Kebijakan Nasional untuk Mendorong Penga
Kebijakan Nasional untuk
Mendorong Pengakuan hak
Masyarakat Adat atas Wilayahnya
Nurul Firmansyah, SH. M.Si
(HuMa)
Disampaikan dalam lokakarya “Mendorong Pengakuan Wilayah
Adat Bali Melalui Integrasi Sistem Informasi Wilayah Adat”
1 September 2016, Inna Sidhu Beach Hotel, Denpasar, Bali
Ruang Lingkup Pembahasan
1. Putusan MK 35 sebagai pilar (milestone)
pengakuan masyarakat hukum adat dan
hak-haknya terutama terhadap wilayah
adat
2. Pengakuan MHA sebagai Subjek Hukum
dan Pengakuan hak atas wilayahnya
3. Mengenal Konsep MHA
4. Khusus : Desa Adat
5. Kesimpulan
(1)
Putusan MK 35 sebagai pilar
(milestone) pengakuan
masyarakat hukum adat dan
hak-haknya terutama terhadap
wilayah adat
“Putusan MK 35”
UU Kehutanan
Permohonan
Putusan MK
Hutan negara
(hutan adat
bagian dari
hutan negara
Hutan Negara
Hutan Negara
Hutan Hak
Hutan hak
(terdiri dari
hutan adat dan
hutan
perseorangan/
badan hukum
Hutan Hak
Hutan Adat
Perubahan status hutan adat
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Hutan
negara
Hutan Negara
Hutan
Hak
Hutan
Adat
Hutan Hak
Hutan
Adat
Hutan
perseora
ngan /
badan
hukum
Hubungan penguasaan hutan
dengan status tanah
Hutan Negara
Hutan Adat
Hutan
perseorangan /
Badan hukum
Tanah Negara
Tanah Hak Ulayat
atas wilayah Adat :
Tanah Hak Milik dan
Hak Atas Tanah
dalam UUPA
1.
2.
Hak ulayat dimensi
Publik
Hak ulayat dimensi
privat (juga disebut
hak komunal)
MK: Kontribusi dan keterbatasan
Kontribusi
• Pembatasan kekuasaan
negara
• Pengutamaan hak warga
negara dan atau kelompok
masyarakat (komunitas)
Keterbatasan
• Putusan bersifat prospektif
• Mengadili norma hukum, tidak
menyelesaikan persoalan
konkret
• Khusus Pengakuan MHA ada
Persyaratan (Conditionalities)
(2)
Pengakuan MHA sebagai
Subjek Hukum dan Hak atas
Wilayahnya
Pengakuan MHA Sebagai Subjek Hukum
Kerangka Hukum
Pengakuan MHA
1.
2.
3.
4.
5.
Pengakuan bersifat kolektiva
sebagai kesatuan MHA
beserta hak-hak
tradisional/hak asal usul. Hak
individual anggota MHA
berada dalam ranah hak
kewarganegaraan
Hak MHA terkait dengan
“Identitas Budaya Asal Usul”
yang melekat terutama pada
wilayah adat/sumber alam dan
merupakan bagaian dari HAM
Pengakuan melalui UU yang
saat ini belum lahir UU khusus
Mengisi kekosongan hukum,
MK memutus untuk
mendelegasikan pengakuan
MHA oleh negara kepada
Pemda melalui Penetapan
MHA melalui Perda
UU Desa adalah salah satu
pengakuan MHA melalui UU
dalam bentuk “desa adat”
yang meneruskan mekanisme
penetapan melalui Perda
Model / Bentuk Kelembagaan MHA dan
Mekanisme Penetapan
N
o
Kelembagaa
n
Istilah atas Wilayah dan
Hak adatnya
Mekanisme
penetapan
Dasar Hukum
1
Masyarakat
Hukum Adat
• Istilah Objek : Wilayah
Adat
• Corak Hak : Hak
ulayat/Beschikkingsrecht
•
Perda Kab/kota
utk MHA yang
berada di wil.
