Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PERBANDINGAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH GO PUBLIC DAN NON

GO PUBLIC DI INDONESIA

OLEH

ALUN SAGEWI BR TARIGAN 110521159

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.

Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.

Kata kunci: Value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural captal value added (STVA) dan tingkat kesehatan perbankan syariah.


(3)

ABSTRACT

Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia

This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.

The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.

Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.

Keywords: Value added capital employed (VACA),value added human capital (VAHU),structural capital value added (STVA) and the soundness islamic banking.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Intellectual Capital

Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public

di Indonesia Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi S-1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada keluarga tercinta, Ayahanda tercinta (Kongta Tarigan) dan Ibunda tercinta (Rosmawati Dardanela br Ginting) yang tidak pernah berhenti untuk selalu memberikan kasih sayangnya, doa, dan dukungan untuk terus maju serta tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si., dan Ibu Dra. Friska Sipayung, MSi selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME., dan Ibu Marhayanie, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan berupa saran kritik dan evaluasi yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi yang diajukan. 5. Ibu Dra. Nisrul Irawati MBA., selaku dosen pembaca penilai yang telah

memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang memberikan banyak sekali ilmu yang telah diberikan serta karyawan yang telah membantu selama proses perkuliahan.

7. Sahabat-sahabatku Manajemen 2010 : Ade dan Fitri. Terima kasih telah mengisi hari-hariku selama di bangku kuliah serta dukungan dan doanya.

8. Perpustakaan USU dan Perpustakaan FE USU yang telah menyediakan semua materi dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis sebagai manusia, sehingga penulis menerima masukan dan saran dari semua pihak yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………...i

ABSTRACT……….ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis ... 10

2.1.1 Stakeholder Theory ... 10

2.1.2 Resources-Based Theory ... 11

2.1.3 Intellectual Capital ... 13

2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital ... 13

2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital ... 14

2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital ... 17

2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) 19 2.1.4 Kesehatan Bank ... 22

2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank ... 22

2.1.4.2 Arti Penting Kesehatan Bank ... 24

2.1.4.3 Metode CAMEL ... 25

2.1.5 Perbankan Syariah ... 27

2.1.5.1 Perbandingan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 29

2.2 Penelitian Terdahulu ... 31

2.3 Kerangka Konseptual ... 33

2.4 Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 36


(7)

3.3 Batasan Operasional ... 36

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 37

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 37

3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel) ... 39

3.5 Populasi dan Sampel ... 41

3.5.1 Populasi ... 41

3.5.2 Sampel ... 41

3.6 Jenis Data ... 42

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 43

3.8 Teknik Analisis Data ... 43

3.8.1 Analisis Deskriptif ... 43

3.8.2 Regresi Dummy ... 43

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

3.8.3.1 Uji Normalitas ... 45

3.8.3.2 Uji Heterokedastisitas ... 45

3.8.3.3 Uji Autokorelasi ... 46

3.8.3.4 Uji Multikolinearitas ... 47

3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 48

3.8.4.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 48

3.8.4.2 Uji Parsial (Uji t) ... 49

3.8.4.3 Uji Determinasi (R2) ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum... 51

4.1.1 PT.BNI Syariah, Tbk... 51

4.1.2 PT.Mega Syariah, Tbk ... 52

4.1.3 PT.Muamalat Indonesia ... 54

4.1.4 PT.Bank Syraiah Mandiri, Tbk ... 55

4.1.5 PT.BCA Syariah, Tbk ... 58

4.1.6 PT.BRI Syariah, Tbk ... 58

4.1.7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk ... 60

4.1.8 PT.Panin Syariah, Tbk ... 61

4.1.9 PT.Syariah Bukopin, Tbk ... 62

4.1.10 PT.Victoria Syariah, Tbk ... 63

4.1.11 PT.Maybank Syariah Indonesia ... 64

4.2 Hasil Penelitian ... 66

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 66

4.2.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 68

4.2.3 Analisis Regresi Variabel Dummy ... 76


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87


(9)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

1.1 Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia... 2

1.2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 – 2012………. 4 1.3 Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012... 6 2.1 Klasifikasi Intellectual Capital... 14

2.2 Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank……... 23

2.3 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional………….. 29

2.4 Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil... 30

2.5 Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Pertumbuhan Perusahaan... 31 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian……….. 40

3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel... 41

3.3 Nama-Nama Bank Objek Penelitian... 42

3.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi……….... 47

4.1 Hasil Analisis Deskriptif………. 66

4.2 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Sebelum Transformasi)….. 71

4.3 One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test (Setelah Transformasi)….... 72

4.4 Hasil Analisis Uji Glejser……… 74

4.5 Hasil Analisis Uji Autokorelasi……….. 75

4.6 Hasil Uji Multikolenaritas………... 75

4.7 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis I……… 76

4.8 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis I……….. 77

4.9 Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2) Hipotesis I……….. 78

4.10 Hasil Analisis Uji Serempak (Uji F) Hipotesis II..……… 79

4.11 Hasil Analisis Uji Parsial (Uji t) Hipotesis II……….. 80


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model Kerangka Konseptual... 34

4.1 Histogram Dependent Variabel (NPM)……… 69

4.2 Histogram Dependent Variabel (LDR)…...………. 69

4.3 Normal P-Plot NPM……….. 70

4.4 Normal P-Plot LDR……….. 71

4.5 Regression Standardized Predicted Value NPM…………... 73


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Hasil Perhitungan VACA, VAHU, STVA dan VAICTM Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008...

91

2 Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008-2012...

96

3 Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia………

98

4 Hasil Uji Normalitas………... 99

5 Hasil Uji Heterokedastisitas………... 100

6 Hasil Uji Autokorelasi……… 101

7 Hasil Uji Multikolenaritas……….. 102


(12)

ABSTRAK

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perbandingan intellectual capital (Value Added Capital Structural Capital Employed atau VACA, Value Added Human Capital atau VAHU, Structural Capital Value Added atau STVA)terhadap tingkat kesehatan perbankan (profit margin atau NPM dan loan to deposit ratio atau LDR) pada Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia.

Populasi dalam penelitian adalah perbankan syariah selama 5 tahun periode 2008-2012 sebanyak 11 bank, dengan jumlah sampel sebanyak 11 bank. Medode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi dummy dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Regresi dummy dengan ketentuan angka 1 untuk bank syariah Go Public dan angka 0 untuk bank syariah Non Go Public. Selain itu juga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

Hasil regresi dummy menunjukkan variabel VAHU,VACA dan STVA lebih berpengaruh terhadap NPM pada bank syariah go public. Variabel VAHU, VACA, dan STVA lebih berpengaruh terhadap LDR pada bank syariah go public. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dari hasil penelitian variabel masing-masing NPM dan LDR yaitu (30,7% dan 34,3%) sedangkan sisanya yaitu (69,3% dan 65,7%) dijelaskan olehvariabel yang tidfak dimasukkan dalam penelitian ini.

Kata kunci: Value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), structural captal value added (STVA) dan tingkat kesehatan perbankan syariah.


