PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH S

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH SIKAP
DENGAN MENGGUNAKAN SKALA LIKERT UNTUK KELAS V
SEMESTER 2 BERDASARKAN KURIKULUM 2013
Sherly Istika Sari
[email protected]
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar - FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah (1) Mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan
menggunakan skala Likert untuk kelas 5 Semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013, (2)
Mengetahui tingkat validitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala
Likert berdasarkan uji ahli, (3) Mengetahui kualitas instrumen penilaian ranah sikap saat
diujikan di lapangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan
menggunakan model pengembangan Sukmadinata. Prosedur pengembangan meliputi : studi
pustaka, survey lapangan, menyusun draft produk, validasi ahli dan pengguna, revisi desain
produk, uji coba terbatas dan menghasilkan produk akhir. Hasil penelitian ini adalah
mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan penilaian diri. . Uji coba dilakukan
dalam 2 tahap, yaitu : uji validasi ahli dan pengguna. Hasil kelayakan instrumen berdasarkan
uji ahli sebesar 76%, sedangkan uji kelayakan instrumen berdasarkan uji pengguna sebesar
76,5%. Dari hasil analisis uji validasi ahli dan pengguna termasuk kedalam kategori “Tinggi”.
Hal ini berarti bahwa instrumen penilaian ranah sikap layak digunakan untuk mengukur sikap

siswa oleh guru.
Kata Kunci: Pengembangan, Intrumen Penilaian Ranah Sikap, skala Likert.

PENDAHULUAN
Dalam kurikulum 2013 penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Berfokus pada penilaian aspek sikap, penilaian ini
dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Penilaian sikap
ini bukan merupakan penilaian terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang
pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga
bersifat autentik. Didalam kurikulum 2013 juga penilaian ranah sikap dibagi menjadi dua,
yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan
bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak
mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.

Sedangkan dididalam standar penilaian pendidikan nomor 66 tahun 2013 dijelaskan
bahwa dalam prisip penilaian harus objektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel dan
edukatif. Sedangkan untuk melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian teman sejawat, dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala
penilaian yang disebut rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. Skala penilaian

dapat disusun dalam bentuk skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang mengenai
suatu gejala atau fenomena.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan instrumen angket yang dilakukan oleh
peneliti dengan melibatkan 17 orang guru SD dari dua sekolah yaitu SD Kalicacing 02
Salatiga dan SD Negeri 02 Salatiga menghasilkan data sebagai berikut; 1) Hampir semua
guru (94,1%) melakukan penilaian pembelajaran, hanya 5,8% yang tidak melakukan
penilaian. 2) Hampir semua guru (88,2%) melakukan penilaian tiga ranah (kognitig, afektif
dan psikomotor), hanya 11,7% yang tidak melakukan penilaian. 3) Hampir semua guru
(94,1%) melakukan penilaian pembelajaran kawasan afektif, sedangkan

5,8%

tidak

melakukan penilaian afektif . Dari 94,1%, 81,3% menggunakan tehink observasi, sedangkan
sisanya 18,7% menggunakan tehnik jurnal, penilaian diri dan penilaian antar teman. 4) Dari
17 orang guru yang menjadi sumber informasi, dapat diketahui 34,8% guru tidak
menggunakan instrumen penilaian untuk mengukur sikap siswa, dan 63,8% guru
menggunakan instrumen penilaian sikap. Tehnik yang sering digunakan guru adalah

observasi dengan menggunakan skala Likert. Sedangkan hasil pengukuran sikap dengan
menggunakan instrumen yang dibuat kurang memuaskan dan kurang objektif dalam
mengukur sikap siswa, serta kurang mewakili seluruhnya sikap siswa.
Dari kesimpulan seluruh informan, bahwa guru membutuhkan instrumen yang
lengkap, dapat menilai sikap dalam proses pembelajaran, praktis, mudah, lengkap, instrumen
yang baik dan luas, instrumen yang dapat mengukur sikap baik spiritual, sosial dan
kepribadian, serta dapat diimplemantasikan dalam sehari-hari, dan objektif serta dapat
menilai sesuai kondisi. Untuk itu peneliti berupaya mengembangkan alternatif instrumen
penilaian ranah sikap dengan menggunakan model skala Likert, untuk memberikan
sumbangan pemikiran berupa instrumen penilaian sikap untuk memudahkan guru dalam
menilai sikap dan lebih objektif dalam menentukan penilaian sikap siswa.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Mengembangkan instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert
untuk kelas 5 Semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013.
2. Mengetahui tingkat validitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala
Likert berdasarkan uji ahli.
3. Mengetahui kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert
berdasarkan diujikan dilapangan.
KAJIAN PUSTAKA

Penilaian dalam Pembelajaran
Untuk mengetahui apakah tujuan dari pembelajaran sudah tercapai atau belum serta
untuk mengetahui sebarapa besar pencapaian dan keberhasilan dalam pembelajaran harus
diadakan penilaian atau asesmen. Karena penilaian atau asesmen merupakan proses
pengambilan dan pengolahan informasi untuk mencapai hasil belajar peserta didik Wardani
(2012: 1). Karena penilaian merupakan salah satu proses pembelajaran yang memiliki peran
penting. Karena dengan penilaian juga dapat mengetahui kesulitan belajar peserta didik,
sehingga dengan penilaian atau asemen dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
pembelajaran.
Didalam penilaian tidak bisa asal menilai, karena penilaian yang kurang baik akan
menimbulkan subjektifitas yang tinggi dan tidak bisa mewakili keadaan siswa. Maka
penilaian harus memiliki syarat-syarat dalam penilaian yang harus dipenihi. Slameto dalam
Wardani (2012: 57) yang menyebutkan delapan syarat dalam penilaian,yaitu sahih, reliabel,
objektif, seimbang, membedakan, norma, fair dan praktis.
Wardani (2012: 140) menjelaskan untuk menilai kemampuan individual melalui
tagihan tugas tertentu. Tugas tersebut menentukan kebutuhan pembelajaran, membantu dan
mendorong peserta didik, membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik,
menentukan strategi pembelajaran, akuntabilitas lembaga, dan bahkan lebih luas lagi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam penilaian berbasis kelas, tujuan penyusunan
instrument dalam bentuk tes adalah untuk memberikan:

a. Informasi tentang kemajuan hasil belajar peserta didik secara individual
dalam mencapai tujuan pembelajaran
b. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih
lanjut

