LAPORAN ANALISIS EKONOMI SUMBER DAYA MAN

LAPORAN ANALISIS EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA DAN
KETENAGAKERJAAN
“PENAWARAN TENAGA KERJA DI INDONESIA”
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi sumber daya manusia dan
ketenagakerjaan

Dosen Pengampu

:

Anita Kristina, S.E., Msi.,
Disusun Oleh

:

Rifdah Silfanah Mukhlis

: 150231100052

Solikul


: 150231100056

Anny Kharismawati

: 150231100048

Lahuddin

: 150231100069

Lailatul Farohah

: 150231100073

Muhammad Idrus Ali

: 150231100074

Rahmad Priyanto


: 150231100080

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2016

TEORI PENAWARAN TENAGA KERJA
Menurut G.S Becker (1976), Kepuasan individu bisa diperoleh melalui konsumsi atau
menikmati waktu luang leisure). Sedangkan, kendala yang dihadapi individu adalah tingkat
pendapatan dan waktu. Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure menimbulkan penderitaan,
sehingga orang hanya mau melakukan kalau memperoleh kompensasi dalam bentuk
pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja yang
ingin ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan. Layard dan Walters (1978),
menyebutkan bahwa keputusan individu untuk menambah atau mengurangi waktu luang
dipengaruhi oleh tingkat upah dan pendapatan non kerja. Adapun tingkat produktivitas selalu
berubah-rubah sesuai dengan fase produksi dengan pola mula-mula naik mencapai puncak
kemudian menurun. Dari pengertian tersebut dapat diringkas, penawaran tenaga kerja
adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik tenaga kerja pada setiap
kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik sumberdaya manusia

(pekerja) merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk bekerja atau
tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya.
Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan untuk.
Memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.
Menurut paparan para ahli di atas pada dasarnya penawaran tenaga kerja
dipengaruhi oleh individu yang ingin mendapat kepuasan dengan menambah atau
mengurangi jumlah waktu luang (leisure) namun tiap individu perlu untuk memenuhi
kebutuhannya dengan bekerja akan tetapi bekerja dianggap sebuah penderitaan sehingga
individu mau bekerja jika mendapat kompensesi, kompensasi tersebut ialah berupa
pendapatan maka untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan jumlah jam kerja
yang ingin ditawarkan sesuai dengan tingkat upah dan harga yang diinginkan oleh individu.
Hal ini dapat diilustrasikan dengan Kombinasi waktu non pasar dan barang-barang pasar
terbaik adalah kombinasi yang terletak pada kurva indefferensi tertinggi yang dapat dicapai
dengan kendala tertentu. sebagaimana gambar 3, kurva penawaran tenaga kerja
mempunyai bagian yang melengkung ke belakang. Pada tingkat upah tertentu peryediaan
waktu kerja individu akan bertambah apabila upah bertambah (dari W ke W1). Setelah
mencapai upah tertentu (W'), pertambahan upah justru mengurangi waktu yang disediakan
oleh individu untuk keperluan bekerja dari W1 ke WN. Hal ini disebut Backward Sending
Supply Curve.


Di Indonesia sendiri dengan predikat negara yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak
di Asia Tenggara, jumlah penduduk di indonesia berkemungkinan akan mengalami
peningkatan pada setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk pada setiap tahunnya
akan berpotensi meningkatkan jumlah angkatan kerja, hal ini bisa menimbulakan
permasalahan ketidakseimbangan antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan
tenaga kerja, jika penawaran tenaga kerja lebih besar dari permintaan tenaga kerja maka
ada angkatan kerja yang tidak terserap dan hal ini akan meninbulkan permasalahan berupa
pengangguran. Keadaan ketidak seimbangan antara penawaran tenaga kerja dengan
tersebut bisa diilustrasikan dengan menggunakan kurva permintaan dan penawaran tenaga
kerja sebagai berikut:

Kondisi tenaga kerja yang ideal seharusnya sesuai dengan kurva diatas dimana Jumlah
orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja
yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Le pada tingkat upah keseimbangan We.
Dengan demikian, Titik keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We,

semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak orang yang
menganggur.Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada tingkat upah We.

