Hukum Ekonomi Internasional Internatio

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG

Sarjana hukum (expert/ jurist) ekonomi internasional dewasa ini belum sepakat
mengenai batas atau defenisi mengenai bidang hukum ini. Disebabkan karena luasnya,
ruang lingkup serta subjek-subjek hukum ekonomi internasional, untuk yang terakhir ini
sudah diakui bahwa negaralah (state) sebagai subjek hukum ekonomi internasional
terpenting.
Meskipun demikian, menarik mengkaji pendapat sarjana Jerman, Erler, dalam upaya
mendapatkan pendekatan yang dibutuhkan guna merumuskan suatu defenisi bidang ini.
Menurut Erler, ada dua pendekatan yang dimungkinkan untuk merumuskan definisi hukum
ekonomi internasional (law of international economy). Yaitu pendekatan yang didasarkan
pada asal hukum (norma) yang mengaturnya; dan mendasarkan kepada objek dari hukum
ekonomi internasional.
Menurut

Erler,


pendekatan

yang

tepat

adalah

yang

kedua

yaitu

yang

mendasarkannya pada objek dari hukum internasional. Berarti bahwa hukum nasional,
hukum perdata dan hukum publik mengenai hubungan-hubungan ekonomi transnasional.
Selanjutnya, Erler mengemukakan bahwa semua kelompok dari kaidah-kaidah hukum
mengenai hubungan-hubungan ekonomi ini dapat dipahami apabila satu sama lainnya

terkait.
Pendekatan yang tidak terlalu luas dikemukakan oleh John H. Jackson. bahwa:
“Internasional economic Law could be defined as including all legal subjects which have both
an international and an economic component”. Hukum ekonomi internasional adalah semua
subjek hukum yang memiliki unsur internasional dan unsur ekonomi. Menurut Jackson,
bidang hukum ekonomi internasional memiliki kaitan erat dengan hukum internasional
publik. 1
Sumber hukum terpenting dari hukum ekonomi internasional selain pasal 38 ayat (1)
Statuta Mahkamah Internasional adalah perjanjian internasional. Hal ini dikarenakan
masyarakat internasional umumnya menempuh cara pembentukan perjanjian internasional
untuk menciptakan hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan ekonomi internasional.
Selain itu sumber hukum ekonomi internasional juga dapat diambil dari hukum kebiasaan
internasional, prinsip-prinsip hukum umum, putusan hakim dan doktrin, resolusi, decisions,
dan codes of conduct.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki 14 badan khusus (specialized Agencies), yang
merupakan

organisasi-organisasi

independen


tetapi

terikat

kepada

PBB

melalui

1 Huala Adolf, 2005, Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar, Jakarta, hlm 6-7.

persetujuan-persetujuan yang mencakup seluruh aspek teknik dan cultural kehidupan social
umat manusia seperti UNESCO, FAO, IMF, IBRD, ICAO, UPU, ITU, WMO, IMO, WIPO dan
lain-lainnya.2 Salah satu lembaga internasional yang sangat berpengaruh dalam
perekonomian internasional atau yang biasanya disebut tiga pilar dunia adalah WTO (World
Trade Organization), World Bank dan IMF (Internasional Monetery Fund). Berikut dalam
makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai salah satu dari lembaga tersebut yaitu
IMF sebagai lembaga yang sangat berkaitan erat dengan perekonomian Indonesia selama

ini.
B.

RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian, hak dan kewajiban negara anggota, serta mekanisme
IMF?
2. Bagaimanakah peran IMF dalam membangun perekonomian negara
Indonesia?

C.

TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian, hak dan kewajiban negara anggota, serta
mekanisme IMF.
2. Untuk mengetahui peran IMF dalam membangun perekonomian negara
Indonesia.

2 Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global), Bandung, hlm 461.


BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian, Hak dan Kewajiban Negara Anggota, serta Mekanisme IMF

Dana Moneter Internasional atau yang dikenal dengan International Monetary Fund
(IMF) adalah lembaga sentral dari sitem moneter internasional yaitu sistem pembayaran dan
nilai tukar internasional di antara mata-mata uang nasional yang memungkinkan
dilaksanakannya kegiatan bisnis di antara negara-negara di dunia. 3 IMF merupakan salah
satu badan khusus dalam sistem Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan
perjanjian internasional pada tahun 1945 untuk membantu mempromosikan kesehatan
perekonomian dunia.
Lembaga keuangan internasional yang bersifat otonom tersebut dibentuk pada
tanggal 27 Desember 1945 di Bretton Woods dengan markas besar yang berlokasi di
Washinton DC, Amerika Serikat. IMF muncul sebagai hasil dari perundingan Bretton Woods,
pasca Great Depression yang melanda dunia pada dekade 1930-an. Pada tanggal 22 Juli
1944, 44 negara mengadakan pertemuan di Hotel Mount Washington Hotel, Kota Bretton
Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, untuk membahas kerangka kerja sama ekonomi
internasional baru yang akan dibangun setelah Perang Dunia II. Negara-negara ini percaya

bahwa kerangka kerja sama tersebut sangat dibutuhkan untuk menghindari pengulangan
bencana ekonomi yang terjadi selama Great Depression.4 Pertemuan ini melahirkan
“Bretton Woods Agreements” yang membangun IMF bersama dengan The International
Bank for Reconstruction and Development (IBRD) yang sekarang lebih dikenal dengan
nama World Bank.5
Kini, IMF diperintahkan oleh anggota-anggotanya yang berjumlah 184 negara. IMF
dipimpin oleh Dewan Gubernur (Board of Governors) , di mana setiap Negara anggota
menunjuk seorang gubernur dan wakil gubernur. Dewan Gubernur adalah kekuasan tertinggi
yang memerintah IMF. Biasanya Dewan Gubernur tersebut bertemu sekali setahun, pada
Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia. Dewan gubernur bertugas memeriksa operasi
atau kerja IMF, sedangkan yang bertanggung jawab atas operasi IMF adalah Dewan
Eksekutif (Executive Directors). Jadi, Dewan Gubernur hanya menentukan isu-isu kebijakan
utama tetapi telah mendelegasikan pengambilan keputusan sehari-hari kepada Dewan
Eksekutif.
3 IMF, Buku Pedoman tentang IMF,
http://www.imf.org/external/pubs/ft/exrp/what/IND/whati.pdf pada tanggal 28 September
2013 pukul 15.35 WIB.
4 Terjemahan dari artikel “About IMF” diakses dari http://www.imf.org/external/about.htm
pada tanggal 29 September 2013 pukul 17.15 WIB
5 James Raymond Vreeland. The International Monetary Fund: Politics of Conditional

Lending. (London: Routledge. 2006), hal. 5

Dewan Eksekutif terdiri dari 24 Direktur Eksekutif dengan Direktur Pengelola sebagai
ketua. 6 negara yang menjadi Direktur Pengelolah adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman,
Perancis, dan Inggris bersama dengan Cina, Uni Soviet, dan Arab Saudi. Sedangkan, 18
Direktur Eksekutif lainnya dipilih untuk periode dua tahun oleh sekelompok negara, yang
dikenal sebagai konstituensi. Dewan Eksekutif biasanya mengadakan pertemuan di markas
besar organisasi di Washington, D.C tiga kali seminggu, dalam sesi sehari penuh.
Dewan Eksekutif menunjuk direktur pelaksana yang bertanggung jawab atas
pengelolaan IMF sehari-hari. Selain sebagai ketua dewan, direktur pelaksana juga
merupakan kepala staf IMF dan melaksanakan bisnis IMF di bawah arahan Dewan
Eksekutif.Ditunjuk untuk masa jabatan lima-tahun yang bisa diperpanjang, Direktur
Pengelola dibantu oleh Wakil Direktur Pengelola Pertama dan dua Wakil Direktur Pengelola
lainnya.
Secara umum, setiap negara yang menjadi anggota IMF mempunyai hak dan
kewajiban. Hak-hak anggota IMF antara lain: 6
1. Pinjaman dari IMF bagi negara yang menghadapi kesulitan dalam neraca
pembayaran dan untuk mendukung kebijakan, termasuk reformasi struktural,
yang dapat meningkatkan posisi neraca pembayaran suatu negara;
2. Bantuan teknis dalam bentuk masukan/usulan dan pelatihan/training di berbagai