c. Untuk dapat mengetahui tingkat kemampuan peserta didik, kemudian
menentukan tingkat kesulitan dan kemudahan untuk melaksanakan
kegiatan remedial, pendalaman dan penyayaan
d. Memotivasi belajar peserta didik dengan cara memberikan informasi
tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha
pemantapan atau perbaikan
e. Informasi semua aspek kemajuan setiap peserta didik dapat membantu
pertumbuhannya secara efektif untuk menjadi anggota masyarakat dan
pribadi yang utuh
f. Informasi dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat
mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan peserta didik sehingga
mereka dapat merancang strategi pembelajaran lebih lanjut
g. Bimbingan yang tepat untuk dapat memilih sekolah atau jabatan yang
sesuai dengan keterampilan, minat dan kemampuannya.
h. Menjamin bahwa hasil kerja peserta didik dan pencapaian belajarnya

dapat diidentifikasi
PENGERTIAN SIKAP
Allen, Guy dan Edgley dalam Azwar (2003: 4) mendefinisikan “sikap sebagai suatu
pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan”. Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2003: 4) juga
mendefinisikan “sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan
sekitarnya”.
Soesilo (2014: 135) menyebutkan bahwa instrument yang sering digunakan untuk
mengukur sikap biasanya juga disebut skala sikap. Dan juga menjelaskan bahwa skala sikap
merupakan gambaran tentang kecenderungan perilaku atau reaksi seseorang terhadap objek
atau stimulus yang datang padanya. Sikap dapat diartikan juga sebagai bentuk perasaan
mendukung (favourable) dan perasaan tidak mendukung (unfavourable) pada suatu objek.
STRUKTUR SIKAP
Azwar (2011: 23) menjelaskan bahwa struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
1) Komponen Kognisi
Komponen kognisi merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap. Komponen kognisi berisi tentang kepercayaan

seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek
sikap.
2) Komponen Afeksi
Komponen afeksi merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara
umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu. Namun, pengertian perasaan pribadi seringkali sangat
berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.
3) Komponen Konasi
Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berprilaku tertentu
sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen konatif
menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berprilaku yang
ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang
dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Maksudnya, bagaimana orang
berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya
terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara
konsisten, selaras, dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk

sikap individual. Karena itu, logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap
objek.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SKALA SIKAP
Soesilo (2014: 142) juga menjelaskan kelebihan dan kelemahan skala sikap, yaitu
sebagai berikut:
1) Kelebihan skala sikap
a. Responden dapat diklasifikasikan menurut urutan kelas berdasarkan
skor yang diperoleh.
b. Penyusunan skala sikap terdapat kebebasan dalam memasukan
pertanyaan-pertanyaan,
asalkan
sesuai
dengan
konteks
permasalahan.
c. Dalam skala sikap dapat mengukur validitas dan reliabilitas
instrument
d. Lebih mudah menganalisa setelah skore setiap item dari para
responden didapatkan.

2) Kekurangan skala sikap
a. Penyususnan skala sikap cukup rumit dibanding instrument lainnya.
b. Skala sikap hanya menghitung satu variabel meskipun dengan
menggunakan banyak item pertanyaan dan pernyataan yang harus
diisi oleh responden.
c. Terkadang skor yang diberikan individu tidak memberikan arti.
Banyak pola respons terhadap beberapa item akan memberikan skor
sama. Hal ini bisa di katakan eror dari respons yang terjadi.
SKALA LIKERT
Skala likert pertama kali dikembangkan oleh Rensis Linkert pada tahun 1932 dalam
mengukur sikap masyarakat. Skala ini menggunakan ukuran ordinal sehingga dapat membuat
ranking walaupun tidak diketahui berapa kali responden yang satu lebih baik atau lebih
buruk dari responden lainnya. Wardani (2012: 210) menjelaskan pada awalnya skor tertinggi
tiap butir 5 dan terendah 1. Namun dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan
responden memilih jawaban pada kategori tiga, untuk menghindari hal tersebut skala Likert

dimodifikasi dengan hanya menggunakan 4 pilihan, agar jelas sikap atau minat responden.
Jawaban setiap item insttrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari
sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: sangat penting
(SP), Penting (P), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP) atau (1) sangat setuju, (2)

setuju, (3) tidak seetuju, (4) sangat tidak setuju. Urutan setuju atau tidak setuju dapat dibalik
mulai dari sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju.
Sedangkan dalam Wardani (2012: 208) menyebutkan langkah-langkah dalam
menyusun skala Likert antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Memilih variabel sikap yang akan diukur
Membuat beberapa pernyataan tentang variabel sikap yang dimaksud
Mengklarifikasikan pernyataan positif atau negatif
Menentukan jumlah gradual dan frase atau angka yang dapat menjadi
alternatif pilihan
Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban menjadi sebuah penilaian
Melakukan uji coba

Membuang butir-butir pernyataan yang kurang baik
Melaksanakan penilaian

MENYUSUN PERNYATAAN OBJEK SIKAP
Azwar (2011: 108) menyatakan bahwa perancangan skala sikap terdapat dua hal
penting yang harus diperhatikan, yaitu penentuan dan pembatasan sikap, serta penentuan dan
pembatasan objek sikap yang hendak diukur. Dan juga dalam teori skema triadik tentang
sikap disebutkan bahwa sikap mengandung aspek-aspek perasaan (afektif), fikiran (kognitif)
dan kecenderungan bertindak (konatif).
Edwards (1957) dalam Azwar (2011: 114) juga menjelaskan beberapa kriteria untuk
menulis pernyataan. Kriteria tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Jangan penulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian yang
telah lewat kecuali kalau objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.
b. Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau ditafsirkan sebagai
fakta.
c. Jangan menulis pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari satu
penafsiran.
d. Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek
psikologisnya.
e. Jangan menulis pernyataan yang sangat besar kemungkinannya akan
disetujui oleh hampir semua orang atau bahkan hampir tidak seorang
pun yang akan menyetujuinya.
f. Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan akan mencangkup
keseluruhan liputan skala afektif yang diinginkan.
g. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang sederhana,
jelas dan langsung. Jangan menuliskan pernyataan dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang rumit.

h. Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas dengan menghindari katakata yang tidak diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi
pernyataan.
i. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide (gagasan) yang lengkap.
j. Pernyataan berisi unsur universal seperti “tidak pernah:, “semuanya”,
“tak seorang pun”, dan semacamnya, seringkali menimbulkan
penafsiran yang berbeda-beda dan karenanya sedapat mungkin
hendaklah menghindari.
k. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata”, dan semacamnya harus
digunakan seperlunya saja dan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan
kesalahan penafsiran isi pernyataan.
l. Jangan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat
dimengerti oleh para responden.
m. Hindari pernyataan yang berisi kata negatif ganda.
Sedangkan langkah untuk menyusun pernyataan skala sikap adalah sebagai berikut:
a. Memberikan batasan dan tujuan yang berkaitan dengan obyek sikap
b. Menyusun kisi-kisi komponen/ indikator variabel objek sikap
c. Merumuskan pernyataan sikap sesuai dengan kisi-kisi yang telah
disusun
d. Menandai pernyaataan favorable (+) dan unfavorable (-). Upayakan
jumlah seimbang
MENENTUKAN SKOR UNTUK MASING-MASING PERNYATAAN
Ada dua cara untuk menentukan skala menurut Azwar (2011: 141), yaitu dengan cara
menentukan skala deviasi normal dan menentukan nilai skala dengan cara sederhana.
Namun karena keterbatasan waktu, maka penelitian hanya menggunakan penilaian secara
sederhan. Berikut adalah cara menentukan skor pernyataan dengan cara sederhana.
Penentuan nilai skala dengan memberikan bobot dalam satuan deviasi normal bagi
setiap kategori jawaban merupakan cara yang cermat dan akan menghasilkan interval yang
tepat dalam meletakan masing-masing kategori pada suatu kontinum psikologis. Dengan
cara sederhana, untuk suatu pernyataan yang bersifat favorabel jawaban STS diberi 0,
jawaban TS diberi nilai 1, jawaban E diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS
diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan yang tak-favorabel, respons STS diberi nilai 4, TS
diberi nilai 3, E diberi nilai 2, S diberi nilai 1 dan rspon SS diberi nilai 0. Cara penentuan
nilai ini diberlakukan bagi semua pernyataan sikap yang ada.
METODE PENELITIAN
Berpijak dari tujuan penelitian pengembangan ini, yaitu ingin mengembangkan
instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert dalam evaluasi
pembelajaran di SD, maka penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian

pengembangan. Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji produk tersebut. Pendekatan penelitian
pengembangan sebenarnya merupakan modifikasi dari model penelitian dan pengembangan
yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007:184).
Sedangkan subyek yang berpartisipasi dalam uji coba produk instrumen penilaian
ranah sikap pada uji coba terbatas melibatkan 63 orang siswa SD dari dua sekolah, yaitu SD
Negeri 02 Kalicacing dan SD Negeri 02 Salatiga . Di samping itu juga melibatkan semua
guru di kedu SD serta dua orang guru kelas.
Pada siklus R & D mengacu pendapat Sukmadinata (2007:184) dapat disederhanakan
menjadi tiga langkah utama, dimana masing-masing langkah mencakup beberapa langkah
operasional. Tiga langkah utama tersebut adalah (1) tahap studi pendahuluan, (2) tahap desain
dan pengembangan produk, (3) tahap pengujian produk.
Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk
pengembangan. Tahap ini terdiri atas dua langkah, pertama studi kepustakaan dan kedua
survei lapangan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep
atau teori-teori yang berkenaan dengan produk instrumen penilaian ranah sikap yang akan
dikembangkan. Hasil studi pendahuluan ini kemudian menghasilkan bahan dasar yang akan
digunakan untuk menyusun draft produk, berupa instrumen penilaian ranah sikap.
Pada tahap pengembangan produk melalui beberapa langkah pengembangan. Langkah
pertama diawali dengan penyusunan draft produk. Penyusunan draft produk harus
memperhatikan kompetensi dasar dari silabus, hal ini bertujuan untuk menentukan objek
sikap apa saja yang akan dinilai. Setelah objek sikap ditentukan, maka harus mendefinisikan,
batasan dan tujuan tentang objek sikap. Kemudian menyusun kisi-kisi komponen objek sikap,
merumuskan pernyataan yang sesuai dari kisi-kisi objek sikap. Dan menandai pernyataan
favorable dan unfavorable.
Langkah selanjutnya berupa pengujian produk. Pengujian produk ini melalui uji
validasi ahli dan uji pengguna melaui uji terbatas. Setiap selesai melakukan pengujian
produk, prodak direfisi sesuai dengan masukan para ahli dan pengguna. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Untuk tehnik
pengumpulan data berupa teknik nontes. Teknik analisis data yang digunakan berupa statistik
deskriptif. Kemudian data hasil uji validasi dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif
persentase dan kategoris untuk menggambarkan kelayakan produk instrumen kawasan afektif
model Likert. Pada awalnya skor hasil pengukuran dengan menggunakan angket tertutup
dijumlahkan. Kemudian skor tersebut dipersentase dengan menggunakan rumus:

Skor Aktual
AP = --------------- X 100%
Keterangan:
AP

Skor Ideal
: Angka Persentase

Skor Aktual

: Skor yang diberikan oleh validator ahli

Skor Ideal

: Skor maksimal hasil kali antara jumlah item dengan

skor maksimal masing-masing item.
Angka persentase tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi lima kategori
seperti berikut.

81
61
41
21
1

Interval
- 100 %
- 80 %
- 60 %
- 40 %
- 20 %

Kategori
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah

Berdasarkan kategori persentase di atas, maka hasil uji validasi dapat dikatakan layak
untuk diujicobakan apabila angka rata-rata persentase minimal mencapai kategori tinggi ( ≥
61%).
HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Adapun instrumen yang dikembangkan peneliti berupa isnstrumen yang dapat
digunakan dikurikulum KTSP maupun K13. Kisi-kisi instrumen penilaian sikap ini diambil
dari kompetensi dasar berdasarkan silabus, jadi penilaian ini sesuai dengan materi yang
dipelajari.Instrumen penilaian sikap ini dapat mengukur sikap siswa dengan lebih objektif,
karena menggunakan penilaian diri dan perhitungan skor dengan menggunakan skala deviasi
normal dan cara sederhana.Pernyataan dibuat berdasarkan kaidah-kaidah penulisan
pernyataan, menurut Edwards dalam Azwar (2011: 114). Komponen objek sikap terdiri dari
komponen sikap afektif, kognitif dan konatif, jadi dapat mengukur sikap secara utuh.
Instrumen skala sikap yang digunakan merupakan skala Likert dan responden memilih skala
berdasarkan pilihan responden sendiri, jadi instrumen skala sikap ini benar-benar mewakili
sikap siswa. Untuk itu peneliti berupaya mengembangkan alternatif instrumen penilaian
ranah sikap dengan menggunakan model skala Likert, untuk memberikan sumbangan
pemikiran berupa instrumen penilaian sikap untuk memudahkan guru dalam menilai sikap

dan lebih objektif dalam menentukan penilaian sikap kepada siswa. Maka diperoleh draft
instrumen penilaian ranah sikap sebagai berikut:
KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN SKALA LIKERT
Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan
Definisi

: Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana

seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan membersihkan sampah, piket di
sekolah, menjaga lingkungan, menanam tanaman untuk penghijauan, merawat tanaman, dan
mau menerima sanksi jika merusak lingkungan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang,
rapih dan tidak banjir.
Tabel 1 Rekapitulasi Instrumen Penilaian
Berdasarkan Komponen Ranah Sikap
Indikator Penilaian Ranah
Komponen Sikap
Sikap
Kognisi
Afeksi
Konasi
Hakikat
pelestarian 4
2
0

Jml

%

6

20

lingkungan
Membersihkan sampah
Piket sekolah
Menjaga lingkungan

0
0
agar 0

2
2
2

2
2
2

4
4
4

13
13
13

tidak rusak
Menanam tanaman penghijau 0
Merawat tanaman
0
Menerima
sanksi
jika 2

2
2
2

2
2
0

4
4
4

13
13
13

merusak lingkungan
Total

14

10

30

100%

6

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Ranah Sikap
Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan
N

Aspek

Sub Aspek

Indikator

No

Jumla

o
1

Hakikat

Kognisi

pelestarian

3

4

3

Afeksi

terhadap lingkungan
5
Pelaksanaan pelestarian lingkungan 23,11
Sikap menyukai atau tidak 7,14

2
2

Membersihkan

Afeksi

menyukai pelestarian lingkungan
Sikap untuk membersihkan sampah

9, 4

2

sampah

Konasi

Tindakan

membersihkan 1,19

2

Afeksi

sampah
Sikap terhadap piket disekolah

17, 12

2

Konasi

Tindakan siswa terhadap piket 25, 10

2

Menjaga

Kognisi

sekolah
Sikap

2

lingkungan

Afeksi

tanggungjawab

Konasi

lingkungan
Tindakan siswa untuk menjaga 2, 28

2

Afeksi

lingkungan
Sikap siswa

program 20, 18

2

Konasi

penghijauan
Tindakan siswa menanam tanaman 30, 16

2

Afeksi

penghijau
Sikap siswa

2

Konasi
Afeksi

tanaman
Tindakan siswa merawat tanaman
22, 6
Sikap siswa terhadap sanksi yang 8, 27

Piket sekolah

agar tidak rusak

5

Menanam
tanaman
penghijau

6

Merawat
tanaman

7

tentang

h Item
1

lingkungan
Siapa yang bertanggung jawab 15,24,

lingkungan

2

Pengertian

item
pelestarian 3

Menerima
sanksi

jika

siswa

siswa

terhadap 21, 13
menjaga

terhadap

dalam

merawat 26, 29

2
2

merusak lingkungan

merusak
lingkungan
Prodak yang dikembangkan peneliti berupa isnstrumen penilaian ranah sikap dapat
digunakan dikurikulum KTSP maupun K13. Kisi-kisi instrumen penilaian sikap ini diambil
dari Kompetensi Dasar berdasarkan silabus, jadi penilaian ini sesuai dengan materi yang
dipelajari. Dari silabus diambil kompetensi dasar dalam satu subtema, karena instrumen
penilaian ini bersifat sumatif. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji KD Tema 9 subtema 3
kelas V. Tentang Pelestarian Lingkungan. Silabus Tema 9 subtema 3 kelas V dalam kurikulum

2013. Pada penelitian ini peneliti berfokus untuk mengambil objek sikap tanggung jawab
pelestarian lingkungan. Kemudia objek sikap tersebut didefinisikan. Dari definisi objek sikap
tersebut, dikembangkan menjadi indikator objek sikap. Indikator objek sikap tersebut dibagi
menjadi tiga komponen, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Setelah objek sikap didefinisikan
dan dibuat indikator, langkah selanjutnya dikembangkan lagi menjadi kisi-kisi instrumen
penilaian ranah sikap. Berdasarkan kisi-kisi inilah pernyataan dibuat dan dijadikan
pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pernyataan juga dibuat berdasarkan kaidah-kaidah
penulisan pernyataan. Instrumen penilaian sikap ini dapat mengukur sikap siswa dengan lebih
objektif, karena menggunakan penilaian diri dan perhitungan skor dengan menggunakan
skala deviasi normal dan cara sederhana. Jadi instrumen skala sikap ini benar-benar mewakili
sikap siswa.
Kemudian produk yang sudah didesain berupa instrumen penilaian ranah sikap diuji
validasi ahli untuk mengetahui kelayakan instrumen. Instrumen penilaian ranah sikap
divalidasi oleh dosen ahli dan pengajar matakuliah asesmen. Dimana ahli ini merupakan
seorang profesor yang benar-benar memahami tentang penilaian. Seorang ahli tersebut adalah
Prof. Dr. Slameto, M. Pd. Uji kelayakan instrumen yang telah divalidasi ahli dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3 Uji Kelayakan Instrumen dari Ahli
N

Aspek

Skor

o

Responde

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Ketepatan objek sikap dari standar kompetansi
Ketepatan pendefinisian objek sikap
Kejelasan pendefinisian objek sikap
Keoperasionalan definisi objek sikap
Penyusunan kisi-kisi
Pernyataan tidak mengenai kejadian masa lalu
Pernyataan tidak berupa fakta
Pernyataan tidak menimbulkan lebih dari satu penafsiran
Pernyataan relevan dengan objek psikologis
Pernyataan tidak memiliki kecenderungan banyak responden

n
4
4
3
4
3
4
4
4
4
3

11
12
13
14
15

yang memilih maupun tidak memilih
Bahasa sederhana, jelas, langsung dan tidak rumit
Pernyataan ringkas
Setiap pernyataan berisi satu ide yang lengkap
Pernyataan tidak menimbulkan penafsiran berbeda
Menghindari kata seperti “hanya”, “semata-mata” dan

5
4
4
3
4

kesalahan penafsiran

16
17
18
19
20

Tidak menggunakan istilah yang tidak dimengerti responden
Pernyataan tidak mengandung pernyataan negatif ganda
Pernyataan favorable dan tak favorable seimbang
Layout yang digunakan mudah untuk dibaca dan dipahami
Kelengkapan tata cara pemberian skor
Jumlah skor / kategori

