ekonomi pertanian menuju pertanian tangguh

Tugas ekonomi pertanian#5
MAKALAH
PEMASARAN HASIL PERTANIAN

DI SUSUN OLEH :
GITA INDIRA
1396141015
EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Petani Indonesia mayoritas termasuk dalam kategori peasant. Peasant diartikan oleh Eric
R. Wolf sebagai petani pedesaan, sebagai orang desa yang bercocok tanam di pedesaan tidak
didalam ruangan-ruangan tertutup (greenhouse) ditengah-tengah kota atau kotak-kotak
aspidistra di atas ambang jendela, mereka bukanlah farmer, atau pengusaha pertanian
(agricultural entrepeneur) seperti kita kenal di Amerika Serikat. Sehingga hasil yang dicapai

dalam produksi pertanian belum cukup untuk memenuhi kebutuhan negara. Oleh sebab itu
untuk memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah mengimpor produk hasil pertanian seperti
beras, cabai, sayur, dan lain sebagainya. Ironis memang indonesia merupakan negara agraris
yang hanya ada dua musim sehingga pertanian sangat cocok di negara ini. Dikarenakan
sumber daya manusia yang kurang berkualitas dan kurangnya pengetahuan petani indonesia
sehingga produk yang dihasilkan masih kurang.
Menjalani kegiatan pertanian bukan hanya sebatas memproduksi atau melakukan kegiatan
pertanian, baik budidaya tanaman maupun beternak sehingga memperoleh hasil pertanian
yang berlimpah. Tetapi dibalik itu, bagaimana pasaran untuk hasil usaha tani agar pertanian
tersebut dapat menguntungkan dari segi ekonomi. Produktivitas pertanian yang tinggi akan
menjadi sia-sia jika tidak sepenuhnya dapat diserap oleh pasar. Oleh karena itu, pemasaran
untuk hasil usaha tani menjadi kata kunci dalam kegiatan pertanian.
Untuk hasil-hasil itu perlu ada pasaran serta harga yang cukup tinggi guna membayar
kembali biaya-biaya tunai dan daya upaya yang telah dikeluarkan petani sewaktu
memproduksikannya. Kebanyakan petani harus menjual hasil-hasil usaha taninya sendiri atau
di pasar setempat. Karena itu, perangsang bagi mereka untuk memproduksi barang-barang
jualan, bukan sekedar untuk dimakan keluarganya sendiri, lebih banyak tergantung pada
harga setempat. Harga ini untuk sebagian tergantung pada efisiensi sistem tataniaga yang
menghubungkan pasar setempat dengan pasar di kota-kota.
Menurut Kuznets (1964), sektor pertanian di negara sedang berkembang (Low

Developing Countries/LDCs) memiliki empat kontribusi terhadap pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi nasional yaitu kontribusi produk, pasar, faktor-faktor produksi dan
devisa.
Dewasa ini, pertanian di Indonesia sedang mengalami keterpurukan khususnya dalam
luasan lahan yang dimiliki oleh petani, modal, dan lapangan pekerjaan di luar. Tidak adanya
kebijakan dari pemerintah untuk penentuan kepemilikan lahan minimal pada para petani,

membuat petani membagi lahannya tanpa pikir panjang. Akhirnya, rata-rata petani di
Indonesia hanya memiliki lahan yang sempit, dan tidak dimanfaatkan dengan maksimal.
Kondisi petani yang seperti itu sering disebut dengan petani subsisten. Dimana petani
subsisten tidak pernah memikirkan kehidupan mereka dalam jangka panjang, mereka hanya
memikirkan bagaimana mereka besok mendapat makanan, dan bagaimana mereka dapat
hidup esok.
Petani subsisten ini banyak terdapat pada petani pedesaan, dimana berpendapat bahwa arti
“hidup berkecukupan” adalah bisa untuk membeli makan setiap hari, dan bisa untuk
menyekolahkan anaknya. Oleh karena itu, petani di Indonesia, selalu dipandang kelas bawah
karena lahannya yang kecil, serta kehidupannya yang dibawah rata-rata dalam mencapai
kesejahteraan hidup. Untuk lebih jelasnya kami akan membahas pada bab selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi masalah dalam makalah ini yaitu:

