CAHAYA BULAN ADALAH CAHAYA PANTULAN

CAHAYA BULAN ADALAH CAHAYA PANTULAN
Peradaban-peradaban awal manusia percaya bulan menghasilkan cahayanya
sendiri. Sains kini memberitahu kita bahawa cahaya bulan ialah cahaya yang
dipantulkan. Walau bagaimanapun, fakta ini telah disebut di dalam al-Quran
1400 tahun dahulu di dalam firman-Nya yang bermaksud: “Maha Berkat Tuhan
yang telah menjadikan di langit, tempat-tempat peredaran bintang, dan
menjadikan padanya lampu dan bulan yang menerangi.” (Surah Al-Furqan: 61)
Perkataan Arab untuk matahari di dalam Al-Quran ialah ´syams´. Ia merujuk
kepada ´siraaj´, yang bermaksud api pelita (torch) atau ´wanhaaj ´yang
bermakud ´lampu yang menyala´ atau ´diya´ yang bermaksud ´kemegahan
yang menyinari.´ Ketiga-tiga keterangan itu memang sesuai untuk matahari
memandangkan ia mengeluarkan haba dan cahaya oleh sebab kebakaran
dalamannya.
Perkataan Arab untuk bulan pula ialah ´qamar´ dan ia diterangkan di dalam alQuran sebagai ´muneer´, iaitu sesuatu yang mengeluarkan nur, iaitu cahaya.
Sekali lagi, keterangan al-Quran menyamai sifat semula jadi bulan yang tidak
menghasilkan cahayanya sendiri dan merupakan benda yang tidak aktif yang
hanya memantulkan cahaya matahari. Tidak pernah sekalipun di dalam al-Quran,
bulan disebut sebagai ´siraaj´, ´wanhaaj´, atau ´diya´ atau matahari sebagai nur
atau ´muneer´.
Ini menunjukkan Al-Quran menyedari perbezaan di antara cahaya matahari dan
cahaya bulan.

Lihatlah maksud ayat-ayat firman-Nya ini yang berkaitan dengan cahaya
matahari dan bulan:
1. “Dialah yang menjadikan matahari bersinar-sinar (terang benderang) dan
bulan bercahaya.” (Surah Yunus: 5)
2. “Tidakkah kamu mengetahui dan memikirkan bagaimana Allah telah
menciptakan tujuh petala langit bertingkat-tingkat. Dan Dia menjadikan padanya
bulan sebagai cahaya serta menjadikan matahari sebagai lampu (yang terang
benderang).” (Surah Nuh: 15-16)

ASAL-USUL ALAM DARIPADA ASAP?
Di dalam surah Fussilat 41: 11, Allah s.w.t berfirman yang bermaksud: “Kemudian
Dia menuju ke langit dan langit ketika itu berbentuk asap lalu Dia berkata
kepadanya dan bumi: ´Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau terpaksa.´
Keduanya menjawab: ´Kami datang dengan tunduk.´”
Di dalam kitab Al-Asas fit Tafsir, jilid 9, halaman 5010, Said Hawa menyatakan:
“Sesungguhnya di sana memang sudah ada suatu keyakinan bahawa sebelum
terjadinya bintang-bintang, keadaan adalah di dalam bentuk gas nebula seperti
asap. Dan pandangan yang seperti ini boleh dianggap sahih kerana ia begitu
hampir dengan hakikat kalimat ´dukhan´ di dalam al-Quran.´