5
4
4
3
3
76 / Tinggi

Dari hasil uji kelayakan prodak dapat diketahui bahwa jumlah skor untuk kelayakan
instrumen dari ahli adalah 76. Dan diperoleh perhitungan dalam presentase sebesar 76%.
Nilai tersebut masuk dalam kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa kelayakan instrumen
penilaian ranah sikap dinilai layak oleh ahli. Kemudian ahli juga memberikan masukan dari
instrumen yang telah diuji kelayakannya. Masukan dari ahli bahwa kelengkapan instrumen
perlu disusun. Maka peneliti memperbaiki instrumen yang telah divalidasi ahli.
Produk yang direvisi disusun kembali kelengkapan istrumen penilaian ranah sikap
dengan menggunakan skala Likert. Dimulai dari mengkaji kompetensi dasar, mendefinisikan
objek sikap, menyusun kisi-kisi komponen/ indikator variabel obyek sikap yang akan di
kembangkan, Merumuskan pernyataan sikap sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun,
Menandai pernyaataan favorable (+)

dan unfavorable (-), Uji coba instrumen, dan

Menentukan skor masing-masing pernyataan. Kemudian dilengkapi dengan panduan
penggunaan instrumen penilaian ranah sikap, objek sikap, pendefinisian objek sikap,
komponen indikator objek sikap dan pernyataan yang mengandung unsur favorable dan
unfavorable, kemudian dimasukan ke dalam skala Likert. Dilengkapi juga dengan penskoran
yang menggunakan skala deviasi normal dan cara sederhana.
Sedangkan untuk uji terbatas instrumen penilaian ranah sikap diuji oleh oleh guru SD
di sekolah SD Negeri Kalicacing 02 dan SD Negeri 02 Salatiga. Di SD Negeri Kalicacing 02
uji kelayakan instrumen dilakukan oleh ibu Indah Widjarningsih, S. Pd wali kelas lima.
Sedangkan uji kelayakan instrumen penilaian sikap di SD Negeri 02 Salatiga dilakukan oleh
ibu Padmi Budiarsi, S. Pd.wali kelas lima. Deskripsi penilaian menurut pengguna instrumen
penilaian ranah sikap dengan skala Likert melalui uji terbatas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4 Uji Kelayakan Instrumen dari Pengguna
N

Aspek

o
1

Ketepatan objek sikap dari standar
kompetansi

Skor

Skor

Rerata

Responde

Responde

Skor

n1
4

n2
4

4

2
3
4
5
6

Ketepatan pendefinisian objek sikap
Kejelasan pendefinisian objek sikap
Keoperasionalan definisi objek sikap
Penyusunan kisi-kisi
Pernyataan tidak mengenai kejadian

4
3
4
3
4

4
4
4
4
4

4
3,5
4
3,5
4

7
8

masa lalu
Pernyataan tidak berupa fakta
Pernyataan tidak menimbulkan lebih

4
4

4
4

4
4

9

dari satu penafsiran
Pernyataan relevan dengan objek

4

4

4

10

psikologis
Pernyataan tidak memiliki

4

4

4

kecenderungan banyak responden yang
11

memilih maupun tidak memilih
Bahasa sederhana, jelas, langsung dan

4

4

4

12
13

tidak rumit
Pernyataan ringkas
Setiap pernyataan berisi satu ide yang

4
3

4
4

4
3,5

14

lengkap
Pernyataan tidak menimbulkan

3

4

3,5

15

penafsiran berbeda
Menghindari kata seperti “hanya”,

4

4

4

16

“semata-mata” dan kesalahan penafsiran
Tidak menggunakan istilah yang tidak

3

4

3,5

17

dimengerti responden
Pernyataan tidak mengandung

3

4

3,5

18

pernyataan negatif ganda
Pernyataan favorable dan tak favorable

4

4

4

19

seimbang
Layout yang digunakan mudah untuk

4

4

4

3

4

3,5
76,5

dibaca dan dipahami
20 Kelengkapan tata cara pemberian skor
Jumlah skor
Kategori

Tinggi

Dari uji terbatas dapat diketahui bahwa jumlah skor untuk kelayakan instrumen dari
pengguna adalah 76,5. Diperoleh perhitungan dalam presentase sebesar 76,5%. Nilai tersebut
masuk dalam kategori “Tinggi”. Hal ini berarti bahwa kelayakan instrumen penilaian ranah
sikap dinilai layak oleh pengguna yaitu guru.

Dan pengguna memberikan masukan bawha untuk skor penilaian nilai sikap dibuat
dengan sistem kolom dan penulisan kisi-kisi perlu ditambahi kolom KD. Dari masukan salah
satu pengguna, peneliti membuat penskoran dengan cara sederhana agar lebih mudah pahami
dan memudahkan untuk digunakan guru. Penskoran ini telah dilampirkan. Selain itu
pengguna memberikan masukan, dalam penulisan kisi-kisi KD perlu dicantumkan dalam
sebuah kolom. Namun untuk menambahkan kolom Kompetensi Dasar digabungkan dengan
kisi-kisi membuat tabel kisi-kisi menjadi kurang efesien. Karena penilaian ranah sikap yang
dikembangkan peneliti merupakan penilaian sumatif, karena melakukan penilaian sikap
dalam setiap subtema. Jadi, jika kolom Kompetensi dasar digabungkan terlalu banyak
Kompetensi Dasar yang harus ditulis. Dalam kurikulum 2013 menggunakan tematik, yang
menggabungkan beberapa mata pelajaran ke dalam satu pembelajaran.
Produk akhir dari pengembangan ini berupa instrumen penilaian ranah sikap. Bagian
yang pertama adalah kompetensi dasar yang didfinisikan. Setelah objek sikap didefinisikan
secara detail lalu dibuat kisi-kisi yang didalamnya berupa komponen-komponen indikator
objek sikap, komponen indikator dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan yang
mengandung unsur pernytaan favorable dan unfavorable. Pernyataan sikap yang dibuat ini
mengandung tiga komponen sikap, yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kemudian menandai
pernyaataan favorable (+) dan unfavorable (-). Pernyataan favorable adalah pernyataan yang
mendukung atau memihak pada obyek sikap, pernyataan ini mengatakan hal yang bersifat
positif. Dan pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap atau
pernyataan unfavorable, dan bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap obyek sikap
yang hendak diungkap. Lalu sebelum instrumen digunakan, maka instrumen diuji coba.
Dalam dunia psikometri (pengukuran kawasan psikologis), uji coba instrumen hukumnya
wajib. Tujuannya untuk mengetahui tingkat kesahihan dan keterandalan instrumen. Upayakan
subjek uji coba memiliki karakteristik yang mirip dengan subjek aslinya.
Maka setelah dilakukan uji coba, instrumen yang dibuat bisa digunakan untuk
mengukur sikap siswa pada kelas yang materinya mengenai objek sikap yang akan dinilai.
Dalam penelitian ini peneliti mengukur sikap tanggung jawab terhadap lingkungan pada kelas
lima semester dua. Dalam menentukan skor masing-masing pernyataan. Pemberian skor
dalam penilaian ranah sikap dengan skala Likert dapat dilakukan dengan dua cara. Menurut
Azwar (2011: 141), yaitu dengan cara menentukan skala deviasi normal dan menentukan nilai
skala dengan cara sederhana. Karena keterbatasan waktu dalam penelitian, peneliti hanya
mampu menyelesaikan pemberian skor sampai pada tahap penberian skor dangan cara
sederhana. Yaitu untuk suatu pernyataan yang bersifat favorabel jawaban STS diberi 0,