bidang

(seperti

kebanksentralan,kebijakan

terkait

dengan

valas,moneter,

adiministrasi pajak,dan statistik) terutama bagi para pejabat bank pemerintah dan
bank sentral;
3. Hak untuk menyampaikan pendapat/usulan dalam bentuk voting power;
4. Sarana konsultasi (consultation) yang dilakukan secara periodik sebagai upaya
memperkecil restriksi/kendala yang dihadapi oleh suatu negara terutama terkait
dengan immediate transfer dari mata uang lokal ke valas
Disamping hak-hak yang diberikan oleh IMF kepada setiap negara anggotanya,
terdapat beberapa kebijakan yang harus dipenuhi oleh setiap negara apabila menjadi

anggota IMF, kewajiban anggota IMF antara lain:
1. Membayar kontribusi atau penyertaan sebagai anggota dan kenaikan kuota –
yaitu sebesar 25 % dalam bentuk reserve assets sebagaimana ditentukan oleh
IMF dan sisanya 75% dalam bentuk mata uang domestik negara tersebut
2. Memberikan data dan informasi kepada tim IMF yang melakukan kunjungan ke
negara anggota dalam rangka consultation antara lain berupa data statistik atau
aspek-aspek yang terkait dengan nilai tukar, seperti data ekspor-impor,gaji,
harga-harga, tenaga kerja dan aspek ekonomi lainnya
6 Arifin, Sjamsul, Wibisono, Charles P.R. Joseph, Sudradjat, Shinta, 2007, IMF Dan
Stabilitas Keuangan Nasional: suatu tinjauan kritis, Jakarta, hlm 87-88

Tujuan

utama didirikannya

IMF

ialah

untuk mempermudah


negara-negara

mendapatkan pinjaman ketika sedang membutuhkan pinjaman untuk memperbaiki
perekonomian dalam negerinya yang tengah terpuruk. Dalam Anggaran Dasar (Articles of
Agreement) International Monetery Fund (IMF), disebutkan bahwa tujuan IMF yaitu:7
1. Meningkatkan kerjasama moneter internasional
2. Meningkatkan kegiatan perdagangan dan penanaman modal dunia
3. Memeliharara stabilitas nilai tukar mata uang
4. Memperkecil hambatan dan batasan-batasan yang ditetapkan pemerintah
berbagai negara atas pembayaran internasional
5. Menyediakan dana pinjaman untuk membantu pemeliharaan nilai tukar yang
mantap pada masa ketidak seimbangan neraca pembayaran yang sifatnya
sementara
6. Mengurangi tingkat dan masa defisit serta surplus neraca pembayaran
IMF memperoleh dana dari pembayaran modal (iuran kuota) dari Negara-negara
anggota. Negara anggota membayar 25 % sebagai iuran kuota yang dibayar dalam bentuk
mata uang utama yaitu dolar A.S atau yen Jepang dan sisa 75%-nya dapat diminta berupa
mata uang Negara masing-masing. Kuota tidak hanya menentukan jumlah pembayaran
iuran sebuah Negara, tetapi juga menetapkan kekuasaan hak memilih Negara (jumlah