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA
Penciptaan alam semesta diterangkan oleh ahli astro-fizik (fizik angkasa) sebagai
satu fenomena yang diterima ramai dan dikenali sebagai ´Big Bang.´ Ia disokong
oleh data yang diperoleh daripada pemerhatian dan eksperimen oleh ahli
astronomi dan ahli astro-fizik sejak berdekad-dekad lamanya. Menurut ´Big Bang
´, seluruh alam semesta pada asalnya ialah satu jisim yang besar (Nebula Asas).
Kemudian terjadi ´Big Bang´ (Pemisahan Kedua) yang menghasilkan galaksigalaksi. Ia kemudiannya berpecah-pecah lagi untuk menjadi bintang, planet,
matahari, bulan, dan lain-lain. Asal penciptaan alam semesta ini memang unik
dan kemungkinan untuk ia terjadi secara tidak sengaja adalah sifar.
Al-Quran mengandungi ayat berikut, berkenaan asal kejadian alam semesta:
“Dan tidakkah orang-orang kafir itu memikirkan dan mempercayai bahawa
sesungguhnya langit dan bumi itu pada asal mulanya bercantum (sebagai benda
yang satu), lalu Kami pisahkan antara keduanya?” (surah Al-Anbiyaa´: 30)
Persamaan di antara ayat Al-Quran dengan teori Big Bang tidak dapat dinafikan

lagi. Bagaimana sebuah kitab yang muncul di padang pasir Arab 1400 tahun lalu,
mengandungi fakta sains begini?
WUJUD JISIM GAS SEBELUM PENCIPTAAN GALAKSI
Ahli sains berkata, sebelum galaksi-galaksi di alam semesta ini dibentuk, yang
ada pada mulanya ialah bahan-bahan gas. Dengan kata lain, bahan-bahan atau

awan gas yang besar wujud sebelum pembentukan galaksi-galaksi. Untuk
menerangkan perkara ini, perkataan ´asap´ adalah lebih sesuai berbanding gas.
Ayat Al-Quran berikut merujuk kepada keadaan alam semesta oleh perkataan
´dhukhan´ yang bermaksud asap: “Kemudian Dia menujukan kehendak-Nya ke
arah (bahan-bahan langit sedang langit itu masih berupa asap; lalu Dia
berfirman kepadanya dan kepada bumi: ´Turutlah kamu berdua akan perintahKu, sama ada dengan sukarela atau paksa!´ Keduanya menjawab: ´Kami berdua
sedia menurut - patuh dengan sukarela.´” (Surah Fussilat: 11)
Lagi sekali, fakta ini juga tidak diketahui oleh orang Arab pada zaman Nabi
Muhammad s.wa.w. Justeru, dari mana pula sumber ilmu ini?

MADU DALAM LEBAH BETINA

DALAM al-Quran turut menyatakan perihal lebah jantan dan lebah betina yang
mempunyai 16 pasangan kromosom. Bilangan kromosom lebah jantan dan lebah
betina sama dengan bilangan ayat an-Nahl yang mungkin dianggap kebetulan
oleh sesetengah orang.
Firman Allah SWT dalam surah ini:
“Dan Tuhanmu memberikan ilham kepada lebah: ‘Hendaklah engkau membuat
sarangmu di gunung-ganang dan pokok kayu, dan juga di bangunan yang
didirikan oleh manusia.” Surah an-Nahl: 16

Dalam ayat ini, Allah SWT mengilhamkan lebah (an-nahl) untuk membuat sarang
di gunung, pokok kayu, dan bangunan yang dibina oleh manusia. Apabila diteliti
ayat ini, manusia diseru supaya memerhatikan tingkah laku lebah yang diberikan
ilham oleh-Nya yang tertera pada ungkapan takhizi, iaitu ayat perintah kepada

lebah betina supaya membuat sarang.
Ayat perintah ini dapat diperhalus maksudnya dalam surah yang sama, iaitu:
“Kemudian makanlah daripada segala jenis bunga-bungaan dan buah-buahan
(yang engkau sukai), serta turutlah jalan-jalan peraturan Tuhanmu yang
diilhamkan dan dimudahkannya kepadamu. (Dengan itu) akan keluarlah dari
dalam badannya minuman (madu) yang berlainan warnanya, yang mengandungi
penawar bagi manusia (daripada berbagai-bagai penyakit). Sesungguhnya pada
yang demikian itu, ada tanda (yang membuktikan kemurahan Allah SWT) bagi
orang-orang yang mahu berfikir.”
Surah an-Nahl: 69
Rencana ini dipetik daripada Dewan Kosmik Jun 2012.

