Kebutuhan Manusia Terhadap hasil Agama

Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan tetapi, kebutuhan
manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena
manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia merasa
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat
mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi
kepercayaan beragama. Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan
akan beragama tertanam dalam dirinya. Kestabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah
laku keagamaan seseorang, bukanlah kestabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena
proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada.
Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai
yang dipilihnya.
Kita mungkin telah dapat merasakan bagaimana pentingnya peranan yang telah
dimainkan oleh agama dalam kehidupan manusia. Hal itu malah mungkin menimbulkan
kekecewaan pada manusia, karena betapa sering perwujudan agama gagal. Begitu juga kita telah
merasakan betapa pentingnya mutu kehidupan beragama itu bagi seluruh tradisi manusia.
Barangkali kita juga telah mengambil sikap baru terhadap agama lain yang bukan agama
kita peluk sendiri. Bukan dalam arti bahwa kita menyetujui semua agama tersebut. Dalam
menelaah kehidupan semua agama manusia tersebut, tidak ada hal yang mengharuskan garis
batas keyakinan agama lain terlewati. Namun barangkali kita telah dapat memandang agamaagama tersebut sebagai keyakinan yang dianut oleh manusia yang hidup, yaitu orang-orang yang
juga mempertanyakan berbagai masalah dasar yang juga kita pertanyakan, mereka juga mencari

hidup yang lebih luhur terhadap agamanya.
Agama mengambil bagian pada saat-saat yang paling penting dan pada pengalaman
hidup. Agama merayakan kelahiran, menandai pergantian jenjang masa dewasa, mengesahkan

perkawinan, serta kehidupan keluarga, dan melapangkan jalan dari kehidupan kini menuju
kehidupan yang akan datang. Bagi juataan manusia, agama berada dalam kehidupan mereka pada
saat-saat yang paling khusus maupun pada saat-saat yang paling mengerikan. agama juga
memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan kita.
Adakah kekuatan tertinggi lain yang mampu memberikan jawaban terhadap pertanyaanpertanyaan kita? Bagaimanakah kehidupan dimulai? Apa arti semuanya ini? Mengapa orang
menderita? Apa yang terjadi terhadap diri kita apabila kita telah mati?
Mengingat hal demikian wajarlah jika agama menjadi sangat dibutuhkan oleh manusia,
karenanya ia mampu memberikan jawaban sekaligus inspirasi bagi terwujudnya kehidupan yang
diinginkan manusia.
B. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan
oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti
yangakan diuraikan di bawah ini :
1. Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya

memberipenerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam
dunia.Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan
sedikitpenerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahwadunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap manusia harus menaati Allah(s.w.t). begitu
jugauntuk yang beragama lain dengan kepercayaan kepada Tuhan yg di miliki.
2. Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang
tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan

hidup,soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat
menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab
persoalan-persoalan ini.

3. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah
karena sistemagama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan
tingkah laku,pandangan dunia dan nilai yang sama.
4. Memainkan fungsi peranan sosial
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendirisebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka

inidikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
C. Pentingnya Agama Dalam Kehidupan Manusia
Berikut ini adalah sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu sangat penting
dalam kehidupan manusia.
1. Karena agama sumber moral
2. Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
3. Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
4. Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka maupun dikala
duka
Peran yang paling pertama dan utama dalam hidup dan kehidupan manusia itu tidak lain
adalah agama, dengan kata lain hanya dengan agamalah manusia hidup teratur dan
terkendali juga sebagai penggerak atau pendorong untuk semangat hidup yang lebih baik
didunia ini dan untuk kembali ketempat yang lebih kekal yaitu diakhirat kelak. Keimanan dan

ketaqwaan terhadap ajaran agam adalah merupakan kunci dan kendali segala pemuas kebutuhan
manusia yang tidak ada batasnya, hal itu merupakan pengawasan interen yang ada pada diri kita
sedang pengawasan ekterennya adalah norma atau aturan. Kenapa hal ini perlu ditegaskan ?
karena dalam diri manusia terdapat motivasi (dorongan) untuk pemuas kebutuhan dasar seperti
dikatakan oleh Teori Abraham A Maslow :
1. Kebutuhan fisik

