BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Berbasis Model Inkuiri Terbimbing Materi Pesawat Sederhana Kelas V Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

  2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam

  2.1.1.1 Hakikat IPA Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu tentang alam atau cara mencari tahu alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA tidak hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, tetapi untuk mengembangkan suatu ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk mencapai pengetahuan itu, hal ini dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010). Dengan kata lain hasil belajar IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Mata palajaran IPA di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, lingkungan, dan alam sekitar. IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan potensi siswa agar mampu menjelajahi serta memahami alam sekitarnya secara ilmiah. Pada Mata pelajaran IPA, siswa diarahkan untuk dapat memperoleh suatu pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitarnya.

  Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya “science” berasal dari kata latin “Scientia” yang berarti saya tahu. Kata “science” sebenarnya semula berarti ilmu pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengataka n “science” maka yang dimaksud adalah “natural science” atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu pengetahuan alam dan disingkat IPA. sedangkan

  IPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik (Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu biologi (life

  science ).

  Untuk mengidentifikasikan IPA dengan kata-kata atau dengan kalimat yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap hakekat IPA tersebut.

  Pada hakekatnya IPA menurut Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Sedangkan Abruscato (1996) dalam bukunya yang berjudul

  “Teaching Children Science” mendefinisikan tentang IPA

  sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang berkaitan dengan alam semesta. Sementara

  Maslichah Asy’ari (2006: 7) Ilmu Pengtahuan Alam atau juga disebut Sains adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa sains selain menjadi sebagai produk juga sebagai proses. Sains sebagai produk yaitu pengetahuan manusia dan sebagai proses yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tersebut.

  Maka berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas bisa disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang alam dan pengetahuan yang mempunyai rangkaian konsep dan kontekstual yang saling berkaitan yang diperoleh dari hasil observasi dan eksperimen yang tersusun secara sistematis dengan bukti-bukti yang dapat diamati.

  2.1.1.2 Ruang Lingkup IPA Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI dikutip dari tulisan dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006 bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI meliputi beberapa aspek yaitu :

  a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan bumi dan alam semesta, d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

  2.1.1.3 Tujuan Pengajaran IPA Dalam standar isi di Permendiknas no 22 tahun 2006, disebutkan bahwa mata pelajaran IPA di SD//MI bertujuan untuk : a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPA bertujuan untuk menyelidiki alam sekitar melalui proses IPA dalam memecahkan masalah serta menanamkan sifat positif dan mengetahui hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

  2.1.1.4 Manfaat Pengajaran IPA Adapun manfaat mempelajari IPA yang dikemukakan oleh UNESCO yang diikuti Asri Budiningsih (2002:47) sebagai berikut:

  a) IPA menolong siswa untuk dapat berfikir secara logis terhadap kejadian-kejadian sehari-hari dan memecahkan masalah sederhana yang dihadapinya, b) Aplikasi IPA dalam teknologi dapat menolong dan meningkatkan kualitas hidup manusia dalam kehidupan bermasyarakat, c) Dunia semakin berorientasi pada kehidupan dan teknologi melalui IPA siswa memperoleh bekal yang sangat penting, d) Jika IPA diakarkan dengan baik akan menghasilkan pola pikir siswa yang baik pula,

  e) Melalui IPA secara positif membantu siswa untuk dapat mempelajari mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika, f) Karena sifat-sifat anak yang selalu tertarik dengan lingkungannya, melalui IPA potensi anak akan dikembangkan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengajaran IPA mempunyai manfaat untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat memanfaatkan teknologi sderhana dari aplikasi IPA.

2.1.2 Pengembangan Bahan Ajar

  Menurut National Centre For Competency Based dalam Andi (2012: 16), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tak tertulis. Panen dalam Andi Prastowo (2012: 17), mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran.

  Prastowo (2012: 17, menyimpulkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan didalam pembelajaran. Bahan ajar juga dapat diartikan sebagai sekumpulan materi atau bahan-bahan pelajaran yang disusun secara sistematis untuk digunakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai oleh peserta didik.

  Bahan cetak (printed) juga termasuk dalam bentuk bahan ajar, yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat

  (Kemp dan Dayton, 1985). Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket.

  Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bahan baik teks, alat, maupun informasi yang memuat materi pelajaran yang tersusun secara sistematis dengan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dicapai peserta didik serta digunakan peserta didik dan guru untuk membantu proses pembelajaran. Dengan definisi tersebut maka peneliti mengembangkan LKS, karena LKS juga termasuk bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.