MISTERI BLACK HOLE DALAM AL-QURAN

Underground Tauhid–“Langit yang tujuh, bumi dan

semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah dan tak ada suatu pun
melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti
tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.” (QS. al-Isra [17]: 44).
Pernah mendengar black hole? Bintang raksasa berbentuk lubang hitam yang
mampu menyedot dan menyapu semua benda langit di sekitarnya. Black Hole
atau lubang hitam bisa dibilang penemuan paling fenomenal abad 20 di bidang
astronomi. Sebelumnya, tak seorang ilmuwan yang pernah membayangkan
bahwa di langit ada sejumlah bintang yang tampak mengerikan, apalagi bintang
itu memang tidak terlihat.
Black hole atau lubang hitam menurut definisi ilmuwan NASA memiliki medan

gravitasi sangat kuat. Akibatnya, benda-benda langit tersedot dengan intensitas
tinggi tanpa terkecuali. Saking kuatnya, cahaya pun tidak bisa menghindar dari
sedotan. Black hole terbentuk ketika sebuah bintang besar mulai habis usianya
akibat kehabisan energi dan bahan bakar. Meski tidak terlihat, black hole
memiliki medan magnet tingkat tinggi.
Fakta dan Angka
Mengenai bobotnya, black hole seberat bumi diameternya kurang dari satu
sentimeter saja! Dan black hole seberat matahari diamenternya hanya 3 km.

Subhanallah! Black hole ukuran sedang beratnya
10.000.000.000.000.000.000.000.000.000.000 kilogram, atau 10 pangkat 31,
dengan diameter 30 km saja. Ada banyak black hole di pusat galaksi kita dan
galaksi-galaksi lain, dan satunya memiliki berat jutaan kali berat matahari.
Diperkirakan jumlah black hole di alam raya ini jutaan bahkan ribuan juta.
Bagaimana Ilmuwan Melihat Benda ini?
Bagaimana ia bisa dilihat, sedangkan ia tidak mengeluarkan pancaran cahaya?
Muncul pemikiran dari seorang peneliti bahwa black hole itu memiliki ukuran
tertentu, dan ia berjalan di ruang angkasa. Ia pasti akan lewat di depan sebuah
bintang, sehingga cahayanya tertutup dari kita, seperti kejadian gerhana
matahari. Setelah ide itu dilaksanakan dan terbukti benar, maka para ilmuwan
sepakat bahwa cahaya bintang tersebut tertutup karena lewatnya black hole,
sehingga mengakibatkan tertutupnya pancaran cahaya yang bersumber dari
bintang tersebut. Hal ini terjadi selama jangka waktu tertentu, kemudian bintang
tersebut kembali menunjukkan sinarnya.
Black Hole dalam Al-Quran
Al-Quran menyebutkan banyak fenomena alam raya dan benda-benda luar
angkasa, bintang, planet, nama bintang, galaksi dan lain-lain. Sebelum
mengklaim adanya fenomena black hole dalam al-Quran, mari kita perhatikan
ayat yang paling dekat untuk dikaji, yaitu di surah at-Takwir [81] ayat 15-16.

