Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA PERBANKAN YANG GO PUBLIC

DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

VERA YOHANA BR SITORUS 100523014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Loan pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancar, ditambah kredit diragukan dan kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka akan berdampak pada berkurangnya sebagian besar pendapatan. Kredit macet tidak menghasilkan pendapatan bunga sama sekali, sehingga pendapatan berkurang.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis data panel, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pengolahan data menggunakan program Eviews 5.1.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi di website Bursa Efek Indonesia. Periode data yang diteliti dari tahun 2005 hingga tahun 2011 (7 tahun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).

Kata Kunci: Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).


(3)

ABSTRACT

This research entitled “Analysis of Factors influence Non Performing Loan (NPL) at Go Public Bank at Indonesia Stock Exchange”. This research aims to respond any questions about factors influence the Non Performing Loan at the go public bank at Indonesia Stock Exchange. The bad loan is always found in banking loan activity. Therefore the bank always minimizes the bad loan to fulfill the requirement of Central Bank as the bank supervisors. The bad loan is total debt loan plus the doubt loan and debt credit. If the loan is in bad condition if cause the less of earning. The bad credit did not provide the interest and the earning is lower.

The hypothesis is tested by panel data analysis, i.e. by using the cross section data and time series to study the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost for Operational Earning (BOPO) and Loan to Deposit Ratio (LDR) to the NPL at the go public bank in Indonesia Stock Exchange. The data is processed using Eviews 5.1 program.

The data applied in this research is collected from document and annual financial reports of the go public banks at Indonesia Stock Exchange through the formal website of Indonesia Stock Exchange. The period of data is from 2005 up to 2011 (7 years).

The result of research indicates that the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) influence the Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) that totally influence the Non Performing Loan (NPL).

Keywords: Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia serta kemurahan hati-Nya yang senantiasa menyertai sejak masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah meluangkan waktunya memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang terkasih, Ayahanda E. Sitorus dan Ibunda R. Br. Tamba yang selama ini telah banyak memberikan semangat, materi dan doa yang tak pernah putus yang selalu membimbing penulis dalam setiap langkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga buat abang dan adik saya terkasih, dr. Andrew Ludig Sitorus, Christian Mangatur Sitorus dan Amida Sitorus.

2. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec., selaku ketua, dan Bapak Drs.Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D, selaku ketua dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dalam memberikan masukan, saran dan bimbingan baik mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

6. Bapak Kasyful Mahali, SE, M.Si., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi terkhusus Departemen Ekonomi Pembangunan atas pengajaran, bimbingan, dan bantuannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

8. Teman-teman seperjuangan Penulis di Ekstensi Ekonomi Pembangunan Stambuk 2010 yang telah banyak membantu penulis dan memberikan sumbangan ide.

Medan, Februari 2013

Penulis

Vera Yohana Br Sitorus


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 12

2.1.1 Pengertian Bank ... 12

2.1.2 Jenis-jenis Bank ... 13

2.1.3 Tugas dan Fungsi Bank ... 16

2.1.4 Kegiatan-kegiatan Bank ... 16

2.1.5 Sasaran Manajemen Bank ... 17

2.1.6 Resiko Usaha Bank ... 18

2.1.7 Sumber Dana Bank ... 20

2.2 Kredit ... 22

2.2.1 Pengertian Kredit ... 22

2.2.2 Unsur-unsur Kredit ... 22

2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit ... 24

2.2.4 Jenis-jenis Kredit ... 27

2.2.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit ... 30

2.2.6 Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit ... 33

2.2.7 Prosedur dalam Pemberian Kredit ... 35

2.3 Non Performing Loan ... 38

2.3.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL) ... 38

2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya NPL ... 41

2.3.3 Indikasi Kredit Bermasalah ... 46

2.3.4 Penyelamatan Kredit Bermasalah ... 47

2.3.5 Dampak Non Performing Loan ... 49


(7)

2.5 Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 52

2.5.1 Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) ... 53

2.6 Return on Assets (ROA) ... 53

2.7 Net Interest Margin (NIM) ... 54

2.8 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ... 55

2.9 Penelitian Terdahulu ... 55

2.10 Kerangka Konseptual ... 57

2.11 Hipotesis ... 58

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 60

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 60

3.3 Defenisi Operasional ... 61

3.4 Jenis dan Sumber Data ... 64

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 65

3.6 Teknik Analisis ... 65

3.6.1 Metode Analisis Data Panel (Pooled Data) ... 67

3.6.2 Kerangka Model Analisis Jalur (Path Analysis) ... 68

3.6.2.1 Direct Effect ... 69

3.6.2.2 Indirect Effect ... 70

3.6.2.3 Total Effect ... 71

3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 72

3.7.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 72

3.7.2 Uji-F Statistik ... 73

3.7.3 Uji-t Statistik ... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian ... 76

4.2 Analisis Deskriptif ... 77

4.2.1 Deskriptif nilai variabel Capital Adequacy Ratio .... 77

4.2.2 Deskriptif nilai variabel Return on Assets ... 80

4.2.3 Deskriptif nilai variabel Net Interest Margin ... 83

4.2.4 Deskriptif nilai variabel BOPO ... 86

4.2.5 Deskriptif nilai variabel Loan to Deposit Ratio ... 89

4.2.6 Deskriptif nilai variabel Non Performing Loan ... 92

4.3 Analisis Hasil Penelitian ... 95

4.3.1 Hasil Pengolahan Data Model Persamaan I ... 95

4.3.1.1 Direct Effect/Pengaruh Langsung ... 95

4.3.1.2 Interprestasi Model Persamaan ... 96

4.3.2 Hasil Pengolahan Data Model Persamaan II ... 97

4.3.2.1 Direct Effect/Pengaruh Langsung ... 98


(8)

4.4 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 99

4.4.1 Koefisien Determinasi (R-square) ... 99

4.4.2 Uji F-Statistik ... 100

4.4.2.1 Uji F-Statistik Model Persamaan I ... 100

4.4.2.2 Uji F-Statistik Model Persamaan II ... 101

4.4.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 102

4.4.3.1 Uji t-Statistik Model Persamaan I ... 102

4.4.3.2 Uji t-Statistik Model Persamaan II ... 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 56 4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 77 4.2 Return on Assets (ROA) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 80 4.3 Net Interest Margin (NIM) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 83 4.4 Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Perusahaan

Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode

Tahun 2005-2011 (dalam persen) ... 86 4.5 Loan to Deposit Ratio (LDR) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 89 4.6 Non Performing Loan (NPL) Perusahaan Perbankan yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-2011

(dalam persen) ... 92 4.7 Hasil Estimasi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan variabel Y1 ... 95 4.8 Hasil Estimasi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan variabel Y2 ... 97


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 58

3.1 Kerangka Analisis Jalur ... 66

3.2 Kerangka Analisis Direct Effect ... 69

3.3 Kerangka Analisis Indirect Effect ... 70

3.4 Kerangka Analisis Total Effect ... 71

3.5 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-statistik ... 74

3.6 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-statistik ... 75

4.1 Hasil Estimasi Analisis Direct Effect Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y1 ... 96

4.2 Hasil Estimasi Analisis Direct Effect Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y2 ... 98

4.3 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-Statistik Persamaan I ... 101

4.4 Kurva Pengambilan Keputusan Uji F-Statistik Persamaan II ... 102

4.5 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X1 Persamaan I ... 104

4.6 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X2 Persamaan I ... 105

4.7 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X3 Persamaan I ... 106

4.8 Kurva Pengambilan Keputusan Uji t-Statistik X4 Persamaan I ... 107


(11)

4.9 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X1 Persamaan II ... 108 4.10 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X2 Persamaan II ... 109 4.11 Kurva Pengambilan Keputusan

Uji t-Statistik X3 Persamaan II ... 110 4.12 Kurva Pengambilan Keputusan


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Indikator Penelitian ... 130 2 Hasil Regresi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y1 ... 134 3 Hasil Regresi Variabel X1, X2, X3, X4 dengan Variabel Y2 ... 136


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab beberapa pertanyaan sekitar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Loan pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Kredit bermasalah selalu ada dalam kegiatan perkreditan bank, oleh karena itu setiap bank berusaha menekan seminimal mungkin besarnya kredit bermasalah agar tidak melebihi ketentuan Bank Indonesia sebagai pengawas perbankan. Kredit bermasalah adalah jumlah keseluruhan dari kredit kurang lancar, ditambah kredit diragukan dan kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, maka akan berdampak pada berkurangnya sebagian besar pendapatan. Kredit macet tidak menghasilkan pendapatan bunga sama sekali, sehingga pendapatan berkurang.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis data panel, yaitu dengan menggunakan data cross section dan time series untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia. Pengolahan data menggunakan program Eviews 5.1.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen dan laporan keuangan tahunan perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi di website Bursa Efek Indonesia. Periode data yang diteliti dari tahun 2005 hingga tahun 2011 (7 tahun).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Non Performing Loan (NPL).

Kata Kunci: Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO).


(14)

ABSTRACT

This research entitled “Analysis of Factors influence Non Performing Loan (NPL) at Go Public Bank at Indonesia Stock Exchange”. This research aims to respond any questions about factors influence the Non Performing Loan at the go public bank at Indonesia Stock Exchange. The bad loan is always found in banking loan activity. Therefore the bank always minimizes the bad loan to fulfill the requirement of Central Bank as the bank supervisors. The bad loan is total debt loan plus the doubt loan and debt credit. If the loan is in bad condition if cause the less of earning. The bad credit did not provide the interest and the earning is lower.

The hypothesis is tested by panel data analysis, i.e. by using the cross section data and time series to study the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM), Operational Cost for Operational Earning (BOPO) and Loan to Deposit Ratio (LDR) to the NPL at the go public bank in Indonesia Stock Exchange. The data is processed using Eviews 5.1 program.

The data applied in this research is collected from document and annual financial reports of the go public banks at Indonesia Stock Exchange through the formal website of Indonesia Stock Exchange. The period of data is from 2005 up to 2011 (7 years).

The result of research indicates that the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) influence the Loan to Deposit Ratio (LDR). Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning (BOPO) that totally influence the Non Performing Loan (NPL).

Keywords: Non Performing Loan (NPL), Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) and Operational Cost of Operational Earning.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbankan mempunyai peran yang sangat vital dalam pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat serta menunjang berjalannya roda perekonomian baik secara mikro maupun secara makro mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Mengingat begitu pentingnya peranan perbankan di Indonesia, pengambilan keputusan perlu dilakukan untuk mengevaluasi kinerja perbankan secara memadai.

Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (defisit unit) serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Bank juga mempunyai peran sebagai pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan (Booklet Perbankan Indonesia 2009). Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk kredit maupun dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan fungsi penghimpun dana ini, bank sering pula disebut lembaga kepercayaan. Sejalan dengan


(16)

karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah (Siamat, 2005 : 275).

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bank adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan dan aktivitasnya pasti berhubungan dengan masalah keuangan.

Kondisi perbankan telah banyak mengalami perubahan hingga saat ini. Perubahan tersebut selain disebabkan perkembangan internasional dunia perbankan juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan nasional baik dari sektor internal perbankan maupun dari sektor lain, sektor rill dalam perekonomian, politik, sosial, hukum, pertahana dan keamanan.

Perkembangan industri perbankan khususnya sejak adanya Paket 27 Oktober 1988 (Pakto 1988), meningkat cukup pesat baik dari jumlah bank, jaringan kantor, volume usaha, maupun variasi jasa dan produk yang ditawarkan bank pada masyarakat. Dengan perkembangan tersebut, aset perbankan memiliki potensi cukup besar untuk memainkan perannya sebagai salah satu sumber pembiayaan sektor pembangunan dan pergerakan perekonomian di Indonesia. Disamping itu, harapan


(17)

masyarakat yang cukup besar menuntut tersedianya kuantitas dan kualitas pelayanan yang baik dalam segala segi dari dunia perbankan. Oleh karena itu sangat diharapkan terciptanya iklim perbankan yang kuat dan tangguh sehingga dapat diandalkan dalam menunjang kegiatan perekonomian Indonesia.