pembiayaan/pinjaman yang dapat diterima dari IMF, dan bagiannya dalam alokasi SDR).
Secara ringkas, beberapa mekanisme dan fasilitas pinjaman yang diberikan oleh IMF
ialah sebagai berikut:
1. Stand-By Arrangements (SBA), merupakan salah satu bentuk credit tranche
policies, dimana negara dapat meminjam maksimal 100 persen dari 25 persen
kuota yang dimilikinya. Biasanya digunakan untuk mengatasi masalah jangka
pendek balance of payment. Pembayaran dilakukan dalam jangka 12 – 18 bulan,
dan pengembalian pinjaman dilakukan dalam jangka waktu 2,5 hingga 4 tahun.
2. The Extended Fund Facility (EFF), digunakan bagi negara yang ingin melakukan
reformasi struktural. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tiga tahun dan
pengembalian pinjaman dilakukan dalam jangka waktu 4,5 hingga 7 tahun.
3. The Poverty Reduction and Growth Facility (PRGF, menggantikan Enhanced
Structural Adjustment Facility pada tahun 1999), disediakan bagi negara-negara
yang sangat miskin dengan memberikan pinjaman dengan bunga rendah serta
dapat dibayarkan dalam jangka waktu yang panjang. Tujuannya ialah untuk
membantu merestrukturisasi ekonomi mereka demi tercapainya pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan.

7 Pasal 1 Article of Agreement International Monetery Fund (IMF)

4. Supplemental Reserve Facility (SRF), merupakan pinjaman dalam jangka
pendek namun dengan bunga yang relatif tinggi yang digunakan bagi negaranegara yang tiba-tiba mengalami penurunan kepercayaan pasar sehingga
menyebabkan terganggunya balance of payments. Jangka waktu pembayaran
utang lebih pendek yaitu antara dua hingga dua setengah tahun.
5. Compensatory Fianance Facility (CFF), digunakan untuk membantu negara yang
mengalami penurunan pendapatan sementara dari ekspornya. Jumlah yang
dapat dipinjam dibatasi antara 45 atau 55 persen dari kuota.
6. Emergency Assistance, digunakan untuk membantu masalah dalam balance of
payments suatu negara, yang terkena bencana alam atau dalam masa postkonflik. Jumlah pinjaman dibatasi 25 persen dari kuota.
Selain mekanisme pinjaman di atas, ada satu mekanisme penghapusan utang yang
dimiliki oleh IMF yang digunakan bagi negara-negara yang benar-benar sudah tidak mampu
lagi membayar utangnya. Mekanisme ini bernama Heavily Indebted Poor Country (HIPC)
dan dimulai sejak tahun 1996. Mekanisme ini digunakan untuk membantu mengurangi utang
negara-negara yang sangat miskin (pada awalnya terdiri dari 41 negara, kebanyakan negara
Afrika), dengan total utang mencapai $200 miliar.8
B.

Peran IMF Dalam Membangun Perekonomian Negara Indonesia

Pada saat pemerintahan Orde Lama sebenarnya Indonesia telah sempat
memutuskan untuk tidak bekerjasama lagi dengan IMF. Hal ini dengan tegas dilakukan
Presiden Sukarno melalui penetapan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1966 tentang
Penarikan Diri Republik Indonesia dari Keanggotaan Dana Moneter Internasional (IMF) dan
Bank Internasional Untuk Rekonstruksi Pembangunan (IBRD). Sukarno menghendaki agar
pemerintah Indonesia mengelola sendiri perekonomiannya secara mandiri serta tidak
bergantung kepada bantuan-bantuan yang ditawarkan oleh lembaga pendonor asing.
Sukarno menjadikan Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk mengawasi dan
menjalankanperekonomian demi kepentingan masyarakat banyak.9
Namun tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkelanjutan
sehingga Untuk memulihkan perekonomian, Indonesia dibawah pemerintahan Orde Baru
pun melakukan kerjasama dengan IMF. IMF dalam kapasitasnya sebagai organisasi
internasional dianggap mampu dalam menyelesaikan permasalahan utang Indonesia
8 Richard Peet, 2003, Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO, London, hal. 95
9 Deskriptif IMF dan Indonesia. diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37474/3/Chapter%20II.pdf pada 30
september 2013, 13.24.

