BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai menunjukkan keberhasilan yang nyata telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam (Karim, 2004).

  Hal ini diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, yang mengatur tentang peraturanyang memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di cabangnya (dual banking system), dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999.

  Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2003, keluarnya fatwa ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu Undang- Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No

  11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah dengan pesat.

  Perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah yang pesat juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 40% pertahun sejak tahun 2002. Sampai akhir Desember 2010, aset perbankan syariah sudah menembus angka Rp 100 triliun lebih. Saat ini, market share perbankan syariah sudah mencapai 3,2% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 40% dalam sepuluh tahun terakhir. Jika market share perbankan syariah 5%, dibutuhkan setidaknya 40.000 sumber daya manusia yang memiliki basis keterampilan ekonomi keuangan syariah yang kompeten sehingga bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin (Agustianto, 2011).

  Perkembangan terakhir tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang ada dalam data Statistik Bank Indonesia per Oktober 2013, terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 unit Usaha Syariah di seluruh Indonesia.

Tabel 1.1 Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013/OKT

  Bank Umum Syariah (BUS) a.

  3

  5

  6

  11

  11

  11

  11 Jumlah Bank

  b. 398 576 711 1.215 1.390 1.734 1.939 Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah (UUS) a.

  26

  27

  25

  23

  24

  24

  23 Jumlah Bank

  b. 170 214 287 262 312 493 553 Jumlah Kantor BPR Syariah

  a. 114 131 139 150 155 158 160 Jumlah Bank b. 185 202 223 286 364 401 399 Jumlah Kantor

  Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia (2013) Dalam krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia pada semester kedua periode 2008, sektor perbankan turut terkena imbas dari krisis ini.

  Namun demikian, selama krisis ekonomi tersebut perbankan syariah tidak mengalami

  negative spread karena tidak menggunakan instrumen bunga sebagai prinsip dasar

  operasi dalam kegiatan penghimpunan dan pembiayaan kepada nasabah. Dengan tidak mengacu pada sistem bunga, perbankan syariah mempunyai kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Semakin banyaknya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada. Bank syariah haruslah dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran dan tanggung jawab bank syariah selaku lembaga keuangan Islam tidak hanya terbatas pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah kepastian seluruh kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip syariah (Hameed et al.,2004).

  Menurut PBI No.6/10/2004, peraturan kinerja perusahaan ada enam aspek kinerja yang harus diukur untuk menyatakan bank tersebut sehat atau dengan kata lain mempunyai kinerja yang baik. Enam aspek ini adalah permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, profiatbilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap pasar yang dikenal dengan CAMEL.

  72.12 2012

  3.20

  81.89 2011

  3.25

  92.67 2010

  3.13

  92.13 2009

  2.95

  74.44 Non Go Public 2008

  5.91

  6.04

  Berikut adalah perkembangan NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2008-2012.

  66.40 2011

  6.24

  70.19 2010

  6.37

  73.00 2009

  6.00

  2008

  

NPM

(%)

LDR (%)

  

Go Public

Tahun

  Tabel 1.2

Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia

(Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 - 2012

  87.19

  2012

  4.34

  95.93 Sumber

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi yaitu fluktuasi pada rasio

  NPM dan LDR. NPM perbankan syariah go public menunjukkan perkembangan yang negatif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah tidak stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya, tetapi NPM perbankan syariah non go public menunjukkan perkembangan yang positif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya NPM tertinggi pada perbankan syariah go public yaitu tahun 2009 sebesar 6.37%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2012 sebesar 5.91%, sedangkan NPM tertinggi pada perbankan syariah non go public yaitu tahun 2012 sebesar 4.34%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2008 sebesar 2.95%

  LDR perbankan syariah go public dan perbankan syariah non go public menagalami fluktuasi, berarti jumlah kredit tidak stabil dari dana yang diterima bank.

  LDR perbankan syariah mengalami gelombang pasang surut setiap tahunnya. LDR perbankan syariah go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 74.44%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 66.40%. LDR perbankan syariah non go tertinggi pada tahun 2012 sebesar 95.93%, sedangkan LDR terendah pada

  public tahun 2010 sebesar 81.89%.

  Sebagai bagian dari “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang telah memicu tumbuhnya minat dalam intellectual capital (IC), perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari hal ini. Sebagai bagian dalam dunia bisnis modern, intellectual

  capital (IC) juga akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi perbankan syariah.

  Intellectual capital telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma

  melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.