(13)

ABSTRACT

Comparative Analysis Of Inytellectual Capital On The Soundess Islamic Banking Go Public and Go Public In Indonesia

This study aimed to determine the affect of intellectual capital (Value Added Capital Employed, Structural Capital Value Added or STVA) on the soundness by using variable (Net Profit Margin or NPM and Loan to Deposit Ratio LDR) in the Bank Islamic Go Public and non Go public in Indonesia.

The populationis of islamic banks during the 5 years period 2008-2012 as many as 11 banks,with a total sample of 11 banks. The method of analysis used inthis study is descriptive and analytical method is dummy regression with signifikan level ( ) = 5%. Dummy regression with item 1 to islamic banking go public and 0 item to islamic banking non go public. But it also performed classical assumption including normality test, multicollinearity test,test heteroskedastisitas and autocorrelation test.

Partial result of hypotesis dummy regression showed that the variable VAHU, VACA and STVA more influential on NPM on islamic banking go public. Variable VAHU, VACA and STVA more infulential on LDR on islamic banking go public. The coefficient of determination (R2) of the result showed each variableNPM and LDR that (30.7% and 34.3%). While (69.3% and 65.7%) variance of each explained by other factors outside the model.

Keywords: Value added capital employed (VACA),value added human capital (VAHU),structural capital value added (STVA) and the soundness islamic banking.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi Islam di Indonesia sebagai gerakan kemasyarakatan telah mulai

menunjukkan keberhasilan yang nyata telah menjadi pengetahuan umum bahwa perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam secara mendalam (Karim, 2004).

Hal ini diawali dengan terbitnya Undang-Undang No 10 tahun1998 tentang perubahan Undang-Undang No 7 tahun 1992, yang mengatur tentang peraturanyang memperbolehkan setiap bank konvensional membuka sistem pelayanan syariah di cabangnya (dual banking system), dan terbitnya Undang-Undang No 23 tahun 1999. Perkembangan selanjutnya adalah keluarnya fatwa tentang haramnya bunga bank yang dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2003, keluarnya fatwa ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan industri perbankan syariah. Setelah itu dilanjutkan dengan terbitnya peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No 21 tahun 2008 yang mengatur tentang operasional perbankan syariah di Indonesia dan diperbaharui dengan terbitnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No


(15)

11/3/PBI/2009 yang memuat tentang prosedur dan aturan dalam mendirikan kantor cabang, membuat perkembangan jumlah kantor layanan bank syariah bertambah dengan pesat.

Perkembangan dan pertumbuhan perbankan syariah yang pesat juga dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan sebesar 40% pertahun sejak tahun 2002. Sampai akhir Desember 2010, aset perbankan syariah sudah menembus angka Rp 100 triliun lebih. Saat ini, market share perbankan syariah sudah mencapai 3,2% dengan tingkat pertumbuhan rata-rata di atas 40% dalam sepuluh tahun terakhir. Jika market share perbankan syariah 5%, dibutuhkan setidaknya 40.000 sumber daya manusia yang memiliki basis keterampilan ekonomi keuangan syariah yang kompeten sehingga bank syariah bisa berjalan sesuai prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan masyarakat luas sebagai bagian dari sistem keuangan yang rahmatan lil alamin (Agustianto, 2011).

Perkembangan terakhir tentang pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia yang ada dalam data Statistik Bank Indonesia per Oktober 2013, terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 23 unit Usaha Syariah di seluruh Indonesia.


(16)

Tabel 1.1

Perkembangan Jaringan Perbankan Syariah di Indonesia

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013/OKT Bank Umum Syariah (BUS)

a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor

3 398 5 576 6 711 11 1.215 11 1.390 11 1.734 11 1.939 Unit Usaha Syariah (UUS)

a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor

26 170 27 214 25 287 23 262 24 312 24 493 23 553 BPR Syariah

a. Jumlah Bank b. Jumlah Kantor

114 185 131 202 139 223 150 286 155 364 158 401 160 399 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, Bank Indonesia (2013)

Dalam krisis ekonomi global yang melanda perekonomian dunia pada semester kedua periode 2008, sektor perbankan turut terkena imbas dari krisis ini. Namun demikian, selama krisis ekonomi tersebut perbankan syariah tidak mengalami negative spread karena tidak menggunakan instrumen bunga sebagai prinsip dasar operasi dalam kegiatan penghimpunan dan pembiayaan kepada nasabah. Dengan tidak mengacu pada sistem bunga, perbankan syariah mempunyai kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Semakin banyaknya jumlah bank syariah yang beroperasi di Indonesia, baik dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling penting adalah bagaimana kualitas kinerja bank syariah yang ada. Bank syariah haruslah dapat memberi manfaat yang optimal bagi masyarakat dan peran dan tanggung jawab bank syariah selaku lembaga keuangan Islam tidak hanya terbatas


(17)

pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling penting adalah kepastian seluruh kegiatan yang dijalankan oleh bank syariah sesuai dengan prinsip syariah (Hameed et al.,2004).

Menurut PBI No.6/10/2004, peraturan kinerja perusahaan ada enam aspek kinerja yang harus diukur untuk menyatakan bank tersebut sehat atau dengan kata lain mempunyai kinerja yang baik. Enam aspek ini adalah permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen, profiatbilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap pasar yang dikenal dengan CAMEL.

Berikut adalah perkembangan NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2008-2012.

Tabel 1.2

Gambaran NPM dan LDR Perbankan Syariah di Indonesia (Go Public dan Non Go Public) Tahun 2008 - 2012

Go Public

Tahun NPM

(%)

LDR (%)

2008 6.00 73.00

2009 6.37 70.19

2010 6.24 66.40

2011 6.04 72.12

2012 5.91 74.44

Non Go Public

2008 2.95 92.13

2009 3.13 92.67

2010 3.25 81.89


(18)

2012 4.34 95.93 Sumber: www.idx.co.id dan www.bi.go.id

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa fenomena yang terjadi yaitu fluktuasi pada rasio NPM dan LDR. NPM perbankan syariah go public menunjukkan perkembangan yang negatif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah tidak stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya, tetapi NPM perbankan syariah non go public menunjukkan perkembangan yang positif, berarti pendapatan operasional perbankan syariah stabil dari kegiatan pemberian kredit setiap tahunnya NPM tertinggi pada perbankan syariah go public yaitu tahun 2009 sebesar 6.37%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2012 sebesar 5.91%, sedangkan NPM tertinggi pada perbankan syariah non go public yaitu tahun 2012 sebesar 4.34%, sedangkan NPM terendah pada tahun 2008 sebesar 2.95%

LDR perbankan syariah go public dan perbankan syariah non go public

menagalami fluktuasi, berarti jumlah kredit tidak stabil dari dana yang diterima bank. LDR perbankan syariah mengalami gelombang pasang surut setiap tahunnya. LDR perbankan syariah go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 74.44%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 66.40%. LDR perbankan syariah non go public tertinggi pada tahun 2012 sebesar 95.93%, sedangkan LDR terendah pada tahun 2010 sebesar 81.89%.