jawaban TS diberi nilai 1, jawaban E diberi nilai 2, jawaban S diberi nilai 3, dan jawaban SS
diberi nilai 4. Dan untuk pernyataan yang tak-favorabel, respons STS diberi nilai 4, TS diberi
nilai 3, E diberi nilai 2, S diberi nilai 1 dan rspon SS diberi nilai 0. Cara penentuan nilai ini
diberlakukan bagi semua pernyataan sikap yang ada.
SIMPULAN
Dari uraian yang dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
Hasil pengembangan instrumen penilaian ranah sikap yang dikembangkan berupa instrumen
pengukuran sikap berupa pernyataan yang dibentuk didalam skala Likert. Pernyataan ini
dibuat berdasarkan standar kompetensi kemudian didefinisikan objek sikap yang ada dalam
standar kompetensi. Lalu dibuat kisi-kisi/indikator variabel objek sikap yang akan
dikembangkan. Kisi-kisi yang sudah dibuat kemudian dikembangkan menjadi pernyataan
sikap yang dibentuk di dalam skala Likert. Penilaian ini hanya dilakukan pada setiap selesai
satu subtema atau penilaian ini bisa dikatakan penilaian sumatif. Setelah siswa mengisi
pernyataan dengan skala yang dipilih berdasarkan diri siswa sendiri, maka untuk menghitung
skor dilakukan dengan menentukan skala deviasi normal dan cara sederhana. Dalam
penelitian ini, peneliti menghitung dengan cara sederhana yang telah dicantumkan dalam
lampiran.
Kelayakan instrumen penilaian ranah sikap dengan skala Liket menurut ahli yaitu
dosen asesmen Prof. Dr. Slameto, M. Pd. diketahui dari jumlah skor validasi ahli yaitu
sebesar 76. Dalam presentase mencapai nilai 76% yaitu mencapai kategori “Tinggi”. Hal ini
berarti bahwa kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala Likert
yang dikembangkan layak untuk digunakan. Sedangkan kelayakan instrumen penilaian ranah
sikap dengan skala Liket menurut pengguna yaitu guru SD Negeri Kalicacing 02 dan SD
Negeri 02 Salatiga. Di SD Negeri Kalicacing 02 uji kelayakan instrumen menurut pengguna
dilakukan oleh ibu Indah Widjarningsih, S. Pd guru wali kelas lima. Sedangkan uji kelayakan
instrumen penilaian ranah sikap menurut pengguna di SD Negeri 02 Salatiga dilakukan oleh
ibu Padmi Budiarsi, S. Pd. guru wali kelas lima. Diketahui dari jumlah skor uji pengguna
yaitu sebesar 76,5. Dalam presentase mencapai nilai 76,5% yaitu mencapai kategori “Tinggi”.
Hal ini berarti bahwa kualitas instrumen penilaian ranah sikap dengan menggunakan skala
Likert yang dikembangkan layak untuk digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar.
Danny Soesilo, Tritjahjo, dkk. 2014. Asesmen Non-tes Dalam Bimbingan dan Konseling.
Salatiga. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana.
Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrument Tes Dan Non Tes. Jogjakarta. Mitra
Cendikiawan.
Rezema Putra, Sitiatava. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jogjakarta. DIVA
Press
Sulistya Wardani, Naniek dkk. 2012. Asesmen Pembelajaran Bahan Belajar Mandiri SD.
Salatiga: Widya Sari Press Salatiga.
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: PT Bumi
Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Surabaya: Kencana
Pramedia Group
Erdogan, Mehmet, et al. 2011. Development and validation of Children’s Responsible
Environmental Behavior Scale. Environmental Education Research. Vol. 18, No. 4,
August
2012,
507–540.
http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=ehh&AN=77330326&site=ehost-live (13 Agustus 2015).
Kose , Esra Ozay. 2010. The Factors That Affect Attitudes towards Environment of
Secondary School Students. Turkish Science Education. Volume 7, Issue 3, September
2010. http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=ehh&AN=55823327&site=ehost-live (13 Agustus 2015).
Amirali, Munira. 2010. Students’ Conceptions of the Nature of Mathematics and Attitudes
towards Mathematics Learning. Journal of Research and Reflections in Education
June 2010, Vol.4, No.1, pp 27 -41. http://search.ebscohost.com/login.aspx?
direct=true&db=ehh&AN=62087446&site=ehost-live. (13 Agustus 2015).

LAMPIRAN PRODUK AKHIR
INSTRUMEN PENILAIAN RANAH SIKAP DENGAN SKALA LIKERT

KOMPETENSI DASAR DARI SILABUS
KD berdasarkan silabus Tema 9 subtema 3 kelas V. Tentang Pelestarian Lingkungan
dalam kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:
No Mata
1.

Pelajaran
PPKn

Kompetensi Dasar
3.2

Materi Pembelajaran

Memahami hak 

hak kewajiban dan Observasi:

kewajiban dan

tanggung

jawab  Sikap

tanggungjawab sebagai

sebagai

warga

warga dalam kehidupan

dalam

sehari-hari

sehari-hari

di

rumah,

dan sekolah

rumah,

4.2 Melaksanakan

kehidupan
di
sekolah,

kecermatan
peserta didik
dalam
mengamati

dan masyarakat
contoh akibat jika

gambar

menegakkan aturan

warga negara tidak

permasalahan

di lingkungan rumah, dan

memperoleh

terganggunya



kewajiban dan

2.

Penilaian Sikap

Bahasa

haknya
sekolah
3.1 Menggali informasi  teks laporan buku

Indonesia

dari teks laporan buku

tentang

tentang

manusia

makanan

dan

ranta makanan, kesehatan

kesehatan

tentang

keseimbangan
alam

akibat

ulah manusia
 Sikap

manusia

keseimbangan

tanggung-

ekosistem, serta alam dan

jawab peserta

pengaruh

didik

kegiatan

manusia dengan bantuan

menyusun

guru dan teman dalam

laporan

bahasa Indonesia lisan

tertulis

dan

tulis

memilih

dengan

dan

memilah

kosakata baku
4.1

Mengamati,

mengolah,

dan

menyajikan teks laporan
buku tentang makanan
dan rantai makanan,
kesehatan manusia,
keseimbangan ekosistem,
serta alam dan pengaruh
kegiatan manusia secara
mandiri

dalam

bahasa

Indonesia lisan dan tulis
dengan
3.

dalam

memilih

dan

Matematik

memilah kosakata baku
3.8 Memahami arti rata-

a

rata, median dan modus

median

dari sekumpulan data

modus
rata-rata



(KD Buku)
3.9 Memahami konsep
frekuensi relatif melalui
percobaan dan table (KD
Buku)
4.14 Mengumpulkan,
menata,

membanding-

kan, dan menyajikan data
cacahan



dan

ukuran

sekumpulan data.
dan

sekumpulan data.

menggunakan

tabel,

grafik batang piktogram,
dan diagram lingkaran
(grafik kue serabi) (KD
Buku)
4.15
Membuat

kuesioner/

lembar isian sederhana
untuk mendapatkan
informasi tertentu
4.16 Menyatakan
kesimpulan berdasarkan
4.

