pajak ada 2 cara:
1.
Pelunasan pajak tahun berjalan,yaitu pelunasan pajak dalam masa pajak yang meliputi:
a. Pembayaran sendiri oleh WP ( PPh pasal 25 ) untuk setiap masa pajak.
b. Pembayaran pajak melalui pemotongan / pemungutan pihak ketiga berupa kredit pajak
yang dapat diperhitungkan dengan jumlah pajak yang terutang selama tahun pajak,
yaitu:
1)
Pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan (PPh pasal
21)
2)
Pemungutan PPh atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau lainnya(PPh
pasal 22)
3)
Pemotongan PPh atas penghasilan dari modal atau penggunaan dharta oleh orang
lain,jasa, hadiah , dan penghargaan ( PPh pasal 23)
4)
Pelunasan PPh di luar negeri atas penghasilan di luar negeri ( PPh pasal 24)
5)
Pemotongan PPh atas penghasilan yang terutang atas WP luar negeri ( PPh pasal
26)
6)
Pemotongan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan
lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah atau bangunan serta penghasilan
tertentu lainnya untuk PPh 4 ayat (2) tidak dapat dikredit.
2.
Pelunasan pajak sesudah akhir tahun.
Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan dengan cara:
a. Membayar pajak yang kurang disetor yaitu dengan menghitung sendiri jumlah pajak
penghasilan terutang untuk suatu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak
tahun yang bersangkutan.
b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau surat
tagihan pajak yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak, apabila terdapat bukti
bahwa jumlah pajak penghasilan terutang tidak benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2012.
Norma
Perhitungan.
[Online].
Tersedia
dalam:
http://www.pajak.go.id/content/norma-penghitungan. [4Oktober 2017].
Anonymous.
2016.
Penghasilan
Tidak
Kena
Pajak.
[Online].
Tersedia
dalam:
http://www.pajakbro.com/2016/04/cara-menghitung-ptkp-dan-contohnya.html.
[4
Oktober 2017].
Awaluddin, Ishak. 2017. Perpajakan Pembahasan Sesuai Aturan Pelaksanaan Perpajakan
Terbaru 2017. K-Media: Yogyakarta.
Luqman. 2016. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Bagi Usahawan. [Online]. Tersedia dalam:
http://kringpajak.com/cara-menghitung-pajak-penghasilan-bagi-usahawan/. [4 Oktober
2017].
Nihlatullaila. 2016. Makalah Pajak Penghasilan Umum.
[Online]. Tersedia dalam:
http://nihlatullaila14.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pajak-penghasilan-umum.html. [3
Oktober 2017].
Noor Aeny, Suci. 2017. Contoh Soal Perhitungan PPh Pasal 24. [Online]. Tersedia dalam:
http://news.ddtc.co.id/artikel/9192/pph-pasal-24-4-contoh-soal-perhitungan-pph-pasal24/. [ 4 Oktober 2017].
Nurbaiti,
Kurnia.
2013.
Pajak
Penghasilan
Umum.
[Online].
Tersedia
http://kampusmaroon.blogspot.co.id/2013/12/pajak-penghasilan-umum.html.
Oktober 2017].
TUGAS SEMINAR PERPAJAKAN
dalam:
[
3
“PAJAK PENGHASILAN UMUM”
OLEH KELOMPOK 4:
REZKI WULANDARI YUSUF
B1C1 14 047
NUR ANNISSAK
B1C1 14 049
MELANI RUDITA
B1C1 14 051
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan untuk orang pribadi, perusahaan atau badan
hukum lainnya atas penghasilan yang didapat. Dasar hukum untuk pajak penghasilan adalah
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Subjek pajak dalam Pajak Penghasilan adalah Orang Pribadi, Warisan yang belum terbagi,
sebagai satu kesatuan, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Subjek pajak dibedakan menjadi
dua subjek pajak yaitu subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Kriteria yang
membedakan dari kedua subjek pajak adalah keberadaan (staying principles), kehendak
(intension principles), dan waktu (time test).
Dalam Pasal 3 UU No.36 Thn 2008 dikemukakan bahwa yang tidak termasuk sebagai Subjek
Pajak adalah Kantor Perwakilan Negara Asing atau organisasi internasional; Pejabat-pejabat
perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang
yang diperbantukan kepada mereka, yang bekerja dan bertempat tinggal bersama mereka;
Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan.
Objek pajak penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, grafitasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam
Undang-undang ini, Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; Laba
usaha; Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta. Sedangkan beberapa
penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4 ayat (3)
UU. PPh adalah Sumbangan serta; Harta Hibahan; Iuran yang diterima atau diperoleh dana
pension; Bunga obligasi perusahaan reksadana; Pembayaran dari perusahaan asuransi, dll.