Pada gambar kedua, terlihat dalam kurva excess supply of labor. Pada tingkat upah W1,

penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah
orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan yang
diminta hanya N1. Dengan demikian, ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1
sebanyak N1-N2.

Keterangan :
SL : Pen awaran Tenaga Kerja (Supply of Labour)
DL : Permintaan tenaga kerja (demand of labour)
W

: Upah (wage)

L

: Jumlah tenaga kerja (Labour)

Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat upah W1,
permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL).
Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah
sebanyak N1, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N2. Namun, ketidak seimbangan

antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja dengan kelebihan
penawaran tenaga kerja tidak selamanya dianggap sebagai masalah menurut Lewis A
dalam todaro (1985 : 66) mengemukakan teorinya mengenai keternagakerjaan, yaitu
kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah. Kelebihan pekerja pada 1
sektor dianggap sebagai kesempatan untuk menumbukan pekerjaan pada sektor yang lain
dengan adanya pekerjaan yang muncul maka kelebihan penawaran tenaga keja akan
terserap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja diantaranya sebagai berikut:
1. Jumlah Penduduk
Semakin besar jumlah penduduk suatu negara, maka semakin banyak pula
tenaga kerja yang tersedia baik untuk angkatan kerja ataupun bukan angkatan kerja.
Dengan demikian jumlah penawaran tenaga kerja juga akan semakin besar.
2. Struktur Umur
Penduduk Indonesia termasuk dalam struktur umur muda, ini dapat dilihat
dan bentuk piramida penduduk Indonesia. Meskipun pertambahan penduduk dapat
ditekan tetapi penawaran tenaga kerja semakin tinggi karena semakin banyaknya
penduduk yang termasuk usia kerja. Dengan demikian penawaran tenaga kerja juga
akan bertambah.
3. Produktivitas


Produktivitas merupakan suatu konsep yang menunjukkan adanya keterkaitan
antara output dan jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari
seseorang tenaga kerja yang tersedia. Secara umum produktivitas tenaga kerja
merupakan fungsi dari pendidikan, teknologi, dan ketrampilan. Semakin tinggi
pendidikan atau ketrampilan tenaga kerja maka semakin meningkat produktivitas
tenaga kerja
4. Tingkat Upah
Secara teoritis, tingkat upah akan mempengaruhi jumlah penawaran tenaga
kerja. Apabila tingkat upah naik, maka jumlah penawaran tenaga kerja akan
meningkat begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat dibuktikan pada kurva penawaran
tenaga kerja yang berslope positif.
5. Tingkat Pendapatan

Secara teoritis, apabila upah meningkat dengan asumsi jam kerja yang sama,
maka pendapatan akan bertambah. Sehingga kita akan menjumpai ibu rumah tangga

yang bekerja merasa tidak perlu lagi membantu suami untuk mencari nafkah,
akibatnya tingkat partisipasi angkatan kerja akan berkurang. Dengan demikian
penawaran tenaga kerja yang efektif akan berkurang.
6. Kebijaksanaan Pemerintah


Dalam menelaah penawaran tenaga kerja maka memasukkan kebijaksanaan
pemerintah kedalamnya adalah sangat relevan. Kita misalkan kebijaksanaan
pemerintah dalam hal wajib belajar 9 tahun akan mengurangi jumlah tenaga kerja, dan
akan ada batas umur kerja menjadi lebih tinggi. Dengan demikian terjadi pengurangan
jumlah tenaga kerja.
7. Wanita yang Mengurus Rumah Tangga
Wanita yang mengurus rumah tangga tidak termasuk dalam angkatan kerja, tetapi
mereka adalah tenaga kerja yang potensial yang sewaktu-waktu bisa memasuki pasar
kerja. Dengan demikian semakin besar jumlah wanita yang mengurus rumah tangga
maka penawaran tenaga kerja akan berkurang atau sebaliknya.