Kab/Kota
Perda Provinsi
yang MHA
berada di lintas
kab/kota
“Keputusan
kepala daerah”
• Pasal 67 UUK
(diperkuat MK
35)
• Permen LHK
32/2015
• Permendagri
52/2014
Perda Provinsi
untuk susunan
dan masa
jabatan kepala
desa adat
Perda kab/kota
untuk
penetapan desa
adat
• UU 6/2014
tentang Desa
• PP 43/2014
pelaksana UU
Desa
•
•
2
Desa Adat
• Istilah Objek : Wilayah
Adat, Tanah Ulayat,
Asset Desa Adat
• Corak Hak : Hak
ulayat/Beschikkingsrecht
yang diistilah juga
dengan hak asal usul
dan hak tradisional, juga
menggunakan istilah
“kewenangan
berdasarkan hak asal
usul”
•
•
“Penetapan MHA melalui Perda
adalah pra kondisi
mengembalikan hak atas
wilayah adat (terutama dalam
kawasan hutan)”
(3)
Mengenal Konsep MHA
Konsep Masyarakat Hukum Adat
• Masyarakat Hukum Adat sebagai Adat
Rechtsgemeenschappen dalam literatur
Hukum Adat :
–
–
–
–
–
–
Adat rechtsgemeenshappen berakar dari konsep
gemeinschaft
Gemeinschaft menjadi persekutuan hukum
(rechtsgemeenschappen) jika : mempunyai tata
susunan yang kekal, tidak ada keinginan anggota
untuk membubarkan diri, mempunyai pengurus
sendiri dan harta bersama (Ter Haar).
Mempunyai kedaulatan atas wilayah yang disebut
dengan Beschikkingsrechts yang berdimensi publik
dan privat
Adat rechtsgemeenscappen mempunyai susunan yg
terbagi tiga : geneologis, teritorial, teritorialgeneologis
Adat rechtgemeenscappen merupakan unit sosial
dari rechtskringen (19 wilayah bekerjanya hukum
adat)/Kulturkreise
Adat rechtsgemeenschappen sebagai unit sosial
adalah pemangku hukum adat
• Kriteria keberadaan masyarakat
hukum adat (actual existing) tafsir
Mahkamah Konstitusi :
– Ada masyarakat yang warganya memiliki
perasaan kelompok (in group feeling)
– Ada pranata pemerintahan adat
– Ada harta kekayaan dan/atau bendabenda adat
– Ada perangkat norma hukum adat
– Terdapat unsur adanya wilayah tertentu
– Kriteria diatas tidak bersifat kumulatif
– Adat rechtsgemeenscappen mempunyai
susunan yg terbagi tiga : geneologis,
teritorial, teritorial-geneologis, dan
ditambah bersifat fungsional
Masyarakat Adat dan Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat Adat
Masyarakat Hukum Adat
Satuan manusia se-identitas
Satuan manusia sewilayah (teritori)
Hidup secara de facto
Hidup secara de jure
Berbasis budaya (Culturally based)
Berbasis politik (Politically based)
Independen dari suatu struktur Negara
Bagian dari fungsi dalam struktur Negara
(4)
Khusus : Desa Adat
Jenis Hak Wilayah Adat dan Mekanisme Pengakuan Haknya
No
Jenis Hak Adat
Unit Sosial
Kawasan Hutan
Non Kawasan
Hutan
Mekanisme Penetapan Hak
1
Hak Ulayat
(Beschikkingsrecht)
MHA atau
Desa Adat
1. MHA Hutan
Adat yang
merupakan
bagian dari
hutan hak
2. Desa Adat :
Asset Desa
Adat
1. MHA : “Hak
ulayat”
2. Desa Adat :
Asset Desa
Adat
1. Di kawasan hutan melalui mekanisme
Permen 32/2015 yang dipersyaratkan
terlebih dahulu pengakuan MHA/Desa