Secara umum kondisi makro ekonomi Indonesia hingga tahun ini belum menunjukkan perbaikan secara signifikan, misalnya ditandai dengan masih tingginya suku bunga dan gejolak kurs yang belum stabil, kondisi ini mempengaruhi bank dalam mengucurkan kreditnya, ada kecenderungan bank untuk mempertahankan likuiditasnya daripada mengucurkan kredit. Disamping itu bank mengalami kesulitan dalam melakukan penilaian akurat mengenai resiko kredit maupun resiko pasar akibat beberapa hal (Siamat, 2005 : 79), seperti :

1. Adanya jaminan terselubung dari bank sentral atas kelangsungan hidup suatu bank untu mencegah kegagalan sistematik dalam industri perbankan. Jaminan yang ada menggiring perbankan untuk mengambil utang yang berlebihan dan memberikan kredit kepada sektor-sektor yang beresiko tinggi.

2. Sistem pengawasan oleh bank sentral kurang efektif karena belum sepenuhnya dapat mengimbangi pesat dan kompleksnya kegiatan operasional perbankan.

3. Besarnya pemberian kredit dan jaminan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada individu/kelompok usaha yang terkait dengan bank telah mendorong tingginya resiko kredit macet yang dihadapi bank.


(18)

4. Lemahnya kemampuan manajerial bank.

5. Kurang transparannya informasi mengenai kondisi perbankan.

Dalam keadaan seperti ini perbankan tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai sumber pembiayaan bagi perekonomian terutama dalam menggerakan sektor rill. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan resiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Permasalahan perbankan di Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau group usaha sendiri serta modal yang tidak dapat mengcover terhadap resiko-resiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun. Kegiatan ekonomi menjadi terhambat yang berakibat semakin memperbesar jumlah Non Performing Loan (NPL).

Pada era awal tahun 1990an, dana yang berhasil dihimpun sektor perbankan cukup besar jumlahnya sebagai akibat meningkatnya pengerahan dana masyarakat, sedangkan dilain pihak perbankan dihadapkan kenyataan untuk segera menyalurkan dana tersebut secara cepat guna menghasilkan pendapatan dalam bentuk bunga. Tuntutan yang sedemikian besar, semakin cepat mendorong terjadinya penyimpangan dalam hal pemberian kredit dan cenderung mengabaikan prinsip-prinsip pemberian kredit yang sehat dan prudent. Bilamana hal tersebut tidak ditangani dengan serius akan berdampak pada siklus hidup perbankan itu sendiri yang mengarah pada likuidasi.


(19)

Sebagai sebuah institusi, dalam menjalankan fungsi-fungsinya sebuah bank membutuhkan dana, oleh karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi dengan cost of money yang wajar. Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar peluang bagi bank tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dalam mencapai tujuannya. Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah luput dari masalah kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.

Walaupun kredit dianggap sebagai salah satu sumber pendapatan yang besar, namun bukan berarti perbankan lancar dalam kegiatan penyaluran kreditnya. Kredit bermasalah cukup mendapat perhatian serius dalam operasioanl perbankan. Indikasi munculnya kredit bermasalah ini menjadi momok yang cukup mempengaruhi kinerja perbankan dimana dengan makin tingginya rasio kredit bermasalah ini akan turut memperlambat pertumbuhan kredit.

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam mengcover resiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan resiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula resiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank.

Kredit bermasalah yang besar dalam industri perbankan membawa dampak yang luas. Dari sudut pandang mikro merugikan perkembangan usaha dan kesehatan


(20)

bank. Sedangkan dari sudut pandang makro mengingat sebagian dana yang dihimpun bank digunakan untuk menutup kewajiban baik jangka pendek atau panjang maka kemampuan bank dalam memberikan kredit baru menjadi berkurang sehingga menutup kemungkinan calon debitur baru memperoleh fasilitas kredit bank yang bersangkutan. Dampak lainnya adalah bank akan cenderung terlalu berhati-hati dalam memberikan kredit. Dengan makin selektifnya pemberian kredit, berakibat proses pemberian kredit cenderung lama dari prosedur normal dan ekspansi kredit menjadi turun sehingga mengakibatkan biaya dana dan bunga kredit menjadi lebih tinggi.

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya resiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Loan to Deposito Ratio (LDR) merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh bank telah menggunakan uang para penyimpan (depositor) untuk memberikan pinjaman kepada para nasabahnya, dengan kata lain jumlah uang yang dipergunakan untuk memberikan pinjaman adalah uang yang berasal dari titipan para penyimpan (Pandia, 2012 : 118). Besarnya LDR sebuah bank, mampu menggambarkan besar peluang munculnya kredit. Artinya semakin tinggi LDR sebuah bank, maka semakin tinggi pula peluang resiko kredit yang akan terjadi, dan sebaliknya.

Untuk mengurangi resiko yang terjadi dari masalah kredit, maka bank menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank yang disebut Capital


(21)

Adequacy Ratio (CAR). Semakin tinggi CAR, maka semakin besar pula kemampuan bank dalam meminimalisir resiko kredit yang terjadi, artinya bank tersebut mampu menutupi resiko kredit yang terjadi dengan besarnya cadangan dana yang diperoleh dari perbandingan modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Untuk mengetahui seberapa efisien suatu bank dalam pengelolaan aset dan dalam melakukan kegiatan usahanya, maka digunakan rasio Return on Assets (ROA). Rasio ini merupakan indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank atau mengindikasikan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh rata-rata terhadap setiap rupiah asetnya. ROA dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva. Semakin besar ROA akan menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar.

Selain faktor tersebut, rasio Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih (Pandia, 2012 : 71). Dengan demikian besarnya NIM akan mempengaruhi laba-rugi bank yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja bank tersebut. Semakin besar rasio ini maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank bermasalah semakin kecil, yang utamanya mengenai kredit macet.