8. Penduduk yang Bersekolah
Sama dengan hal di atas penduduk yang bersekolah tidak termasuk dalam angkatan
kerja tetapi mereka sewaktu-waktu dapat menjadi tenaga kerja yang potensial, dengan
demikian semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah berarti supply tenaga kerja
akan berkurang. Oleh karena itu jumlah penduduk yang bersekolah perlu
diperhitungkan untuk masa yang akan datang.
9. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian dapat mendesak seseorang untuk bekerja memenuhi

kebutuhannya, misalnya dalam satu keluarga harus bekerja semua apabila pendapatan
suami tidak mencukupi kebutuhan keluarga, atau seorang mahasiswa yang tamat tidak
mau bekerja karena perekonomian orang tua sangat memadai, atau seorang istri tidak
perlu bekerja karena perekonomian suami sudah mencukupi.
TENAGA KERJA DI INDONESIA
Indonesia merupakan negara yang melimpah akan sumber daya baik sumber
daya alam maupun sumber daya manusia. Berbeda dengan sumber daya alam yang
sifatnya dari tahun ke tahun mengalami penurunan, akan tetapi sumber daya
manusia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terbukti menurut data badan
pusat statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan, tercatat pada
tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebesar 194.754.808 jiwa, lalu pada tahun
2011 meningkat menjadi 206.264.595 jiwa, lalu di tahun 2012 juga mengalami

peningkatan menjadi 237.641.326 jiwa. Kenaikan jumlah penduduk Indonesia dari
tahun ke tahun akan menyebabkan jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia juga
mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat bahwa penawaran tenaga kerja yang
ada di Indonesia juga mengalami peningkatan terlihat pada grafik angkatan tenaga
kerja di bawah ini :

PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG TERMASUK ANGKATAN KERJA PER AGUSTUS TAHUN 2014-2016

119,000,000
118,000,000
117,000,000
116,000,000
115,000,000
114,000,000
113,000,000
112,000,000

2014

2015

2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (data diolah)
Peningkatan dan potensi tenaga kerja yang sangat signifikan ini, jika tidak diimbangi
dengan banyaknya jumlah lapangan kerja dan kualitas dari tenaga kerja yang
memadai maka akan menyebabkan banyaknya pengangguran yang ada di
Indonesia. Terlebih pada era sekarang Indonesia telah memasuki era MEA

(Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau pemberlakuan pasar bebas ASEAN, peluang
dan tantangan dalam menghadapi era ini sangat diperlukan, persaingan tenaga
kerja akan semakin ketat karena pemberlakuan pasar bebas yang mampu menarik
tenaga kerja dari berbagai negara lain, terutama dengan tenaga kerja dari negara
ASEAN. Oleh sebab itu, perlu ada persiapan yang matang bagi setiap tenaga kerja
agar siap dan mampu baik secara fisik dan mental bersaing dengan tenaga kerja
dari luar negeri. Jika melihat keadaan Indonesia saat ini dengan potensi jumlah
angkatan kerja yang sangat tinggi dan tidak diimbangi dengan penyediaan lapangan
pekerjaan yang memadai menyebabkan jumlah pengangguran di indonesia
mengalami fluktuasi . Hal itu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