Misalnya kebutuhan untuk makan, minum dan bernapas. Untuk kesehatannya manusia
perlu asupan makanan dengan gizi yang sehat dan seimbang, sehat menurut ilmu kesehatan
bahwa makanan yang kita makan adalah makanan yang dibuat, dan disajikan dari bahan dan
penyajian yang sehat. Sedangkan menurut ilmu agama bahwa makanan yang sehat itu selain
yang disebutkan diatas, bahwa makanan atau minuman itu harus baik dan halal. Dasar hukum
tentang makanan yang halal sebagaimana firman Allah yang artinya berbunyi :

“ Hai para Rasul, makanlah dari yang baik –baik” (QS AL-Muminun ayat 51)
Perintah Allah kepada rasul juga merupakan perintah kepada umatnya bahwa makanan
yang kita makan itu betul-betul dibuat dari bahan yang halal dan baik, baik disini berarti
makanan tersebut bergizi yang dapat menimbulkan kesehatan dan keadaannya tidak menjijikan.
Disamping harus halal dalam ilmu agama (islam) makanan itu harus baik artinya cara
pembuatannya/prosesnya dengan cara yang baik.
2. Kebutuhan rasa aman
Artinya bahwa manusia hidup perlu adanya pelindung sehingga terhindar dari gangguan
atau ancaman darimana pun, sehingga tercipta ketenangan hidup dan keamanan dalam dirinya.
3. Kebutuhan integrasi sosial

Sebagai manusia yang normal pasti berintegrasi dengan manusia yang lainnya baik secara
lagsung maupun tidak langsung akan saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain

jadi artinya tidak ada manusia satupun yang hidup sendiri tanpa adanya bantuan orang lain.
4. Kebutuhan harga diri
Manusia dalam hidupnya perlu adanya harga diri atau kebanggaan diri atau kata lain rasa
ingin dihargai dilingkungannya baik dilingkungan keluaraga, masyarakat ataupun dilingkungan
kerjanya.
5. Kebutuhan untuk mengembangkan diri
Artinya bahwa manusia itu dalam hidupnya ada kebutuhan untuk berapresiasi
mengembangkan bakat dan hobinya sehingga menghasilkan karya yang baik dan berguna baik
untuk dirinya maupun untuk orang lain sehingga tejadi kepuasan didalam dirinya. Kembali
kepada pengawasan, diatas telah disebutkan bahwa pengawasan interen yang ada pada diri kita
itu adalah keiman dan ketakwaan yang diajarkan oleh agama islam. Keimananpun bisa tipis dan
bisa tebal itu tergantung usaha kita bagaimana supaya selalu dekat kepada Allah caranya dengan
beribadah dan selalu mempelajari ajarannya.
Setiap manusia yang normal tentunya tidak akan terlepas dari lima kebutuhan tersebut
dan selalu berkaitan satu sama lain.

CORAK AKIDAH DALAM KEHIDUPAN
Aqidah merupakan sumber persepsi dan pemikiran. Aqidah juga merupakan asas keterikatan dan persatuan,
asas hukum dan syari'at, dan merupakan sumber keutamaan dan akhlaq. Aqidahlah yang telah mencetak para
pahlawan (pejuang) di medan jihad dan untuk mencari syahid.