2.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)

  2.1.3.1 Pengertian LKS

   Sebagaimana diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan

Bahan Ajar (Diknas, 2004) adalah

  lembaran- lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran berisi tugas yang di dalamnya berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan demonstrasi (Trianto, 2007:73).

   LKS Lembar Kegiatan Siswa merupakan materi ajar yang dikemas

  sedemikian rupa agar siswa dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri (Sutanto, 2009:1). Pengertian LKS yang dikemukakan oleh Badjo (1993:8) yaitu LKS ialah lembar kerja yang berisi informasi dan perintah/instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk

  Hidayah (2008:7) menjelaskan bahwa LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.

   Trianto (2008 :148) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa

  adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

  Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang diberikan oleh guru kepada setiap siswa dalam suatu kelas untuk melakukan kegiatan belajar mengajar (Lestari, 2007:9).

  Bulu ( dalam Lestari, 2007 : 9) memberikan pengertian tentang LKS bahwa LKS adalah lembar yang berisi informasi perintah atau instruksi dari guru kepada siswa untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk kerja, praktek, atau dalam bentuk penerapan belajar untuk mencapai tujuan instruksi khusus. Menurut Ratna (2004 : 2) bahwa LKS adalah salah satu media pembelajaran, yaitu guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar.

  Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.(Depdiknas; 2004;18).

  Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian rupa yang berisi materi, tugas dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa sebagai stimulus yang efisien dan efektif sebagai informasi dan media visual untuk menarik perhatian dan menyediakan suatu pola untuk menganalisis materi dalam proses pembelajaran.

  2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat LKS Depdiknas dalam panduan pelaksanaan materi pembelajaran SMP

  (2008:42-45) alternatif tujuan pengemasan materi dalam bentuk LKS adalah :

  1. LKS membantu siswa untuk menemukan suatu konsep LKS mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkrit, sederhana, dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. LKS memuat apa yang (harus) dilakukan siswa meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis.

  2. LKS membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan

  3. LKS berfungsi sebagai penuntun belajar LKS berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku.

  Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika membaca buku.

  4. LKS berfungsi sebagai penguatan 5.

  LKS berfungsi sebagai petunjuk praktikum Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS menurut (Andi Prastowo), yaitu: a)

  Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

  b) Menyajikan tugas- tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.

c) Melatih kemandirian belajar peserta didik.

  d) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik. Tujuan Lembar Kerja Siswa ,menurut (Achmadi:1996:35):

  a) Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.

  b) Membantu siswa mengembangkan konsep.

  c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses.

  d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.

  e) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis.

  f) Membantusiswadalammemperolehcatatanmateriyangdipelajarim elaluikegiatan pembelajaran

  Dari tujuan dan manfaat yang didefinisikan oleh para ahli disimpulkan tujuan dibuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah untuk dapat membantu guru dalam mengarahkan siswanya dalam menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri atau dalam kelompok kerja. Selain itu, LKS juga bermanfaat untuk digunakan sebagai pengembangkan ketrampilan proses, pengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat siswa terhadap alam sekitarnya. Pada hakekatnya LKS juga memudahkan guru untuk melihat keberhasilan siswa dalam mencapai sasaran belajar dalam proses pembelajaran yang dilakukan.

  2.1.3.3 Unsur dan langkah membuat LKS Unsur-unsur LKS sebagai bahan ajar (Andi Prastowo 2011:207) bahan ajar LKS lebih sederhana daripada modul, namun lebih kompleks daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan penilaian. Sedangkan jika judul, kompetensi dasar yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan (Diknas, Pedoman Umum pemilihan dan Pemanfaatan Bahan Ajar: Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2004).

  Langkah-langkah membuat LKS menurut Diknas (2004):

Gambar 2.1 Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS 1.

  Melakukan analisis Kurikulum Analisis Kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS. Langkah ini dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan.

  Analisis Kurikulum Menyusun Peta Kebutuhan LKS Menentukan judul-judul LKS Menulis LKS

  Merumuskan KD Menentukan Alat Penilaian Menyususn materi Memperhatikan Struktur Bahan Ajar

  2. Menyususn peta kebutuhan LKS Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan

  LKS-nya. Sekuensi LKS sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

  3. Menentukan judul-judul LKS Satu Kompetensi Dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak terlalu besar. Adapun besarnya

  Kompetensi Dasar dapat dideteksi, antara lain dengan cara apabila diuraikan kedalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi tersebut dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun, apabila kompetensi tersebut bisa diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka harus kita pikirkan kembali apakah kompetensi tersebut perlu dipecah. Contoh menjadi dua judul LKS.