a. Definisi pemasaran ?
b. Fungsi-fungsi pemasaran ?
c. Saluran pemasaran ?
d. Marjin pemasaran ?
e. Peran masing-masing lembaga pemasaran ?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui Definisi pemasaran
b. Untuk mengetahui Fungsi-fungsi pemasaran
c. Untuk mengetahui Saluran pemasaran
d. Untuk mengetahui Marjin pemasaran
e. Untuk mengetahui Peran masing-masing lembaga pemasaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PEMASARAN
Pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang di tujukan untuk memberi kepuasan dari
barang atau jasa yang di pertukarakan kepada konsumen atau pemakai (kontler, 1997).
Defenisi tersebut sangant tepat untuk di jadikan dasar dalam mendefenisiskan istilah
pemasaran pertanian karena pengertian tersebut dapat mencakup perpindahan barang atau

jasa mulai dari subsistem pengadaan dan penyaluran input pertania, produsen hasil pertanian,
agroindustri, pedagang pengumpul, pengecer dan lembaga – lembaga perantara dan pemakai
lainnya. Dengan demikian pemasaran pertanian dapat di defenisikan sebagai sejumlah
kegiatan bisnis yang di tujukan untuk memberi kepuasan dari barang atau jasa yang di
pertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun
produk pertanian.
B. Fungsi-Fungsi Pemasaran
Dalam proses pemasaran produk pertanian dari produsen hingga ke konsumen akhir,
terjadi peningkatan nilai tambah baik berupa nilai guna, tempat dan waktu. Hal ini di
sebabkan oleh pelaksanaan berbagai kegiatan pemasaran sebelum produk pertanian sampai ke
konsumen.
Fungsi-fungsi pemasaran yang di lakukan oleh lembaga-lembaga pertanian, mencakup fungsi
pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitasi :
1. Fungsi pertukaran
Dalam proses pemasaran fungsi ini mencakup kegiatan pengalihan hak kepemilikan
atas produk. Fungsi pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Fungsi
penjualan, produsen harus memperhatikan kualitas kuantitas, bentuk dan waktu yang di
inginkan konsumen atau partisipan pasar dari rantai pemasaran berikutnya. Selain itu
fungsi pertukaran juga menjadi titik penentuan harga pasar. Sesuai krateristik konsentrasi
distributif pada system pemasaran produk pertanian. Sedangkan fungsi pembelian,


umumnya di awali dengan aktifitas mencari produk, mengumpulkan dan menegoisasikan
harga.
2. Fungsi fisik
Fungsi fisik mencakup, aktivitas perlakuan, pengangkutan dan penyimppanan serta
perubahan fisik produk :
1. Fungsi penyimpanan, suatu aktivitas bertujuan agar produk tersedia dalam volume
transaksi yang memadai pada waktu yang di inginkan.
2. Fungsi pengangkutan, fungsi ini berkenaan dengan penyediaan barang pada tempat
yang sesuai. Fungsi di sebut juga fungsi transportasi, fungsi ini dapat berjalan dengan
baik dengan melakukan pemilihan alternatif rute dan jenis transportasi yang di
gunakan.
3. Fungsi perubahan fisik produk, fungsi ini di cirikan oleh adanya perubahan wujud
fisik produk.
3.

Fungsi fasilitasi
Adalah segala hal yang bertujuan untuk memperlancar fungsi pertukaran dan fungsi
fisik. Di maksudkan fungsi ini dapat menjadi upaya perbaikan sistem pemasaran sehingga
efisiensi operasional dan penetapan harga jual dapat tercapai. Termasuk dalam fungsi

fasilitasi adalah standarisasi, pembiayaan, penanggungan resiko, informasi pasar, riset
pemasaran dan penciptaan permintaan.
1. Fungsi standarisasi, fungsi pendanaan akan menjadi penting apa bila terjadi perbedaan
waktu antara pembelian suatu produk penjualan. Semakin lama semakin banyak
barang yang disimpan maka dana yang di butuhkan semakin besar. Di katakan penting
dalam hal perhitungan biaya pemasaran.
2. Fungsi penanggungan resiko, dalam pemasaran komoditi pertanian risiko merupakan
salah satu factor yang perlu di perhitungkan. Ada 2 macam risiko. risiko fisik, terjadi
akibat kerusakan atau penyusutan komoditi karena sifat produk pertanian itu sendiri
ataupun karena sebab lain seperti kebakaran, gempa bumi, dll. Sedangkan risiko pasar
di sebabkan Karena perubahan harga yang tidak stabil, serta akibat hilangnya
pelanggan oleh persaingan di pasar.