Sebagai bagian dari “new economy”, yang secara prinsip didorong oleh perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan yang telah memicu


(19)

tumbuhnya minat dalam intellectual capital (IC), perbankan syariah tentunya juga tidak terlepas dari hal ini. Sebagai bagian dalam dunia bisnis modern, intellectual capital (IC) juga akan menjadi aset yang sangat bernilai bagi perbankan syariah.

Intellectual capital telah menyebabkan pergeseran dalam paradigma

melakukan bisnis, sumber kekuatan akan bergeser dari modal fisik menjadi sumber daya manusia, dari sumber daya alam menuju sumber daya pengetahuan, dari posisi sosial seseorang menjadi proses hubungan, dan dari kekuatan pemegang saham menjadi kekuatan pelanggan. Kini perusahaan mengakui pentingnya modal intelektual yang bersifat abstrak dan tidak nyata untuk dijadikan penggerak utama dalam pengembangan bisnis. Oleh karena itu, modal intelektual telah menjadi aset yang sangat bernilai dalam dunia bisnis modern.

Sveiby (1997) dalam (Suhendah, 2005) mengklasifikasikan intangibles ke dalam tiga kategori, yaitu internal structure, external structure, dan employee competence. Internal Structure meliputi the organisational structure, legal parameters, sistem-sistem manual, penelitian dan pengembangan, dan perangkat lunak. External Structure mencakup merk dagang dan hubungan antara pelanggan dan pemasok. Employee Competence meliputi pendidikan dan pelatihan bagi staf professional yang merupakan penghasil utama pendapatan (revenues).


(20)

Tabel 1.3

Komponen Intellectual Capital (Employee Competence) Biaya Pendidikan dan Pelatihan, Total Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008-2012

(dalam Rupiah)

No Nama Bank Biaya Pendidikan dan Pelatihan Total asset

2011 2012 2011 2012

1 PT.BNI Syariah, Tbk 43.651.000.000 50.573.000.000 299.058.000.000 333.304.000.000 2 PT.Mega Syariah, Tbk 5.949.000.000 7.640.000.000 61.909.000.000 65.219.000.000 3 PT.Muamalat Indonesia 2.341.000.000 2.847.000.000 32.480.000.000 44.854.000.000 4 PT.Bank Syariah Mandiri, Tbk 74.900.000.000 92.037.000.000 551.892.000.000 635.619.000.000 5 PT.BCA Syariah, Tbk 52.847.000.000 163.619.000.000 381.908.000.000 442.994.000.000 6 PT.BRI Syariah, Tbk 64.908.000.000 82.569.000.000 469.899.000.000 551.337.000.000 7 PT.Jabar Banten Syariah, Tbk 6.337.337.000 7.202.144.000 54.448.658.000 70.840.878.000 8 PT.Panin Syariah, Tbk 17.951.000.000 19.926.000.000 124.755.000.000 148.793.000.000 9 PT.Syariah Bukopin, Tbk 5.115.000.000 5.832.000.000 57.183.000.000 65.690.000.000 10 PT.Victoria Syariah, Tbk 1.399.488.000 1.674.735.000 11.802.563.000 14.352.840.000 11 PT.Maybank Syariah Indonesia 950.766.000 991.101.000 1.692.959.000 2.062.552.000

Sumber: Data sekunder (diolah, 2013)

Tabel 1.2 pendidikan dan pelatihan merupakan employee competence salah satu komponen dari intellectual capital. perbankan syariah mengeluarkan biaya pendidikan dan pelatihan untuk mendidik dan melatih para karyawan bank untuk dapat menggunakan kemampuan dan keahliannya untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Pengeluaran biaya pendidikan dan pelatihan tertinggi adalah PT. BCA Syariah, Tbk dan total asset tertinggi adalah PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk. Berdasarkan laporan tahunan 2012 PT. BCA Syariah, Tbk memberikan pendidikan dan pelatihan berupa pelatihan internal dan eksternal. Pelatihan internal meliputi keterampilan teknis perbankan, dan pelatihan penjejangan karyawan, dan pelatihan eksternal yang meliputi seminar, workshop, dan pelatihan sejenis lainnya yang bersifat menambah wawasan serta kompetensi (www.idx.co.id)


(21)

Aspek Sumber Daya Manusia menjadi salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan kinerja keuangan dalam sebuah perusahaan. Keberhasilan menciptakan nilai dari suatu produk bukan terletak pada pabrik dan bangunan tetapi terletak pada pikiran manusia yang berada dibelakang dari produk tersebut.

(Widjatnako, 2006) dalam (Rizka, 2011).

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yaitu, variabel

independen ialah intellectual capital (VAICTM) dengan indikator value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU) dan structural capital value added (STVA). Sedangkan, variabel dependen yang digunakan yaitu tingkat

kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

Berdasarkan fenomena gap dan keragaman argumentasi (research gap) yang terjadi, maka menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang

Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public Dan Non Go PublicDi Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusaan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(22)

1. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia? 2. Seberapa besar pengaruh value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini untuk menganalisis antara lain:

1. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.

2. Perbandingan pengaruh komponen VAICTM yaitu value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA) terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang intellectual capital terhadap tingkat kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

2. Bagi Manajer Perusahaan

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan informasi dan pedoman untuk mengembangkan value creation bagi perusahaan dengan menggunakan intellectual capital.

3. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan memberi informasi, referensi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan intellectual capital dan tingkat kesehatan perbankan syariah, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Stakeholder Theory

Stakeholder Theory menunjukkan pemeliharaan hubungan dengan stakeholder yang mencakup semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh

stakeholder perusahaan yang mencakup pekerja, pelanggan, pemasok, dan mitra bisnis perusahaan. Teori stakeholder mengatakan bahwa laporan akuntansi dianggap menjelaskan sebuah strategi untuk mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berinteraksi dengannya (Fontaine et al, 2006).

Freeman dan Evan (1990) mendefinisikan stakeholder sebagai:

Any identifiable group or individual who can affect the achievement of an organisation’s objectives, or is affected by the achievement of an

organisation’s objectives”.

Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan diasumsikan

melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh stakeholder dan melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut pada stakeholder. Teori ini menyatakan bahwa stakeholder berhak untuk menerima informasi tentang bagaimana aktivitas organisasi


(25)

informasi tersebut atau bahkan ketika mereka tidak dapat secara langsung memainkan peran yang konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Fontaine et al, 2006).

Menurut Fontaine et. al (2006), tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajemen perusahaan memahami lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan mereka. Inti seluruh teori ini adalah tentang apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.

Dalam konteks VAICTM, teori stakeholder berargumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan adil dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Melalui pemanfaatan seluruh potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital), maupun structural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value added bagi perusahaan (dalam hal ini disebut VAICTM). Dengan meningkatkan value added tersebut, kinerja keuangan perusahaan akan meningkat dan pertumbuhan perusahaan makin baik sehingga nilai perusahaan di mata stakeholder akan meningkat.

2.1.2 Resources-Based View (RBV)

Pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view) adalah suatu teori yang dikembangkan untuk menganalisis keunggulan bersaing suatu perusahaan yang menonjolkan keunggulan pengetahuan (knowledge/learning economy) atau


(26)

perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets). Resources Based Theory mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen, jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan.