Adat melalui Perda/kep.Kepala daerah
kab/kota
2. Hak MHA diluar kawasan hutan
mengalami kekosongan hukum sejak
Permen Agraria 5/1999 dicabut oleh
Permen ATR 9/2015 yang kemudian
diubah dengan Permen ATR 10/2016
3. Hak Desa Adat diluar kawasan hutan
menjadi asset desa adat termasuk
tanah/wilayah adat
2
Hak Milik Adat (Hak
Komunal)
Klan, Keluarga
yang
merupakan
bagian dari
MHA atau
Desa Adat
1. Hutan Adat
yang
merupakan
bagian dari
hutan hak
1. Hak komunal
1. Baik dikawasan hutan maupun diluar
kawasan hutan tidak mempersyaratkan
pengakuan unit sosial MHA dalam
bentuk Klan, Keluarga
2. Diawali dengan Identifikasi dan
verivikasi IP4T (panitia adhoc)
3. Hasil identifikasi dan verivikasi
dipaduserasi dengan rencana tata
ruang-jika berada di kawasan hutan
diajukan permohonan untuk
dikeluarkan
4. Bupati/walikota dan gubernur untuk
Penatapan
5. Penetapan tersebut didaftarkan kepada
BPN menjadi hak komunal
Format Kelembagaan Desa Dalam UU Desa
Lembaga
Adat
Desa Adat
Kewenangan
berdasarkan hak
asal usul
Kewenangan
untuk membentuk
struktur desa adat
berdasarkan adat
Kewenangan
menjalankan
hukum adat
Kewenangan
menjalankan
administrasi desa
Desa
Administratif
Lembaga Semi
Formal (Quasi
Negara)
Otonomi lokal
berskala desa
Kewenangan
menjalankan
administrasi desa
Proyeksi Desa Adat
(1) Dua Model Desa Adat berdasarkan
Kelembagaan dan kewenangan
Lembaga Adat :
otoritas atas wilayah
Adat
“Desa Bernuansa
Adat”
Desa Administratif :
Kewenangan
Administratif
Model Desa Adat
Desa Adat
Kewenangan
berdasarkan hak asal
usul dan administratif
menyatu
(2) Dua Model Desa Adat berdasarkan wilayah
adat
Wilayah adat dan wilayah
administrasi desa menyatu
dengan dua kelembagaan
desa, yaitu Pemerintah
Desa dan Lembaga Adat
“Desa Bernuansa Adat”
Wilayah administrasi desa
terpisah dengan wilayah
adat : wilayah adat dalam
otoritas lembaga adat
Model Desa Adat
Desa Adat
Wilayah adminitrasi desa
dan wilayah adat menyatu
Kesimpulan
1. Pengakuan MHA dan atau Desa Adat adalah prasyarat pengakuan hak
atas wilayah adat (hak ulayat) yang menyeluruh sebagai
Beschikkingsrecht / Kedaulatan atas wilayah
2. Khusus Desa Adat terdapat dua proyeksi model : desa adat dan desa
bernuansa adat
3. Terdapat istilah yang beragam untuk menyebutkan hak ulayat : hutan
adat (di kawasan hutan), asset desa untuk desa adat diluar kawasan
hutan
4. Hak ulayat dibagi atas dua corak : dimensi publik dan dimensi privat
5. Hak ulayat adalah sumber hak adat
6. Dimensi privat daripada hak ulayat disebut dengan istilah baru : “Hak
komunal” yang menggunakan mekanisme pendaftaran hak komunal
7. Masing-masing corak hak ulayat memiliki mekanisme pengakuan yang
berbeda dalam kerangka hukum
Rekomendasi
• Melahirkan Satgas Masyarakat Adat sebagai
“transisi” integrasi kelembagaan untuk
mekanisme pengakuan masyarakat adat
• Menyusun integrasi prosedur pengakuan
masyarakat adat antar sektor
