KONSEP DASAR TENTANG BELAJAR siswa

KONSEP DASAR TENTANG BELAJAR
Dodi Ilham
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktorfaktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.1 Karena itu, tidak
mengherankan apabila beberapa ahli psikologi pendidikan menyebutkan bahwa
lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal belajar. Dengan kata lain,
psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan yang
berkenaan denganproses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan
belajar.
Karena konsentrasinya pada persoalan belajar, yakni persoalan-persoalan yang
senantiasa melekat pada subjek didik, maka konsumen utama psikologi pendidikan
ini pada umumnya adalah pada pendidik. Mereka memang dituntut untuk menguasai
bidang ilmu ini agar mereka, dalam menjalankan fungsinya, dapat menciptakan

1http://agus.blogchandra.com, on line, di Palopo, tanggal 24 Januari 2011.

2


kondisi-kondisi yang memiliki daya dorong yang besar terhadap berlangsungnya
tindakan-tindakan belajar secara efektif.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Seorang calon pendidik
hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika memperoleh jawaban yang
jelas dan benar tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan pendidikan. Jawaban
yang benar tentang pendidikan, diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur1 dan wujud pendidikan sebagai sistem.2
unsurnya. Konsep dasar yang melandasinya,
Pendidikan seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek
dan sifatnya sangat kompleks. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beraneka ragam dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Konsep dasar
kemandirian membawa implikasi kepada konsep pembelajaran serta peranan
pendidik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, adapun
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dan hakikat belajar?
2. Apakah ciri-ciri dan prinsip-prinsip belajar?
3. Apa saja yang berpengaruh dalam kegiatan belajar?


2Dimyati dan Mudjiono, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1994), h. 24.

3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakikat Belajar
Belajar merupakan sebuah kegiatan atau pekerjaan seseorang untuk menjadi
tahu dan memahami sesuatu yang berakibat berubahnya asumsi dan pandangan
seseorang menjadi lebih baik atau lebih utama. Sebailknya, apabila seseorang tidak
belajar maka akan terjadi penurunan atau pelemahan respond dan pengetahuan
seseorang. Dalam pandangan Skinner sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati dan
Mudjiono, mengemukakan bahwa dalam belajar ditemukan hal-hal sebagai berikut:
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar,
b. Respon si pembelajar, dan
c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pemerkuat terjadi pada
stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.3
Ada begitu banyak pendapat pakar pendidikan tentang definisi atau pengertian
dari belajar, antara lain:
Menurut Slameto sebagaimana dikutip oleh Sahrani Sohari, belajar

merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

3Dimyati dan Mudjiono, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1994), h. 9.

3

4

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.4
Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya
yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara
stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku.5
Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang
dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya
yang berulang-ulang dalam suatu situasi.6
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah
perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai

bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.
Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam
proses belajar.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, belajar merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sadar dan sistematis untuk mencapai pendewasaan. Belajar tidak
hanya berkenaan dengan jumlah pengetahuan (kognitif) tetapi juga meliputi seluruh

4Sahrani Sohari, dkk., Peran Pendidikan Agama Islam.(Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 8.
5Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 18.

6Anonymous. 2010.www.muslimheritage.com. Islam dan Belajar, on line tanggal 19 Januari 2011.

5

kemampuan individu. Maka pada pada hakikatnya belajar dapat dilihat sebagai
berikut:
a. Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri
individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau
kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta

keterampilan (psikomotor).
b. Perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Artinya perubahan itu
tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan perilaku
yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan
lingkungan. Interaksi ini dapat berupa interaksi fisik. Misalnya, seorang anak
akan mengetahui bahwa api itu panas setelah ia menyentuh api yang menyala
pada lilin. Di samping melalui interaksi fisik, perubahan kemampuan tersebut
dapat diperoleh melalui interaksi psikis. Contohnya, seorang anak akan
berhati-hati menyeberang jalan setelah ia melihat ada orang yang tertabrak
kendaraan. Perubahan kemampuan tersebut terbentuk karena adanya interaksi
individu dengan lingkungannya. Mengedipkan mata pada saat memandang
cahaya yang menyilaukan atau keluar air liur pada saat mencium harumnya
masakan bukan meruapakan hasil belajar. Di samping itu, perubahan prilaku
karena faktor kematangan tidak termasuk belajar. Seorang anak tidak dapat
belajar berbicara sampai cukup umurnya. Tetapi perkembangan kemampuan
berbicaranya sangat tergantung pada rangsangan dari lingkungan sekitar.
Begitu juga dengan kemampuan belajar.

6


c. Perubahan tersebut relatif tetap atau dapat disimpan. Perubahan perilaku
akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat
dikategorikan sebagai perilaku hasil belajar. Seorang atlet yang dapat
melakukan lompat galah melebihi rekor orang lain karena minum obat tidak
dapat dikategorikan sebagai hasil belajar. Perubahan tersebut tidak bersifat
menetap. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.7
B. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Belajar
1. Ciri-ciri Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan,
maka belajar dialami oleh orang yang mengalaminya. Pelajar merupakan penentu
terjadi atau tidaknya kegiatan belajar. Karena dengan adanya proses belajar maka
seseorang akan memperoleh sesuatu dari hal yang dipelajarinya.
Kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya
mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

g.

Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan yang bersifat aktif.
Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Perubahan perilaku secara keseluruhan.8

7Hidayati, dkk. 2008. Pembelajaran Pendidikan SD,
belajar/, on line, tanggal 24 Januari 2011.

www.belajarpsikologi.com/hakikat

8Muh. Surya, 1997. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran, www.islamdownload.com, on line,
tanggal 24 Januari 2011.

7


Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik
tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang
mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang
pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang
psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh
nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif
dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai
aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut secara
keseluruhan.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip utama dalam belajar sebagai berikut:
a. Prinsip perhatian dalam motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan dua aktivitas yang memiliki keterkaitan
yang sangat erat. Untuk menumbuhkan perhatian diperlukan adanya motivasi.
Sejumlah hasil penelitian bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika anak
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar.
Penerapan prinsip-prinsip motivasi dalam proses pembelajaran akan dapat
berlangsung dengan baik, bilamana guru memahami beberapa aspek yang berkenaan
dengan dorongan psikologis sebagai individu dalam diri siswa sebagai berikut :
1) Setiap individu tidak hanya didorong oleh pemenuhan aspek biologis,

sosial dan emosional, akan tetapi individu perlu juga dorongan untuk
mencapai sesuatu yang lebih dari yang ia miliki saat ini.

8

2) Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan
mendorong terjadinya peningkatan usaha.
3) Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian.
4) Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung
meningkatkan motivasi belajar.
5) Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa
sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
6) Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh
terdapat motivasi dan perilaku.
7) Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,
memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah
dan bukan karena memang ingin belajar.
8) Kompetisi dan insentif dalam waktu tertentu dapat meningkatkan motivasi.
9) Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu
dalam suasana belajar yang memuaskan.

10) Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu
dapat mempertinggi motivasi.9
b. Prinsip Transfer dan Retensi
Berkenaan dengan proses transfer dan retensi terdapat beberapa prinsip yaitu :
1) Tujuan belajar dan daya ingat dapat menguat retensi.
2) Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
3) Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi psikis dan fisik dimana proses
belajar itu terjadi.
4) Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang lebih baik.
5) Penelaahan bahan-bahan faktual, keterampilan dan konsep dapat
meningkatkan retensi.
6) Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dapat memberikan hasil yang memuaskan.
7) Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru
yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu.
9Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. (Yogyakarta: UNY Press, 2007), h. 35-47.