2.1 Pengertian dan Hakikat Akidah
2.1.1 Pengertian akidah

Menurut bahasa (etimology), akidah berasal dari perkataan bahasa Arab yaitu kata dasar
al-aqd
yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), alTawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan alItsbat (penetapan). Sedangkan menurut istilah (terminologi), aqidah berarti perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan
yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan, atau dapat juga
diartikan sebagai iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang
yang meyakininya serta tidak mudah terurai oleh pengaruh mana pun baik dari dalam atau
dari luar diri seseorang. Jadi, aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan.
Pengertian aqidah dalam agama islam berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Dalam pengertian lengkapnya,
aqidah adalah suatu kepercayaan dan keyakinan yang menyatakan bahwa Allah SWT itu adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada sesuatupun yang
menyerupaiNya. Keyakinan terhadap keesaan Allah SWT disebut juga ‘Tauhid’, dari kata
‘Wahhada-Yuwahidu’, yang artinya mengesakan. Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi
ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah, baik itu benar atau pun salah.
Aqidah menurut hasan al-Banna adalah beberapa perkara yang wajib diyakini

kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan
keraguan-raguan. Adapun aqidah menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran
itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.
2.1.2 Hakikat akidah dan iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini
disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang berarti
percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan
mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang artinya:
"Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota." (al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain
dari dirinya sendiri dan Allah SWT, namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti
amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat.
Sebaliknya, iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai
dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
2.2 Implementasi aqidah dalam kehidupan
Aqidah memberikan peranan yang besar dalam kehidupan seseorang, karena:
Tanpa aqidah yang benar, seseorang akan terbenam dalam keraguan dan berbagai
prasangka, yang lama kelamaan akan menutup pandangannya dan menjauhkan dirinya dari jalan

hidup kebahagiaan.
Tanpa aqidah yang lurus, seseorang akan mudah dipengaruhi dan dibuat ragu oleh
berbagai informasi yang menyesatkan keimanan.
Oleh karena itu, akidah sangat dibutuhkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Beberapa
implementasi aqidah dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain:
1. Aqidah dalam individu

Implementasi aqidah dalam individu berupa perwujudan enam rukun iman dalam kehidupan
manusia. Contoh penerapannya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi semua
larangan-Nya. Contohnya, merenungkan kekuasaan Allah swt, berbuat kebaikan karena tiap
gerakan kita diawasi Allah dan malaikat, mengamalkan ayat- ayat Al Quran, menjalani risalah
nabi, dan bertindak penuh perhitungan agar tidak terjadi kesalahan, serta berikhtiar sebelum
bertawakal. Kemampuan beraqidah pada diri sendiri akan membuat hubungan kita dengan Allah
dan manusia lain menjadi lebih baik.
2. Aqidah dalam keluarga
Aqidah dalam berkeluarga mengajarkan kita untuk saling menghormati dan saling menyayangi
sesuai dengan ajaran islam.
Contoh implementasi aqidah dalam keluarga adalah shalat berjamaah yang dipimpin oleh ayah,
dan berdoa sebelum melakukan sesuatu.
3. Aqidah dalam kehidupan bermasyarakat

Aqidah sangat penting dalam hidup bermasyarakat karena dapat menjaga hubungan dengan
manusia lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, antara lain dengan saling
menghargai satu sama lain sehingga tercipta suatu masyarakat yang tentram dan harmonis.
Contoh implementasi aqidah dalam kehidupan bermasyarakat adalah tolong menolong, toleransi,
musyawarah, bersikap adil, menyadari bahwa derajat manusia itu sama di depan Allah swt dan
pembedanya adalah nilai ketakwaannya.
4. Aqidah dalam kehidupan bernegara
Setelah tercipta aqidah suatu masyarakat, maka akan muncul kehidupan bernegara yang lebih
baik dengan masyarakatnya yang baik pada negara itu sendiri. Tak perlu lagi menjual tenaga
rakyat ke negara lain karena rakyatnya sudah memiliki SDM yang tinggi berkat penerapan
aqidah yang benar. Apabila hal ini terlaksana dengan baik, maka negara tersebut akan
memperoleh kehidupan yang baik pula dan semua warganya akan hidup layak dan sejahtera.
5. Aqidah dalam pemerintahan
Implementasi aqidah yang terakhir adalah implementasi aqidah terhadap pemerintahan yang
dapat membuahkan hasil yang bagus untuk rakyat dan negaranya. Contohnya saat menyelesaikan
sebuah masalah pemerintahan. Dalam menyelesaikan masalah pemerintahan, semuanya
disandarkan pada ketetapan Al- qur'an dan hadist. Apabila permasalahan tersebut tidak memiliki
penyelesaian yang pasti dalam Al-qur'an dan hadist, maka akan dibuat keputusan bersama yang
berasaskan kedua sumber ajaran tersebut. Segala keputusan yang didasarkan pada Al-Quran dan
Hadist adalah benar dan diridhoi Allah. Dengan begitu, nantinya akan dihasilkan suatu