• Pada tataran taktis : melahirkan Perda-Perda
Pengakuan masyarakat hukum adat dan atau
desa adat yang terintegrasi dengan batas
wilayah adat
Terima Kasih
Mendorong Pengakuan hak
Masyarakat Adat atas Wilayahnya
Nurul Firmansyah, SH. M.Si
(HuMa)
Disampaikan dalam lokakarya “Mendorong Pengakuan Wilayah
Adat Bali Melalui Integrasi Sistem Informasi Wilayah Adat”
1 September 2016, Inna Sidhu Beach Hotel, Denpasar, Bali
Ruang Lingkup Pembahasan
1. Putusan MK 35 sebagai pilar (milestone)
pengakuan masyarakat hukum adat dan
hak-haknya terutama terhadap wilayah
adat
2. Pengakuan MHA sebagai Subjek Hukum
dan Pengakuan hak atas wilayahnya
3. Mengenal Konsep MHA
4. Khusus : Desa Adat
5. Kesimpulan
(1)
Putusan MK 35 sebagai pilar
(milestone) pengakuan
masyarakat hukum adat dan
hak-haknya terutama terhadap
wilayah adat
“Putusan MK 35”
UU Kehutanan
Permohonan
Putusan MK
Hutan negara
(hutan adat
bagian dari
hutan negara
Hutan Negara
Hutan Negara
Hutan Hak
Hutan hak
(terdiri dari
hutan adat dan
hutan
perseorangan/
badan hukum
Hutan Hak
Hutan Adat
Perubahan status hutan adat
Kawasan Hutan
Kawasan Hutan
Hutan
negara
Hutan Negara
Hutan
Hak
Hutan
Adat
Hutan Hak
Hutan
Adat
Hutan
perseora
ngan /
badan
hukum
Hubungan penguasaan hutan
dengan status tanah
Hutan Negara
Hutan Adat
Hutan
perseorangan /
Badan hukum
Tanah Negara
Tanah Hak Ulayat
atas wilayah Adat :
Tanah Hak Milik dan
Hak Atas Tanah
dalam UUPA
1.
2.
Hak ulayat dimensi
Publik
Hak ulayat dimensi
privat (juga disebut
hak komunal)
MK: Kontribusi dan keterbatasan
Kontribusi
• Pembatasan kekuasaan
negara
• Pengutamaan hak warga
negara dan atau kelompok
masyarakat (komunitas)
Keterbatasan
• Putusan bersifat prospektif
• Mengadili norma hukum, tidak
menyelesaikan persoalan
konkret
• Khusus Pengakuan MHA ada
Persyaratan (Conditionalities)
(2)
Pengakuan MHA sebagai
Subjek Hukum dan Hak atas
Wilayahnya
Pengakuan MHA Sebagai Subjek Hukum
Kerangka Hukum
Pengakuan MHA
1.
2.
3.
4.
5.
Pengakuan bersifat kolektiva
sebagai kesatuan MHA
beserta hak-hak
tradisional/hak asal usul. Hak
individual anggota MHA
berada dalam ranah hak
kewarganegaraan
Hak MHA terkait dengan
“Identitas Budaya Asal Usul”
yang melekat terutama pada
wilayah adat/sumber alam dan
merupakan bagaian dari HAM
Pengakuan melalui UU yang
saat ini belum lahir UU khusus
Mengisi kekosongan hukum,
MK memutus untuk
mendelegasikan pengakuan
MHA oleh negara kepada
Pemda melalui Penetapan
MHA melalui Perda
UU Desa adalah salah satu
pengakuan MHA melalui UU
dalam bentuk “desa adat”
yang meneruskan mekanisme
penetapan melalui Perda
Model / Bentuk Kelembagaan MHA dan
Mekanisme Penetapan
N
o
Kelembagaa
n
Istilah atas Wilayah dan
Hak adatnya
Mekanisme
penetapan
Dasar Hukum
1
Masyarakat
Hukum Adat
• Istilah Objek : Wilayah
Adat
• Corak Hak : Hak
ulayat/Beschikkingsrecht
•
Perda Kab/kota
utk MHA yang
berada di wil.
