Laporan Praktikum Oseanografi Perikanan. docx
LAPORAN PRAKTIKUM
OCEANOGRAFI PERIKANAN
Disusun Oleh :
NAMA
: Prima Tegar Anugrah
NIM
: 125080601111024
KELAS
: I01
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati penyusun panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan
‘inayah – Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan Laporan Praktikum
Oseanografi Perikanan. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil memimpin,
membimbing, dan menuntun umatnya dari jalan jahiliyah menuju jalan yang
beradab.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya untuk
menambah pengetahuan tentang dunia perikanan dan kelautan. Penyusun tidak
lupa mengucapkan mohon maaf jika dalam laporan ini banyak kesalahan
maupun kekeliruan karena sejatinya manusia tidak luput dari khilaf dan dosa.
Akhirnya semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat, taufiq hidayah serta ‘inayah – Nya kepada kita
semua. Amin.
Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
Malang, 9 Juni 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................................2
1.3 Waktu Dan Tempat......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Anomali Water Temperature (Anomali Suhu Perairan)................................3
2.2 Pacific Decadal Oscillation (PDO)...............................................................4
2.3 Data Anomali Penangkapan (Ano – Catch).................................................5
2.4 Korelasi.......................................................................................................6
BAB 3 METODOLOGI..........................................................................................7
3.1 Alat Dan Bahan...........................................................................................7
3.2 Skema Kerja................................................................................................7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................14
4.1 Data Catch, Ano – Catch, WT – Catch, PDO – Catch, WT – Catch...........14
4.2 Grafik Korelasi dan Data Analysis dari WT – Catch, PDO – Catch dan WT – PDO
........................................................................................................................ 16
4.3 Analisis Grafik Korelasi.............................................................................18
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................19
5.1 Kesimpulan...............................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia berada di posisi 940 40' BT – 1410 BT dan 60 LU – 110 LS,
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia
dan Benua Australia, serta terletak di atas tiga lempeng aktif yaitu lempeng
Indonesia – Australia, Eurasia, dan Pasifik. Bangsa Indonesia terdiri atas 17.502
buah pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000 Km dengan luas wilayah
perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan
teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Fakta tersebut menunjukkan bahwa prospek
pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah dan
menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang strategis (Adisanjaya, 2009).
Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus
(samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti
deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih
dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan
melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan (Supangat A. dan
Susana, 2008).
Penangkapan ikan yang potensial berupa perikanan tangkap sebagai
sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan
pangan, kesempatan
kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk
Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang (sustainability
management). Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme
untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan
pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini adalah
status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan
informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik)
maupun tidak rutin (riset) (Noviyanti, 2011).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Oceanografi Perikanan adalah untuk mendapatkan
pemahaman, pengalaman dan pengetahuan dalam mengolah data perikanan
melalui program Microsoft Exel yang meliputi data Catch, Water Temperature dan
Pasific Decadal Oscillation (PDO).
1.3 Waktu Dan Tempat
Praktikum Oceanografi Perikanan dilaksanakan pada hari Jum’at, 6 Juni
2014 pukul 18.00 – 19.00 WIB yang bertempat di Ruang Kuliah Bersama RKB 2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anomali Water Temperature (Anomali Suhu Perairan)
Usaha untuk memprediksi daerah penangkapan ikan (fishing ground)
dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi fisika oseanografi. Hampir semua
populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya,
maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat
menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk
tujuan penangkapan (eksploitasi). Fluktuasi suhu dan perubahan geografis
bertindak
sebagai
faktor
penting
yang
merangsang
dan
menentukan
pengkonsentrasian dan pengelompokkan ikan. Tinggi rendahnya suhu juga
mempengaruhi produktivitas hasil tangkapan, karena setiap jenis ikan memiliki
kisaran suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya (Basuma, 2009).
Samudera mempunyai fungsi untuk menstabilkan suhu permukaan bumi.