3. Fungsi informasi pasar, fungsi ini meliputi pengumpulan, interprestasi, dan diseminasi
informasi dari berbagai macam data yang di perlukan agar proses pemasaran dapat
berjalan lancar. Pekerjaan ini sering di lakukan dalam manajemen pemasaran agar
pengambilan keputusan dapat di lakukan dengan baik, seperti penyimpanan,
transportasi, dan lain-lain.
4. Fungsi riset pemasaran, penelitian pasar seringkali perlu di lakukan agar pemasaran
dapat berjalan secara efektif dan efesien, seperti selera konsumen, bagaimana

meningkatkan penjualan, bagaimana melakukan persaingan di pemasaran.
C. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran adalah rute yang di lalui oleh produk pertanian ketika produk bergerak
dari farm gate yaitu petani produsen ke pemakai terakhir (konsumen). Produk pertanian yang
berbeda akan mengikuti saluran pemasaran yang berbeda pula. Umunya saluran pemasaran
terdiri atas sejumlah lembaga pemasaran dan pelaku pendukung. Mereka akan secara
bersama-sama mengirimkan dan memindahkan hak kepemilikan atas produk dari tempat
produksi hingga ke penjual terakhir. Musselman dan jakson (1992).
Glenn Waters dalam Bayuswastha (1982), mendefinisikan saluran pemasaran sebagai
sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan
fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu.
Fungsi utama dari saluran pemasaran ialah menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen. Terdapat berbagai macam saluran pemasaran :
1. Produsen – konsumen, bentuk saluran pemasaran ini merupakan yang paling pendek
dan sedehana Karena tampa menggunakan perantara. Produsen dapat menjual produk
langsung ke konsumen. Saluran biasa disebut saluran distribusi pemasaran langsung.
2. Produsen – pengecer – konsumen, dalam saluran ini produsen hanya melayani
Penjualan dalam jumlah besar kepda pedagang pengecer. Pembelian oleh konsumen
dilayani pengecer saja.
3. Produsen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, saluran distribusi ini

banyak di gunakan yang dinamakan saluran distribusi tradisional. Disini produsen
hanya melayani Penjualan dalam jumlah besar kepda pedagang besar saja, tidak ke

pedagang pengecer. Pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang besar dan
pembelian oleh konsumen dilayani pengecer saja.
4. Produsen – agen – pedagang pengecer – konsumen, produsen memilih agen sebagai
penyalurnya. Ia menjalankan kegiatan perdagangan besar dalam saluran distribusi
yang ada. Sasaran penjualannya di tujukan kepada pedagang pengecer besar.
5. Produsen – agen – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen, dalam saluran
ini produsen menggunakan agen sebagai perantara untuk menyalurkan barangnya ke
pedagang besar yang kemudian menjualnya ke tokoh kecil.
Pemilihan saluran distribusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:


Sifat pembeli, seperti kebiasaan membeli, frekuensi pembelian, letak geografis, dan
lain sebagainya.



Sifat produk.




Sifat perantara.



Sifat pesaing.



Sifat perusahaan dan sebagainya.

Sifat pembeli sangat memengaruhi keputusan produsen dalam memilih saluran distribusi
yang dipakai.
Demikian juga sifat produk juga merupakan pertimbangan produsen yang tidak kalah
pentingnya. Misalnya, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana ukurannya,
bagaimana kualitas barang kalau dilihat dari konsumen, harganya dan sebagainya.
Kesemuanya itu perlu untuk dijadikan bahan pertimbangan yang penting.
Demikian juga masalah sifat perantara, perusahaan, pesaing, pasar yang dituju dan

sebagainya menjadi faktor yang penting dalam memilih saluran distribusi yang akan
digunakan perusahaan. Saluran distribusi yang digunakan itu dengan tujuan agar barang yang
ditawarkan sampai pada konsumen industri ataupun konsumen akhir.
Untuk memakai saluran distribusi tertentu di samping mempertimbangkan faktor – faktor di
atas pedagang juga perlu mengetahui unsur apa saja yang sebenarnya juga mempengaruhi
pemilihan saluran distribusi.