Kab/Kota
Perda Provinsi
yang MHA
berada di lintas
kab/kota
“Keputusan
kepala daerah”
• Pasal 67 UUK
(diperkuat MK
35)
• Permen LHK
32/2015
• Permendagri
52/2014
Perda Provinsi
untuk susunan
dan masa
jabatan kepala
desa adat
Perda kab/kota
untuk
penetapan desa
adat
• UU 6/2014
tentang Desa
• PP 43/2014
pelaksana UU
Desa
•
•
2
Desa Adat
• Istilah Objek : Wilayah
Adat, Tanah Ulayat,
Asset Desa Adat
• Corak Hak : Hak
ulayat/Beschikkingsrecht
yang diistilah juga
dengan hak asal usul
dan hak tradisional, juga
menggunakan istilah
“kewenangan
berdasarkan hak asal
usul”
•
•
“Penetapan MHA melalui Perda
adalah pra kondisi
mengembalikan hak atas
wilayah adat (terutama dalam
kawasan hutan)”
(3)
Mengenal Konsep MHA
Konsep Masyarakat Hukum Adat
• Masyarakat Hukum Adat sebagai Adat
Rechtsgemeenschappen dalam literatur
Hukum Adat :
–
–
–
–
–
–
Adat rechtsgemeenshappen berakar dari konsep
gemeinschaft
Gemeinschaft menjadi persekutuan hukum
(rechtsgemeenschappen) jika : mempunyai tata
susunan yang kekal, tidak ada keinginan anggota
untuk membubarkan diri, mempunyai pengurus
sendiri dan harta bersama (Ter Haar).
Mempunyai kedaulatan atas wilayah yang disebut
dengan Beschikkingsrechts yang berdimensi publik
dan privat
Adat rechtsgemeenscappen mempunyai susunan yg
terbagi tiga : geneologis, teritorial, teritorialgeneologis
Adat rechtgemeenscappen merupakan unit sosial
dari rechtskringen (19 wilayah bekerjanya hukum
adat)/Kulturkreise
Adat rechtsgemeenschappen sebagai unit sosial
adalah pemangku hukum adat
• Kriteria keberadaan masyarakat
hukum adat (actual existing) tafsir
Mahkamah Konstitusi :
– Ada masyarakat yang warganya memiliki
perasaan kelompok (in group feeling)
– Ada pranata pemerintahan adat
– Ada harta kekayaan dan/atau bendabenda adat
– Ada perangkat norma hukum adat
– Terdapat unsur adanya wilayah tertentu
– Kriteria diatas tidak bersifat kumulatif
– Adat rechtsgemeenscappen mempunyai
susunan yg terbagi tiga : geneologis,
teritorial, teritorial-geneologis, dan
ditambah bersifat fungsional
Masyarakat Adat dan Masyarakat Hukum Adat
Masyarakat Adat
Masyarakat Hukum Adat
Satuan manusia se-identitas
Satuan manusia sewilayah (teritori)
Hidup secara de facto
Hidup secara de jure
Berbasis budaya (Culturally based)
Berbasis politik (Politically based)
Independen dari suatu struktur Negara
Bagian dari fungsi dalam struktur Negara
(4)
Khusus : Desa Adat
Jenis Hak Wilayah Adat dan Mekanisme Pengakuan Haknya
No
Jenis Hak Adat
Unit Sosial
Kawasan Hutan
Non Kawasan
Hutan
Mekanisme Penetapan Hak
1
Hak Ulayat
(Beschikkingsrecht)
MHA atau
Desa Adat
1. MHA Hutan
Adat yang
merupakan
bagian dari
hutan hak
2. Desa Adat :
Asset Desa
Adat
1. MHA : “Hak
ulayat”
2. Desa Adat :
Asset Desa
Adat
1. Di kawasan hutan melalui mekanisme
Permen 32/2015 yang dipersyaratkan
terlebih dahulu pengakuan MHA/Desa
Adat melalui Perda/kep.Kepala daerah
kab/kota
2. Hak MHA diluar kawasan hutan
mengalami kekosongan hukum sejak