Ada beberapa referensi yang menjelaskan mengenai kemampuan samudera
untuk mengatur pemanasan dan untuk mengatur distribusi uap air yang di kontrol
oleh suhu permukaan laut. Penelitian khusus lainnya dilakukan oleh Nicholls
(1981, 1984) dalam Awaluddin (2011), yang menunjukkan bahwa hubungan
antara laut dan udara di Indonesia terkait dengan anomaly / keganjilan suhu
permukaan laut dan hal itu mempunyai hubungan seasonal yang kuat dengan
Samudra Pasifik. Penemuan terakhir menjelaskan bahwa anomaly / keganjilan
suhu permukaan laut di Samudera India juga ada hubungannnya dengan hujan
di Indonesia (Awaluddin, 2011).
Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan
yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya
digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah satu indikator untuk
mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Limbong (2008) tentang “Pengaruh Suhu
Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Jawa Barat” mengatakan suhu permukaan laut
di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu pada bulan Agustus, suhu permukaan laut
berkisar 220 C – 290 C dengan suhu permukaan laut dominan antara 260 C – 290
C. Kisaran suhu permukaan laut pada bulan September yaitu antara 210C – 270 C
dengan suhu permukaan laut dominan antara 240 C – 270 C. Kisaran suhu
permukaan laut pada bulan Oktober adalah 200 C – 310 C dengan suhu dominan
pada kisaran 240 C – 290 C. Ikan Cakalang banyak tertangkap pada kisaran suhu
250 C – 290 C. Daerah penangkapan Ikan Cakalang pada bulan Agustus sampai
Oktober 2007 terdapat di Perairan Teluk Ciletuh, Ujung Karang Bentang, Cimaja,
Teluk Cikepuh, Ujung Genteng dan Gedogan. Suhu permukaan laut tidak
berpengaruh terhadap hasil tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk
Pelabuhan Ratu.
2.2 Pacific Decadal Oscillation (PDO)
PDO adalah pola variabilitas iklim Pasifik yang fasenya bergeser pada
setidaknya skala waktu 10 tahunan, biasanya sekitar 20 sampai 30 tahun. PDO
terdeteksi sebagai hangat atau dinginnya air permukaan di Samudera Pasifik,
sebelah utara 20 ° N. Selama “hangat”, atau “fase positif”, Pasifik barat menjadi
dingin dan bagian dari laut timur menjadi lebih hangat; saat ”dingin” atau “fase
negatif“, terjadi pola yang berlawanan. Mekanisme dengan pola yang
berlangsung selama beberapa tahun belum diketahui; ahli memperkirakan
bahwa lapisan tipis air hangat selama musim panas mendapatkan perisai yang
lebih dalam daripada air dingin. Sebuah sinyal PDO telah direkonstruksi ke tahun
1661 melalui kronologi lingkaran pohon di wilayah California (Hidayat, 2012).
Pasifik decadal Oscillation (PDO) didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai
El – Nino panjang seperti pola variabilitas iklim Pasifik, dan oleh beberapa ahli
lain sebagai campuran dari dua mode independen yang memiliki karakteristik
spasial dan temporal yang berbeda dari variabilitas suhu permukaan laut Pasifik
Utara (SST). Telah dibuktikan dengan kuat untuk dampak PDO di belahan bumi
selatan, dengan perubahan iklim permukaan hampir setengah wilayah Samudra
Pasifik selatan, Australia, dan Amerika Selatan. Beberapa penelitian independen
menemukan bukti hanya untuk dua siklus PDO penuh di abad yang lalu : rezim
PDO "dingin" diberlakukan dari 1890 – 1924 dan lagi dari 1947 – 1976,
sementara rezim PDO "panas" mendominasi dari 1925 – 1946 dan dari tahun
1977 sampai (pada setidaknya) pertengahan 1990 – an. Perubahan iklim
interdekade Pasifik berdampak luas pada sistem alam, termasuk sumber daya air
di Amerika dan banyak perikanan laut di Pasifik Utara (Mantua et. al.,2009).
PDO adalah variasi suhu permukaan laut yang hanya terjadi dalam
beberapa dekade, yang terjadi di daerah Pasifik Utara, hal ini didapat dari analisa
SPL EOF, fase positif dari PDO ditandai dengan SPL (Suhu Permukaan Laut)
bagian samudera Pasifik bagian timur laut terlihat lebih hangat. Dampak dari
PDO sangat penting bagi dunia perikanan dan kelautan, serta iklim dunia. Pada
daerah Barat Amerika Utara, fase positif dari PDO hampir menyerupai El
Nino,meskipun tidak sekuat El Nino. Contoh kondisi alamnya misal terjadi musim
kering yang lama pada bagian negara tertentu, sedangkan daerah barat laut
curah hujan sangat tinggi (MacDonald M. Glen & Case A. Roslyn, 2005).