  4. Penulisan LKS

  Pertama, merumuskan Kompetensi Dasar. Untuk merumuskan

  kompetensi dasar, dapat kita lakukan dengan menurunkan rumusannya langsung dari kurikulum yang berlaku.

  Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian kita lakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Ketiga, menyusun materi. Untuk menyusun materi LKS, ada

  beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Materi LKS dapat berupa pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.

  Keempat, memperhatikan struktur LKS. Kita harus memahami

  bahwa struktur LKS terdiri atas enam komponen, yaitu judul, petunjuk belajar (petunjuk siswa), kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, serta penilaian. Dalam menulis LKS paling tidak keenam komponen tersebut harus ada.

  2.1.3.4 Langkah-langkah Pengembangan LKS a.

  b.

  Membutuhkan waktu yang relative banyak dalam

  Guru dapat mengetahui sejauh mana pencapaian siswa dalam suatu pokok/sub pokok bahasan melalui LKS yang diperiksa oleh guru.

  e.

  Melatih dan mengembangkan cara belajar siswa untuk dapat belajar mandiri.

  d.

  Situasi siswa lebih demokratis, sehingga dapat menimbulkan gairah belajar siswa.

  c.

  Menuntut siswa lebih untuk mencapai kompetensi dasar yang dinginkan.

  Menunjukkan siswa lebih aktif karena harus mengerjakan LKS.

  Menentukan tujuan pembelajaran yang akan di-breakdown dalam LKS b.

  2.1.3.5 Kelebihan dan Kekurangan LKS Kelebihan dan Kelemahan LsKS 1. Kelebihan lembar kerja siswa a.

  4. Kejelasan penyampaian.

  3. Kesesuaian elemen atau unsur dengan tujuan pembelajaran.

  2. Kesesuaian materi dan tujuan pembelajaran.

  Kesesuaian desain dengan tujuan pembelajaran yang berangkat dari kompetensi dasar.

  Ada 4 variabel yang harus dicermati: 1.

  Pemeriksaan dan penyempurnaan.

  Pengumpulan materi c. Penyususnan elemen atau unsur-unsur d.

2. Kelemahan lembar kerja siswa a.

  b.

  Siswa yang kurang akan tinggal oleh temannya yang lebih giat belajar, sehingga untuk mengurangi ketertinggalan siswa yang kurang dengan siswa yang lebih, maka dalam pembagian kelompok kerja diusahakan adanya pemerataan siswa yang pandai pada setiap kerja.

  c.

  Guru yang kurang kreatif dalam membuat LKS akan mengalami kesulitan. Sehingga untuk menghinndari hal demikian, maka guru perlu membuat pelatihan khusus dari Dinas Pendidikan Nasional sebelum membuat LKS yang nantinya akan digunakan sekolah ( Ratna, 2004).

2.1.4 Pengertian Inkuiri Terbimbing

  Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi, menurut Sanjaya (2008: 200) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola kelas yang bagus.

  Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa (Andriani, 2011).Siswa di tingkat pemula seperti TK, SD, dan SMP cocok diterapkan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, karena umumnya siswa-siswa pada tingkat pemula tersbut masih banyak memerlukan bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran Suardana (dalam Suardana, 2012).Tanggung jawab siswa dalam proses eksperimen dapat dilihat dan berhubungan dengan refleksi personal anak tersebut dan seberapa banyak guru memberikan bimbingan (guidance) dalam proses instruksi (Oge & Ifeoma, 2013).

  Inkuiri terbimbing merupakan proses pembelajaran berdasarkan penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis, dimana guru memimpin murid-murid dengan tahapan-tahapan yang benar, mengijinkan adanya diskusi, menanyakan pertanyaan yang menuntun, dan memperkenalkan ide poko bila dirasa perlu. Ini merupakan kerja sama yang semakin menyenangkan karena hasil akhirnya dapat diperoleh (Udin Syaefudin Sa’ud, 2009: 169 dan Evan M. Maletsky, 2004: 15)

  Trianto (2007:136) lebih lanjut menyatakan bahwa untuk menciptakan suasana inkuiri, peranan guru adalah sebagai berikut: 1)

  

motivator , yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah

  berpikir. 2) Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. 4) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. 5) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka

  Berdasarkan definisi-definisi dari para ahli tersebut bisa disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pembelajaran yang berproses pada penemuan dan pencarian melalui proses berpikir secara sistematis dimana pendidik dalam pelaksanaannya guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah percobaan dan menyediakan bimbingan atau petunjuk kepada siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik kesimpulan.