Dasar Pengenaan Pajak dan Cara Menghitung Penghasilan Kena Pajak
Dasar Pengenaan Pajak
Untuk wajib pajak dalam negeri dan untuk usaha tetap ( BUT ) yang menjadi dasar
pengenaan pajak adalah penghasilan kena pajak. Sedangkan untuk wajib pajak luar negeri adalah
penghasilan bruto. Yang perlu diingat besarnya penghasilan kena pajak untuk wajib pajak pada
badan dihitung sebesar penghasilan netto
Penghasilan kena pajak (WP badan )
= penghasilan netto
CONTOH:
PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2017 sebagai
berikut:
Penghasilan dalam negeri
Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%)
Jumlah Penghasilan Neto
Rp400.000.000
Rp200.000.000
Rp600.000.000
PKP
Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi dihitung seperti berikut:
Penghasilan kena pajak (WP orang pribadi ) = penghasilan netto- PTKP
Tarif PTKP 2016 untuk PPh Pasal 21 berdasarkan PMK No. 101/PMK.010/2016 adalah:
Rp 54.000.000,- untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
Rp 4.500.000,- tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Rp 54.000.000,- untuk istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
Rp 4.500.000,- tambahan untuk setiap anggota keluarga
5 % untuk penerima penghasilan sampai dengan Rp 50 juta per tahun.
Tarif PTKP terbaru ( PTKP 2016 ) untuk batas penghasilan bruto PPh Pasal 21 untuk
pegawai harian atau mingguan atau pegawai tidak tetap lainnya adalah Rp 450.000,- per hari.
Cara menghitung penghasilan kena pajak
Penghitungan besarnya penghasilan netto bagi wajib pajak didalam negeri dan badan usaha
tetap dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Menggunakan pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang
ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap
tahun pajak berakhi rembukuan
2. Menggunakan norma penghitungan penghasilan netto (NPPN)
Wajib pajak yang boleh menggunakan NPPN adalah WP orang pribadi yang memenuhi
syarat sebagai berikut:
1.
Predaran bruto kurang dari Rp.4.800.000.000,00 Per tahun
2.
Mengajukan permohonan dalam jangka waktu tiga bulan pertama dari tahun buku.
Norma penghitungan Penghasilan Neto dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut :
1.
10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang,
Surabaya, Denpasar, Manado, Makassar, dan Pontianak;
2.
Ibukota propinsi lainnya;
3.
Daerah lainnya.
CONTOH:
Salam menikah ( istri tidak bekerja) dan memiliki 1 orang anak. Salam adalah pemilik
tempat penerbitan surat kabar di Jakarta. Ia juga memiliki industry pengolahan rotan di Kendari.
Besarnya presentase NPPN untuk penerbitan surat kabar di Jakarta 21% , dan industry
pengolahan rotan di Kendari 13.5%. Peredaran usaha dari industri pengolahan rotan dibogor
setahun Rp.400.000.000 , penerimaan penerbitan surat kabar di Jakarta setahun Rp. 100.000.000,
hitunglah penghasilan netto?
Jawaban:
Dari Industry Pengolahan Rotan:
13,5% x Rp.400.000.000
Rp 54.000.000
Penerbitan Surat Kabar:
21% x Rp. 100.000.000
Rp 21.000.000
Jumlah Penghasilan Netto
Rp 75.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/1)
Rp 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak
Rp 12.000.000,-
Tarif Pajak
1. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri
Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajip pajak orang pribadi
dalam negeri adalah sebagai berikut:
Lapisan penghasilan kena pajak
Tarif
pajak
s.d Rp.50.0000.000
5%
> Rp 50.0000.000 s.d Rp 250.0000.000
15%
> Rp 250.0000.000 s.d Rp 500.0000.000
25 %
> Rp. 500.0000.000
30%
2. Wajib pajak badan usaha dalam negeri dan bentuk usaha tetap
a. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk wajib pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap Adalah sebesar 28 % .
b. Sedangkan tarif pajak yang di terapkan untuk penghasilan kena pajak untuk wajib pajak
badan dalam negeri mulai berlaku sejak tahun pajak 2010 diturunkan menjadi 25 %
c. Wajib pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40 %
dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di indonesia
dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya memperoleh tarif sebesar 5 %
d. Wajib
pajak
badan
dalam
negeri
dengan
peredarfan
bruto
sampai
dengan
Rp.50.0000.000,00 mendapat fasilitas pengurangan tarif 50 % yang dikenakan atas
penghasilan kenapajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp.4.800.000.000,00.