  Sveiby (1997) dalam (Suhendah, 2005) mengklasifikasikan intangibles ke dalam tiga kategori, yaitu internal structure, external structure, dan employee

  competence . Internal Structure meliputi the organisational structure, legal parameters, sistem-sistem manual, penelitian dan pengembangan, dan perangkat

  lunak. External Structure mencakup merk dagang dan hubungan antara pelanggan dan pemasok. Employee Competence meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan (revenues).

Tabel 1.3 Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan

  

Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012

(dalam Rupiah)

No Nama Bank Biaya Pendidikan dan Pelatihan Total asset 2011 2012 2011 2012

  

1 PT.BNI Syariah, Tbk 43.651.000.000 50.573.000.000 299.058.000.000 333.304.000.000

  

2 PT.Mega Syariah, Tbk 5.949.000.000 7.640.000.000 61.909.000.000 65.219.000.000

  

3 PT.Muamalat Indonesia 2.341.000.000 2.847.000.000 32.480.000.000 44.854.000.000

  

4 PT.Bank Syariah Mandiri, Tbk 74.900.000.000 92.037.000.000 551.892.000.000 635.619.000.000

  

5 PT.BCA Syariah, Tbk 52.847.000.000 163.619.000.000 381.908.000.000 442.994.000.000

  

6 PT.BRI Syariah, Tbk 64.908.000.000 82.569.000.000 469.899.000.000 551.337.000.000

  

7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk 6.337.337.000 7.202.144.000 54.448.658.000 70.840.878.000

  

8 PT.Panin Syariah, Tbk 17.951.000.000 19.926.000.000 124.755.000.000 148.793.000.000

  

9 PT.Syariah Bukopin, Tbk 5.115.000.000 5.832.000.000 57.183.000.000 65.690.000.000

  

10 PT.Victoria Syariah, Tbk 1.399.488.000 1.674.735.000 11.802.563.000 14.352.840.000

  

11 PT.Maybank Syariah Indonesia 950.766.000 991.101.000 1.692.959.000 2.062.552.000

  Sumber: Data sekunder (diolah, 2013)

Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah satu komponen dari intellectual capital. perbankan syariah mengeluarkan biaya

  pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan tertinggi adalah PT. BCA Syariah, Tbk dan total asset tertinggi adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. Berdasarkan laporan tahunan 2012 PT. BCA Syariah, Tbk memberikan pendidikan dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal meliputi keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan karyawan, dan pelatihan eksternal yang meliputi seminar, workshop, dan pelatihan sejenis lainnya yang bersifat menambah wawasan serta kompetensi (www.idx.co.id)

  Aspek Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan menciptakan nilai dari suatu produk bukan terletak pada pabrik dan bangunan tetapi terletak pada pikiran manusia yang berada dibelakang dari produk tersebut.

  (Widjatnako, 2006) dalam (Rizka, 2011).

  Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel

  

TM

  independen ialah intellectual capital (VAIC ) dengan indikator value added capital

  employed (VACA), value added human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA). Sedangkan, variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat

  kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

  Berdasarkan fenomena gap dan keragaman argumentasi (research gap) yang terjadi, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan

  Perbankan Syariah Go Public Dan Non Go Public Di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusaan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added

  

human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net

profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia?

  2. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added

  

human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan

to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di

  Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis antara lain:

  TM 1.

  yaitu value added capital employed Perbandingan pengaruh komponen VAIC

  (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.

  TM 2.

  yaitu value added capital employed Perbandingan pengaruh komponen VAIC

  (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non di Indonesia.

  go public

1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang

  

intellectual capital terhadap tingkat kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go

public dan non go public).

2. Bagi Manajer Perusahaan

  Penelitian ini diharapkan menjadi masukan informasi dan pedoman untuk mengembangkan value creation bagi perusahaan dengan menggunakan

  intellectual capital .

3. Bagi Pihak Lain

  Penelitian ini diharapkan memberi informasi, referensi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan intellectual capital dan tingkat kesehatan perbankan syariah, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

2 34 124

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

2 86 139

Pengaruh Kebijakan Go Public Terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT.Bank Panin Syariah

0 7 92

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Intellectual Capital Perusahaan Manufaktur di Indonesia

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analysis of Factors influence Non Performing Loan (NPL) at Go Public Bank at Indonesia Stock Exchange

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Market Valuation Bank Umum Persero Di Indonesia

0 1 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (Sektor Manufaktur)

0 0 9

Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stakeholder Theory - Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

0 0 29