ANGKA PENGANGGURAN
8,500,000
8,000,000
7,500,000
7,000,000
6,500,000
6,000,000

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (data diolah)
Dari data di atas menunjukkan, trend dari pengangguran di Indonesia mengalami trend
ketidaktentuan atau tidak pasti, bisa mengalami trend positif (peningkatan) pengangguran
atau trend negatif (penurunan) tergantung bagaimana pemerintah mengelola potensi
angkatan yang begitu besar. Menurut data tahun 2014 indeks pengangguran di Indoesia
menunjukkan angka sebesar 5,9 persen dari total tenaga kerja yang sebesar 121.870.000
jiwa. Sedangkan, di tahun 2015 Indeks pengangguran mengalami peningkatan sebesar
6,18persen, akan tetapi, pada tahun 2016 indeks pengangguran di Indonesia mengalami
penurunan menjadi 5,5persen. Selain itu, survey dari Badan Program Pembangunan PBB
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada di urutan 111 dari
170 negara anggota PBB. Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya manusia lebih
tepatnya kualitas tenaga kerja di Indonesia tergolong masih rendah. Hal itu menunjukkan
bahwa tingkat pengangguran di Indonesia masih tergolong tinggi. Selain rendahnya
lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, mulai diberlakukannya era MEA di Indonesia
menyebabkan banyak serbuan tenaga kerja asing yang memasuki Indonesia ditambah
pemberlakuan bebas visa terhadap 160 negara juga turut meningkatkan pekerja ilegal di
Tanah air. Hal ini dapat dilihat data tentang jumlah tenaga asing yang ada di Indonesia
sebagai berikut :

Sumber : databoks.katadata.co.id
Dari data di atas, serbuan pekerja asing yang memasuki Indonesia pada periode 2011-2016
rata-ratanya mencapai 71.776 pekerja, tergolong angka yang cukup besar mengingat
potensi tenaga kerja di Indonesia sendiri juga tergolong besar. Pada bulan November 2016
tercatat jumlah tenaga kerja asing yang memasuki Indonesai mencapai 74.183 pekerja,
angka ini meningkat sebesar 7,5 persen dari tahun sebelumnya di akhir 2015 yang hanya
sebesar 69.025 pekerja. Data diatas menunjukkan data jumlah tenaga kerja asing di
Indonesia berdasarkan izin memperkerjakan tenaga kerja asing (IMTA) yang dikeluarkan
oleh pemerintah Indonesia. Angka ini diperkirakan bisa meningkat lebih besar dengan
jumlah tenaga kerja asing ilegal yang masuk ke Indonesia yang lepas dari pendataan.
Sungguh sangat ironis melihat kondisi perekonomian Indonesia, kesempatan kerja yang
terbatas untuk tenaga kerja dalam negeri, ditambah bombardir tenaga kerja asing yang
menjajah kesempatan kerja yang ada di Indonesia. Kendati demikian, menurut
(http://harianhaluan.com) realita terbanyak yang ada tenaga kerja asing yang masuk pasar
Indonesia merupakan tenaga kerja non-teknis atau tanpa keahlian dapat bekerja di
Indonesia, bahkan diantara merek merupakan tenaga kerja ilegal. Kehadiran dan kualifikasi
tenaga kerja asing sebagai buruh kasar tersebut, tentunya mengkhawatirkan nasib tenaga
kerja Indonesia, mengingat kebanyakan dari pekerja lokal merupakan tenaga kerja yang
tergolong dalam kualifikasi tersebut.

Berikut ini ini merupakan data mengenai sektor

pekerjaan yang diisi oleh jumlah tenaga kerja asing di Indonesia :

Sumber : databoks.katadata.co.id
Dari data di atas dapat diketahui, pada tahun 2016 sebesar 70 persen dari total tenaga kerja
sebesar 74.183 tenaga kerja asing di Indonesia atau sebanyak 51.695 pekerja bekerja di
sektor perdagangan dan jasa. Di sektor inilah pekerja asing dengan kualifikasi rendah
menembus pasar tenaga kerja di Indonesia. Kemudian sebanyak 1.904 pekerja atau 2,5
persen bekerja di sektor pertanian, sebanyak 20.584 pekerja atau 28 persen bekerja di
sektor Industri. Akan tetapi, pada tahun 2016 menurut Direktorat Jenderal Penempatam dan
Pembinaan Tenaga Kerja (Binapenta), jumlah tenaga kerja asing di indonesia mengalami
peningkatan sebesar 7,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya (2015) yang hanya
mencapai 69.025 pekerja. Sebanyak 40.491 pekerja atau turun sebesar 21,78 persen dari
tahun 2016 yang bekerja di sektor industri dan jasa, sebanyak 26.317 pekerja atau turun
sebesar 14,12 persen dari tahun sebelumnya yang bekerja di sektor industri, sedangkan di
Tahun 2015 yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 2.217 pekerja.
Melihat

