PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS ENT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA BERBASIS
ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN MINAT
KEWIRAUSAHAAN
Mukhsinin
Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang
Jawa Tengah Indonesia
Email : mukhsininspd@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bahan ajar IPA berbasis entrepreneurship.
Bahan ajar berbasis entrepreneurship diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan minat kewirausahaan siswa. Pengembangan bahan ajar dilakukan dengan
melalui beberapa tahap yaitu studi pendahuluan, tahap perencanaan (penyusunan draft
awal), tahap pengembangan (validasi, uji coba terbatas, uji coba luas dan revisi), produk
akhir. Bahan ajar yang dihasilkan memiliki berapa karakter yaitu membangun persepsi
positif siswa terhadap dirinya sendiri dan terhadap kegiatan wira usaha, membangkitkan
motivasi berwira usaha, menanamkan nilai-nilai kewirausahaan, menambah wawasan dan
pengetahuan tentang kewirausahaan dan memberi bekal keterampilan wira usaha kepada
siswa. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Pati. Data yang dianalisis
meliputi hasil belajar siswa, minat kewirausahaan siswa dan respon siswa terhadap
pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketuntasan belajar klasikal

mencapai 93,3%, minat kewirausahaan siswa meningkat dari skor rata-rata 69 menjadi 79
dengan peningkatan berkategori sedang dan respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan bahan ajar berbasis entrepreneurship adalah positif. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa bahan ajar bebasis entrepreneurship efektif digunakan dalam
pembelajaran dan mampu meningkatkan minat kewirausahaan siswa.
Kata kunci : bahan ajar, entrepreneurship, minat kewirausahaan
Abstract
This study was conducted to obtain teaching materials science-based entrepreneurship.
Entrepreneurship-based teaching materials required as part of efforts to increase student
interest in entrepreneurship. Development of teaching materials is done through several
stages of preliminary studies, the planning phase (preparation of the preliminary draft),
stage of development (validation, limited testing, extensive testing and revision), the final
product. Teaching materials produced has how many characters that build positive
perceptions of students towards themselves and towards entrepreneurial activity,
motivational berwira, instilling the values of entrepreneurship, add insight and knowledge
about entrepreneurship and gives stock entrepreneurial skills to students. Subjects were
students of class VIIA SMP Negeri 1 Pati. The data analyzed include the results of student
learning, entrepreneurial interests of students and students' responses to learning. Based on
the results of the study showed that classical learning completeness reached 93.3%,
increasing student interest in entrepreneurship from an average score of 69 to 79 with an

increase in moderate category and the students' responses to learning using teaching
materials based entrepreneurship is positive. Based on the results of the study concluded
1

2

that entrepreneurship-based teaching material is effectively used in learning and improve
student interest in entrepreneurship.
Keywords : teaching materials, entrepreneurship, entrepreneurial interest

PENDAHULUAN
Saat ini masalah pengembangan jiwa kewirausahaan melalui pendidikan formal
menjadi aktual untuk dibahas. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan

yang sangat

rasional. Salah satu alasannya adalah masih banyaknya lulusan pendidikan dasar atau
menengah yang tidak dapat melanjutkan sekolahnya hingga ke perguruan tinggi. Sementara
mereka tidak memiliki bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Alasan lainnya yaitu
meningkatnya angkatan kerja terdidik lulusan perguruan tinggi yang jumlahnya semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Kenaikan jumlah lulusan tersebut tidak diimbangi dengan
ketersediaan kesempatan kerja sehingga akhirnya menimbulkan residu angkatan kerja
berupa pengangguran.
Menurut Sanisah (2010), terdapat tiga faktor yang menyebabkan banyaknya lulusan
yang menganggur. Faktor pertama adalah hambatan kultural yaitu menyangkut budaya yang
berkembang di masyarakat, seperti kebanggaan orang tua apabila anaknya diterima menjadi
pegawai baik pegawai negeri ataupun pegawai swasta.. Sedangkan faktor yang kedua
adalah pendidikan formal yang dinilai belum mampu mencetak lulusan yang siap kerja.
Sedangkan faktor penyebab yang ketiga terkait dengan ketidakmampuan para lulusan untuk
memenuhi kualitas yang dikehendaki oleh pasar.
Akibat faktor budaya yang belum berpihak pada bidang kewirausahaan, secara tidak
langsung mempengaruhi persepsi dan minat siswa pada kegiatan kewirausahaan menjadi
rendah. Oleh karena itu diperlukan adanya upaya yang dilakukan guru dan sekolah untuk
mengembangkan