9

8) Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan

baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubunghubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dengan memberikan ilustrasi
unsur-unsur yang serupa.
9) Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapatkan
kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang
khas dan dalam situasi yang agak sama dapat diciptakan.
10) Tahap akhir proses belajar seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik
generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi
dan transfer.10
c. Prinsip Keaktifan
Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari
pikiran orang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum
mempunyai pengetahuan. Dalam proses konstruksi itu, diperlukan beberapa
kemampuan; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman,
(2) kemampuan membandingkan, mengambil keputusan (justifikasi) mengenai
persamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman
yang satu daripada pengalaman yang lain.11
d. Prinsip Keterlibatan Langsung
Sejumlah hasil penelitian membuktikan lebih dari 60% sesuatu yang diperoleh
dari kegiatan belajar didapatkan dari keterlibatan langsung. Edgar Dale dalam
penggolongan pengalaman belajarnya yang dituangkan di dalam kerucut pengalaman
belajar mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui
10Ibid.
11Ibid.

10

penglaman langsung. Keterlibatan langsung siswa memberi banyak sekali manfaat
yang langsung dirasakan pada saat terjadinya proses pembelajaran tersebut.12
e. Prinsip Pengulangan
Teori belajar klasik yang memberikan dukungan paling kuat terhadap prinsip
belajar pengulangan ini adalah teori psikologi daya. Berdasarkan teori ini, belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang meliputi daya berpikir,
mengingat, mengamati, manghafal, menanggapi dan sebagainya. Melalui latihanlatihan maka daya-daya tersebut semakin berkembang. Sebaiknya semakin kurang
pemberian latihan, maka daya-daya tersebut semakin lambat perkembangannya.
Di samping teori psikologi daya, prinsip pengulangan ini juga didasari oleh
teori Psikologi Asosiasi atau Connecsionisme yang dipelopori oleh teori Thorndike
dengan salah satu hukum belajarnya “Low of exercise” yang mengemukakan bahwa
belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons. Pandangan psikologi
condisioning juga memberikan dasar yang kokoh bagi pentingnya proses latihan.
Psikologi ini berpandangan bahwa munculnya respons, tidak saja disebabkan oleh
adanya stimulus, akan tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya stimulus yang
dikondisikan.13

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
12Ibid.
13Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara, 1987) h. 78-81.

11

Agar fungsi pendidik sebagai motivator, inspirator dan fasilitator dapat
dilakonkan dengan baik, maka pendidik perlu memahami faktor-faktor yang dapat
mempengaruhiproses dan hasil belajar subjek didik. Faktor-faktor itu lazim
dikelompokkan atas dua bahagian, masing-masing faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis ini mencakup faktor material pembelajaran, faktor
lingkungan, faktor instrumental dan faktor kondisi individual subjek didik. Material
pembelajaran turut menentukan bagaimana proses dan hasil belajar yang akan dicapai
subjek didik. Karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan kesesuaian
material pembelajaran dengan tingkat kemampuan subjek didik; juga melakukan
gradasi material pembelajaran dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat lebih
kompeks.
Faktor lingkungan, yang meliputi lingkungan alam dan lingkungan sosial,
juga perlu mendapat perhatian. Belajar dalam kondisi alam yang segar selalu lebih
efektif dari pada sebaliknya. Demikian pula, belajar padapagi hari selalumemberikan
hasil yang lebih baik dari pada sore hari. Sementara itu, lingkungan sosial yang hiruk
pikuk, terlalu ramai, juga kurang kondisif bagiproses dan pencapaian hasil belajar
yang optimal.14

14Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999), h. 83-87.