Untuk mengetahui seberapa efektif penyaluran kredit bank, yang salah satunya merupakan kegiatan operasional bank, maka digunakan rasio Biaya Operasional


(22)

Pendapatan Operasional (BOPO). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional (Pandia, 2012 : 72). Efisiensi operasi dilakukan oleh bank dalam rangka untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan dengan usaha pokok bank dilakukan dengan benar serta digunakan untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil karena tersedianya pendapatan untuk menutupi kegiatan operasional penyaluran kredit.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis terlebih dahulu merumuskan masalah sebagai dasar kajian penelitian yang akan dilakukan. Bertitik tolak dari uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Apakah variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA),


(23)

(BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio

(LDR) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA),

Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara langsung berpengaruh terhadap terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu berkaitan dengan masih tingginya rasio Non Performing Loan (NPL) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Net Interest Margin (NIM) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap terjadinya

Non Performing Loan (NPL) pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil kajian penelitian ini pada masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Memberikan temuan dan bukti empiris yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi arah hubungan terjadinya NPL pada perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

2. Memberikan penjelasan yang relevan dan memadai kepada setiap pengambil kebijakan, baik pada pihak pemerintah dalam hal ini selaku pemegang otoritas tertinggi dalam bidang ekonomi dan moneter maupun pada pihak praktisi perbankan mengenai arti pentingnya sensitifitas faktor-faktor yang mendorong terjadinya NPL.

3. Mendorong berbagai pihak yang terkait dengan mata rantai kegiatan ekonomi dan perbankan untuk mematuhi dan melaksanakan setiap ketentuan-ketentuan yang telah diberlakukan baik oleh pemerintah maupun Undang-Undang yang terkait dengan perbankan khususnya dalam hal perkreditan, sehingga terjadinya NPL dapat ditekan menjadi seminimal mungkin.

4. Sebagai sumbangan pemikiran dan untuk menambahkan, melengkapi, dan sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian sebelumnya, serta referensi bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya berkaitan dengan penelitian ini.


(25)

5. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan wawasan ilmiah serta menambah pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan:

- Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

- Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Adapun defenisi bank secara umum, bank merupakan sebuah lembaga keuangan yang beroperasi secara aktif maupun pasif. Secara aktif, dalam hal ini bank menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan. Sedangkan secara pasif, bank dalam hal ini menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito atau lebih dikenal dengan istilah dana pihak ketiga (DPK).


(27)

2.1.2 Jenis-jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang-Undang perbankan antara lain (Kasmir, 2009 : 34):

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai h. Dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(28)

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikannya maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah:

a. Bank milik pemerintah

Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank milik swasta nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

c. Bank milik koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi.


(29)

d. Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri.

e. Bank milik campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

3. Dilihat dari Segi Status

Kedudukan atau status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik daari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Status bank yang dimaksud adalah:

a. Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

b. Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa, dimana transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.


(30)

4. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah, aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Bank

Pada dasarnya tugas pokok bank menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1998 adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi bank pada umunya (Siamat, 2005 : 276):

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.

2. Menciptakan uang.

3. Menghimpun dana dan menyalurkan kepada masyarakat. 4. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

2.1.4 Kegiatan-kegiatan Bank

Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah sebagai berikut (Siamat, 2005 : 276):

1. Menghimpun dana dari masyarakat. 2. Memberikan kredit.


(31)

3. Membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya.

4. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun nasabah, menempatkan dana pada, meminjamkan dana dari, atau meminjamkan dana pada pihak lain, menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak.

5. Melakukan kegiatan anjak piutang maupun kartu kredit. 6. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.

7. Melakukan kegiatan lain seperti kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek dan asuransi. 2.1.5 Sasaran Manajemen Bank

Dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya, bank memiliki sasaran yang dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu, yaitu (Siamat, 2005 : 277):

1. Sasaran Jangka Pendek

Sasaran jangka pendek berkaitan dengan penggunaan waktu dalam operasional bank untuk mencapai tujuan yang bersifat jangka pendek, misalnya pemenuhan likuiditas, menyediakan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek atau instrumen pasar uang.


(32)

2. Sasaran Jangka Panjang

Sasaran jangka panjang manajemen bank adalah bagaimana memperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank.

Secara umum bahwa sasaran pokok manajemen bank pada dasarnya adalah untuk memaksimalkan nilai investasi dari pemilik bank. Oleh karena itu dalam upaya mencapai sasaran tersebut, manajemen bank harus memperhatikan dan menguasai prinsip pengelolaan bank baik aktiva maupun kewajiban-kewajibannya.

2.1.6 Resiko Usaha Bank

Resiko usaha merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Resiko usaha yang dapat dihadapi oleh bank antara lain (Siamat, 2005 : 279):

1. Resiko kredit (Default risk), yaitu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diperoleh dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan.

2. Resiko investasi (Invesment risk), yaitu berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai portofolio surat-surat berharga, misalnya obligasi dan surat-surat berharga lainnya yang dimiliki bank.


(33)

3. Resiko likuiditas (Liquidity risk), yaitu resiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu.

4. Resiko operasional (Operating risk), yaitu berupa kemungkinan kerugian dari operasi bank bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank dan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk baru yang diperkenalkan.

5. Resiko penyelewengan (Fraud risk), yaitu berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat ketidakjujuran, penipuan, atau moral dan perilaku yang kurang baik dari pejabat, karyawan dan nasabah bank.

6. Resiko fidusia (Fiduciary risk), yaitu resiko ini akan timbul akibat usaha bank dalam memberikan jasa dengan bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha.

7. Resiko tingkat bunga (Interest rate risk), yaitu resiko yang timbul akibat berubahnya tingkat bunga yang pada gilirannya akan menurunkan nilai pasar surat-surat berharga dan pada saat yang sama bank membutuhkan likuiditas.

8. Resiko solvensi (Solvency risk), yaitu resiko yang disebabkan oleh ruginya beberapa aset yang pada gilirannya menurunkan posisi modal bank.


(34)

9. Resiko valuta asing (Foreign currency risk), yaitu resiko ini terutama dihadapi oleh bank-bank devisa yang melakukan transaksi dalam valuta asing, baik dari sisi aktiva maupun dari sisi pasiva (kewajiban).