pendidikan berbasis entrepreneurship. Pendidikan yang berbasis

entrepreneurship menurut Winarno (2009) adalah pendidikan yang menerapkan prinsipprinsip dan metodologi ke arah internalisasi nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik.
Hal ini dilakukan dengan mengintegrasikan perkembangan yang terjadi baik di lingkungan
sekolah maupun lingkungan masyarakatnya ke dalam kurikulum serta penggunaan model

dan bahan pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sedangkan
menurut Edmond (2014), pendidikan berbasis entrepreneurship adalah pendidikan yang
didisain sedemikian sehingga dapat membentuk siswa menjadi seorang entrepreuner.

3

Pendekatan yang digunakan harus merangsang siswa untuk memiliki rasa ingin tahu dan
kreativitas. Merangsang siswa dengan kemampuan kewirausahaan akan membuat mereka
percaya diri akan kelebihan dan kelemahan mereka.
Pendidikan yang berbasis entrepreneurship dilakukan untuk meningkatkan minat
siswa terhadap kegiatan kewirausahaan. Menurut Bird (1988), minat kewirausahaan dapat
dinyatakan sebagai keadaan pikiran yang mengarahkan dan membimbing tindakan individu
untuk mengembangkan dan mengimplementasikan usaha baru atau menciptakan nilai-nilai
baru dari yang telah ada. Minat tersebut dibentuk oleh faktor-faktor yang berbeda dari setiap
individu seperti kebutuhan, keinginan, nilai-nilai, kebiasaan dan keyakinanMelalui
pendidikan berbasis kewirausahaan akan mempengaruhi pola pikir lulusan dari pencari
kerja menjadi pencipta pekerjaan (Ekpoh: 2011). Menurut Turker (2008) minat
kewirausahaan dapat dibentuk melalui pendidikan. Demikian pula menurut Lee (2005),
menyimpulkan bahwa selain faktor pengalaman pribadi, lingkungan sosial dan budaya,
pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam membangun kewirausahaan.

.Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh para guru IPA adalah dengan
mengembangkan bahan ajar yang berbasis entrepreneurship. Melalui bahan ajar berbasis
entrepreneurship dan implementasinya dalam pembelajaran, guru membangun persepsi
positif siswa tentang kewirausahaan, membangkitkan motivasi berwirausaha dan apabila
memungkinkan memberi keterampilan berwirausaha dengan membuat produk-produk
tertentu, sehingga dapat menjadi rangsangan kepada siswa untuk menekuni bidang
kewirausahaan.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana
mengembangkan bahan ajar IPA yang berbasis entrepreneurship, 2) Bagaimana kevalidan
bahan ajar IPA yang berbasis entrepreneurship hasil pengembangan, 3) Bagaimana
keefektifan bahan ajar IPA yang berbasis entrepreneurship hasil pengembangan, 4)
Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar IPA yang
berbasis entrepreneurship, 5) Bagaimana karakteristik bahan ajar IPA yang berbasis
entrepreneurship dapat meningkatkan minat kewirausahaan siswa SMP.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mendapatkan bahan ajar IPA berbasis
entrepreneurship, 2) Mengetahui kevalidan bahan ajar IPA berbasis entrepreneurship 3)
Mengetahui keefektifan bahan ajar IPA berbasis entrepreneurship, 4) Mengetahui
karakteristik bahan ajar IPA berbasis entrepreneurship untuk meningkatkan minat
kewirausahaan siswa.
METODE PENELITIAN