IPA

data tabel atau grafik
3.4

 usaha-usaha

Mengenal

pelestarian

rangkaian listrik

lingkungan.
 Kegiatan manusia

sederhana dan sifat

terhadap perubahan

magnet serta

yang terjadi di alam
 Dampak kegiatan

penerapannya
dalam kehidupan

manusia

sehari-hari

terhadap

perubahan alam.

4.7 Menyajikan
laporan tentang
jenis penyakit
yang berhubungan
dengan gangguan
pada organ tubuh
5.

IPS

manusia
3.5 Memahami

 sifat

dan

manusia Indonesia dalam

karakteristik

bentuk-bentuk dan sifat

manusia Indonesia

dinamika

interaksi

berdasarkan bentuk

dengan lingkungan alam,

dan sifat dinamika

sosial,

insteraksinya

budaya,

dan

ekonomi
4.3

dengan lingkungan
Menyajikan

alamnya.

pemahaman
tentang manusia
dalam hubungannya
dengan kondisi
geografis
6.

diwilayah

Penjasorke

Indonesia
3.11 Memahami bahaya  zat-zat

s

merokok

terhadap

kesehatan tubuh
4.11

7

SBdP

Menceritakan

berbahaya

dalam rokok
 akibat
zat-zat
berbahaya

dalam

bahaya merokok terhadap

rokok

kesehatan tubuh.
3.4 Memahami prosedur

kesehatan tubuh
 prosedur

dan

dan langkah kerja dalam

langkah

kerja

berkarya

kreatif

dalam

berkarya

khas

kreatif

benda

berdasarkan

ciri

daerah
4.14

kerajinan
Membentuk karya

kerajinan
keras

dari

bahan

bagi

KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN SIKAP DENGAN SKALA LIKERT
Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan
Definisi

: tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana

seseorang memiliki kecenderungan melakukan tindakan membersihkan sampah, piket di
sekolah, menjaga lingkungan, menanam tanaman untuk penghijauan, merawat tanaman, dan
mau menerima sanksi jika merusak lingkungan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang,
rapih dan tidak banjir.
KOMPONEN INDIKATOR
OBJEK SIKAP
Hakikat pelestarian lingkungan
Membersihkan sampah
Piket sekolah
Menjaga lingkungan agar tidak rusak
Menanam tanaman penghijau
Merawat tanaman
Menerima sanksi jika merusak
lingkungan
Total

KOMPONEN SIKAP
Kognisi
Afeksi
Konasi

Jml

%

4
0
0
0
0
0
2

2
2
2
2
2
2
2

0
2
2
2
2
2
0

6
4
4
4
4
4
4

20
13
13
13
13
13
13

6

14

10

30

100%

PENURUNAN KISI-KISI INSTRUMEN SIKAP DENGAN SKALA LIKERT

Obyek sikap : Tanggung Jawab Pelestarian Lingkungan
N

Aspek

Sub Aspek

Indikator

o
1

Hakikat

Kognisi

Pengertian

pelestarian

3

4

Afeksi

2
2

Membersihkan

Afeksi

menyukai pelestarian lingkungan
Sikap untuk membersihkan sampah

9, 4

2

sampah

Konasi

Tindakan

membersihkan 1,19

2

Afeksi

sampah
Sikap terhadap piket disekolah

17, 12

2

Konasi

Tindakan siswa terhadap piket 25, 10

2

Menjaga

Kognisi

sekolah
Sikap

2

lingkungan

Afeksi

tanggungjawab

Konasi

lingkungan
Tindakan siswa untuk menjaga 2, 28

2

Afeksi

lingkungan
Sikap siswa

program 20, 18

2

Konasi

penghijauan
Tindakan siswa menanam tanaman 30, 16

2

Afeksi

penghijau
Sikap siswa

2

Konasi
Afeksi

tanaman
Tindakan siswa merawat tanaman
22, 6
Sikap siswa terhadap sanksi yang 8, 27

Piket sekolah

Menanam
penghijau
Merawat
tanaman

7

h Item
1

terhadap lingkungan
5
Pelaksanaan pelestarian lingkungan 23,11
Sikap menyukai atau tidak 7,14

tanaman

6

item
pelestarian 3

3

agar tidak rusak

5

tentang

Jumla

lingkungan
Siapa yang bertanggung jawab 15,24,

lingkungan

2

No

Menerima
sanksi

jika

siswa

siswa

terhadap 21, 13
menjaga

terhadap

dalam

merawat 26, 29

2
2

merusak lingkungan

merusak
lingkungan
Pernyataan Yang Disusun Dari Kisi-Kisi
Dan Diseimbangkan Dengan Pernyataan Favorable Dan Tak Favorable

1. Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu keadaan dimana seseorang
memiliki kecenderungan melakukan tindakan pelestarian lingkungan(kognisi, +)
2. Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab orang dewasa, sedangkan siswa
bertanggung jawab untuk belajar(kognisi,-)
3. Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan sekolah tetap bersih, rindang, rapih
dan tidak banjir.(kognisi, +)
4. Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan menjadi kawasan hijau(kognisi, -)
5. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang siap menerima sanksi ketika
melakukan tindakan kerusakan lingkungan(kognisi, +)
6. Seharusnya