melalui restrukturisasi utang pemerintah yang berhasil ditata dengan lebih baik melalui
serangkaian perundingan.
Namun keikutsertaan IMF dalam mengatasi krisis moneter di Indonesia sebenarnya
hanyalah sebuah perangkap yang sebenarnya menjebak perekonomian Indonesia. banyak
para ekonom mengatakan bahwa turut campurnya IMF dalam menangani masalah
perekonomian di Indonesia lebih tepat disebut sebagai langkah awal menuju kepada sebuah
ketergantungan berkelanjutan.
Awal mula keikutsertaan lembaga ini dalam keruwetan krisis ekonomi Indonesia
tahun 1997 tersebut adalah saat Indonesia mengundang IMF melalui Technical Assistance
Mission untuk mensurvei perkembangan yang terjadi di sektor perekonomian dan perbankan
pada tahun 1969 pada Sidang Tahunan IMF di kota Hongkong. Perlahan undangan survei
ini ternyata berubah menjadi undangan balik dari IMF untuk memberikan bantuan ‘program’
ke Indonesia. IMF mulai menawarkan program – program pinjaman jangka pendek yang
bersifat kondisionalitas yaitu utang jangka pendek yang dapat terus diperbarui oleh IMF
apabila indonesia memenuhi tata cara atau pra-syarat yang ditentukan IMF.10
Saat itu pemerintah merespon bantuan IMF dengan merancang kebijakan
pembangunan. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali
tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah, dan menghidupkan kegiatan
produksi yang selama ini dirasa kurang, termasuk ekspor yang sempat mengalami stagnasi
pada masa Orde Lama. Usaha pemerintah tersebut ditambah lagi dengan penyusunan
rencana pembangunan lima tahun (Repelita) secara bertahap dengan target-target
pembangunan yang berkelanjutan.11
Dengan terjalinnya kerjasama antara IMF dengan Indonesia,

tercapailah tujuan

utama dari IMF yakni mengatur sistem moneter Internasional yang memiliki tugas utama
untuk mengawasi fluktuasi nilai tukar berbagai mata uang dunia, demi menanggulangi
berbagai masalah dan kesulitan penyeimbangan neraca pembayaran dari negara-negara
anggotanya.12 Walaupun seringkali dalam merespon IMF terdapat banyak kepentingan
nasional yang harus dikesampingkan demi kebijakan IMF. Sampai pada akhirnya muncullah
efek ketergantungan yang berlebihan dimana Indonesia hampir seperti tidak bisa melakukan
kegiatan ekonomi jika tidak ditopang ataupun dibantu oleh lembaga pendonor seperti IMF.
Kebijakan-kebijakan yang dilakukan IMF dalam merestrukturisasi merupakan sebuah
bentuk kebijakan kepada arah liberalisasi ekonomi di Indonesia. dalam pelaksanaannya,
IMF menginginkan Indonesia memperbaharui kebijakan-kebijakan tertentu
10 Ibid.
11 Ibid.
12 N.Rosyidah Rakhmawati, 2006, Hukum Ekonomi Internasional, Malang, hlm.108