2.3 Data Anomali Penangkapan (Ano – Catch)
Menurut Gunawan (2010) secara umum anomali adalah proses pada
basis data yang memberikan efek samping yang tidak diharapkan, misalnya
menyebabkan ketidak konsistenan data atau membuat sesuatu data menjadi
hilang ketika data lain dihapus. Macam-macam data anomaly diantaranya
adalah:
Anomali Peremajaan
Anomali Penyisipan
Anomali Penghapusan
Dalam
penangkapan
terdapat
beberapa
faktor
penyebab
terjadi
penyimpangan seperti pola persebaran suhu, anomali tinggi muka air laut serta
penyebaran klorofil a. Diantara berbagai hal tersebut, yang paling penting adalah
persebaran klorofil a, karena seperti yang diketahui klorofil a adalah fitoplankton
yang merupakan suatu pigmen aktif sel tumbuhan yang memilik peran penting
dalam proses fotosintesis. Klorofil a merupakan indikator kesuburan suatu
perairan, Perairan yang memiliki kandungan klorofil – a yang tinggi sudah pasti
mengandung banyak fitoplankton yang disenangi oleh ikan, memilih lokasi
dibandingkan kondisi oseanografi lainnya, selain itu juga dapat digunakan untuk
menjelaskan produktifitas primer (fitoplankton) dan menentukan daerah front dan
upwelling yang kaya akan nutrien. Daerah upwelling ditandai dengan suatu
daerah yang memiliki suhu lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Sedangkan daerah front ditandai dengan pertemuan dua massa air yang
berbeda suhunya dan menyerupai pita. Upwelling dan fenomena front dibantu
dengan kekuatan angin, dapat menjadi perangkap zat hara dari kedua massa air
yang berbeda suhu tersebut, sehingga dapat menjadi tempat berkumpulnya
berbagai jenis ikan pelagis (Ghazali Iqbal & Manan Abdul, 2012).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2014), anomali
merupakan penyimpangan nilai kuantitas suatu elemen meteorologi dalam suatu
wilayah dari nilai rata – rata (normal) untuk periode waktu yang sama. Dalam
dunia
perikanan,
perubahan
terhadap
kondisi
hidrooseanografis
akan
mempengaruhi tingkah laku biota yang ada di laut.
2.4 Korelasi
Secara umum korelasi merupakan suatu analisis korelasional digunakan
untuk melihat kuat lemahnya antara variable bebas dengan tergantung
(Sarwono, 2006). Selain pengertian diatas analisis korelasi juga digunakan untuk
mengetahui derajat korelasi antara kedua variabel, sehingga digunakan analisis
korelasi product moment yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, analisis korelasi
ini dapat pula dihitung dengan menggunakan program SPSS 14 for Windows.
Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat
kuantitatif. Dasar pemikiran analisis korelasi adalah Bahwa adanya perubahan
sebuah variabel disebabkan atau akan diikuti dengan perubahan variabel lain.
Variabel dikatakan saling berkorelasi jika perubahan suatu variabel diikuti dengan
perubahan variabel yang lain (Suliyanto, 2005).
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan
bentuk hubungan antara dua atau lebih variable. Koefisien korelasi biasa diberi
lambing r. Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, berada pada interval –
1 < 0
OCEANOGRAFI PERIKANAN
Disusun Oleh :
NAMA
: Prima Tegar Anugrah
NIM
: 125080601111024
KELAS
: I01
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan segenap kerendahan hati penyusun panjatkan puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan
‘inayah – Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan Laporan Praktikum
Oseanografi Perikanan. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil memimpin,
membimbing, dan menuntun umatnya dari jalan jahiliyah menuju jalan yang
beradab.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya untuk
menambah pengetahuan tentang dunia perikanan dan kelautan. Penyusun tidak
lupa mengucapkan mohon maaf jika dalam laporan ini banyak kesalahan
maupun kekeliruan karena sejatinya manusia tidak luput dari khilaf dan dosa.