10.Resiko persaingan (Competitive risk), yaitu resiko yang dihadapi bank dalam upaya memberi pelayanan pada nasabahnya, dimana bank akan bersaing dengan bank lain secara profesional dan paling baik untuk kelangsungan operasional bank itu sendiri.

2.1.7 Sumber Dana Bank

Sumber dana bank merupakan dana yang diperoleh oleh bank, baik bersumber dari masyarakat luas, dana dari bank itu sendiri, maupun dana dari lembaga keuangan lainnya, seperti BLBI. Sesuai defenisi tersebut, maka sumber dana bank terdiri atas tiga sumber, yaitu (Kasmir, 2004 : 45):

1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:

a. Setoran modal dari pemegang saham yaitu, merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemegang saham baru.

b. Cadangan laba, yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dan sementara waktu belum digunakan.


(35)

c. Laba bank yang belum dibagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham.

2. Dana yang berasal dari masyarakat luas

Dana tersebut merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari kegiatan pasifnya, yaitu menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan dan deposito.

3. Dana yang bersumber dari lembaga lain

a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditasnya.

b. Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring data tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

c. Pinjaman dari bank-bank luar negri. Merupakan pinjaman yang diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.

d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.


(36)

2.2 Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit

Kata kredit berasal dari bahasa yunani, yaitu credere, yang berarti kepercayaan. Jadi istilah kredit memiliki arti khusus yaitu meminjamkan uang (penundaan pembayaran). Dalam arti luas kredit ini didasarkan atas komponen kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi masa yang akan datang.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan dengan pihak peminjam untuk melunasi utangnya selama jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Pengertian kredit secara umum merupakan pemberian, baik uang, barang, maupun jasa yang dilakukan oleh pihak kreditur, yang didasari dengan unsur kepercayaan kepada debiturnya, serta terdapat kesepakatan antara kreditur dengan debitur, baik mengenai jangka waktu pengembalian barang, jasa dan uang, maupun kesepakatan mengenai balas jasa (bunga) yang diperoleh dari operasi tersebut.

2.2.2 Unsur-unsur kredit

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 98):

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang, jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di


(37)

masa datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin panjang risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan.


(38)

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atau pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 2.2.3 Tujuan dan Fungsi Kredit

Kasmir (2009 : 100) menyebutkan bahwa pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah

Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, karena akan meningkatkan penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa, serta menghemat dan meningkatkan devisa negara.


(39)

Kemudian disamping tujuan diatas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan daya guna uang.

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tabungan tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lain sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang.

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang.

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lain bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.


(40)

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negri ke luar negri sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha.

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi si nasabah yang memang modalnya pas-pasan.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan.

Semakin banyak kredit yang disalurkan, akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut akan membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Di samping itu, bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapataannya seperti membuka warung dan menyewakan rumah kontrakan atau jasa lain. 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional.

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama dibidang lainnya.


(41)

2.2.4 Jenis-jenis Kredit

Kredit yang diberikakn bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2009 : 103):

1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. b. Kredit modal kerja

Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasinya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang.


(42)

b. Kredit konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. 3. Dilihat dari segi jangka waktu

a. Kredit jangka pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya kredit untuk peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, biasanya untuk investasi. Contohnya kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.


(43)

c. Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Contohnya kredit untuk perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

b. Kredit tanpa jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat.

b. Kredit peternakan, dalam hal ini untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar.

d. Kredit pertambangan, jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah


(44)

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, diberikan kepada profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

h. Dan sektor-sektor lainnya. 2.2.5 Prinsip-prinsip Pemberian Kredit

Dalam melakukan penilaian kriteria-kriteria serta aspek penilaian tetap sama. Begitu pula dengan ukuran-ukuran yang ditetapkan sudah menjadi standar penilaian setiap bank. Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisa 5 C dan 7 P (Kasmir, 2009 : 108).

Adapun penjelasan untuk analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut: 1. Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi.


(45)

2. Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitupula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.

4. Colleteral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan.


(46)

Kemudian penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut: 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Selain itu juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi masalah.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau tidak.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit.


(47)

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

2.2.6 Aspek-aspek dalam Penilaian Kredit

Di samping menggunakan 5 C dan 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Aspek-aspek yang dinilai antara lain sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 111):

1. Aspek Yuridis/Hukum

Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte pendirian perusahaan sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya modal masing-masing pemilik.

2. Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini yang dinilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana.


(48)

3. Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut.

4. Aspek Teknis/Operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas mesin yang digunakan, masalah lokasi, lay out ruangan, dan mesin-mesin termasuk jenis mesin yang digunakan.

5. Aspek Manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada dan pertimbangan lainnya.

6. Aspek Sosial Ekonomi

Menganalisis dampaknya terhadap perekonomian dan masyarakat umum seperti meningkatkan ekspor barang, mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan masyarakat, tersedianya sarana dan prasarana serta membuka isolasi daerah tertentu.

7. Aspek Amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara jika proyek atau usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila kredit tersebut disalurkan, maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.


(49)

2.2.7 Prosedur dalam Pemberian Kredit

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antara bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan mungkin hanya terletak dari prosedur dan persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing. Prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum. Kemudian dapat pula ditinjau dari segi tujuan apakah untuk konsumtif atau produktif.

Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian kredit oleh badan hukum sebagai berikut (Kasmir, 2009 : 114):

1. Pengajuan berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya yang berisi antara lain:

a. Latar belakang perusahaan seperti riwayat hidup singkat perusahaan, jenis bidang usaha, identitas perusahaan, nama pengurus berikut pengetahuan dan pendidikannya, perkembangan perusahaan serta relasinya dengan pihak-pihak pemerintah dan swasta.

b. Maksud dan tujuan. Apakah untuk memperbesar omset penjualan atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya.


(50)

c. Besarnya kredit dan jangka waktu. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari cash flow serta laporan keuangan tiga tahun terakhir.

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit. Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala risiko terhadapa kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti akte notaris, tanda daftar perusahaan, nomor pokok wajib pajak, neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir, bukti diri dari pimpinan perusahaan dan foto kopi sertifikat jaminan.