keadaan tersebut, lalu bagaimana

nasib tenaga kerja Indonesia dengan

serbuan tenaga kerja asing dari luar negeri? Tentunya dari pemerintah Indonesia harus
sigap dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan yang sedang berlangsung seperti saat ini.
Kualitas dari tenaga kerja dalam negeri harus mampu bersaing dengan tenaga kerja luar
negeri, agar kesempatan kerja yang seharusnya unuk tenaga kerja dalam negeri tidak
terekspansi oleh tenaga kerja asing yang berada di Indonesia dan menjadikan tenaga kerja
Indonesia harus mengais rezeki di negeri tetangga. Berbicara mengenai kualitas tenaga
kerja, erat kaitannya dengan kondisi IPM (Indeks Pembangunan Manusia) yang menunjukka

seberapa besar kualitas dari penduduk Indonesia. Berikut ini merupakan data IPM Indonesia
periode tahun 2010-2015 :

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
70.00%
69.50%
69.00%
68.50%
68.00%
67.50%
67.00%
66.50%
66.00%
65.50%
65.00%
2010

2011

2012

2013

2014

2015

Sumber : Badan Pusat Statistik (data diolah)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator penting untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk),
IPM juga dapat menentukan peringkat atau level pemangunan suatu wilayah/ negara.
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

dari tahun 2010 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan walaupun . Hal ini juga
didukung oleh laporan Indeks Pembangunan Manusia 2015 yang dikeluarkan badan PBB
urusan program pembangunan (UNDP) menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara
berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia
menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684. Jika dihitung dari
sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti IPM indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen. Ada
empat indikator yang digunakan untuk mengukur IPM Indonesia tahun 2014, yakni angka
harapan hidup sebesar 68,9, harapan tahun bersekolah 13,0, rata-rata waktu sekolah yang
sudah dijalani oleh orang berusia 25 tahun ke atas sebesar 7,6 dan pendapatan nasional
bruto per kapita 9,788. Kesenjangan pembangunan manusia hingga tingkat daerah harus
dipersempit. Demikian pula dunia kerja yang semakin dipengaruhi oleh revolusi digital
seharusnya mendorong dunia pendidikan di Indonesia untuk membekali generasi muda
dengan kompetensi sesuai dengan tuntutan dunia kerja. Yang perlu lebih diperhatikan
pemerintah Indonesia dalam menyiapkan lapangan kerja yaitu pemerintah harus benarbenar memberikan jaminan atas jumlah dan kualitas pekerjaan masyarakat, bukan hanya
menyiapkan lapangan pekerjaan dan menghasilkan pendapatan. Selain itu, pemerintah juga
perlu merancang sistem atau merealisasikan sistem dan mekanisme agar warga lebih
terjamin khususnya dipekerjaannya dan lebih terjamin keselamatan pekerjaannya di masa
depan.
Lalu, langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi
potensi kuantitas tenaga kerja Indonesia yang besar ?
Ada beberapa hal yang menyebabkan pengangguran salah satunya karena banyaknya
tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan namun tidak di imbangi degan lapangan
pekerjaan yang memadai. oleh karena itu terjadinya surplus tenaga kerja yang
mengakibatkan pengangguran. Hal ini menyebabkan terjadi maslah social ataupun maslah
ekonomi yang terjadi di masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya program
dari