Akhirnya semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi pembaca dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan rahmat, taufiq hidayah serta ‘inayah – Nya kepada kita
semua. Amin.
Wassalamu‘alaikum Wr. Wb.
Malang, 9 Juni 2014
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................................2
1.3 Waktu Dan Tempat......................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................3
2.1 Anomali Water Temperature (Anomali Suhu Perairan)................................3
2.2 Pacific Decadal Oscillation (PDO)...............................................................4
2.3 Data Anomali Penangkapan (Ano – Catch).................................................5
2.4 Korelasi.......................................................................................................6
BAB 3 METODOLOGI..........................................................................................7
3.1 Alat Dan Bahan...........................................................................................7
3.2 Skema Kerja................................................................................................7
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................14
4.1 Data Catch, Ano – Catch, WT – Catch, PDO – Catch, WT – Catch...........14
4.2 Grafik Korelasi dan Data Analysis dari WT – Catch, PDO – Catch dan WT – PDO
........................................................................................................................ 16
4.3 Analisis Grafik Korelasi.............................................................................18
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................19
5.1 Kesimpulan...............................................................................................19
5.2 Saran........................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia berada di posisi 940 40' BT – 1410 BT dan 60 LU – 110 LS,
terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, antara Benua Asia
dan Benua Australia, serta terletak di atas tiga lempeng aktif yaitu lempeng
Indonesia – Australia, Eurasia, dan Pasifik. Bangsa Indonesia terdiri atas 17.502
buah pulau, dan garis pantai sepanjang 81.000 Km dengan luas wilayah
perikanan di laut sekitar 5,8 juta Km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan
teritorial seluas 3,1 juta Km2 serta perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) seluas 2,7 juta Km2. Fakta tersebut menunjukkan bahwa prospek
pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah dan
menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang strategis (Adisanjaya, 2009).
Kata oseanografi adalah kombinasi dari dua kata yunani: oceanus
(samudera) dan graphos (uraian/deskripsi) sehingga oseanografi mempunyai arti
deskripsi tentang samudera. Tetapi lingkup oseanografi pada kenyataan lebih
dari sekedar deskripsi tentang samudera, karena samudera sendiri akan
melibatkan berbagai disiplin ilmu jika ingin diungkapkan (Supangat A. dan
Susana, 2008).
Penangkapan ikan yang potensial berupa perikanan tangkap sebagai
sistem yang memiliki peran penting dalam penyediaan
pangan, kesempatan
kerja, perdagangan dan kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk
Indonesia perlu dikelola yang berorientasi pada jangka panjang (sustainability
management). Tindakan manajemen perikanan tangkap adalah mekanisme
untuk mengatur, mengendalikan dan mempertahankan kondisi sumber daya ikan
pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci manajemen ini adalah
status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber daya. Data dan
informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin (statistik)
maupun tidak rutin (riset) (Noviyanti, 2011).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum Oceanografi Perikanan adalah untuk mendapatkan
pemahaman, pengalaman dan pengetahuan dalam mengolah data perikanan
melalui program Microsoft Exel yang meliputi data Catch, Water Temperature dan
Pasific Decadal Oscillation (PDO).
1.3 Waktu Dan Tempat
Praktikum Oceanografi Perikanan dilaksanakan pada hari Jum’at, 6 Juni
2014 pukul 18.00 – 19.00 WIB yang bertempat di Ruang Kuliah Bersama RKB 2
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anomali Water Temperature (Anomali Suhu Perairan)
Usaha untuk memprediksi daerah penangkapan ikan (fishing ground)
dapat dilakukan melalui pendekatan kondisi fisika oseanografi. Hampir semua
populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya,
maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat
menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk
tujuan penangkapan (eksploitasi). Fluktuasi suhu dan perubahan geografis
bertindak
sebagai
faktor
penting
yang
merangsang
dan
menentukan
pengkonsentrasian dan pengelompokkan ikan. Tinggi rendahnya suhu juga
mempengaruhi produktivitas hasil tangkapan, karena setiap jenis ikan memiliki
kisaran suhu tertentu untuk kelangsungan hidupnya (Basuma, 2009).
Samudera mempunyai fungsi untuk menstabilkan suhu permukaan bumi.