2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.

3. Wawancara I

Merupakan penyidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, untuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti dengan yang bank inginkan.


(51)

4. On the Spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.

5. Wawancara II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat telah dilakukan on the spot dilapangan.

6. Keputusan kredit

Dalam hal ini menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima, maka disiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit dan biaya-biaya yang harus dibayar. Begitu pula bagi kredit yang ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan alasannya masing-masing.

7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan maka terlebih dulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan dengan hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan melalui notaris.


(52)

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penarikan dana

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

2.3 Non Performing Loan

2.3.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL)

Setiap bank akan menjumpai pinjaman yang membawa resiko lebih besar daripada yang diperkirakan saat memberikan persetujuan permohonan kredit dalam fortopolio kreditnya, bahkan juga pinjaman yang mungkin membawa resiko jauh lebih besar daripada yang lazimnya masih bisa dihadapi. Pinjaman-pinjaman yang demikian dikategorikan dalam pinjaman yang bermasalah.

Kredit bermasalah atau problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Kredit bermasalah sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat


(53)

berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan kedalam 5 kelompok yaitu (Kasmir, 2009 : 123):

1. Lancar (pas)

Suatu kredit dapat dikatakan lancar apabila:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu. b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.

c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). 2. Dalam perhatian khusus (special mention)

Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain: a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang

belum melampui 90 hari. b. Kadang-kadang terjadi cerukan.

c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan. d. Mutasi rekening relatif aktif.

e. Didukung dengan pinjaman baru. 3. Kurang lancar (substandard)

Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari.

b. Sering terjadi cerukan.

c. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari.


(54)

d. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur. f. Dokumen pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (doubtful)

Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria diantaranya:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari.

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. d. Terjadi kapitalisasi bunga.

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

5. Macet (loss)

Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria antara lain:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai yang wajar.

NPL mencerminkan resiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Agar nilai bank terhadap rasio ini baik


(55)

Bank Indonesia menetapkan kriteria rasio NPL net di bawah 5%. NPL dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara kredit bermasalah dengan total kredit.

Rumus: NPL

=

KreditBermasalah

TotalKredit x 100%

Sumber. SEBI No.6/23/DPNP Tahun 2004

Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.

2.3.2 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Non Performing Loan

Dari sisi perspektif bank, terjadinya kredit bermasalah disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan sebagai berikut (Siamat, 2005 : 360):

1. Faktor Internal

Faktor internal kredit bermasalah berhubungan dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank, yaitu:

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

Bank yang memiliki kelebihan dana (excess liquidity) sering menetapkan kebijaksanaan perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara wajar, yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai untuk waktu tertentu yang cenderung mendorong pejabat kredit menempuh langkah-langkah yang lebih agresif dalam penyaluran kredit sehingga mengakibatkan tidak lagi selektif


(56)

dalam memilih calon debitur dan kurang menerapkan prinsip-prinsip perkreditan yang sehat dalam menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya.

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit dalam suatu bank. Hal yang sering terjadi, bank tidak mewajibkan calon debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan data keuangan yang lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur perkreditan tersebut bisa disebabkan karena jumlah dan kualitas sumber daya manusia yang menangani masalah perkreditan belum memadai, maupun karena adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit.

c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit

Hal ini dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tapi tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur, pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan tersebut menyebabkan kredit yang secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini.


(57)

d. Lemahnya sistem informasi kredit

Sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana seharusnya akan memperlemah keakuratan pelaporan bank yang pada gilirannya akan sulit melakukan deteksi dini. Hal tersebut dapat menyebabkan terlambatnya pengambilan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah.

e. Itikad kurang baik dari pihak bank

Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan banknya untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan kehati-hatian perbankan terutama ketentuan legal lending limit. Skenario lain adalah pemilik dan atau pengurus bank memberikan kredit kepada debitur yang sebenarnya fiktif hanya untuk kepentingan pemilik atau pengurus bank.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain terdiri dari:

a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit

Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami kenaikan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan


(58)

tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.

b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat dimanfaatkan debitur yang kurang memiliki itikad baik untuk memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan, untuk usaha yang tidak jelas, atau untuk kegiatan spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam pengelolaan kredit.

c. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur yang sensitif terhadap pengaruh eksternal (external factors), misalnya kegagalan dalam pemasaran produk; karena perubahan harga dipasar, adanya perubahan pola konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional. d. Debitur mengalami musibah

Musibah dapat saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi.


(59)

3. Faktor Eksternal Bank dan Debitur

Yang mempengaruhi kelancaran usaha perusahaan atau bank yaitu:

a. Menurunnya kondisi ekonomi dan moneter negara atau sektor usaha. Bagi banyak perusahaan dampak langsungnya adalah menurunnya hasil penjualan barang dan jasa yang dihasilkan. Selanjutnya profitabilitas dan likuiditas keuangan menurun, sehingga kemampuan membayar pinjaman terpengaruhi. Manakala perekonomian mengalami krisis, maka biasanya tabungan masyarakat akan menjadi rendah dan konsumsi akan menjadi tinggi karena kurangnya kepercayaan pada lembaga perbankan dan semakin mahal dan langkanya barang-barang kebutuhan.

b. Situasi politik dalam dan luar negeri yang merugikan. c. Meningkatnya tingkat suku bunga pinjaman.

d. Bencana alam yang merusak atau memusnahkan fasilitas produksi yang mereka miliki.

e. Peraturan pemerintah dapat menjadi sebab lain merosotnya kemampuan debitur bank mengembalikan kredit. Peraturan yang bersifat membatasi berdampak besar atas situasi keuangan dan operasional serta manajemen nasabah serta adanya perubahan kebijaksanaan pemerintah di sektor rill. f. Melemahnya kurs nilai tukar mata uang nasional terhadap mata uang

asing. Faktor kurs nilai tukar semakin besar pengaruhnya terhadap debitur yang meminjam kredit dalam mata uang asing dan memasarkan produk mereka didalam negeri dengan harga dalam mata uang nasional.