kehidupan berbangsa dan bernegara yang insyaallah juga akan diridhoi Allah SWT.
Jika tiap orang mampu mengimplementasikan aqidah dalam semua aspek kehidupan,
maka akan terwujud kehidupan yang baik pula, baik untuk diri sendiri, keluarganya, masyarakat
disekitarnya maupun bagi bangsa dan negaranya.
2.3 Nilai akidah dalam kehidupan pribadi dan sosial

Nilai-nilai dalam kehidupan pribadi dan sosial. Nilai dalam kehidupan tentunya telah
diatur sedemikian rupa oleh masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mengerti akan ketetapan
dan batas-batas dalam bersikap terhadap sesama dan lingkungannya

Aqidah dapat mengendalikan perasaan seseorang yang kemudian membuat pemilik
perasaan-perasaan itu memiliki pertimbangan penuh dalam melakukan tindakan-tindakannya.
Sehingga apa yang kita lakukan adalah perbuatan yang berdasarkan pada kaidah bahwa Allah
melihat dan mengamati kita di mana saja dan kapan saja. Hal ini akan membuat kita tidak akan
terdorong oleh luapan-luapan perasaan atau tindakan yang melampaui batas-batas ketentuan
Allah. Salah satunya tercermin dengan bersikap bijaksana dalam berperilaku dan interaksi
sosialnya.
Tanpa aqidah, masyarakat akan berubah menjadi masyarakat Jahiliyah yang diwarnai
oleh kekacauan dimana-mana, masyarakat tersebut akan diliputi oleh perasaan ketakutan dan
kecemasan di berbagai penjuru, karena masyarakatnya menjadi berprilaku liar dan buas. Yang

ada di benak mereka hanyalah perbuatan buruk yang menghancurkan.
Adapun aqidah yang seharusnya tegak pada masyarakat Islam yaitu aqidah "Laa ilaaha illallah
Muhammadan Rasuulullah." Makna dari ungkapan tersebut adalah bahwa masyarakat Islam benar-benar
memuliakan dan menghargai aqidah itu dan juga berusaha untuk memperkuat aqidah tersebut didalam akal maupun
hati. Masyarakat itu juga mendidik generasi Islam untuk memiliki aqidah tersebut serta berusaha menghalau
pemikiran-pemikiran yang tidak benar dan syubhat yang menyesatkan. Masyarakat tersebut juga berupaya
menampakkan (memperjelas) keutamaan-keutamaan aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan individu maupun
sosial dengan perantara dari sarana alat komunikasi yang berpengaruh dalam masyarakat, seperti masjid-masjid,
sekolah-sekolah, surat-surat kabar, radio, televisi, sandiwara, bioskop dan seni dalam segala bidang, seperti puisi.
prosa, kisah-kisah dan teater. Yang nantinya diharapkan dapat diserap dengan lebih baik oleh mereka yang
menerimanya.
Demikianlah aqidah dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat dan demikianlah hendaknya pengaruh
aqidah dalam setiap masyarakat yang menginginkan menjadi masyarakat Islam, saat ini dan di masa yang akan
datang.
Sesungguhnya aqidah Islamiyah dengan segala rukun dan karakteristiknya adalah merupakan dasar yang
kokoh untuk membangun masyarakat yang kuat, karena itu bangunan yang tidak tegak di atas aqidah Islamiyah
maka sama dengan membangun di atas pasir yang mudah runtuh.