Teori RBV memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Kor dan Mahoney, 2004). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif. Asumsi RBV yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

Sumber daya perusahaan yang dapat memberi keunggulan kompetitif bagi perusahaan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu berwujud, tidak berwujud dan kapabilitas sumber daya manusia (Fahy dan Smithee, 1999). Kemampuan

menunjukkan apa yang dapat dilakukan perusahaan dengan sumber dayanya. Pendekatan RBV menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Menurut (Fahy dan Smithee, 1999) ada empat kriteria sumber daya sebuah perusahaan mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, yaitu:


(27)

1. Sumber daya harus menambah nilai positif bagi perusahaan.

2. Sumber daya harus bersifat unik atau langka diantara calon pesaing dan pesaing yang ada sekarang ini.

3. Sumber daya harus sukar ditiru.

4. Sumber daya tidak dapat digantikan dengan sumber lainnya oleh perusahaan pesaing.

Dalam RBV, perusahaan tidak dapat berharap untuk membeli atau

mengambil keunggulan kompetitif berkelanjutan yang dimiliki oleh suatu organisasi lain, karena keunggulan tersebut merupakan sumber daya yang langka, sukar ditiru, dan tidak tergantikan.

2.1.3 Intellectual Capital

2.1.3.1 Pengertian Intellectual Capital

Menurut Stewart (1997), intellectual capital telah dimengerti secara berbeda oleh beberapa kalangan, dipahami oleh beberapa kelompok kecil dan secara formal belum terdapat metode penilaian yang baku. Sebagai sebuah konsep, modal

intelektual merujuk pada modal- modal non fisik atau modal tidak berwujud

(intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.


(28)

“The sum of everything everybody in your company knows that gives you a competitive edge in the market place. It is intellectual material – knowledge, information, intellectual property, experience – that can be put to use to create wealth.”

Bontis et al. (2000) dalam Ulum (2008), menyatakan bahwa secara umum, para peneliti mengidentifikasi tiga konstruk utama dari IC, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC). Menurut Bontis et al. (2000), secara sederhana HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, dan attitude tentang kehidupan dan bisnis.

Lebih lanjut Bontis et al. (2000) menyebutkan bahwa SC meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Termasuk dalam hal ini adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya. Sedangkan tema utama dari CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkannya melalui jalannya bisnis (Bontis et al. 2000).


(29)

2.1.3.2 Pengklasifikasian Intellectual Capital

IFAC (1998 dalam Ulum, 2009:29) mengklasifikasikan intellectual capital dalam tiga kategori, yaitu: (1) Organizational Capital, (2) Relational Capital, dan (3) Human Capital. Tabel berikut menyajikan pengklasifikasian tersebut berikut

komponen-komponennya.

Tabel 2.1

Klasifikasi Intellectual Capital

Organizational Capital Relational Capital Human Capital

Intellectual Property: Patents Copyrights Design rights Trade secret Trademarks Service marks

Infrastructures Assets: Management philosophy Corporate culture Management processes Information system Networking system Financial relation Brands Customers Customer loyalty Backlog orders Company names Distribution channels Business collaborations Licencing agreements Favourable contracts Franchising agreements Know-how Education Vocational qualification Work-related knowledge Work-related competencies Entrepreneurial spirit, innovativeness, proactive and reactive abilities, changeability Psychometric

Valuation


(30)

Banyak para praktisi yang menyatakan bahwa modal intelektual (intellectual capital) terdiri dari tiga elemen utama (Stewart 1997, Sveiby 1997, dan Bontis 2000) dalam Sawarjuwono dan Kadir (2003:38-39) yaitu:

1. Human Capital

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual. Disinilah tercipta sumber inovasi dan kemajuan suatu perusahaan, tetapi modal manusia merupakan komponen intellectual capital yang sulit diukur. Human Capital

merupakan tempat sumbernya pengetahuan yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi, dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human Capital merupakan kemampuan perusahaan secara kolektif untuk menghasilkan solusi yang terbaik berdasarkan penguasaan pengetahuan dan teknologi dari sumber daya manusia yang dimilikinya.

Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya. Menurut Bontis et al. (2000), HC merepresentasikan individual knowledge stock suatu organisasi yang

direpresentasikan oleh karyawannya. HC merupakan kombinasi dari genetic inheritance, education, experience, and attitude tentang kehidupan dan bisnis. Human capital ini yang nantinya akan mendukung structural capital dan capital employed ( dalam Ulum, 2008).


(31)

2. Structural Capital / Organizational Capital

Structural Capital merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang berkaitan dengan usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual perusahaan yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property yang dimiliki perusahaan. Seorang individu memiliki intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan memiliki sistem operasi dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Menurut Bontis et al. (2000), Structural Capital meliputi seluruh non-human storehouses of knowledge dalam organisasi. Dalam hal ini termasuk adalah database, organisational charts, process manuals, strategies, routines dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar daripada nilai materialnya dalam (dalam Ulum, 2008).

3. Relational Capital / Costumer Capital

Elemen ini merupakan komponen intellectual capital yang memberikan nilai nyata bagi perusahaan. Relational capital merupakan hubungan harmonis yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak di luar perusahaan yaitu yang berasal dari para pemasok yang berkualitas, pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan


(32)

perusahaan, hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun kerjasama rekan bisnis. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan perusahaan dalam meningkatkan kerjasama bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak, sehingga dapat meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan.

2.1.3.3 Pengukuran Intellectual Capital

Penelitian tentang intellectual capital telah menjamur sehingga mengubah baik bentuk maupun cakupannya (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48). Penelitian juga telah mengarah kepada sejumlah rerangka untuk mengklasifikasikan dan mengukur konsep intellectual capital. Petrash (1996) mengembangkan model klasifikasi yang dikenal dengan value platform model. Model ini mengklasifikasikan intellectual capital sebagai akumulasi dari human capital, organisational capital dan customer capital. Edvinsson dan Malone (1997) mengembangkan the Skandia Value Scheme, yang mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam structural capital dan human capital. Haanes dan Lowendahl (1997) mengelompokkan intellectual capital suatu perusahaan ke dalam competence dan relational resources. Model yang dikembangkan Lowendahl (1997) memperbaiki model di atas dan membagi kategori kompetensi dan rasional menjadi dua sub-group (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48):


(33)

2. collective .

Stewart (1997 dalam Ulum, 2009:48) mengklasifikasikan intellectual capital ke dalam tiga format dasar, yaitu:

1. human capital 2. structural capital 3. customer capital

The Danish Confederation of Trade Unions (1999) mengelompokkan intellectual capital sebagai manusia, sistem dan pasar. Leliaert et al. (2003) mengembangkan the 4-Leaf model , yang mengelompokkan intellectual capital ke dalam human, customer, structural capital dan strategic alliance capital (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:48).