Tipe perantara dalam kenyataan juga melakukan beberapa macam fungsi pemasaran
seperti penyimpanan, pengangkutan, penjualan, pembelian dan sebagainya. Kalau fungsi
pemasaran yang dilaksanakan perantara ternyata lebih efisien dibandingkan dengan produsen
yang bersangkutan biasanya memasukkan perantara ke dalam saluran distribusi yang
dipilihnya.
Pada dasarnya ada 3 jenis perantara, yaitu pedagang, pengecer, dan agen. Pedagang
(Wholesaler) adalah perantara yang secara nyata mempunyai barang dagangan dan
melakukan fungsi pemasaran di mana barang yang didagangkan dalam jumlah volume
penjualan yang besar sehingga pedagang besar ini hanya melayani pembelian dalam jumlah
yang banyak atau dengan kata lain tidak melayani konsumen akhir yang membeli untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya (atau bersifat non bisnis).
Perantara yang kedua adalah pengecer (retailer). Pengecer merupakan jenis perantara yang
berhubungan langsung dengan konsumen akhir, baik konsumen untuk keperluan pribadi

maupun konsumen industri.
Perantara yang ketiga adalah agen. Agen mempunyai perbedaan dengan pedagang besar
ataupun pengecer. Hal ini diperhatikan pada masalah hak kepemilikan barang yang dijualnya.
Kalau pedagang besar dan pengecer mempunyai hak milik pada barang yang dijual maka
kalau pada agen sebaliknya. Biarpun sebagian mereka dapat menjual dalam partai besar tetapi
tetap hak miliknya meski berada pada produsennya.
D. MARJIN PEMASARAN
Produktivitas hasil pertanian selalu mengalami fluktuasi, sedangkan harga hasil pertanian
ditingkat prodesen cenderung mengalami peningkatan yang cukup berarti, hal ini diduga
berkaitan dengan rendahnya produktivitas dari hasil pertanian. Singh dalam Sahara (2001)
mengatakan bahwa fluktuasi harga yang tinggi di sektor pertanian merupakan suatu
fenomena yang umum akibat ketidakstabilan (inherent instability) pada sisi penawaran.
Hal ini berarti harga hasil pertanian disebabkan oleh sifat alami dari produksi pertanian,
yaitu dalam jangka pendek tidak dapat merespon tambahan permintaan atau tidak dapat
mengurangi produksi pada saat harga yang rendah. Pengaruh fluktuasi harga pertanian lebih
besar bila dibandingkan dengan fluktuasi produksi. Keadaan ini dapat menyebabkan petani

menderita kerugian dalam jangka pendek sehingga menimbulkan kurangnya keinginan untuk
melakukan investasi di sektor pertanian atau petani akan beralih ke komoditas yang memiliki
harga jual yang lebih tinggi. Selanjutnya banyaknya lembaga tataniaga yang terlibat dalam
pemasaran hasil pertanian akan mempengaruhi panjang pendeknya rantai tataniaga dan
besarnya biaya tataniaga. Besarnya biaya tataniaga akan mengarah pada semakin besarnya
perbedaan harga antara petani produsen dengan konsumen. Hubungan antara harga yang
diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen pabrikan sangat
bergantung pada struktur pasar yang menghubungkannya dan biaya transfer. Apabila
semakin besar margin pemasaran ini akan menyebabkan harga yang diterima petani
produsen menjadi semakin kecil dan semakin mengindikasikan sebagai sistem pemasaran
yang tidak efisien (Tomek and Robinson, 1990). Persoalan mutu dan harga hasil pertanian
merupakan bagian dari masalah tataniaga hasil pertanian yang tidak dapat dipisahkan
karena mempunyai dampak langsung terhadap pihak-pihak yang terkait dalam perdagangan
hasil pertanian.
Selain itu keberadaan lokasi lahan pertanian yang terpencar-pencar dan jauh dari pusat
perekonomian yang mengarah pada terbentuknya rantai tataniaga yang panjang karena
adanya peran hierarki dari pedagang perantara yang cenderung menambah kompleksitas
upaya perbaikan mutu hasil pertanian. Analisis margin pemasaran digunakan untuk
mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap
lembaga perantara serta bagian harga yang diterima petani. Atau dengan kata lain analisis
margin pemasaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kompetensi dari para pelaku
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran/disribusi (Tomeck and Robinson, 1990; Sudiyono,
2001).
E. PERAN MASING-MASING LEMBAGA PEMASARAN
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga
pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk
pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir, sebaliknya juga memperlancar aliran
uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran. Sistem pemasaran merupakan kegiatan yang produktif yang dilakukan
oleh lembaga pemasaran yang dilakukan dalam urutan horizontal maupun vertikal.