Begitulah nilai-nilai aqidah dalam kehidupan pribadi dan sosial yang mengandung nilainilai kebenaran, keyakinan serta ketaatan. Yang merupakan nilai-nilai yang akan membentuk
pribadi yang baik, bijak dan bermanfaat untuk lingkungannya sehingga nanti secara otomatis
dapat menciptakan masyarakat yang rukun yang berakhlak mulia serta bermanfaat.
2.4 Nilai akidah dalam iptek

Keutuhan antara iman, ilmu dan amal atau syariah dan akhlak dapat dilakukan dengan
menganalogikan dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Ini merupakan gambaran
bahwa antara iman, ilmu dan amal merupakan suatu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan
antara satu sama lain. Iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menupang
tegaknya ajaran Islam, ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan. Dahan dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu seperti seni
budaya, filsafat, dan Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shaleh bukan kerusakan alam.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindera, ilustrasi dan
firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang telah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, telah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara
ilmiah. Dalam kajian filsafat setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Karena seseorang yang

memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang banyak tahu tapi tidak memperdalam
disebut generalis. Dengan keterbatasan kemampuan manusia, maka sangat jarang ditemukan orang yang menguasai
beberapa ilmu secara mendalam.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan dalam sudut pandang budaya dan teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada dasarnya
teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral, akan tetapi dalam situasi seperti ini teknologi tidak netral
lagi karena memiliki potensi yang merusak dan potensi kekuasaan, disitulah letak perbedaan antara ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpang-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungan. Netralitas teknologi dapat digunakan untuk yang memanfaatkan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan
manusia atau digunakan untuk menghancurkan manusia itu sendiri. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi
manusia dengan segala prosesnya, seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa
tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia, karena seni itu diidentik dengan keindahan.
Seni yang lepas dari nilai-nilai keutuhan tidak akan abadi karena ukurannya adalah nafsu bukan akal dan
budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus
bertambah.
2.4.1 Sumber ilmu pengetahuan
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu cikal dan wahyu. Keduanya tidak boleh ditentangkan,
karena manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan tuntutan al-Qur’an dan sunnah
rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) dan tingkat
kebenarannya bersifat mutlak (absolute) karena bersumber dari wahyu Allah dan ilmu yang bersifat perolehan
(aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi (relative) karena bersumber dari akal pikiran manusia.
Prestasi yang gemilang dalam pengembangan IPTEKS pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menemukan proses sunnatullah itu terjadi di alam ini, bukan merencanakan dan menciptakan suatu hukum baru
diluar sunnahtullah (hukum Allah/hukum alam).
2.4.2 Interaksi iman, ilmu dan amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang
harmonis dan dinamis yang terinteraksi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam, didalamnya terkandung tiga
unsur pokok yaitu akidah, syariah, dan akhlak dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, karena kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan
inti ajarannya. Di dalam al-Qur’an dinyatakan yang artinya “Tidaklah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam kebumi) dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu mengeluarkan buahnya setiap muslim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka ingat”.

Upaya yang dapat dilakukan untuk memperkokoh aqidah dapat dilakukan dengan
memahami al-Qur’an sehingga pemahaman kita tentang syariah, ibadah dan menambah
keyakinan kepada Allah. Kita juga harus mengimani hari kiamat dan selalu mengingatnya
sehingga kita akan selalu berusah melakukan amal terbai dan rajin berdzikir kepada Allah. Selain
itu kita harus selalu mengingat Allah, bermunajad pada-Nya dan berusaha meninggalkan
kehinaan dunia.
2.5 Nilai aqidah dalam ekonomi
Agama Islam memandang bahwa semua bentuk kegiatan ekonomi adalah bagian dari
mu’amalah. Sedangkan mu’amalah termasuk bagian dari syari’ah, aqidah, dan akhlaq, yang

salah satunya tidak dapat dipisahkan. Dalam kaitan ini Allah SWT. memberi tamsil tentang
hubungan yang tak terpisahkannya ketiga ajaran pokok Islam itu dalam firman-Nya:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang Telah dicabut dengan akar-akarnya
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun” (QS.Ibrahim: 24-26)