Reformasi kebijakan yang ditawarkan IMF tentu saja harus dilaksanakan oleh
pemerintah Indonesia sesuai dengan syarat-syarat yang telah disepakati walaupun
reformasi tersebut merupakan paket yang berdasarkan kepentingan pihak-pihak tertentu.
Kuatnya pengaruh IMF terhadap pemerintahan Indonesia adalah dilihat dari upaya-upaya
Indonesia untu kerumuskan dan menjalankan suatu kebijakan ekonomi yang sejalan dengan
visi dan kebijakan organisasi tersebut.
Salah satu kebijakan IMF yang diikuti oleh pemerintah Indonesia adalah deregulasi
di sektor perdagangan dan investasi guna memacu pertumbuhan ekspor. Pertumbuhan
ekspor merupakan upaya untuk meningkatkan pendapatan, yang pada akhirnya akan
meningkatkan kemampuan Indonesia untuk membayar cicilan utang dan bunganya.
Kebijakan-kebijakan besar yang menyangkut program ekonomi banyak didasarkan pada
acuan yang diberikan oleh para pengamat ekonomi IMF yang melakukan survei ke
Indonesia.
Contoh lainnya adalah perubahan kebijakan sebelumnya yang cenderung menutup
akses masuknya pengaruh asing baik yang berasal dari sektor swasta ataupun pemerintah.
Berdasarkan saran produk kebijakan IMF pemerintah membuka akses yang selama ini
tertutup untuk jalan masuk bagi asing. Tentu saja hal ini merupakan pengaruh yang sangat
kuat akan kepentingan IMF.
Adapun inti dari kesepakatan IMF dengan Indonesia saat itu yakni13 :


Program stabilitas, dalam rangka program stabilitas kondisi moneter yang ketat
akan tetap dipertahankandengan merancang suku bunga yang cukup tinggi
sampai keadaan membaik, mengubah sasaran program moneter menjadi
aktivitas domestikdan bukan lagi uang primer seperti sebelumnya dan
menyempurnakan Undang-Undang tentang Bank Sentral, serta merevisi target
ekonomi dalam RAPBN 1998/1999, kurs dollar dinaikkan menjadi Rp 6000 per
dollar AS, dan harga minyak bumi menjadi 14,5 dollar AS per barel.



Restrukturisasi

bank,

dalam

hal

ini

pemerintah

merencanakan

akan

mengumumkan kondisi 40 bank yang masih dalam penanganan BPPN.


Reformasi structural , dalam hal ini akan disusun UU persaingan subsidi
terhadap beras, sembako, dan obat-obatan akan dipertahankn, disertai
penghapusan monopoli kecuali untuk beras dan tepung terigu.



Menyelesaikan utang swasta, dalam mengatasi utang swasta pemerintah tidak
akan memberikan jaminan atau bantuan apapun.

13 Hanif Nur Widhiyanti, Bahan Ajar International Monetary Fund,
http://materikuliahfhunibraw.wordpress.com/3-hk-ekonomi-internasional/bmateri-kuliah/
pada tanggal 27 September 2013, pukul 16.26



Bantuan untuk golongan ekonomi lemah, karena membantu masyarakat
golongan ekonomi lemah akan disalurkan kredit murah bagi usaha kecil dan
koperasi bekerjasama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, serta
pemberian subsidi sembako, khususnya beras dan kedelai.

Kesepakatan yang dilakukan antara pemerintah dengan IMF yang tercantum pada
Memorandum on Economic and Financial Policies (MEFP) 15 Januari, 10 April dan 25 Juni
1998 dalam rangka penyehatan perekonomian Indonesia, khusus di sektor perbankan
antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Menghilangkan seluruh pembatasan kepemilikan bank oleh pihak asing;
2. menghilangkan pembatasan pembukaan kantor cabang bank asing;
3. menghilangkan pembatasan kepemilikan asing pada bank yang telah tercatat di
Bursa Efek Jakarta;
4. menghilangkan semua pembatasan pemberian pinjaman oleh bank kecuali untuk
alasan prudential atau dalam rangka mendukung koperasi atau pengusaha kecil;
5. menjamin simpanan masyarakat yang ada di bank nasional;
6. mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
7. melakukan merger bank-bank pemerintah;
8. mendirikan skim asuransi deposito
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IMF menghendaki agar pembatasanpembatasan di sektor perbankan yang diberlakukan kepada pihak asing agar dihapuskan.
Artinya secara transparan pihak asing harus diberikan akses ke sektor perbankan dan
memperlakukannya setara dengan pihak nasional.
Setelah upaya Indonesia melakukan perundingan dan merumuskan kebijakankebijakan baru yang dibentuk berdasarkan syarat-syarat dari IMF, hanya dalam waktu yang
singkat bantuan untuk Indonesia kemudian dicairkan yaitu hibah sebesar USD 174 juta
dengan tujuan untuk mengangkat Indonesia dari keterpurukan ekonomi. Dalam waktu
kurang dari setahun kemudian sejak tahun 1967, IMF memberikan kembali bantuan kepada
Indonesia dalam program restrukturisasi utang sebesar USD 534 juta. Utang tersebut
diberikan setelah Indonesia mematuhi sebagian syarat dari IMF yang salah satunya berupa
pengesahan Undang – Undang Penanaman Modal Asing.
Seluruh hutang-hutang Indonesia pada IMF saat in telah terbayarkan lunas.
Pembayaran tahap pertama dilakukan pada tahun 2006 sebesar USD 3,75 Milyar dan
pembayaran tahap kedua sebesar USD 3,2 Milyar. Jumlah ini adalah hutang pokok
termasuk bunga dari jumlah yang diterima Indonesia dari paket bantuan IMF. Sehingga
secara umum dapat dikatakan Indonesia seharusnya sudah tidak terikat pada intervensi IMF
lagi pada masa mendatang setelah semua hutang telah dilunasi. Dengan pelunasan ini