Tingkat ptoduktivitas sistem pemasaran dapat dilihat dari efisiensi dan efektifitas seluruh
kegiatan fungsional kegiatan pemasaran, yang juga menentukan kinerja operasi dan proses
sistem. Efisiensi pemasaran dapat ditinjau dari terselenggaranya integrasi vertikal dan
integrasi horizontal yang kuat, terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang
tercipta dengan biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku
(Gumbira. E dan A. Haritz Intan, 2001)
Sistem pemasaran mempunyai peranan penting sebagai bagian dari subsistem agribisnis.
Kegiatan pemasaran akan sangat mempengaruhi kegiatan subsistem lainnya dan mekanisme
agribisnis secara keseluruhan. Pemasaran seperti disebutkan sebelumnya merupakan kegiatan
yang produktif karena dalam kegiatannya proses pemasaran meciptakan nilai guna bagi
barang yang diproduksi salahsatunya pemasaran memenuhi kegunaan waktu (time utility).
Maksudnya adalah kegiatan pemasaran mendorong tersedianya produk sesuai dengan waktu
dibutuhkannya oleh konsumen baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitas.
Kegiatan pemasaran tidak hanya proses pemindahan produk dari tangan produsen ke tangan
konsumen. Kegiatan pemasaran merupakan kegiatan yang sangat kompleks meliputi proses
pengumpulan produk dari para petani, pengepakan, penyimpanan, pendistribusian, termasuk
di dalamnya pemilihan saluran pemasaran. Kegiatan-kegiatan tersebut bukan tanpa biaya.
Efisiensi pemasaran dapat dinilai dari biaya akumulasi semua proses tersebut. Sistem
pemasaran akan semakin efisien apabila semua kegiatan tersebut di atas dilakukan dengan
mengeluarkan biaya minimum. Sistem pemasaran yang efisien akan mendorong rendahnya
margin pemasaran sehingga perbaikan pendapatan di pihak produsen, harga yang relatif
murah bagi konsumen serta keuntungan yang normal bagi para pelaku kegiatan pemasaran
akan tercapai.
Sistem pemasaran produk pertanian merupakan kegiatan yang sangat kompleks dibanding
dengan produk selain pertanian. Hal ini berkaitan dengan kekhasan produk pertanian itu
sendiri. Seperti diketahui produk pertanian memiliki sifat umum yaitu rawan rusak
(perishable), memiliki ukuran yang besar per tumpukan (bulky/ voluminous) dan beraneka
ragam mutu (quality variation). Sifat produk yang tidak tahan lama menyebabkan sistem
pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati dan cepat. Selain itu fungsi penyimpanan
berperan mengurangi resiko produk rusak dan busuk serta melindungi produk dari serangan
binatang parasit yang dapat merusak kualitas produk pertanian. Menjaga kualitas produk
pertanian agar tahan lama bisa juga melalui pengolahan sederhana dengan bantuan
pengembangan teknologi industri.