  Langkah-Langkah Model Inkuiri Terbimbing (dimodifikasi dari Walker, 2007; Wenning, 2007)

  Aktivitas Tahapan Pembelajaran Guru Siswa

  Introduction 1. 1. Memperkenalkan dan

  1. Memperhatikan apa yang (pembukaan) mengarahkan siswa terhadap disampaikan oleh guru. topik yang akan dipelajari.

  2. Menjawab pertanyaan yang

2. 2. Menemukan pengetahuan diajukan oleh guru.

awal yang dimiliki oleh siswa terhadap topik. 3. 3. Menemukan kesalahan konsep yang dimiliki oleh siswa.

  Menuntun siswa merumuskan Merumuskan permasalahan dan Questioning (permasalahan) permasalahan dan hipotesis. hipotesis.

  Planning

1. Menuntun siswa untuk 1. Membuat prosedur eksperimen.

  (perencanaan) merencanakan eksperimen

  2. Menentukan alat dan bahan yang

dengan beberapa pertanyaan. akan digunakan.

1. 2. Apa bahan dan alat yang

  3. Menentukan teknik observasi kalian butuhkan? yang akan dilakukan. 2. 3. Apa prosedur yang akan

  4. Menentukan teknik merekam data kalian lakukan untuk mengumpulkan data? 3. 4. Bagaimana kalian melakukan observasi dan merekam data?

  Implementing (pengimplementas ian)

  1. 1. Menuntun siswa dalam menggunakan alat dan bahan. 2. 2. Menuntun siswa dalam melakukan prosedur eksperimen. 3. 3. Menuntun siswa dalam mengobservasi dan merekam data.

  1. Menggunakan alat dan bahan.

  2. Melakukan prosedur eksperimen.

  3. Melakukan kegiatan observasi dan merekam data yang diperoleh.

  Concluding (penyimpulan) Menuntun siswa untuk merumuskan suatu kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang di dapat dan hipotesis yang telah dirumuskan.

  Merumuskan suatu kesimpulan berdasarkan bukti-bukti yang di dapat dan hipotesis yang telah dirumuskan.

  Reporting (pelaporan) Menuntun siswa dalam melaporkan hasil eksperimen yang telah dilakukan melalui kegiatan diskusi.

  Melaporkan hasil yang telah diperoleh dalam bentuk makalah, dan dipresentasikan kepada teman- temannya dengan menggunakan media (powerpoint, gambar)

  2.1.4.1 Keunggulan Metode Inkuiri Terbimbing Suryosubroto (2009:185) mengemukakan bahwa inkuiri memiliki keunggulan yaitu : (a) membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa, (b) Pengetahuan yang diperoleh bersifat sangat kukuh; dalam arti pendalaman dari pengertian; referensi, dan transfer, (c) membangkitkan gairah pada siswa, (d) memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri (e) menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, (f) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri siswa, (g) metode ini berpusat pada siswa sehingga guru hanya menjadi teman belajar.

2.1.4.2 Kelemahan Metode Inkuiri Terbimbing

  Suryosubroto (2009:186) lebih lanjut menyatakan bahwa metode persiapan mental untuk cara belajar ini, (b) metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar, (c) Harapan yang ditumpahkan mungkin mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan intensif guru, dengan langkah-langkah (1) merumuskan masalah; (2) merumuskan hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan; (5) mengumpulkan dan menganalisis data; (6) membuat kesimpulan.

2.1.5 Hakikat Belajar

  Belajar adalah suatu aktivitas psikis berupa interaksi dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap (Winkel dalam Suyono 2011: 15). Menurut Edworl L Walker (dalam Totok Santoso, 1988: 1) mengatakan bahwa ”belajar adalah perubahan perbuatan sebagai akibat dari pengalaman.

  Aktivitas belajar antara lain mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri, menyimak dan mengikuti arahan (Spears dalam Baharuddin 2010: 13-14). Selanjutnya prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan Soekanto dan Winataputra (dalam Baharuddin 2010: 16) : a.

  Siswa adalah subjek belajar, untuk itu siswa harus bertindak aktif.

  b.

  Siswa belajar sesuai perkembangan kognitif, bahasa dan emosionalnya.

  c.

  Penguatan yang diberikan selama proses belajar dapat mendorong siswa belajar dengan baik.

  d.