Permen Agraria 5/1999 dicabut oleh
Permen ATR 9/2015 yang kemudian
diubah dengan Permen ATR 10/2016
3. Hak Desa Adat diluar kawasan hutan
menjadi asset desa adat termasuk
tanah/wilayah adat
2
Hak Milik Adat (Hak
Komunal)
Klan, Keluarga
yang
merupakan
bagian dari
MHA atau
Desa Adat
1. Hutan Adat
yang
merupakan
bagian dari
hutan hak
1. Hak komunal
1. Baik dikawasan hutan maupun diluar
kawasan hutan tidak mempersyaratkan
pengakuan unit sosial MHA dalam
bentuk Klan, Keluarga
2. Diawali dengan Identifikasi dan
verivikasi IP4T (panitia adhoc)
3. Hasil identifikasi dan verivikasi
dipaduserasi dengan rencana tata
ruang-jika berada di kawasan hutan
diajukan permohonan untuk
dikeluarkan
4. Bupati/walikota dan gubernur untuk
Penatapan
5. Penetapan tersebut didaftarkan kepada
BPN menjadi hak komunal
Format Kelembagaan Desa Dalam UU Desa
Lembaga
Adat
Desa Adat
Kewenangan
berdasarkan hak
asal usul
Kewenangan
untuk membentuk
struktur desa adat
berdasarkan adat
Kewenangan
menjalankan
hukum adat
Kewenangan
menjalankan
administrasi desa
Desa
Administratif
Lembaga Semi
Formal (Quasi
Negara)
Otonomi lokal
berskala desa
Kewenangan
menjalankan
administrasi desa
Proyeksi Desa Adat
(1) Dua Model Desa Adat berdasarkan
Kelembagaan dan kewenangan
Lembaga Adat :
otoritas atas wilayah
Adat
“Desa Bernuansa
Adat”
Desa Administratif :
Kewenangan
Administratif
Model Desa Adat
Desa Adat
Kewenangan
berdasarkan hak asal
usul dan administratif
menyatu
(2) Dua Model Desa Adat berdasarkan wilayah
adat
Wilayah adat dan wilayah
administrasi desa menyatu
dengan dua kelembagaan
desa, yaitu Pemerintah
Desa dan Lembaga Adat
“Desa Bernuansa Adat”
Wilayah administrasi desa
terpisah dengan wilayah
adat : wilayah adat dalam
otoritas lembaga adat
Model Desa Adat
Desa Adat
Wilayah adminitrasi desa
dan wilayah adat menyatu
Kesimpulan
1. Pengakuan MHA dan atau Desa Adat adalah prasyarat pengakuan hak
atas wilayah adat (hak ulayat) yang menyeluruh sebagai
Beschikkingsrecht / Kedaulatan atas wilayah
2. Khusus Desa Adat terdapat dua proyeksi model : desa adat dan desa
bernuansa adat
3. Terdapat istilah yang beragam untuk menyebutkan hak ulayat : hutan
adat (di kawasan hutan), asset desa untuk desa adat diluar kawasan
hutan
4. Hak ulayat dibagi atas dua corak : dimensi publik dan dimensi privat
5. Hak ulayat adalah sumber hak adat
6. Dimensi privat daripada hak ulayat disebut dengan istilah baru : “Hak
komunal” yang menggunakan mekanisme pendaftaran hak komunal
7. Masing-masing corak hak ulayat memiliki mekanisme pengakuan yang
berbeda dalam kerangka hukum
Rekomendasi
• Melahirkan Satgas Masyarakat Adat sebagai
“transisi” integrasi kelembagaan untuk
mekanisme pengakuan masyarakat adat
• Menyusun integrasi prosedur pengakuan
masyarakat adat antar sektor
• Pada tataran taktis : melahirkan Perda-Perda
Pengakuan masyarakat hukum adat dan atau
desa adat yang terintegrasi dengan batas
wilayah adat
Terima Kasih