Sifat produk pertanian yang bulky dan voluminous menyebabkan pengangkutan dalam ruang
yang luas yang memakan biaya angkut yang tinggi. Hal ini tentu saja menyebabkan kegiatan
pemasaran menjadi tidak efisien. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan jarak produsen yang
sebisa mungkin dekat dengan konsumen target sehingga pengangkutan dapat berjalan dengan
biaya rendah. Selain itu jarak produsen dan konsumen dapat memenuhi kebutuhan konsumen
jauh lebih cepat dilihat dari sisi waktu.
Sifat produk pertanian lain yang juga sangat mempengaruhi mekanisme pemasaran adalah
sifat produk pertanian yang musiman. Sehingga penentuan sistem pemasaran harus
mempertimbangkan keberimbangan antara proses produksi atau panen yang bersifat musiman
dengan kebutuhan konsumen yang sepanjang waktu. Mengatasi hal tersebut maka hal yang
harus diperbaiki dalam sistem pemasaran adalah distribusi antar produsen di setiap daerah
serta informasi pasar dari konsumen yang akan sangat berguna bagi produsen memenuhi
kebutuhan pasar.
Distribusi yang lancar dari setiap produsen antar daerah adalah untuk memenuhi kebutuhan
konsumen yang pasti akan berbeda di setiap pasar. Distribusi yang efisien diharapkan akan
mampu memenuhi kebutuhan pasar sesuai dengan kuantitas yang diinginkan dan kontinuitas.
Selain itu teknologi penyimpanan antar panen akan mampu mengantisipasi kendala
kesenjangan antara penawaran produk pertanian yang musiman dengan permintaan
konsumen yang sepanjang waktu. Menurut Gumbira dan A. Harizt Intan, 2001, peranan
sistem pemasaran adalah sebagai berikut:
a. Memaksimumkan tingkat konsumsi. Sistem pemasaran memiliki sasaran dan
berusaha untuk memaksimumkan tingkat konsumsi masyarakat terhadap berbagai
jenis produk yang dipasarkan. Sistem pemasaran yang mampu memenuhi kebutuhan
konsumen sesuai dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan akan
meningkatkan tingkat konsumsi. Secara tidak langsung, semakin meningkatnya
konsumsi pasar akan mendorong kegiatan produksi semakin meningkat termasuk
kegiatan pemasaran.
b. Memaksimumkan kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen ini bergantung
dari keunggulan sifat-sifat dan karakteristik produk yang memberikan dampak positif
bagi konsumen. Kepuasan konsumen akan berbeda baik antarwaktu, antartempat,
tingkat sosial maupun kebiasaan.
c. Memaksimumkan pilihan. Upaya memaksimumkan pilihan konsumen memerlukan
alternatif pilihan dari produk yang beraneka ragamdan terkait dengan biaya besar baik
dari sisi konsumen maupun sisi produsen dan lembaga pemasaran.

d. Memaksimumkan mutu hidup, tidak hanya ditentukan oleh mutu, kuantitas dan
tingkat ketersediaan produk serta jumlah biaya yang dikeluarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan produk tersebut tetapi juga oleh mutu lingkungan fisik dan
kebiasaan atau kebudayaan setempat.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam laporan ini adalah :


Pemasaran adalah sejumlah kegiatan bisnis yang di tujukan untuk memberi kepuasan
dari barang atau jasa yang di pertukarakan kepada konsumen atau pemakai



saluranpemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen yang mengkombinasikan
antarapemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan
bagipasar tertentu



Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat
rantai pemasaran



Dari hasil praktikum, saluran pemasaran yang umum di gunakan dalam tataniaga hasil
pertanian produk pertanian, yaitu dari produsen ke konsumen dan dari produsen ke
pedagang pengecer kemudian di jual ke konsumen

3.2 Saran
Dengan melihat tabel identitas dan kegiatan usaha tani responden, hasil yang di
dapatkan petani dan pedagang, produksi mentimun di kecamatan semakin bertambah banyak,
sehingga di butuhkan peran tataniaga untuk hasil pertanian yang baik untuk memaksimalkan
hasilnya dengan marjin pemasarannya.

DAFTAR PUSTAKA
Said – Gumbira E. Intan Harizt A . 2001. Manajemen agribisnis. Jakarta. Ebalia Indonesia
Abu mutsanna. 2008. Analisa Usaha Tani Timun .
http://abumutsanna.wordpress.com/2008/09/23/analisa-usaha-tani-mentimun/ . Diakses pada
tanggal 23/januari/2014
Diyas. 2013. Pemasaran Pertanian. http://diyazzarvareza.blogspot.com/2013/04/vbehaviorurldefaultvmlo.html. Diaskses pada tanggal 23/januari/2014
Sadly ashari. 2013. Laporan Praktikum Manajemen Pemasaran.
http://thyasanglarasaty.blogspot.co.id/2012/02/efisiensi-pemasaran-produk-pertanian.html
http://adf.ly/2038312/banner/http://agribisnis.blogspot.co.id/2009/11/margin-pemasaranhasil-pertanian.html
http://sadlyasharisaid.blogspot.com/2013/02/laporan-praktikum-manajemenpemasaran_9.html. Diakses pada tanggal 23/januari/2014