Ada beberapa referensi yang menjelaskan mengenai kemampuan samudera
untuk mengatur pemanasan dan untuk mengatur distribusi uap air yang di kontrol
oleh suhu permukaan laut. Penelitian khusus lainnya dilakukan oleh Nicholls
(1981, 1984) dalam Awaluddin (2011), yang menunjukkan bahwa hubungan
antara laut dan udara di Indonesia terkait dengan anomaly / keganjilan suhu
permukaan laut dan hal itu mempunyai hubungan seasonal yang kuat dengan
Samudra Pasifik. Penemuan terakhir menjelaskan bahwa anomaly / keganjilan
suhu permukaan laut di Samudera India juga ada hubungannnya dengan hujan
di Indonesia (Awaluddin, 2011).
Penentuan daerah penangkapan ikan dapat diduga dari kondisi perairan
yang merupakan habitat dari suatu spesies. Kondisi perairan biasanya
digambarkan dengan parameter oseanografi. Salah satu indikator untuk
mengetahui keberadaan suatu spesies ikan yaitu suhu permukaan laut. menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Limbong (2008) tentang “Pengaruh Suhu
Permukaan Laut Terhadap Jumlah Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang
Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Jawa Barat” mengatakan suhu permukaan laut
di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu pada bulan Agustus, suhu permukaan laut
berkisar 220 C – 290 C dengan suhu permukaan laut dominan antara 260 C – 290
C. Kisaran suhu permukaan laut pada bulan September yaitu antara 210C – 270 C
dengan suhu permukaan laut dominan antara 240 C – 270 C. Kisaran suhu
permukaan laut pada bulan Oktober adalah 200 C – 310 C dengan suhu dominan
pada kisaran 240 C – 290 C. Ikan Cakalang banyak tertangkap pada kisaran suhu
250 C – 290 C. Daerah penangkapan Ikan Cakalang pada bulan Agustus sampai
Oktober 2007 terdapat di Perairan Teluk Ciletuh, Ujung Karang Bentang, Cimaja,
Teluk Cikepuh, Ujung Genteng dan Gedogan. Suhu permukaan laut tidak
berpengaruh terhadap hasil tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk
Pelabuhan Ratu.
2.2 Pacific Decadal Oscillation (PDO)
PDO adalah pola variabilitas iklim Pasifik yang fasenya bergeser pada
setidaknya skala waktu 10 tahunan, biasanya sekitar 20 sampai 30 tahun. PDO
terdeteksi sebagai hangat atau dinginnya air permukaan di Samudera Pasifik,
sebelah utara 20 ° N. Selama “hangat”, atau “fase positif”, Pasifik barat menjadi
dingin dan bagian dari laut timur menjadi lebih hangat; saat ”dingin” atau “fase
negatif“, terjadi pola yang berlawanan. Mekanisme dengan pola yang
berlangsung selama beberapa tahun belum diketahui; ahli memperkirakan
bahwa lapisan tipis air hangat selama musim panas mendapatkan perisai yang
lebih dalam daripada air dingin. Sebuah sinyal PDO telah direkonstruksi ke tahun
1661 melalui kronologi lingkaran pohon di wilayah California (Hidayat, 2012).
Pasifik decadal Oscillation (PDO) didefinisikan oleh beberapa ahli sebagai
El – Nino panjang seperti pola variabilitas iklim Pasifik, dan oleh beberapa ahli
lain sebagai campuran dari dua mode independen yang memiliki karakteristik
spasial dan temporal yang berbeda dari variabilitas suhu permukaan laut Pasifik
Utara (SST). Telah dibuktikan dengan kuat untuk dampak PDO di belahan bumi
selatan, dengan perubahan iklim permukaan hampir setengah wilayah Samudra
Pasifik selatan, Australia, dan Amerika Selatan. Beberapa penelitian independen
menemukan bukti hanya untuk dua siklus PDO penuh di abad yang lalu : rezim
PDO "dingin" diberlakukan dari 1890 – 1924 dan lagi dari 1947 – 1976,
sementara rezim PDO "panas" mendominasi dari 1925 – 1946 dan dari tahun
1977 sampai (pada setidaknya) pertengahan 1990 – an. Perubahan iklim
interdekade Pasifik berdampak luas pada sistem alam, termasuk sumber daya air
di Amerika dan banyak perikanan laut di Pasifik Utara (Mantua et. al.,2009).