“Aku bersumpah demi bintang tersembunyi. Yang bergerak cepat yang
menyapu.”
Dalam ayat ini Allah bersumpah dengan salah satu mahluk-Nya, yaitu bintang
yang bernama atau memiliki tiga karakter. Pertama, khunnas (‫س‬
‫ )ال ل خ‬yang
‫خن ن س‬
tersembunyi dan tidak terlihat. Karenanya, setan disebut juga khannaas (‫)الخناس‬
karena ia tidak terlihat oleh bani Adam. Ini persis yang disebutkan ilmuwan
tentang karakter black hole yakni invisible. Kedua, aljawaar (‫واسر‬
‫ )ال ل و‬bergerak
‫ج و‬
cepat dan sangat cepat. Ini sesuai dengan karakter black hole kedua yakni
moves. Lafaz al-Quran tajri lebih perfect dibanding penjelasan ilmuwan, sebab
kata ini bermakna bergerak cepat atau lari. Sementara moves tidak
‫ل‬
menggambarkan bergerak dengan cepat. Ketiga, al kunnas (‫س‬
‫ )الك خن ن س‬yang
menyapu dan menelan setiap yang ditemuinya. Ini sesuai dengan karakter black
hole yaitu vacuum cleaner.


Kunnas berasal dari kanasa artinya menyapu, miknasah alat untuk menyapu.
Kunnas bentuk jamak dari kaanis yang menyapu. Kunnas adalah shigat muntaha
jumuk (bentuk jamak paling tinggi) dari bentuk tunggal kaanis.
Para ulama tafsir klasik menjelaskan makna khunnas al jawaril kunnas adalah
bintang yang cahayanya tidak muncul di siang hari dan muncul di malam hari.
Namun ini hanya penafsiran bukan makna sesungguhnya. Penafsiran paling
sesuai dengan realitas alam raya adalah black hole. Barangkali hal ini juga yang
diisyaratkan oleh Al-Quran, “Apabila matahari digulung,” (QS. at-Takwir [81]: 1).
Wallahualam bishawab.

Sebagai penjelajah laut, Costeau sangat terkejut. Tetapi bagi umat Islam yang
mengetahui, penemuan ini tidak begitu mengejutkan. Di dalam al-Quran, surah
al-Furqan ayat 53, dengan sangat terang menjelaskan hal itu. Firman Allah yang
bermaksud: “Dan, Dialah yang menciptakan dua laut mengalir (berdampingan)
yang ini tawar lagi segar dan yang lainnya masin lagi pahit. Dan Dia jadikan
antara kedua-duanya dinding dan batas yang
menghalanginya.”

LEDAKAN BINTANG-BINTANG
Terjadinya ledakan bintang-bintang adalah mikrokosmos dari terbelahnya langit

pada saat terjadi hari kiamat…

Terjadinya ledakan bintang-bintang adalah mikrokosmos dari terbelahnya langit
pada saat terjadi hari kiamat, para ilmuwan telah menemukan bahwa bintang
yang meledak seperti bunga mawar yang memiliki macam dan bentuk warna
cerah, fakta ini sesuai dengan apa disebutkan Al-Qur'an sejak empat belas abad
yang lalu dalam ayat yang berbicara tentang hari kiamat:

‫ت وولرد وة ة و‬
‫ماخء فو و‬
‫ذا ان ل و‬
‫فوإ س و‬
‫ن‬
‫ش ن‬
‫كالد د و‬
‫ق س‬
‫ت ال ن‬
‫كان و ل‬
‫س و‬
‫ها س‬

“Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti (kilapan)
minyak”. (Ar-rahman:37)

PROSES KEJADIAN MANUSIA

Diantara contoh ayat Al-Qur'an yang mendahului ilmu pengetahuan (sains)
adalah
pemberitaan Al-Qur'an mengenai proses kejadian manusia. Allah SWT
berfirman :
‫ة‬
‫ة ع ول و و‬
‫خل و ل‬
‫خل و ل‬
‫وول و و‬
‫م و‬
‫قد ل و‬
‫ق ة‬
‫قونا الن نط لفو و‬
‫جعول لوناه خ ن خط لفو ة‬
‫م س‬