pemerintah

pusat

khususnya

presiden

untuk

bekerjasama

dengan

dinas

ketenagakerjaan dalam mengatasi hal ini. ada beberapa program yang bisa dilakukan untuk
mengurangi pengangguran yang terjadi di Indonesia. Dari riview vidio yang di
tayangkan,terdapat beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesempatan kerja bagi angkatan kerja di Indonesia. Tindakan tersebut diantaranya:
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja).
Hal pokok yang harus diperhatikan dan menjadi sarat mutlak bagi tenaga kerja yang
akan ditawarkan ke pasar tenaga kerja ialah kualitas dari tenaga kerja. Pengembangan
sumber daya manusia yang baik dan berkesinambungan akan menjadi salah satu langkah
utama dalam mengatasi penawaran tenaga kerja,khususnya dari segi kualitas tenaga kerja.
Pengembangan sumber daya manusia ini seperti pengembangan pendidikan dengan

memberi kesempatan bereksplorasi untuk mengembangkan potensi individu,pendidikan
karakter yang akan membentuk kepribadian serta lingkungan hidup baik sosial maupun
kualitas kesehatan. Komponen pengembangan sumber daya manusia tersebut tidak lain
untuk meningkatkan keahlian(skill) serta kesiapan kenaga keja untuk bersaing dengan
tenaga kerja lain baik secara global maupun regional.
2. Desentralisasi Perekonomian
Perekonomian Indonesia saat ini masih terpusat di Pulau Jawa (jawasentris) yang
menjadikan kurangnya pemerataan di segala aspek. Aspek yang selama ini masih kurang
merata yaitu dari aspek pendidikan,infrastruktur,dan aspek sosial politik lainnya.Kondisi
tersebut juga akan sangat berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja Indonesia.
Pemberian wewenang pemerintah pusat ke daerah (Desentralisasi) khususnya sektor
perekonomian akan dapat membantu pemerataan kesejahteraan secara lebih luas,sehingga
penawaran tenaga kerja juga akan selaras dengan pemerataan perekonomian di daerah
tidak hanya terfokus di kota besar saja.
3. Peningkatan Profesionalitas Kerja
Penanaman sikap profesional dalam pekerjaan juga merupakan tindakan mutlak dalam
dunia kerja.Tenaga kerja yang mempunyai profesionalitas kerja yang baik tentunya akan
memiliki etos kerja yang baik. Apapun pekerjaannya baik sektor sipil ataupun Swasta harus
sama profesional dalam menjalankan pekerjaannya,sehingga penawaran tenaga kerja pun
dapat berjalan sama menguntungkan dan terjadi kesepakatan antara pencari kerja dan
penyedia kerja(Usaha).
4. Meningkatkan Lapangan Kerja
Peningkatan penyediaan lapangan kerja juga menjadi point penting dalam penawaran
tenaga kerja dalam persaingan antar tenaga kerja. Salah satu trobosan yang saat ini sedang
di galakkan baik dari pemerintah maupun masyarakat yaitu peningkatan UMKM di daerah
untuk menghasilkan wirausahawan baru. Dengan semakin banyaknya wirausahawan baru
akan juga menyerap tenaga kerja yang ditawarkan. Peningkatan kompetensi yang diiringi
dengan tumbuhnya etos berwirausaha akan juga meningkatkan iklim ekonomi yang baik di
sektor yang lebih luas.
5. Peningkatan Peran Pemerintah
Salah satu kendala yang dihadapi dalam kegiatan ekonomi ialah kurangnya peran
pemerintah di dalamnya. Kurangnya Peran tersebut dapat berupa aturan/regulasi ataupun
dalam pembiayaan/anggaran.Kepedulian pemerintah ini juga dapat meningkatkan kepastian
usaha serta peningkatan keinginan tenaga kerja dalam mendirikan usaha mandiri.
Kepedulian dalam bentuk anggaran misalnya pemberian dana usaha potensial yang akan
memberikan ruang usaha.Contoh pelaksanaan peran pemerintah secara riil bisa dalam
bentuk pengembangan serta pendampingan UMKM,disamping juga menyediakan lapangan