Metode pengukuran intellectual capital dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49), yaitu:

1. Kategori yang tidak menggunakan pengukuran moneter; dan 2. Kategori yang menggunakan ukuran moneter.

Berikut adalah daftar ukuran intellectual capital yang berbasis moneter (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The Balance Scorecard, dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1992) b. Brooking’s Technology Broker method (1996)


(34)

d. The IC-Index dikembangkan oleh Roos et al. (1997) e. Intangible Asset Monitor approach oleh Sveiby (1997) f. The Heuristic Frame dikembangkan oleh Joia (2000)

g. Vital Sign Scorecard dikembangkan oleh Vanderkaay (2000) h. The Ernst & Young Model (Barsky dan Marchant, 2000)

Sedangkan model penilaian intellectual capital yang berbasis moneter adalah (Tan et al. 2007 dalam Ulum, 2009:49):

a. The EVA and MVA model (Bontis et al. 1999) b. The Market-to-Book Value model (beberapa penulis) c. Tobin’s q method (Luthy, 1998)

d. Pulic‟s VAIC™ Model (1998, 2000)

e. Calculated intangible value (Dzinkowski, 2000)

f. The Knowledge Capital Earnings model (Lev dan Feng, 2001) 2.1.3.4 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Sama halnya seperti definisi intellectual capital, sampai dengan saat ini belum terdapat kesamaan pendapat diantara para peneliti mengenai komponen modal

intelektual (intellectual capital). Banyak peneliti luar negeri yang telah melakukan penelitian dalam pengukuran komponen modal intelektual, baik secara literatur maupun penerapan langsung pada perusahaan.


(35)

VAICTM merupakan metode yang dikembangkan oleh Pulic pada tahun 1997 yang didesain untuk menyajikan informasi mengenai value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Model ini dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). Menurut Pulic (1998), VA adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation) (dalam Ulum, 2008).

Selain itu, Value Added Intellectual Coefficient (VAIC™) juga merupakan alat manajemen pengendalian yang memungkinkan organisasi untuk memonitor dan mengukur kinerja intellectual capital dari suatu perusahaan. VA dihitung sebagai selisih antara output dan input.

Nilai output (OUT) mempresentasikan revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijua di pasar, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Menurut (Tan et al, 2007),hal penting dalam model ini adalah bahwa beban karyawan tidak termasuk dalam IN. Beban karyawan (labour expenses) tidak termasuk dalam IN karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai (value creation) yang tidak dihitung sebagai biaya (cost) (dalam Ulum, 2008).


(36)

Komponen utama dari VAICTM yang dikembangkan Pulic tersebut dapat dilihat dari sumber daya perusahaan, yaitu physical capital (VACA –Value Added Capital Employed), human capital (VAHU –Value Added Human Capital), dan structural capital (STVA –Structural Capital Value Added).

1. Value Added Capital Employed (VACA)

VACA adalah indikator untuk value added yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital terhadap value added perusahaan. VACA adalah perbandingan antara value added (VA) dengan model fisik yang bekerja (CA). Dalam proses penciptaan nilai, intelektual potensial yang direpresentasikan dalam biaya karyawan tidak dihitung sebagai biaya (input). Pulic mengasumsikan bahwa jika satu unit dari CA menghasilkan return yang lebih besar pada sebuah perusahaan, berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CA (dana yang tersedia) (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008).

2. Value Added Human Capital (VAHU)

VAHU mengindikasikan berapa banyak Value Added (VA) dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pegawai (Tan et al., 2007:79 dalam Ulum 2008). Human capital merepresentasikan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal pengetahuan individu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawannya sebagai aset strategic perusahaan karena pengetahuan yang mereka miliki. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.


(37)

Berdasarkan konsep RBT, agar dapat bersaing perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber daya yang berkualitas tersebut dengan maksimal sehingga dapat menciptakan value added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi modal struktural yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added perusahaan. Dalam model yang dikembangkan Pulic ini, STVA dihitung dengan membagi structural capital (SC) dengan value added (VA). Dalam model Pulic, SC diperoleh dari VA dikurangi dengan HC. STVA menunjukkan kontribusi modal struktural dalam penciptaan nilai semakin kecil kontribusi HC dalam penciptaan nilai maka akan semakin besar kontribusi SC (Tan et al., 2007:80 dalam Ulum, 2008).

2.1.4 Kesehatan Bank

2.1.4.1 Tinjauan Tentang Kesehatan Bank

Berdasarkan Pasal 29 UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas dan solvabilitas, serta aspek lain yang berkaitan


(38)

dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari faktor-faktor penilaian serta

pengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan perekonomian nasional.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil resiko, bank perlu mengindentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank Indonesia antara lain dapat digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank Indonesia.

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam


(39)

menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada “reward system” dengan nilai kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Tabel 2.2

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank

Nilai Kredit Predikat

81-100 Sehat

66 - < 81 Cukup Sehat

51 - < 66 Kurang Sehat

0 < 51 Tidak Sehat

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004

Menurut Susilo dkk (2000 : 22-23), kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan maupun untuk memenuhi semua kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun kegiatannya, meliputi :

1. Kemampuan untuk menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan modal sendiri.

2. Kemampuan mengelola dana.

3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

4. Kemampuan untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.


(40)

Sebagaimana layaknya manusia, dimana kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar prima dalam melayani nasabahnya.

Untuk menilai suatu kesehatan bank dapat dilihat dari beberapa segi. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya.

Ukuran untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah dibuat oleh Bank Indonesia. Sedangkan bank-bank diharuskan untuk membuat laporan baik bersifat rutin ataupun secara berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.

Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap tahun, apakah ada peningkatan atau penurunan. Bagi bank yang kesehatannya terus meningkat tak jadi masalah, karena itulah yang diharapkan dan suatu upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang terus menerus tidak sehat, mungkin harus mendapatkan pengarahan atau sanksi dari Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank.


(41)

Bank Indonesia dapat menyarankan untuk melakukan perubahan manajemen, merger, konsolidasi, akuisisi, atau malah dilikuidasi keberadaannya. Bank akan dilikuidasi apabila kondisi bank tersebut dalam kondisi yang sangat parah atau benar-benar tidak sehat.

2.1.4.3 Metode CAMEL

Menurut Kasmir (2002 : 185-186) , salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL. Unsur-unsur penilaian dalam analisis CAMEL adalah sebagai berikut :

1. Capital

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu Bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Rasio) yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).

2. Assets

Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva yang dimiliki Bank. Rasio yang diukur ada 2 macam yaitu :

a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif.

b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan.


(42)

3. Management

Penilaian didasarkan kepada manajemen permodalan, manajemen aktiva,

manajemen rentabilitas, manajemen likuiditas dan manajemen umum. Manajemen bank dinilai atas dasar 250 pertanyaan yang diajukan.

4. Earning

Penilaian didasarkan kepada rentabilitas suatu bank yaitu melihat kemampuan suatu bank dalam menciptakan laba. Penilaian dalam unsur ini didasarkan kepada 2 macam yaitu :

a. Rasio laba terhadap total asset (Return on Assets)

b. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

5. Liquidity

Untuk menilai likuiditas bank. Penilaian likuiditas bank didasarkan kepada 2 macam rasio yaitu :

a. Rasio jumlah kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dan yang termasuk aktiva lancar adalah Kas, Giro pada BI, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang sudah diendos oleh bank lain.