maka Indonesia sudah tidak berkewajiban lagi mengikuti post program monitoring (PPM)
dan Indonesia sama dengan anggota IMF lainnya yaitu hanyalah sebatas keanggotaan.14
Indonesia memutuskan untuk membayar lunas bantuan IMF dan menghentikan
bantuan dari lembaga ini karena sebagian besar program IMF yang dipraktikkan untuk
mengatasi kehancuran ekonomi Indonesia akibat krisis dinilai gagal oleh banyak pihak.
Program-program yang ditawarkan IMF, semisal privatisasi, dinilai hanya menguntungkan
negara-negara maju. Privatisasi kini menyebabkan banyak industri di Indonesia yang
didominasi asing sehingga untuk kedepannya Indonesia perlu memelopori gerakan
perombakan total resep-resep neoklasik IMF, diganti dengan resep ekonomi yang lebih
variatif. 15
Saat ini Indonesia yang telah terbebas dari hutang-hutangnya terhadap IMF justru
memberikan pinjaman kepada lembaga tersebut sebagai anggota G-20. Pinjaman terhadap
IMF ini adalah dikarenakan adanya krisis perekonomian yang melanda dunia tahun 20082009. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan IMF dibutuhkan dana sebesar 430 miliar
dollar AS untuk mengatasi krisis tersebut. Dalam pertemuan G-20 di Los Cabos, Meksiko,
beberapa waktu lalu, negara-negara G-20 berkomitmen untuk turut serta membantu
menanggulangi krisis yang dinilai menjadi ancaman bagi perekonomian dunia tersebut
sehingga Indonesia sebagai negara anggota G-20 juga turut memberikan pinjaman sebesar
USD 1 Milyar kepada IMF yang berasal dari cadangan devisa negara.
Pemberian pinjaman terhadap IMF ini banyak dikecam dan dinilai gegabah oleh
banyak pihak. Hal ini karena banyak pihak yang menilai Indonesia masih belum mampu
untuk memberikan pinjaman dengan keadaan perekonomian saat ini. Walaupun demikian,
pemberian pinjaman ini tetap dilakukan oleh pemerintah selain sebagai upaya membantu
bailout negara-negara krisis juga dapat memberikan sedikit gambaran bahwa Indonesia
telah memulai untuk memutuskan efek ketergantungan terhadap lembaga seperti IMF.

14 Kompas, 2006, Seluruh Hutang Dilunasi, IMF Tidak Bisa Intervensi, diakses dari
http://materikuliahfhunibraw.files.wordpress.com/2009/09/seluruh-utang-dilunasi-imftidak-bisa-intervensi.pdf pada 01 Oktober 2013,pukul 14.58
15 Ibid.