4

Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dengan produk akhir berupa bahan
ajar IPA berbasis entrepreneurship. Tahap-tahap yang dilakukan adalah 1) Studi
Pendahuluan, meliputi proses identifikasi kebutuhan bahan ajar, analisis kurikulum dan
identifikasi latar belakan, 2) Tahap Perencananaan/Disain Produk, berdasarkan hasil studi
pendahuluan kemudian dikembangkan draft awal bahan ajar, 3) Tahap Pengembangan,
meliputi proses validasi baik oleh ahli maupun oleh guru, proses uji coba terbatas dan
proses uji coba luas, 4) Produk Akhir, produk akhir diperoleh setelah melalui beberapa
revisi yang dilakukan selama tahap pengembangan produk.
Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pati yang terdiri dari 9
kelas. Sedangkan sampel penelitian adalah kelas VIIA berjumlah 30 siswa, diambil melalui
cluster random sampling.
Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu teknik non tes dengan
instrumen berupa lembar validasi bahan ajar, angket respon siswa terhadap pembelajaran
menggunakan bahan ajar hasil pengembangan, angket minat kewirausahaan siswa, lembar
observasi untuk memperoleh data nilai sikap dan keterampilan siswa. Sedangkan teknik tes
digunakan untuk mendapatkan data hasil belajar kognitif siswa.
Keberhasilan


penelitian

ditentukan

apabila

bahan

ajar

efektif

ketika

diimplementasikan dan mampu meningkatkan minat kewirausahaan siswa. Kefektifan
bahan ajar dilihat dari hasil belajar siswa yang memenuhi ketuntasan individual dan
ketuntasan klasikal dimana 85% siswa berhasil melampaui kriteria ketuntasan minimal
individual. Sedangkan peningkatan minat kewirausahaan siswa dilihat dari peningkatan
rata-rata skor hasil angket siswa antara sebelum pembelajaran dan ssudah pembelajaran

menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Kriteria peningkatan diuji dengan uji gain
ternormalisasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengembangan diawali dengan studi pendahuluan, salah satunya tentang
kebutuhan bahan ajar. Hasil angket terhadap guru IPA ternyata mereka berpendapat bahwa
pengembangan bahan ajar berbasis entrepreneurship diperlukan karena pentingnya
penanaman semangat kewirausahaan sejak dini. Selain itu belum ditemukannya bahan ajar
berbasis entrepreneurship yang beredar

dipasaran. Setelah menganalisis kurikulum,

kemudian dilanjutkan dengan penyusunan draft bahan ajar.
Terdapat beberapa karakteristik kewirausahaan pada desain bahan ajar berbasis
entrepreneurship yang dikembangkan. Pertama, bahan ajar memuat kisah inspiratif tentang

5

kisah sukses wirausahawan, untuk merangsang motivasi belajar dan mengenalkan kegiatan
kewirausahaan kepada siswa. Profil wirausahawan yang ditampilkan pada beberapa bagian
juga diharapkan dapat merubah persepsi siswa terhadap kegiatan wira usaha. Kedua,