Dalam kaitan ini Al Qur’an telah menyerukan agar setiap muslim melakukan segala
aktivitas kehidupannya termasuk dalam bidang ekonomi selalu bertumpu pada aqidah yang
artinya bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya dalam melakukan kegiatan ekonomi selalu
bertumpu pada keimanan kepada Allah SWT dan bertujuan mencari ridha-Nya karena pencipta,
pemilik dan penguasa segala yang ada hanyalah Allah Yang Maha Tunggal. Kegiatan ekonomi
yang berlandaskan aqidah tauhid menjamin terwujudnya kemaslahatan dan kebaikan
perekonomian untuk masyarakat luas, bukan hanya masyarakat muslim. Hal ini, karena ekonomi
dalam pandangan Islam merupakan sarana dan fasilitas yang dapat membantu pelaksanaan
ibadah dengan sebaik-baiknya. Kegiatan ekonomi yang demikian dilaksanakan oleh pelakupelaku ekonomi yang selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah SWT, sehingga selalu
berhias dan menjunjung tinggi akhlak yang terpuji, keadilan, bebas dari segala tekanan untuk
meraih kebaikan hidup yang diridhai Allah SWT dunia dan akhirat.
Islam sebagai agama wahyu menjadikannya sebagai sumber pedoman hidup bagi seluruh
umat manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam bidang ekonomi Islam
mengutamakan metode pendekatan sistem nilai sebagaimana yang tercantum dalam sumbersumber hukum Islam yang berupa Al Quran, Sunnah, Ijma dan Ijtihad.
Ada beberapa Karasteristik ekonomi Islam sebagaimana disebutkan dalam AlMawsu’ah Al-ilmiah wa al-amaliyah al-islamiyah yang dapat diringkas sebagai berikut:
a. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta
Karasteristik pertama ini terdiri dari 2 bagian yaitu :
Pertama, semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah Swt, firman Q.S. AlBaqarah, ayat 284 dan Q.S.Al -Maai’dah ayat17.
Kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Sesuai dengan firman Allah dalam QS. AlHadiid ayat 7.
Dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan manusia pada hakikatnya milik Allah,
akan tetapi Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkannya yang tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan orang lain.
b. Ekonomi Terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral
Diantara bukti hubungan ekonomi dan moral dalam Islam (yafie, 2003: 41-42) adalah: larangan
terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas harta orang
lain atau kepentingan masyarakat karena akan menghancurkan individu dalam masyarakat.
c. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan
Beberapa ahli Barat memiliki tafsiran tersendiri terhadap Islam. Mereka menyatakan bahwa
Islam sebagai agama yang menjaga diri tetapi toleran (membuka diri), memiliki unsur
keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).

d. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan Individu dengan Kepentingan
umum
Arti keseimbangan dalam sistem sosial Islam adalah Islam tidak mengakui hak mutlak dan
kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik.
e. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam
Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara
perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan. Namun kebebasan tersebut tidak boleh
melanggar aturan- aturan yang telah digariskan Allah SWT. Dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadis.
Dengan demikian kebebasan tersebut sifatnya tidak mutlat.
f. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian
Dalam Islam negara berkewajiban melindungi kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara juga
berkewajiban memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak.
g. Bimbingan Konsumsi
Islam melarang orang yang suka kemewahan dan bersikap angkuh terhadap hukum karena
kekayaan, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al-Israa ayat 16 :
h. Petunjuk Investasi
Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, al-Mawsu’ah Al-ilmiyahwa-al
amaliyah al-islamiyah memandang ada lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan
pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu:
Proyek yang baik menurut Islam.
Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat.
Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan.
Memelihara dan menumbuhkembangkan harta.
Melindungi kepentingan anggota masyarakat.
i. Zakat
Sistem perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar
menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam.
j. Larangan Riba
Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang normal yaitu sebagai
fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Diantara faktor yang menyelewengkan uang dari
bidangnya yang normal adalah bunga (riba).