(43)

b. Rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh Bank.

Adapun rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio profitabilitas yaitu net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

a. Net profit margin (NPM)

Rasio yang mengacu kepada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam praktiknya memiliki berbagai risiko, seperti risiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas), dan lain-lain.

b. Loan to deposit ratio (LDR)

Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.

2.1.5 Perbankan Syariah

Berdasarkan Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan,

pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Namun, ditinjau dari sudut pandang hukum, ruang lingkup pengertian perbankan itu


(44)

masih bersifat umum sehingga belum sampai pada kesimpulan apakah jenis kegiatan usaha yang dilakukan di lembaga perbankan tersebut halal atau haram. Karena itu untuk menjamin kehalalan kegiatan usaha perbankan, maka dalam operasionalnya harus menggunakan prinsip-prinsip syariah. Dengan demikian lembaga perbankan yang kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah maka dapat dikatakan sebagai perbankan syariah (Susanto, 2008).

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Syariah (2007:5) implementasi yang sesuai dengan paradigma dan asas syariah harus memenuhi karakteristik danpersyaratan sebagai berikut :

1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha. 2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib). 3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai

komoditas.

4. Tidak mengandung unsur riba. 5. Tidak mengandung unsur kezaliman. 6. Tidak mengandung unsur maysir. 7. Tidak mengandung unsurgharar. 8. Tidak mengandung unsur haram.

9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat


(45)

pada kegiatan usaha tersebutsesuai dengan prinsipal-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk).

10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk keuntungansemua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad.

11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa penawaran (ihtikar).

12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).

Islam mengajarkan segala sesuatu yang baik dan memberikan manfaat bagi manusia, sehingga Islam juga disebut sebagai agama fitrah atau yang sesuai dengan sifat dasar manusia.

2.1.5.1 Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar antara Bank Syariah dengan Bank pada umumnya, atau yang biasa dikenal dengan Bank Konvensional.


(46)

Tabel 2.4

Perbedaan Antara Bank Syariah Dan Bank Konvensional

No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

1 Landasan Operasional

a. Prinsip materialisme (bebas nilai). b. Komoditi yang diperdagangkan adalah

uang.

c. Instrumen imbalan terhadap pemilik uang ditetapkan dimuka menggunakan bunga.

a. Prinsip syariah (tidak bebas nilai). b. Uang hanya sebagai alat tuka c. Dilarang menggunakan sistem

bunga

d. Menggunakan cara bagi hasil dari keuntungan jasa atas transaksi riil.

2

Peran dan Fungsi Bank

a. Sebagai penghimpun dana masyarakat dan meminjamkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit dengan imbalan bunga.

b. Sebagai penyedia jasa pembayaran. c. Menerapkan hubungan debiturkreditur

antara bank dengan nasabah.

a. Sebagai penerima dana titipan nasabah.

b. Sebagai manajer investasi.

c. Sebagai investor -sebagai penyedia jasa pembayaran dan tidak

bertentangan dengan syariah. d. Sebagai pengelola dan kebajikan,

ZIS -menerapkan hubungan. kemitraan (investor timbal balik pengelola investasi).

3 Resiko Usaha

Resiko bank tidak ada kaitannya dengan resiko debitur dan sebaliknya. Antara pendapatan bunga dengan beban bunga dimungkinkan terjadi selisih negatif.

Dihadapi bersama antara bank dan nasabah. Tidak mengenal negative spread (selisih negatif).

No Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

4

Sistem Pengawasan

Tidak ada nilai-nilai religius yang mendasari operasional sehingga aspek moralitas seringkali dilanggar.

Ada dewan pengawas syariah, sehingga operasional bank syariah tidak menyimpangdari syariah.

Sumber : Hosen,et al. 2008 (Data diolah, 2013)

Dari penjelasan tabel 2.4 dapat disimpulkan bahwa bank syariah sangatlah berbeda dengan bank konvensional. Ada kekhasan beberapa sisi yang dimiliki bank syariah yang menjadi pembeda dengan perbankan konvensional maupun lembaga keuangan dan perusahaan pada umumnya. Lembaga-lembaga Islam seperti bank


(47)

syariah di sisi lain setidaknya secara teoretis merupakan perwujudan dari sistem ekonomi Islam yang didirikan untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi kusus yang sejalan dengan gagasan membangun keadilan (Hameed et al., 2004). Dengan

perbedaan dan kekhasan tersebut maka akan diperlukan cara yang berbeda dengan bank konvensional dalam mengukur kinerja agar lebih sesuai dan sejalan dengan tujuan pengembangan lembaga syariah.

Salah satu hal yang menjadi perbedaan mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional adalah cara mendapatkan keuntungan bank. Pada sistem Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil. Sedangkan pada Bank Konvensional menggunakan sistem riba atau bunga.

Tabel 2.5

Perbandingan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung.

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi.

Bunga Bagi Hasil

2. Besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

3. Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

4. Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang „boming”.

5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

5. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama

6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.


(48)

Sumber : Antonio, 2001 (Data, diolah 2013)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti menggunakan VAICTM, kinerja keuangan dan faktor – faktor yang mempengaruhinya telah dilakukan para peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.6

Penelitian Terdahulu tentang Hubungan Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan

No Peneliti (Tahun)

Variabel Penelitian dan

Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Ulum et al.

(2008)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROA, ATO, GR ). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC.

c. Sampel:

Bank di Indonesia tahun 2004-2006. d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan masa depan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

2. Benny Kuryanto dan Muchamad Syafruddin (2008)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS dan ASR). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC.

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh No Peneliti

(Tahun)

Variabel Penelitian dan Metode Penelitian

Hasil Penelitian

c. Sampel:

Perusahaan Indonesia yang terdaftar di BEI tahun 2003-2005.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan.

3. Kharisma Iman Sari dan

Barbara Gunawan

a. Variabel terikat:

Kinerja keuangan (CAMEL) (CAR, RORA, NPM, ROA,BOPO, LDR) Pertumbuhan perusahaan(GR)

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.


(49)

(2011) b. Variabel bebas: IC (VAIC™) c. Sampel:

Perusahaan di BEI tahun 2007-2009. d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

terhadap pertumbuhan perusahaan.

c. Kinerja keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perusahaan.

4. Bambang Parto Kusumo (2012)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan

(PERF, CAR, DER, ATO, ROI, ROE). Pertumbuhan perusahaan(AG, EG). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:

Perusahaan manufaktur, jasa, dagang dan property listed dan go public di BEI serta ICMD 2006-2009.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.

b. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pertumbuhan perusahaan, dan nilai pasar perusahaan.