Gambar dan ilustrasi pada bahan ajar langsung dikaitkan dengan kegiatan wira usaha. Hal
ini dimaksudkan untuk memperjelas hubungan antara konsep yang dipelajari dengan
kewirausahaan. Ketiga, bahan ajar memuat beberapa kegiatan praktikum untuk melatih
sikap dan karakteristik positif siswa. Keempat, terdapat kegiatan yang langsung berkaitan
dengan dunia wira usaha seperti pembuatan produk yang bernilai ekonomis dan survey
lapangan. Kelima, bahan ajar juga menampilkan contoh-contoh penerapan konsep yang
dapat dimanfaatkan untuk membuka usaha.
Draft bahan ajar kemudian divalidasi oleh ahli dan oleh praktisi pendidikan (guru).
Dengan beberapa perbaikan kecil, validator menyatakan bahwa bahan ajar layak digunakan
dalam pembelajaran. Setelah diperbaiki bahan ajar dinilai oleh siswa diluar kelas
eksperimen. Penilaian oleh siswa menyatakan bahwa bahan ajar dapat digunakan dallam
pembelajaran.
Tahap selanjutnya adalah uji coba bahan ajar dalam pembelajaran. Pembelajaran
dilaksanakan selama 17 jam pelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
yang telah disusun, terdiri dari, 14 jam tatap muka dan 3 jam kunjungan lapangan ke
industri.
Pada tahap uji coba ini, diuji keefektifan bahan ajar dan kemampuan implementasi
bahan ajar untuk meningkatkan minat kewirausahaan siswa serta respon para siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan. Efektifitas bahan ajar
ditunjukkan oleh hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dinyatakan dalam tiga aspek

peniliaian. Aspek kognitif, aspek keterampilan dan aspek sikap.
Hasil belajar pada aspek kognitif diperoleh dari hasil tes. Rekapitulasi hasil tes
ditunjukkan oleh Gambar 1.

6

Gambar 1 Grafik Hasil Tes Kognitif
Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh bahwa hanya terdapat dua siswa yang memiliki
nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 3,00. Sedangkan 28 siswa lainnya berhasil
memperoleh ketuntasan belajar. Sehingga ketuntasan klasikalnya adalah 93,3%.
Penilaian pada aspek keterampilan dan aspek sikap diperoleh melalui observasi
terhadap kinerja siswa yang dilakukan oleh observer. Hasil observasi penilaian pada aspek
keterampilan dan aspek sikap dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

Gambar 2 Grafik Hasil Penilaian Keterampilan

7

Gambar 3 Grafik Hasil Penilaian Sikap
Aspek penilaian keterampilan meliputi kemampuan menyiapkan alat dan bahan,

kemampuan melakukan percobaan, kemampuan pengamatan, kemampuan menyimpulkan
dan kemampuan mengkomunikasikan hasil.. Sedangkan aspek penilaian sikap meliputi
kerja sama, tanggung jawab dan kejujuran. Hasil penilaian kedua aspek tersebut
menunjukkan bahwa seluruh siswa berhasil memperoleh nilai keterampilan dan sikap di
atas kriteria ketuntasan minimal.

Dengan hasil ketiga aspek penilaian tersebut

menunjukkan bahwa bahan ajar efektif digunakan dalam proses pembelajaran.
Kemampuan implementasi bahan ajar untuk meningkatkan minat kewirausahaan
siswa ditunjukkan oleh peningkatan skor rata-rata angket yang diperoleh siswa antara
sebelum pembelajaran dengan sesudah pembelajaran. Minat kewirausahaan siswa
ditunjukan oleh indikator-indikator, 1) Kemauan keras dan kemandirian untuk mencapai
tujuan dan kebutuhan hidup, 2) Keyakinan atas kekautan sendiri, 3) Sikap jujur dan
bertanggung jawab, 4) Ketahanan fisik dan mental, 5) Ketekunan dan keuletan dalam
berusaha, 6) Pemikiran kretaif dan konstruktif, 7) Berorientasi ke depan dan 8) Berani
mengambil resiko.
Hasil pre-test dan post-test pada minat kewirausahaan siswa ditunjukkan oleh
Gambar 4.