BAB III
SIMPULAN
Dana Moneter Internasional atau yang dikenal dengan International Monetary Fund
(IMF) adalah lembaga sentral dari sistem moneter internasional yang merupakan salah satu
badan khusus dalam sistem Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan
perjanjian internasional pada tahun 1945 untuk membantu mempromosikan kesehatan
perekonomian dunia. Lembaga ini terutama berkaitan dengan pembangunan perekonomian
dunia dan memiliki negara-negara sebagai anggota dengan berbagai hak dan kewajiban
yang telah ditentukan. Tujuan utama didirikannya IMF ialah untuk mempermudah negaranegara mendapatkan pinjaman ketika sedang membutuhkan pinjaman untuk memperbaiki
perekonomian dalam negerinya yang tengah terpuruk yang dapat diperoleh dengan
mekanisme dan aturan serta pernyaratan tertentu.
IMF di Indonesia sendiri sangat berperan dalam membantu membangun
perekonomian yang tidak stabil setelah penggulingan pemerintahan Orde Baru. Lembaga ini
juga sangat berpengaruh saat Indonesia mengalami krisis perekonomian moneter yang
parah pada tahun 1997. IMF membantu Indonesia melakukan restrukturisasi dan reformasi
ekonomi serta mengucurkan bantuan dana dengan persyaratan dan kebijakan tertentu
sehingga IMF dianggap menjebak pemerintah Indonesia dalam efek ketergantungan dan
hutang yang besar. Karena itulah akhirnya Indonesia memutuskan untuk menghentikan
bantuan dari IMF dan membayar lunas hutangnya pada lembaga tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Arifin, Sjamsul. ,Wibisono, Charles P.R. Joseph. ,Sudradjat, Shinta. 2007. IMF dan
Stabilitas Keuangan Nasional: suatu tinjauan kritis, Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo.
N.Rosyidah Rakhmawati. 2006. Hukum Ekonomi Internasional. Malang: Banyumedia
Publishing.
Boer Mauna. 2005. Hukum Internasional (Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global). Bandung: PT Alumni.
Huala Adolf. 2005. Hukum Ekonomi Internasional Suatu Pengantar. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
James Raymond Vreeland. 2006. The International Monetary Fund: Politics of Conditional
Lending. London: Routledge.
Richard Peet. 2003. Unholy Trinity: The IMF, World Bank, and WTO. London: Zed Books Ltd.
Internet
IMF. Buku Pedoman tentang IMF. [online]. diakses dari
http://www.imf.org/external/pubs/ft/exrp/what/IND/whati.pdf [ 28 September 2013]
Terjemahan dari artikel “About IMF”. [online]. diakses dari
http://www.imf.org/external/about.htm [29 September 2013]
Deskriptif IMF dan Indonesia. [online]. diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37474/3/Chapter%20II.pdf [30
september 2013]
Hanif Nur Widhiyanti. Bahan Ajar International Monetary Fund. [online] diakses dari
http://materikuliahfhunibraw.wordpress.com/3-hk-ekonomi-internasional/bmaterikuliah/ [ 27 September 2013]
Kompas. 2006. Seluruh Hutang Dilunasi, IMF Tidak Bisa Intervensi. [online] diakses dari
http://materikuliahfhunibraw.files.wordpress.com/2009/09/seluruh-utang-dilunasi-imftidak-bisa-intervensi.pdf [01 Oktober 2013]
Kompas. 2012. Hatta Pastikan Indonesia Pinjami IMF 1 Miliar Dollar AS.[online] diakses dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/09/1913322/Hatta.Pastikan.Indones
ia.Pinjami.IMF.1.Miliar.Dollar.AS [30 September 2013]
Kompas. 2012. Presiden: Sekarang Indonesia Gagah Bertemu IMF. [online]. Diakses dari
http://nasional.kompas.com/read/2012/07/10/12300018/Presiden.Sekarang.Indonesi
a.Gagah.Bertemu.IMF [30 September 2013]