12

Yang tak kalah pentingnya untuk dipahami adalah faktor-faktor instrumental,
baik yang tergolong perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).
Perangkat keras seperti perlangkapan belajar, alat praktikum, buku teks dan
sebagainya sangat berperan sebagai sarana pencapaian tujuan belajar. Karenanya,
pendidik harus memahami dan mampu mendayagunakan faktor-faktorinstrumental ini
seoptimal mungkin demi efektifitas pencapaian tujuan-tujuan belajar.
Faktor fisiologis lainnya yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar
adalah kondisi individual subjek didik sendiri. Termasuk ke dalam faktor ini adalah
kesegaran jasmani dan kesehatan indra. Subjek didik yang berada dalam kondisi
jasmani yang kurang segar tidak akan memiliki kesiapan yang memadai untuk
memulai tindakan belajar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar,
jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah.
Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan
aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti
perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.
a. Perhatian
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian
intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif ditandai
oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian intensif subjek
didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi pembelajaran tertentu,

13

seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan subjek
didik, menyajikan material pembelajaran dengan teknik-teknik yang bervariasi dan
kreatif, seperti bermain peran (role playing), debat dan sebagainya.
b. Pengamatan
Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui
penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan
merupakan gerbang bai masuknya pengaruh dari luar ke dalam individu subjek didik,
dan karena itu pengamatan penting artinya bagi pembelajaran.
Untuk kepentingan pengaturan proses pembelajaran, para pendidik perlu
memahami keseluruhan modalitas pengamatan tersebut, dan menetapkan secara
analitis manakah di antara unsur-unsur modalitas pengamatan itu yang paling
dominan peranannya dalam proses belajar. Kalangan psikologi tampaknya
menyepakati bahwa unsur lainnya dalam proses belajar. Dengan kata lain, perolehan
informasi pengetahuan oleh subjek didik lebih banyak dilakukan melalui penglihatan
dan pendengaran.
c. Ingatan
Secara teoritis, ada 3 aspek yang berkaitan dengan berfungsinya ingatan,
yakni (1) menerima kesan, (2) menyimpan kesan, dan (3) memproduksi kesan.
Mungkin karena fungsi-fungsi inilah, istilah “ingatan” selalu didefinisikan sebagai
kecakapan untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan.
Dalam konteks pembelajaran, kecakapan ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, di antaranya teknik pembelajaran yang digunakan pendidik. Teknik pembelajaran

14

yang disertai dengan penampilan bagan, ikhtisar dan sebagainya kesannya akan lebih
dalam pada subjek didik. Di samping itu, pengembangan teknik pembelajaran yang
mendayagunakan “titian ingatan” juga lebih mengesankan bagi subjek didik, terutama
untuk material pembelajaran berupa rumus-rumus atau urutan-urutan lambang
tertentu. Untuk mencapai proporsi yang memadai untuk diingat, menurut kalangan
psikolog pendidikan, subjek didik harus mengulang-ulang hal yang dipelajari dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama. Implikasi pandangan ini dalam proses
pembelajaran sedemikian rupa sehingga memungkinkan bagi subjek didik untuk
mengulang atau mengingat kembali material pembelajaran yang telah dipelajarinya.
Hal ini, misalnya, dapat dilakukan melalui pemberian tes setelah satu submaterial
pembelajaran selesai.
Kemampuan resroduksi, yakni pengaktifan atau prosesproduksi ulang hal-hal
yang telah dipelajari, tidak kalah menariknya untuk diperhatikan. Bagaimanapun, halhal yang telah dipelajari, suatu saat, harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan
tertentu subjek didik, misalnya kebutuhan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam ujian ; atau untuk merespons tantangan-tangan dunia sekitar.
Pendidik dapat mempertajam kemampuan subjek didik dalam hal ini melalui
pemberian tugas-tugas mengikhtisarkan material pembelajaran yang telah diberikan.
d. Berfikir
Kemampuan berfikir pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir
dalam keadaan normal akan dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan
tingkat yang reletif berbeda. Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses

15

pembelajaran

adalah

mengembangkan

kemampuan

ini,

dan

bukannya

melemahkannya. Para pendidik yang memiliki kecendrungan untuk memberikan
penjelasan yang “selengkapnya” tentang satu material pembelajaran akan cendrung
melemahkan kemampuan subjek didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang
lebih memusatkan pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau
konsep-konsep

kunci

yang

fungsional

akan

mendorong

subjek

didiknya

mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Pembelajaran seperti ni akan
menghadirkan tentangan psikologi bagi subjek didik untuk merumuskan kesimpulankesimpulannya secara mandiri.
e. Motif
Motif adalah keadaan dalam diri subjek didik yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Motif boleh jadi timbul dari rangsangan luar,
seperti pemberian hadiah bila seseorang dapat menyelesaikan satu tugas dengan baik.
Motif semacam ini sering disebut motif ekstrensik. Tetapi tidak jarang pula motif
tumbuh di dalam diri subjek didik sendiri yang disebut motif intrinsik. Misalnya,
seorang subjek didik gemar membaca karena dia memang ingin mengetahui lebih
dalam tentang sesuatu.
Dalam konteks belajar, motif intrinsik tentu selalu lebih baik, dan biasanya
berjangka panjang. Tetapi dalam keadaan motif intrinsik tidak cukup potensial pada
subjek didik, pendidik perlu menyiasati hadirnya motif-motif ekstrinsik. Motif ini,
umpamanya, bisa dihadirkan melalui penciptaan suasana kompetitif di antara individu
maupun kelompok subjek didik. Suasana ini akan mendorong subjek didik untuk

16

berjuang atau berlomba melebihi yang lain. Namun demikian, pendidik harus
memonitor suasana ini secara ketat agar tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diajukan di atas, penulis mengemukakan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus

15Ibid.

17

menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak
mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan
bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar.
2. Ciri-ciri belajar meliputi: (a) perubahan yang disadari dan disengaja
(intensional), (b) perubahan yang berkesinambungan (kontinyu), (c) perubahan
yang bersifat positif, (d) perubahan yang bersifat aktif (e) perubahan yang
bersifat pemanen, (f) perubahan yang bertujuan dan terarah, (g) Perubahan
perilaku secara keseluruhan. Sedangkan prinsip-prinsip belajar terdiri atas: (a)
prinsip perhatian dalam motivasi, (b) prinsip transfer dan retensi, (c) prinsip
keaktifan, (d) prinsip keterlibatan langsung, dan (e) prinsip pengulangan.
3. Hal-hal yang berpengaruh dalam proses dan hasil belajar adalah aspek
sosiologis dan psikologis. Aspek psikologis meliputi perhatian, pengamatan,
ingatan, berfikir, motif

B. Saran-saran

17

Sebagai saran atau implikasi dari makalah ini adalah:
1. Dibutuhkan kajian tentang penerapan teori, konsep, prinsip, dan metode belajar
sebagai suatu proses dan unsur utama dalam pendidikan. Hal ini dimaksudkan
agar terjalin korelasi yang kuat antara cita-cita dan realitas pendidikan yang
dilaksanakan oleh setiap pendidik.

18

2. Penerapan kebijakan yang berpihak pada terwujudnya kualitas pendidikan yang
konsisten amatlah dibutuhkan, termasuk dengan kegiatan up-grade pendidik
tentang teori-teori belajar yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 1999.
Dimyati dan Mudjiono, Hakikat Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1994), h. 24.

19

http://agus.blogchandra.com, on line, di Palopo, tanggal 24 Januari 2011.
http://www.belajarpsikologi. Hidayati, dkk. 2008. Pembelajaran Pendidikan SD, on
line, tanggal 24 Januari 2011.
http://www.islamdownload.comMuh. Surya, 1997.
Pembelajaran, on line, tanggal 24 Januari 2011.

Ciri-Ciri

Belajar

http;//www.muslimheritage.com. Anonymous. 2010. Islam dan Belajar,
tanggal 19 Januari 2011.

dan

on line

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Bina Aksara, 1987.
Sohari, Sahrani, dkk., Peran Pendidikan Agama Islam.Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, 2007.

19