5. Luluk Muhimatul dan Hairida Hapsari (2012)

a. Variabel terikat: Kinerja keuangan (ROE, EPS, MBV). b. Variabel bebas:

IC (VAIC™) dan ROGIC. c. Sampel:

Perusahaan Publik (Non-Keuangan) di Indonesia tahun 2005-2008.

d. Alat analisis:

Partial Least Square (PLS).

a. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.

b. VAIC™ berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan.

c. Rata-rata pertumbuhan IC (ROGIC) tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan di masa depan. 6. No Khaerunnisa Said (2012) Peneliti (Tahun) a. Variabel: CAMEL

(CAR, KAP, PPAP, NPM, ROA, BOPO, NCM-CA)

b. Sampel:

PT. Bank Syariah Mandiri (Periode 2001-2010) c. Alat analisis:

Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian dan Metode Penelitian

a. CAMEL tahun 2001 bernilai 82.92 (Sehat).

b. CAMEL tahun 2002 bernilai 80.47 (Sehat).

c. CAMEL tahun 2003 bernilai 92.47 (Sehat).

d. CAMEL tahun 2004 bernilai 72.43 (Cukup Sehat).

e. CAMEL tahun 2005 bernilai 74.67 (Cukup Sehat)

Hasil Penelitian

f. CAMEL tahun 2006 bernilai 72.94 (Cukup Sehat)

g. CAMEL tahun 2007 bernilai 73.95 (Cukup Sehat)

h. CAMEL tahun 2008 bernilai 74.76 (Cukup Sehat)


(50)

CAMEL tahun 2010 bernilai 74.68 (Cukup Sehat)

Sumber: Data sekunder yang telah diolah, (2014) Keterangan:

ATO : Asset Turn Over

BOPO : Biaya Operasioanal terhadap Pendapatan Operasional CAR : Capital Adequacy Ratio

CTA : Cost to Asset DER : Debt Equity Ratio ROA : Return onAsset ROE : Return on Earning RORA : Return onRisk Asset NPM : Net Profit Margin PERF : Company’s Performance


(51)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat sebagai berikut

H1

H2

Sumber : Data sekunder, (2014)

Gambar 2.1

Model Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini mencoba mencari hubungan

Intellectual Capital menggunakan metode VAIC™dengan indikator Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan

Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap kesehatan bank dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

Dalam pengembangan hipotesis yang akan dikemukakan pada bagian selanjutnya, dikemukakan suatu hipotesis yang mengandaikan bahwa terdapat

Intellectual Capital

(VAIC)

VACA

(X1)

VAHU

(X2)

STVA

(X3)

NPM

(Y1)

LDR


(52)

hubungan positif antara Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) terhadap net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2007:164). Berdasarkan perumusan masalah dan konseptual

sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini, sebagai berikut:

1. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.

2. Value Added Human Capital (VAHU), Value Added Capital Employed (VACA), dan Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh signifikan terhadap loan to deposit ratio (LDR) perbankan syariah go public dan non go public di Indonesia.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sebab akibat (causal research), yaitu untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Sekaran 2007:164). Dalam penelitian ini, meneliti analisis perbandingan

intellectual capital terhadap kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Bank Indonesia melalui media internet seperti situs resmi www.bi.go.id, www.idx.co.id dan melalui website masing-masing Bank Syariah serta website lain sebagai data pendukung. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan April 2014.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari 2 bagian, yaitu:

1. Variabel bebas, yaitu intellectual capital (IC) dengan indikator value added capital employed (VACA), value added human capital (VAHU), dan structural capital value added (STVA).


(54)

2. Variabel terikat, yaitu kesehatan bank akan diukur dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

b. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perbankan syariah di Indonesia.

c. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan periode 2008-2012.

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Defenisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)

1. Intellectual Capital (IC)

Kinerja IC diukur dengan menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). Formulasi dan tahapan perhitungan nilai VAICTM adalah sebagai berikut:

a. Value Added (VA)

Tahap pertama dengan menghitung Value Added (VA). VA dihitung dengan menggunakan cara yaitu sebagai berikut:

VA = OUT – IN

Dimana:


(55)

OUT : Total penjualan dan pendapatan lain

IN : Beban (beban bunga dan beban operasional, biaya lain-lain) selain beban karyawan

b. Value Added Capital Employed (VACA)

Tahap yang kedua yaitu dengan menghitung Value Added Capital Employed (VACA) yang merupakan perbandingan value added (VA) dengan capital employed (CE).

VACA = VA/CE

Dimana:

VACA : Value Added Capital Employed VA : Value added

CE : Capital Employed, dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

c. Value Added Human Capital (VAHU)

Tahap ketiga yaitu dengan menghitung Value Added Human Capital

(VAHU). VAHU adalah perbandingan antara value added (VA) dengan human capital (HC).

VAHU = VA/HC


(56)

VAHU : Value Added Human Capital

VA : Value Added

HC : Human Capital (beban karyawan terdiri dari gaji dan tunjangan)

d. Structural Capital Value Added (STVA)

Tahap keempat yaitu menghitung Structural Capital Value Added

(STVA) yang merupakan rasio SC terhadap VA.

STVA = SC/VA

Dimana:

STVA : Structural Capital Value Added SC : Structural Capital (VA – HC) VA : Value Added

e. Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Tahap kelima yaitu menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) yang mengindikasikan kemampuan intellectual capital organisasiyang dapat juga dianggap sebagai BPI (Business Perfomance Indikator). (VAICTM) merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya yaitu: VACA, VAHU,dan STVA.

VAICTM = VACA + VAHU + STVA


(57)

VAICTM = Value Added Intellectual Coefficient VACA = Value Added Capital Employed VAHU = Value Added Human Capital STVA = Structural Capital Value Added 3.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kesehatan bank dengan indikator net profit margin (NPM) dan loan to deposit ratio (LDR).

1. Net profit margin (NPM)

Net profit margin adalah rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Laba bersih

NPM = x 100% Pendapatan Operasional

2. Loan to deposit ratio (LDR)

Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


(58)

Total Loans

LDR = x 100% Total Deposit + Equity

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Batasan Operasional Indikator Skala Pengukuran

VAICTM

1. Value Added Capital Employed

(VACA) merupakan perbandingan

value added (VA) dengan capital employed (CE).

2. Value Added Human Capital

(VAHU) adalah perbandingan antara value added (VA) dengan

humancapital (HC).

3. Structural Capital Value Added

(STVA) yang merupakan rasio SC terhadap VA.

VACA = VA/CE

VAHU = VA/HC

STVA = SC/VA

Rasio

Variabel Batasan Operasional Indikator Skala Pengukuran

NPM

Perbandingan tingkat keuntungan (laba) dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

Laba bersih

NPM = x 100% Pendapatan Operasional

Rasio

LDR

Perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima.

Total Loans

LDR = x100%

Total Deposit + Total equity Rasio

Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 3.5 Populasi dan Sampel


(59)

Menurut (Sekaran, 2007:241), populasi adalah kelompok yang lengkap, yang biasanya terdiri dari orang, objek, peristiwa atau kejadian ketika kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perbankan syariah di Indonesia periode 2008-2012 yang berjumlah 11 bank.

3.5.2 Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) atau subkelompok dari populasi (Sekaran, 2007:241). Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Syariah di Indonesia.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Penarikan Sampel

No Keterangan Total

1 Bank Syariah yang menerbitkan laporan keuangan di Bank

Indonesia periode 2008 – 2012. 11

2 Bank Syariah yang tidak menerbitkan laporan keuangan di

Bank Indonesia periode 2008 – 2012. -

3 Jumlah sampel yang digunakan 11

Sumber : www.bi.go.id dan www.idx.co.id

Berdasarkan metode tersebut, maka sampel yang digunakan adalah 11 perusahaan Bank Syariah yang menerbitkan laporan keuangan di Bank Indonesia (BI) periode penelitian selama 5 tahun yaitu mulai tahun 2008 – 2012, sehingga jumlah data penelitian ini diperoleh sebanyak 11 x 5 = 55 data pengamatan.