sekolah

mengeluarkan

siswa

yang

melakukan

kerusakan

lingkungan(kognisi, -)
7. Saya suka membersihkan lingkungan agar lingkungan terlihat bersih(afeksi, +)
8. Saya kurang setuju melakukan kegiatan kebersihan lingkungan, karena waktu yang
tersedia habis untuk membersihkan lingkungan daripada belajar(afeksi, -)
9. Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan agar tidak bau(afeksi, +)
10. Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan karena disuruh oleh guru(afeksi, -)
11. Saya setuju dengan dibuatnya jadwal piket, karena akan membuat teman-teman saya
bertanggung jawab dengan kebersihan lingkungan(afeksi, +)
12. Saya kurang setuju dengan adanya jadwal piket, karena membebani siswa(afeksi,-)
13. Saya setuju semua siswa diwajibkan menjaga lingkungan agar tidak rusak(afeksi, +)
14. Saya kurang setuju jika siswa diwajibkan menjaga lingkungan, karena masih anakanak(afeksi,-)
15. Saya setuju dengan program penghijauan, agar lingkungan menjadi rindang(afeksi,+)
16. Saya kurang setuju dengan program penghijauan, karena daun yang berguguran akan
membuat halaman menjadi kotor (afeksi, -)
17. Saya setuju diadakannya kegiatan merawat tanaman, karena merupakan kegiatan yang
dapat melestarikan lingkungan (afeksi ,+)
18. Saya kurang suka merawat tanaman, karena membuang-buang waktu untuk belajar
(afeksi, -)
19. Saya setuju diadakannya sanksi untuk siswa yang merusak lingkungan(afeksi, +)
20. Saya kurang setuju diadakannya sanksi, karena dapat membebani anak untuk sekolah
(afeksi, -)
21. Seharusnya saya rutin membersihkan sampah dilingkungan agar lingkungan menjadi
bersih (konatif, +)

22. Saya tidak harus membersihkan lingkungan karena sudah ada pak bon(konatif, -)
23. Seharusnya saya datang lebih awal ketika tiba jadwal piket saya(konatif, +)
24. Saya lebih suka datang tepat waktunya jam pelajaran ketika piket karena lebih efisien
(konatif, -)
25. Saya akan bermain ditempat yang tidak merusak tanaman(konatif, +)
26. Saya lebih suka bermain ditaman sekolah dari pada dilapangan(konatif, -)
27. Saya seharusnya menanam tanaman agar lingkungan lebih sejuk(konatif, +)
28. Saya tidak perlu menanam tanaman karena sudah ada dinas pertamanan yang
melakukan(konatif, -)
29. Seharusnya saya merawat tanaman agar tumbuh dengan baik dan menjadi peneduh
lingkungan (konatif, +)
30. Saya tidak harus merawat tanaman karena bisa tumbuh sendiri (konatif,-)

INSTRUMEN SKALA SIKAP
Berikut adalah pernyataan yang berkaitan dengan disiplin sekolah. Silakan
menyatakan sikap dengan cara memberi tanda centang (√) di bawah kolom STS (Sangat
Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), S (Setuju) dan SS (Sangat Setuju) sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya!
NO

PERNYATAAN

1

Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan sekolah

KATEGORI JAWABAN
STS TS
S
SS

2

tetap bersih, rindang, rapih dan tidak banjir
Saya setuju dengan program penghijauan, agar lingkungan

3

menjadi rindang
Seharusnya saya datang lebih awal ketika tiba jadwal piket

4

saya
Saya setuju dengan dibuatnya jadwal piket, karena akan
membuat teman-teman saya bertanggung jawab dengan

5

kebersihan lingkungan
Saya lebih suka datang tepat waktunya jam pelajaran ketika

6

piket karena lebih efisien
Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang siap
menerima sanksi ketika melakukan tindakan kerusakan

7

lingkungan
Saya suka membersihkan lingkungan agar lingkungan

8

terlihat bersih
Saya kurang setuju jika siswa diwajibkan menjaga

9

lingkungan, karena masih anak-anak
Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan agar tidak

10

bau
Pelestarian lingkungan dilakukan agar lingkungan menjadi

11

kawasan hijau
Saya setuju diadakannya kegiatan merawat tanaman, karena

12

merupakan kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan
Saya kurang setuju dengan adanya jadwal piket, karena

13

membebani siswa
Seharusnya saya rutin membersihkan sampah dilingkungan

14

agar lingkungan menjadi bersih
Saya setuju semua siswa diwajibkan menjaga lingkungan

15

agar tidak rusak
Saya kurang setuju diadakannya sanksi, karena dapat

16

membebani anak untuk sekolah
Saya kurang suka merawat tanaman, karena membuang-

17

buang waktu untuk belajar
Saya lebih suka bermain ditaman sekolah dari pada

18

dilapangan
Seharusnya saya merawat tanaman agar tumbuh dengan

19

baik dan menjadi peneduh lingkungan
Saya kurang setuju melakukan kegiatan kebersihan
lingkungan, karena waktu yang tersedia habis untuk

20

membersihkan lingkungan daripada belajar
Saya seharusnya menanam tanaman agar lingkungan lebih

21

sejuk
Tanggung jawab pelestarian lingkungan adalah suatu
keadaan

dimana

seseorang

memiliki

kecenderungan

22

melakukan tindakan pelestarian lingkungan
Saya setuju diadakannya sanksi untuk siswa yang merusak

23
24

lingkungan
Saya akan bermain ditempat yang tidak merusak tanaman
Saya setuju membersihkan sampah dilingkungan karena

25

disuruh oleh guru
Pelestarian lingkungan adalah tanggung jawab orang

26

dewasa, sedangkan siswa bertanggung jawab untuk belajar
Saya tidak perlu menanam tanaman karena sudah ada dinas

27

pertamanan yang melakukan
Saya tidak harus merawat tanaman karena bisa tumbuh

28

sendiri
Saya kurang setuju dengan program penghijauan, karena
daun yang berguguran akan membuat halaman menjadi

29

kotor
Saya tidak harus membersihkan lingkungan karena sudah

30

ada pak bon
Seharusnya sekolah mengeluarkan siswa yang melakukan
kerusakan lingkungan

PENSKORAN
Ada dua cara untuk menentukan skala menurut Azwar (2011: 141), yaitu dengan cara
menentukan skala deviasi normal dan menentukan nilai skala dengan cara sederhana.
1) Menentukan Skala dengan Deviasi Normal
Azwar (2011: 141) menjelaskan tentang cara menentukan skala dengan deviasi
normal. Tujuan penentuan nilai skala dengan deviasi normal adalah untuk member bobot
tertinggi bagi kategori jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah bagi
kategori jawaban yang tidak favorabel. Jawaban favorabel adalah respons setuju terhadap
pernyataan yang favorabel dan respon tidak setuju terhadap pernyataan yang takfavorabel. Jawaban tidak favorabel adalah respons tidak setuju terhadap pernyataan yang
tak-favorabel.

Dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan akan diperoleh distribusi
frekuensi responden bagi setiap kategori, yang kemudian secara komulatif akan dilihat
deviasinya menurut deviasi normal. Dari sinilah nilai skala dapat ditentukan. Nilai skala
ini kemudian akan menjadi skor terhadap jawaban individual responden yang diukur
sikapnya.
Berikut proses penentuan nilai skala bagi responden terhadap contoh pernyataan
nomor 1 pada tabel 1.1 . dalam tabel,