PDO adalah variasi suhu permukaan laut yang hanya terjadi dalam
beberapa dekade, yang terjadi di daerah Pasifik Utara, hal ini didapat dari analisa
SPL EOF, fase positif dari PDO ditandai dengan SPL (Suhu Permukaan Laut)
bagian samudera Pasifik bagian timur laut terlihat lebih hangat. Dampak dari
PDO sangat penting bagi dunia perikanan dan kelautan, serta iklim dunia. Pada
daerah Barat Amerika Utara, fase positif dari PDO hampir menyerupai El
Nino,meskipun tidak sekuat El Nino. Contoh kondisi alamnya misal terjadi musim
kering yang lama pada bagian negara tertentu, sedangkan daerah barat laut
curah hujan sangat tinggi (MacDonald M. Glen & Case A. Roslyn, 2005).
2.3 Data Anomali Penangkapan (Ano – Catch)
Menurut Gunawan (2010) secara umum anomali adalah proses pada
basis data yang memberikan efek samping yang tidak diharapkan, misalnya
menyebabkan ketidak konsistenan data atau membuat sesuatu data menjadi
hilang ketika data lain dihapus. Macam-macam data anomaly diantaranya
adalah:
Anomali Peremajaan
Anomali Penyisipan
Anomali Penghapusan
Dalam
penangkapan
terdapat
beberapa
faktor
penyebab
terjadi
penyimpangan seperti pola persebaran suhu, anomali tinggi muka air laut serta
penyebaran klorofil a. Diantara berbagai hal tersebut, yang paling penting adalah
persebaran klorofil a, karena seperti yang diketahui klorofil a adalah fitoplankton
yang merupakan suatu pigmen aktif sel tumbuhan yang memilik peran penting
dalam proses fotosintesis. Klorofil a merupakan indikator kesuburan suatu
perairan, Perairan yang memiliki kandungan klorofil – a yang tinggi sudah pasti
mengandung banyak fitoplankton yang disenangi oleh ikan, memilih lokasi
dibandingkan kondisi oseanografi lainnya, selain itu juga dapat digunakan untuk
menjelaskan produktifitas primer (fitoplankton) dan menentukan daerah front dan
upwelling yang kaya akan nutrien. Daerah upwelling ditandai dengan suatu
daerah yang memiliki suhu lebih rendah dibanding daerah sekitarnya.
Sedangkan daerah front ditandai dengan pertemuan dua massa air yang
berbeda suhunya dan menyerupai pita. Upwelling dan fenomena front dibantu
dengan kekuatan angin, dapat menjadi perangkap zat hara dari kedua massa air
yang berbeda suhu tersebut, sehingga dapat menjadi tempat berkumpulnya
berbagai jenis ikan pelagis (Ghazali Iqbal & Manan Abdul, 2012).
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2014), anomali
merupakan penyimpangan nilai kuantitas suatu elemen meteorologi dalam suatu
wilayah dari nilai rata – rata (normal) untuk periode waktu yang sama. Dalam
dunia
perikanan,
perubahan
terhadap
kondisi
hidrooseanografis
akan
mempengaruhi tingkah laku biota yang ada di laut.
2.4 Korelasi
Secara umum korelasi merupakan suatu analisis korelasional digunakan
untuk melihat kuat lemahnya antara variable bebas dengan tergantung
(Sarwono, 2006). Selain pengertian diatas analisis korelasi juga digunakan untuk
mengetahui derajat korelasi antara kedua variabel, sehingga digunakan analisis
korelasi product moment yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat, analisis korelasi
ini dapat pula dihitung dengan menggunakan program SPSS 14 for Windows.
Analisis korelasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan
untuk menganalisis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat
kuantitatif. Dasar pemikiran analisis korelasi adalah Bahwa adanya perubahan
sebuah variabel disebabkan atau akan diikuti dengan perubahan variabel lain.
Variabel dikatakan saling berkorelasi jika perubahan suatu variabel diikuti dengan
perubahan variabel yang lain (Suliyanto, 2005).
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dan
bentuk hubungan antara dua atau lebih variable. Koefisien korelasi biasa diberi
lambing r. Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan, berada pada interval –
1 < 0