Sesuai dengan tabel 3.2, maka sampel yang digunakan berjumlah 11 bank adalah sebagai berikut:


(60)

Tabel 3.3

Nama-Nama Bank Objek Penelitian

No Daftar Bank Syariah di Indonesia Keterangan

1 PT.BNI SYARIAH, Tbk Go Public

2 PT.MEGA SYARIAH, Tbk Go Public

3 PT.MUAMALAT INDONESIA Non Go Public

4 PT.BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk Go Public

5 PT.BCA SYARIAH, Tbk Go Public

6 PT.BRI SYARIAH, Tbk Go Public

7 PT.JABAR BANTEN SYARIAH, Tbk Go Public

8 PT.PANIN SYARIAH, Tbk Go Public

9 PT.SYARIAH BUKOPIN, Tbk Go Public

10 PT.VICTORIA SYARIAH, Tbk Go Public

11 PT.MAYBANK SYARIAH INDONESIA Non Go Public

Sumber : www. idx.co.id dan www.bi.go.id

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan telah dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 200:127).

Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan tahunan yang berasal dari hasil publikasi Bank Indonesia, annual report dari Bursa Efek Indonesia, website Bank Syariah, buku-buku refrensi, internet, jurnal dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian.


(61)

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari berbagai literatur, jurnal, buku-buku refrensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan website masing-masing Bank Syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif dan teknik analisis statistik. Berikut langkah yang dilakukan dalam analisis tersebut masing-masing akan dijelaskan di bawah ini.

3.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara menentukan data, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan data sehingga dapat memberikan gambaran masalah yang dihadapi. Dalam penelitian ini, dengan melihat gambaran dari data-data yang ada, maka akan diperoleh informasi yang jelas mengenai analisis perbandingan intellectual capital terhadap kesehatan perbankan syariah di Indonesia (go public dan non go public).

3.8.2 Regresi Dummy

Regresi linier tidak hanya terbatas digunakan untuk memodelkan hubungan dimana variabel bebas (X) bertipe data interval atau rasio saja. Regresi linier juga memungkinkan bila digunakan untuk melakukan analisis data bila


(62)

variabel bebasnya (X) bertipe data nominal. Teknik semacam ini dikenal dengan nama regresi variabel dummy.

Dalam analisis regresi berganda dengan variabel dummy, tidak semua kategori dalam variabel dummy dilibatkan analisis regresi. Jika jumlah kategori lebih dari 2 maka jumlah kategori yang kita libatkan adalah k-1 (k=jumlah kategori). Misalnya jumlah kategori adalah 4, maka jumlah kategori yang kita libatkan adalah 4-1 = 3 kategori (Situmorang et al., 2008:217).

Yi = α + β1VACA + β2VAHU+ β3STVA + β4D + e

Dimana:

Yi = NPM, LDR

α = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi untuk masing-masing variabel VACA = Value added capital employed

VAHU = Value added human capital STVA = Structural capital value added Dummy = 1 untuk go public

0 untuk non go public e = Standard error

3.8.3 Pengujian Asumsi Klasik

Untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu: Uji Normalitas, Uji Multikolonieritas, Uji Heterokedastisitas dan Autokorelasi yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:


(1)

Lampiran No.5

Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji Glejser

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 3,825 1,321 2,896 ,006

VAHU ,286 ,156 ,517 1,834 ,073

VACA 1,416 ,508 ,362 2,786 ,008

LnSTVA -1,213 1,088 -,315 -1,115 ,270

a Dependent Variable: AbsNPM

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 55,269 10,433 5,298 ,000

VAHU ,896 1,232 ,209 ,727 ,470

VACA 11,454 4,013 ,379 2,854 ,006


(2)

Lampiran No.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,436(a) ,190 ,141 2,45742 1,280

a Predictors: (Constant), LnSTVA, VACA, VAHU b Dependent Variable: NPM

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 ,392(a) ,154 ,102 19,40771 1,906

a Predictors: (Constant), LnSTVA, VACA, VAHU b Dependent Variable: LDR


(3)

Lampiran No.7

Hasil Uji Multikolineritas

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 3,825 1,321 2,896 ,006

VAHU ,286 ,156 ,517 1,834 ,073

VACA 1,416 ,508 ,362 2,786 ,008

LnSTVA -1,213 1,088 -,315 -1,115 ,270

a Dependent Variable: NPM

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 55,269 10,433 5,298 ,000

VAHU ,896 1,232 ,209 ,727 ,470

VACA 11,454 4,013 ,379 2,854 ,006


(4)

Lampiran No.8

Hasil Analisis Regresi Dummy

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 112,082 4 28,021 5,309 ,001(a)

Residual 253,346 48 5,278

Total 365,429 52

a Predictors: (Constant), DUMMY, VACA, VAHU, LnSTVA b Dependent Variable: NPM

Coefficients(a)

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) ,988 1,588 ,622 ,537

VAHU ,287 ,146 ,518 1,966 ,055

VACA 1,190 ,482 ,304 2,470 ,017

LnSTVA -1,747 1,034 -,453 -1,689 ,098

DUMMY 2,612 ,920 ,373 2,840 ,007


(5)

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,554(a) ,307 ,249 2,29740

a Predictors: (Constant), DUMMY, VACA, VAHU, LnSTVA b Dependent Variable: NPM

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7479,817 4 1869,954 6,261 ,000(a)

Residual 14335,778 48 298,662

Total 21815,595 52

a Predictors: (Constant), DUMMY, VACA, VAHU, LnSTVA b Dependent Variable: LDR


(6)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 27,354 11,949 2,289 ,027

VAHU ,902 1,097 ,211 ,822 ,415

VACA 9,230 3,623 ,305 2,548 ,014

LnSTVA -8,176 7,780 -,274 -1,051 ,299

DUMMY 25,697 6,918 ,476 3,714 ,001

a Dependent Variable: LDR

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,586(a) ,343 ,288 17,28184

a Predictors: (Constant), DUMMY, VACA, VAHU, LnSTVA b Dependent Variable: LDR


Dokumen yang terkait

Valuasi Harga Wajar Saham Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI

15 120 128

Pengaruh kebijakan go public terhadap Tingkat Kesehatan Keuangan PT.Bank Panin Syariah

0 12 0

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 17

Model Analisis CAMELS untuk Menilai Tingkat Kesehatan Perbankan yang Go Public.

0 2 6

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN GO PUBLIC DI INDONESIA TAHUN 2005 - 2009 - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 13

Go Public dan Non Go Public di Indonesia Periode 2008

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stakeholder Theory - Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Perbandingan Intellectual Capital Terhadap Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah Go Public dan Non Go Public di Indonesia

0 1 10

PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN SYARIAH GO PUBLIC DAN NON

0 0 11