CONTOH:
Salam adalah seorang pengusaha rotan di Kendari (belum menjadi badan hukum). Dari
tahun ketahun pelanggannya semakin meningkat sehingga tahun 2016, ia merekrut 100 orang
karyawan untuk memperlancar usahanya. Hingga tahun 2016 berakhir, omzet usaha Salam
mencapai 1 miliar rupiah. Salam menyelenggarakan pembukuan dan diketahui biaya usaha yang
dikeluarkan selama setahun sebesar 400 juta rupiah sehingga total penghasilan netto selama 2016
sebesar 600 juta rupiah. Salam sudah memiliki NPWP sejak tahun 2010 dan telah menikah dan
mempunyai 2 orang anak.
Penghasilan bruto (omzet)
Rp 1.000.000.000
Biaya Usaha
(Rp 400.000.000)
Penghasilan Netto
Rp
PTKP (K/2)
(Rp
Penghasilan Kena Pajak
Rp
600.000.000
67.500.000)
532.500.000
Pajak Terutang:
5% x Rp50.000.000
= Rp 2.500.000
15% x Rp250.000.000
= Rp37.500.000
25% x Rp 232.500.000
= Rp58.125.000
Rp98.125.000,-
Cara Melunasi Pajak
Cara melunasi pajak ada 2 cara:
1.
Pelunasan pajak tahun berjalan,yaitu pelunasan pajak dalam masa pajak yang meliputi:
a. Pembayaran sendiri oleh WP ( PPh pasal 25 ) untuk setiap masa pajak.
b. Pembayaran pajak melalui pemotongan / pemungutan pihak ketiga berupa kredit pajak
yang dapat diperhitungkan dengan jumlah pajak yang terutang selama tahun pajak,
yaitu:
1)
Pemotongan PPh atas penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan (PPh pasal
21)
2)
Pemungutan PPh atas penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau lainnya(PPh
pasal 22)
3)
Pemotongan PPh atas penghasilan dari modal atau penggunaan dharta oleh orang
lain,jasa, hadiah , dan penghargaan ( PPh pasal 23)
4)
Pelunasan PPh di luar negeri atas penghasilan di luar negeri ( PPh pasal 24)
5)
Pemotongan PPh atas penghasilan yang terutang atas WP luar negeri ( PPh pasal
26)
6)
Pemotongan atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan
lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah atau bangunan serta penghasilan
tertentu lainnya untuk PPh 4 ayat (2) tidak dapat dikredit.
2.
Pelunasan pajak sesudah akhir tahun.
Pelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan dengan cara:
a. Membayar pajak yang kurang disetor yaitu dengan menghitung sendiri jumlah pajak
penghasilan terutang untuk suatu tahun pajak dikurangi dengan jumlah kredit pajak
tahun yang bersangkutan.
b. Membayar pajak yang kurang disetor berdasarkan surat ketetapan pajak atau surat
tagihan pajak yang ditetapkan oleh direktur jenderal pajak, apabila terdapat bukti
bahwa jumlah pajak penghasilan terutang tidak benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2012.
Norma
Perhitungan.
[Online].
Tersedia
dalam:
http://www.pajak.go.id/content/norma-penghitungan. [4Oktober 2017].
Anonymous.
2016.
Penghasilan
Tidak
Kena
Pajak.
[Online].
Tersedia
dalam:
http://www.pajakbro.com/2016/04/cara-menghitung-ptkp-dan-contohnya.html.
[4
Oktober 2017].
Awaluddin, Ishak. 2017. Perpajakan Pembahasan Sesuai Aturan Pelaksanaan Perpajakan
Terbaru 2017. K-Media: Yogyakarta.
Luqman. 2016. Cara Menghitung Pajak Penghasilan Bagi Usahawan. [Online]. Tersedia dalam:
http://kringpajak.com/cara-menghitung-pajak-penghasilan-bagi-usahawan/. [4 Oktober
2017].
Nihlatullaila. 2016. Makalah Pajak Penghasilan Umum.
[Online]. Tersedia dalam:
http://nihlatullaila14.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pajak-penghasilan-umum.html. [3
Oktober 2017].
Noor Aeny, Suci. 2017. Contoh Soal Perhitungan PPh Pasal 24. [Online]. Tersedia dalam:
http://news.ddtc.co.id/artikel/9192/pph-pasal-24-4-contoh-soal-perhitungan-pph-pasal24/. [ 4 Oktober 2017].
Nurbaiti,
Kurnia.
2013.
Pajak
Penghasilan
Umum.
[Online].
Tersedia
http://kampusmaroon.blogspot.co.id/2013/12/pajak-penghasilan-umum.html.
Oktober 2017].
TUGAS SEMINAR PERPAJAKAN
dalam:
[
3
“PAJAK PENGHASILAN UMUM”
OLEH KELOMPOK 4:
REZKI WULANDARI YUSUF
B1C1 14 047
NUR ANNISSAK
B1C1 14 049
MELANI RUDITA
B1C1 14 051
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017