8

Gambar 4 Hasil Angket Minat Kewirausahaan
Rata-rata skor minat sebelum pembelajaran adalah sebesar 69 sedangkan rata-rata
skor setelah pembelajaran menggunakan bahan ajar berbasis entrepreneurship adalah 79.
Dengan demikian telah terjadi peningkatan skor minat dengan peningkatan berkategori
sedang sesuai dengan uji gain, yaitu dengan nilai g = 0,32. Dengan hasil tersebut
menujukkan

bahwa

implementasi

bahan

ajar

berbasis

entrepreneurship

mampu

meningkatkan minat kewirausahaan siswa.
Respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar beerbasis
entrepreneeurship adalah positif. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil angket respons yang
diperoleh sebaagaimana Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi Perolehan Skor Angket Respon Siswa
No

Indikator

Rata-rata
Skor

Rata-rata
Persentase

1

Pembelajaran menarik

3,20

80

2

Meningkatkan aktivitas belajar

3,30

83

9

3

Mempercepat pemahaman konsep

3,27

82

4

Menumbuhkan keingintahuan

3,17

79

5

Mendorong kreativitas

3,17

79

6

Meningkatkan kerja sama dengan orang lain

3,27

82

7

Menambah wawasan kewirausahaan

3,37

84

8

Memotivasi untuk memperdalam
kewirausahaan

3,33

83

9

Mendorong semangat untuk berwira usaha

3,40

85

10

Menginginkan pembelajaran konsep lain
menggunakan bahan ajar berbasis
kewirausahaan

3,43

86

Persentase perolehan skor untuk masing-masing indikator berkisar antara 79 hingga
86. Untuk indikator kewirausahaan (indikator nomor 7, 8 dan 9), persentase skor yang
diperoleh adalah antara 83 hingga 85.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian disimpulkan bahwa 1) bahan ajar berbasis
entrepreneurship yang dikembangkan layak digunakan sebagai bahan pembelajaran, setelah
melewati tahap studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan produk akhir, 2) bahan
ajar hasil pengembangan efektif digunakan sebagai bahan pembelajaran dibuktikan dengan
tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang dipersyaratkan, 3) penerapan bahan ajar dalam
pembelajaran dapat meningkatkan minat kewirausahaan siswa, 4) respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan adalah positif.
TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Program Pascasarjana UNNES,
Kepala Prodi IPA S2, Dr. Achmad Sopyan, M. Pd dan Dr. Putut Marwoto, MS., yang telah
mencurahkan ilmuanya untuk membimbing penelitian ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Kepala SMP Negeri 1 Pati atas ijin penelitiannya.

10

DAFTAR PUSTAKA
Bird, B. 1988. “Implementing Entrepreneurial Ideas: The Case of Intention”. Academy of
Management Review. Volume 13 No. 3 hal 442-453.
Edmond, A., Oluniyi, A., Isaiah, D., & Barfa, G. 2014. “Strategies for Revitalizing The
Implementation of Entrepreneurship Education in Technical, Vocational Education
and Training (Tvet) to Enhance Self-Employment in Nigeria”. British Journal of
Educcation. Vol. 2 No. 4 hal. 50 – 62.
Ekpoh, U, I., & Edet, A, O. 2011. “Entrepreneurship Education and Career Intentions of
Tertiary Education Students in Akwa Ibom and Cross River States, Nigeria”.
International Education Studies Journal, Volume 4 No. 1 hal. 172 – 178.
Lee, S, M., Chang, D., & Lim, S. 2005. “Impact of Entrepreneurship Education: A
Comparative Study of the U.S. and Korea”. International Entrepreneurship and
Management Journal 1, Volume 1 Issue 1 Hal. 27–43.
Sanisah, S. 2010. “Perguruan Tinggi dan Pengangguran Terbuka Sebuah Dilema”. Jurnal
Lentera Pendidikan, Volume 13 No. 2 Hal. 147 – 159.
Turker, D., & Selcuk, S. S. 2008. “Which factors affect entrepreneurial intention of
university students?”. Journal of European Industrial Training. Vol. 33 No. 2 hal 142
– 159.
Winarno, A. 2009. “Pengembangan Model Pembelajaran Internalisasi Nilai-nilai
Kewirausahaan pada Sekolah Menengah Kejuruan di Kota Malang”. Jurnal
Ekonomi Bisnis, Tahun 14 No. 2 Hal.124 – 131.