pekerjaan pada sektor industri. Hal tersebut selaras Seperti yang telah dijelaskan pada
hukum penawaran tenaga kerja berupa jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh
pemilik tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu
merupakan individu yang bebas mengarnbil keputusan untuk bekerja atau tidak. Bahkan
pekerja juga bebas untuk menetapkan jumlah jam kerja yang diinginkannya untuk memenuhi
kepuasan maksimum. Oleh karenanya,perlu adanya peran penting pemerintah sebagai
pendorong penyerapan tenaga kerja.
6. Pendidikan minimal sarjana
Dalam masalah pendidikan terkait dengan sumber daya manusia yang berkualitas..
Dalam pembangun manusia melalaui pendidikan bisa diwajibkan untuk masyarakat
Indonesia agar menempuh pendidikan minimal lulus sarjana. Adanya peningkatan
pendidikan yang sebelumnya hanya tamat SMA/SMK diubah untuk minimal kelulusan yaitu
sarjana akan menambah pengetahuan dan kualitas manusia untuk bersaing. Seperti yang
terjadi pada saat ini lulus SMA/SMK hanya mempunyai skill yang umum ketika skill umum
yang sama dmiliki oleh orang banyak akan semakin sulit mencari pekerjaan lain halnya jika
sudah menempuh sarjana yang didalamnya banyak pengetahuan dan jurusan untuk bisa
dipelajari lebih dalam lagi maka hal itu bisa menjadi nilai tambah. Diharapkan dengan
pendidikan yang tinggi bisa menambah skill dan pengetahuan masyarakat akan mencari
atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
7. Keterbukaan informasi melalui teknologi
Keterbukanan informasi dalam hal ini lebih dikhususkan kepada pelajar yang sudah
menamat pendidikan dan siap untuk terjun ke dunia pekerjaan. Untuk mendukung hal itu
harus ada campur tangan pemeritah khususnya kabupaten bekerja sama dengan
perusahaan-perusahaan dalam memberikan informasi seluas mungkin. Dengan kemajuan
teknologi berupa internet kita bisa lebih gampang untuk mengakses informasi tentang
pekerjaan. Diharapkan dengan adanya informasi tentang lapangan pekerjaan yang sudah
ada diinternet maka akan mempermudah para pencari kerja untuk mendapat pekerjaan.
8. Bantuan permodalan
Bantuan permodalan ini bisa digunakan oleh masyarakat yang ingin mebangun usaha
tapi tidak memiliki modal. Permodalan ini bisa diperoleh oleh masyarakat siapapun baik
yang tidak memiliki pekerjaan atau UMKM yang ingin mengembangkan usahanya. Bantuan
permodalan ini bisa dilakukan dengan system pinjaman tanpa bunga. Diharapkan agar
masyarakat yang nantinya meminjam tidak susah dalam hal pengembalian modal.
Referensi

http://pks.id/content/triwulan-iii-angka-pengangguran-dan-angka-kemiskinan-stagnanekonomi Diakses pada tanggal 05 Maret 2017 pukul 13.05 WIB

http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/12/20/2016-tenaga-kerja-asing-diindonesia-meningkat# Diakses pada tanggal 06 Maret 2017 pukul 10.00 WIB
http://databoks.katadata.co.id./datapublish/2016/12/29/70-persen-tenaga-kerja-asingbekerja-di-setor-perdagangan-dan-jasa Diakses pada tanggal 06 Maret 2017 pukul
10.15 WIB
http://harianhaluan.com/news/detail/60261/problematika-tenaga-kerja-asing-diindonesia Diakses pada tanggal 07 Maret 2017 pukul 20.00 WIB

Sholeh, M. (2007). PERMINTAAN DAN PENAWARAN TENAGA KERJA SERTA UPAH :
TEORI SERTA BEBERAPA POTRETNYA DI INDONESIA. urnal Ekonomi &
Pendidikan, Volume 4 Nomor 1, April 2007.