(60)

Hal ini menyebabkan beban bunga dan pembayaran kembali kredit meningkat sampai diluar batas debitur untuk memikulnya.

2.3.3 Indikasi Kredit Bermasalah

Deteksi merupakan suatu kemampuan untuk mengenali tanda-tanda kemungkinan adanya suatu masalah atau paling tidak mengarah ke suatu masalah terhadap kredit yang sedang berjalan. Indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah dapat dibedakan dari dua sumber yaitu (Siamat, 2005 : 359):

1. Indikasi internal

a. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari proyeksi yang diharpkan.

b. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga. c. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri. d. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft.

e. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data keuangan yang lengkap dan mutakhir.

f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang. g. Usaha nasabah terlalu ekspansif.

h. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan pada saat diminta.


(61)

2. Indikasi eksternal

a. Adanya penyelidikan dari lemabaga-lembaga keuangan lain.

b. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan dan pengikatan barang jaminan secara normal.

c. Kegagalan perusahaan membayar pajak.

d. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri. e. Pemogokan buruh (pekerja) secara terorganisasi.

f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang. g. Peluncuran produksi baru oleh pesaing.

2.3.4 Penyelamatan Kredit Bermasalah

Penyelamatan kredit merupakan usaha yang dilakukan bank terhadap kredit yang digolongkan sebagai kredit bermasalah. Penyelamatan kredit dimaksud sebagai upaya terakhir untuk menyelesaikan kredit yang tergolong kredit bermasalah atau

non performing loan setelah semua upaya pembinaan kredit dilakukan.

Kredit yang telah diklasifikasi sebagai kredit bermasalah, sebelum dilakukan penyelamatan dapat ditempuh beberapa usaha sebagai berikut (Siamat, 2005 : 362):

1. Peringatan tertulis untuk segera menyelesaikan kewajibannya yang tertunggak disamping usaha lain untuk melakukan penagihan. Peringatan tersebut dapat diulangi sampai tiga kali. Apabila debitur belum juga menyelesaikan kewajibannya, maka bank dapat mencabut fasilitas kredit sehingga yang bersangkutan dapat dikenakan overdue.


(62)

2. Apabila setelah dilakukan peringatan tiga kali namun belum ada reaksi dan usaha debitur untuk melunasi utangnya, dapat ditempuh jalur hukum yaitu lembaga somatie yang ada di Pengadilan Negeri bagi bank swasta. Sedangkan bagi bank BUMN melalui Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

Beberapa cara pendekatan yang dapat dipertimbangkan dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah sebagai berikut:

1. Rescheduling (penjadwalan ulang)

Yaitu perubahan persyaratan kredit yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu kredit. Kredit yang memperoleh fasilitas rescheduling hanyalah debitur yang memenuhi persyaratan tertentu antara lain: usaha debitur memiliki prospek untuk bangkit kembali, debitur menunjukkan itikad baik yaitu memiliki willingness to pay, dan adanya keyakinan bahwa debitur tetap berminat dan berniat untuk terus mengelola usahanya. Dalam proses rescheduling ini tunggakan pokok dan bunga dijumlahkan (dikapitalisasi) untuk kemudian dijadwalkan kembali pembayarannya dan untuk itu dibuat perjanjian rescheduling tersendiri.

2. Reconditioning (persyaratan ulang)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayarannya, jangka waktu, dan atau persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. Dalam reconditioning ini dapat pula diberikan kepada debitur


(1)

Emiten

Tahun

CAR

ROA

NIM

BOPO

LDR

NPL

MAYA

2010

20.40

0.76

6.30

90.17

78.38

2.01

MAYA

2011

14.68

2.07

5.84

83.38

82.10

2.51

MEGA

2005

11.12

1.25

4.01

88.58

51.25

1.07

MEGA

2006

15.73

0.88

3.46

124.87

42.70

1.60

MEGA

2007

11.84

2.33

5.06

79.21

46.74

1.05

MEGA

2008

16.09

1.44

5.44

83.15

64.67

0.79

MEGA

2009

18.84

1.35

4.94

85.91

56.82

1.02

MEGA

2010

14.78

1.84

4.88

77.79

56.03

0.74

MEGA

2011

11.86

2.29

5.40

81.84

63.75

0.98

BBNI

2005

15.99

1.61

5.60

84.12

54.24

8.36

BBNI

2006

15.30

1.85

5.19

83.89

49.98

6.55

BBNI

2007

15.74

0.85

4.99

92.22

60.64

4.01

BBNI

2008

13.59

0.61

6.26

88.15

63.58

1.74

BBNI

2009

13.91

1.09

6.01

84.86

64.06

0.84

BBNI

2010

20.64

1.65

6.12

76.00

70.15

1.24

BBNI

2011

17.63

2.94

6.03

72.58

70.37

3.61

BNGA

2005

17.24

2.06

5.40

82.30

85.26

4.29

BNGA

2006

16.65

2.11

6.41

82.91

84.69

2.51

BNGA

2007

15.43

2.20

6.08

77.66

92.44

1.94

BNGA

2008

15.59

1.04

5.69

88.47

90.73

1.42

BNGA

2009

13.59

1.46

6.78

82.96

95.11

1.04

BNGA

2010

13.24

1.77

6.46

76.90

88.04

1.85

BNGA

2011

13.16

2.85

5.63

76.10

94.41

2.64

BBNP

2005

10.78

1.59

4.05

86.43

57.03

1.70

BBNP

2006

16.64

1.44

3.94

88.18

54.83

3.03

BBNP

2007

17.00

1.29

3.61

87.84

49.39

1.46

BBNP

2008

14.04

1.17

3.60

89.72

66.12

1.12

BBNP

2009

12.56

0.76

3.69

89.28

73.64

1.81

BBNP

2010

12.94

0.90

4.90

86.23

80.41

0.63

BBNP

2011

13.45

1.32

3.82

88.10

84.92

0.78

NISP

2005

19.71

1.45

4.15

93.05

80.60

1.87

NISP

2006

17.07

1.38

4.76

87.98

82.17

1.99

NISP

2007

16.15

1.21

4.99

88.19

89.14

2.12

NISP

2008

17.01

0.93

5.40

86.12

76.69

1.75


(2)