‫ن س‬
‫سلل وةة س‬
‫ن س‬
‫م و‬
‫سا و‬
‫ن خ‬
‫قونا الن ل و‬
‫ ثخ ن‬. ‫ن‬
‫ة سفي قوورارة و‬
‫ ث خ ن‬.‫ن‬
‫م ل‬
‫م ل‬
‫كي ة‬
‫طي ة‬
‫ل‬
‫و‬
‫سولونا ال لعس و‬
‫ع و‬
‫خور فوت ووباور و‬
‫م أن ل و‬
‫ه‬
‫خل ل ة‬
‫خل و ل‬
‫قونا ال لعول و و‬
‫خل و ل‬
‫قا آ و‬
‫شأوناه خ و‬
‫ة فو و‬
‫فو و‬
‫ة س‬
‫ضغو و‬
‫ضغو ة‬
‫ق و‬
‫م لو ل‬
‫م ل‬
‫م ل‬
‫ظا و‬
‫ما فوك و و‬
‫ك الل ن خ‬
‫ما ث خ ن‬
‫ح ة‬
‫ظا ة‬
‫قونا ال ل خ‬
‫ة خ‬
‫و‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ن ال و‬
‫خال س س‬
‫أ ل‬.
‫ح و‬
‫قي و‬
‫س خ‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal
darah, lalu segumpal darah itu Kamijadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulangbelulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mukminun :12-14)
Di saat ayat ini turun, ilmu akal manusia pada zaman itu tidak mampu
menjangkau fakta ilmiah ini. Demikian pula ilmu pengetahuan yang ada saat itu
cukup sederhana untuk sampai pada hakikat yang besar ini. Di abad modern,
fakta ini baru ditemukan setelah kemajuan ilmu biologi dan kedokteran.
Dalam bahasa arab, kata ‘Alaqah' memiliki 3 makna, yaitu :
1. Bermakna lintah.
2. Bermakna sesuatu yang tergantung.
3 .Bermakna segumpal darah.
Tidak terdapat perselisihan antar saintis (kedokteran) modern mengenai tiga

makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqah ini . Makna ‘Alaqah' sebagai
lintah adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia yang masih berusia 1-24
hari, menempel pada uterus (rahim) ibu, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel
di kulit. Serupa pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya,
embrio manusia juga memperoleh darah dari ibunya ketika hamil.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqah,
Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi dari
Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada
keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqah memiliki
penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Pada tahap ini, embrio
mendapatkan makanan dengan cara menghisap darah ibunya, sama seperti
lintah. Arti kedua, ‘alaqah adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah
apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap
‘alaqah. Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Professor Moore mengatakan:
“kami menemukan penampakan luar embrio selama tahap alaqah seperti
penampakan segumpal darah, adanya sejumlah besar darah membentuk
embrio. Juga selama tahap ini darah dalam embrio tidak bersirkulasi sampai usia
embrio mencapai akhir minggu ke tiga. Jadi embrio pada tahap ini mirip dengan
segumpal darah. Jadi ketiga deskripsi embrio tersebut di atas secara akurat
terdiskripsi dalam satu kata dalam Al-quran yaitu kata ”alaqah”. Tahap
perkembangan embrio selanjutnya setelah alaqah adalah ”mudghah”. Kata
mudghah dalam bahasa arab berarti ”sesuatu yang dikunyah”. Pada tahap
mudghah, ukuran embrio mirip dengan ukuran permen karet yang umum
dikunyah orang.
Al-Qur'an telah mengungkap ini pada 1400 tahun yang lalu, padahal saintis baru
mengetahui perkembangan embrio ini setelah ditemukannya mikroskop, suatu
alat yang belum dikenal pada 1400 tahun yang lalu. Orang pertama di dunia
yang menggunakan mikroskop untuk mengamati sel sperma manusia
(spermatozoa) adalah Hamm dan Leeuwenhoek pada tahun 1677, lebih 1000
tahun setelah ayat ini turun. Hamm dan Leuwenhoek pun ketika itu masih salah
mendiskripsikan tahap perkembangan embrio.