PNBN

2011

17.45

2.02

4.64

80.26

80.36

3.56

BNLI

2005

9.80

1.20

5.90

89.60

78.50

2.60

BNLI

2006

13.50

1.20

6.40

90.00

83.10

3.33

BNLI

2007

13.30

1.90

7.00

83.57

88.00

1.53

BNLI

2008

10.76

0.84

6.20

87.88

112.90

1.06

BNLI

2009

12.20

0.86

5.70

89.20

90.60

1.46

BNLI

2010

14.10

1.35

5.30

84.80

87.50

0.74

BNLI

2011

14.07

1.66

5.13

85.42

83.06

2.04

BBRI

2005

15.29

5.04

12.15

70.33

77.83

1.92

BBRI

2006

18.82

4.36

11.16

72.40

72.53

1.29

BBRI

2007

15.84

4.61

10.86

67.63

68.80

0.88

BBRI

2008

13.18

2.42

10.18

70.31

74.26

0.85

BBRI

2009

13.30

2.31

8.97

77.64

80.88

3.52

BBRI

2010

13.76

2.84

9.08

70.86

75.17

2.01

BBRI

2011

14.96

4.93

9.58

66.69

76.20

2.30

BSWD

2005

24.06

2.06

4.85

82.91

55.36

2.08

BSWD

2006

26.55

1.28

3.90

91.12

54.89

1.80

BSWD

2007

20.66

1.06

3.72

91.65

62.16

1.47

BSWD

2008

33.27

1.41

5.44

73.31

83.11

1.64

BSWD

2009

32.90

2.40

5.41

74.57

81.10

1.42

BSWD

2010

26.91

2.23

5.82

73.35

87.36

2.62

BSWD

2011

23.19

3.66

6.39

67.51

85.71

1.98

BVIC

2005

20.28

1.46

3.82

85.06

41.2

0.35

BVIC

2006

20.27

1.76

2.71

76.03

51.94

6.03

BVIC

2007

15.43

1.64

2.56

85.59

55.92

3.79

BVIC

2008

22.77

0.63

2.61

92.23

53.46

3.67

BVIC

2009

16.29

0.63

2.38

92.05

50.43

3.00

BVIC

2010

11.19

1.04

2.06

88.21

36.01

5.56

BVIC

2011

14.86

2.65

1.86

78.36

63.62

2.38


(3)

Lampiran 2

HASIL REGRESI VARIABEL X1, X2, X3, X4 DENGAN Y1

Dependent Variable: LDR?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 02/18/13 Time: 10:44

Sample: 2005 2011 Included observations: 7 Cross-sections included: 21

Total pool (balanced) observations: 147

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 88.13211 8.414658 10.47364 0.0000 CAR? -0.770634 0.265492 -2.902666 0.0044 ROA? 0.426965 0.486830 0.877030 0.3822 NIM? 1.503731 0.692567 2.171243 0.0318 BOPO? -0.140034 0.065319 -2.143850 0.0340 Fixed Effects (Cross)

_AGRO--C 13.86072 _INPC--C 12.39482 _BABP--C 12.23942 _BBCA--C -27.82199 _BCIC--C -26.53574 _BDMN--C 9.105096 _BEKS--C 4.002600 _BNII--C 6.381855 _BKSW--C -3.876152 _BMRI--C -12.27748 _MAYA--C 18.51942 _MEGA--C -17.92268 _BBNI--C -11.49695 _BNGA--C 14.92039 _BBNP--C -4.917396


(4)

Weighted Statistics

R-squared 0.815267 Mean dependent var 94.75318 Adjusted R-squared 0.778926 S.D. dependent var 51.11615 S.E. of regression 9.532020 Sum squared resid 11084.85 F-statistic 22.43388 Durbin-Watson stat 1.546967 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.808888 Mean dependent var 72.07150 Sum squared resid 11467.62 Durbin-Watson stat 1.219795


(5)

Lampiran 3

HASIL REGRESI VARIABEL X1, X2, X3, X4 DENGAN Y2

Dependent Variable: NPL?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 02/18/13 Time: 10:46

Sample: 2005 2011 Included observations: 7 Cross-sections included: 21

Total pool (balanced) observations: 147

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 4.300603 1.293168 3.325632 0.0012 CAR? -0.020925 0.030214 -0.692574 0.4899 ROA? -0.098370 0.027238 -3.611480 0.0004 NIM? -0.230246 0.116026 -1.984434 0.0495 BOPO? 0.006821 0.007628 0.894104 0.3730 Fixed Effects (Cross)

_AGRO--C 1.573118 _INPC--C -0.656409 _BABP--C 1.103419 _BBCA--C -1.229643 _BCIC--C 0.459683 _BDMN--C 0.194177 _BEKS--C 9.126726 _BNII--C -1.037407 _BKSW--C 1.450179 _BMRI--C -0.273003 _MAYA--C -1.886382 _MEGA--C -2.318983 _BBNI--C 0.705205 _BNGA--C -0.712500 _BBNP--C -2.077937


(6)

Weighted Statistics

R-squared 0.742208 Mean dependent var 4.204631 Adjusted R-squared 0.691494 S.D. dependent var 2.763598 S.E. of regression 1.725576 Sum squared resid 363.2688 F-statistic 14.63538 Durbin-Watson stat 1.569287 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.725931 Mean dependent var 3.212449 Sum squared resid 386.2049 Durbin-Watson stat 1.562663


Dokumen yang terkait

Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non Performing Loan (NPL), Operating Ratio (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio(LDR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 66 83

Analisis Pengaruh Restrukturisasi Kredit Terhadap Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI

40 207 60

Pengaruh Jumlah ATM, Net Interest Margin (NIM), Non Performing Loan (NPL) Terhadap Earning Per Share (EPS) pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

11 115 92

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Go Public Di Bursa Effek Indonesia (BEI)

1 108 88

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Non Performing Loan (NPL) Perbankan di Sumatera Utara

1 31 116

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 48 88

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

0 1 48

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

1 1 11

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Non Performing Loan (NPL) pada Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia

0 0 12