  Penguasaan setiap langkah yang dilakukan siswa membuat proses belajar lebih berarti.

  e.

  Motivasi belajar siswa akan meningkat apabila diberi tanggung Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan dan aktivitas yang mampu menimbulkan suatu perubahan, baik perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan atau nilai sikap.

  2.1.5.1 Hasil Belajar M enurut (Oemar Hamalik 2006:30, dalam Indra 2009) “Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti”.

  Berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah W.S. Winkel (dalam Tarry 2010) mengemuka kan bahwa “Hasil belajar adalah prestasi belajar berdasarkan kemampuan internal yang diperoleh sesuai dengan tujuan instuksional. Hasil belajar itu mengacu pada tujuan instruksional dari pelajaran dan tujuan instruksional itu merupakan tolak ukur yang terus dicapai oleh siswa”.

  Hasil belajar menurut Gagne dan Briggs 1979 ( dalam Suprihatiningrum, 2013:37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar yang diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Hal ini dipertegas oleh Reigeluth 1983 ( dalam Suprihatiningrum, 2013 : 37) yang mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu penampilan (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Selanjutnya hasil belajar ditentukan dengan pemberian evaluasi. Menurut Hamalik (2011: 145) evaluasi pengajaran berfungsi menentukan hasil urutan pengajaran berkaitan dengan penguasaan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.

  Hasil belajar hendaknya mencakup tiga aspek (Sudjana, 2011: 22) : a.

  Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual meliputi pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan kreasi. b.

  Ranah afektif, berkenaan dengan sikap meliputi aspek penilaian, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

  c.

  Ranah psikomotorik, menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif interpretatif.

  Faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Wasliman dalam Ahmad Susanto 2013: 12-13) a.

  Faktor internal, merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik,yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.Faktor internal ini meliputi: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.

  b.

  Faktor eksternal, merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dari pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pada uraian di atas disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki individu melalui sebuah proses aktivitas belajar untuk mencapai sebuah tujuan. Hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotorik dan terdapat faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan eksternal . Namun dalam penelitian pengembangan LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing yang dilakukan oleh peneliti hanya mengetahui hasil belajar melalui aspek kognitif pada uji lapangan di sekolah dasar yang digunakan sebagai uji terbatas dan uji luas. Peneliti menggunakan instrumen soal yang terdapat pada soal evaluasi yang telah diuji secara validitas yang terdapat pada LKS yang dikembangkan.

2.2 Hasil Penelitian Relevan

  Penelitian ini mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis inkuiri terbimbing pada materi pesawat sederhana kelas V SD N Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Berdasarkna hasil studi literatur, peneliti menemukan beberapa tulisan atau penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

  Yang pertama adalah penelitian dari Anis Supiati (2013) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Konstruktivis untuk Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Tuban”. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS yang dapat membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan keterampilan sains.

  Kedua, penelitian dari Nur Ana dkk (2010) yang berjudul “Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Berbasis Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) untuk Melatih Keterampilan Berpikir Kritis

  ”. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengembangkan LKS materi Ekosistem berbasis pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap keterbacaan LKS, serta keterlaksanaan LKS. Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap pengembangan LKS dan tahap uji coba LKS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar telaah LKS dan angket. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pemberian lembar telaah LKS dan angket respon siswa terhadap keterbacaan LKS.

  Ketiga, penelitian pengembangan LKS Mata Pelajaran IPA Berbasis Model Inkuiri Terbimbing. Hal ini pernah diteliti oleh Sidig Budisetyawan dengan judul penelitian “Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Tema Sistem Kehidupan Dalam Tumbuhan Kelas VIII SMPN 2 Playen, Yogyakarta”. Pengembangan LKS

  IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing, hasil pengembangan LKS tersebut memenuhi kriteria kelayakan sebagai media pembelajaran yang

  Perolehan penilaian dari dosen ahli, teman sejawat, dan guru IPA termasuk dalam kategori sangat baik (A) dengan jumlah skor masing- masing 166,5; 164; 177 . Pada uji lapangan terbatas mendapat rata-rata nilai 91,55 dan termasuk dalam kategori nilai (B) atau baik. Sedangkan pada uji operasional kelas VIII A juga mendapat nilai 97,15 dalam kategori (B) atau baik. Tapi pada kelas VIII B terdapat peningkatan dari kelas A, nilai yang didapat 102,09 masuk dalam kategori nilai sangat baik atau (A).

  Keempat, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Noviana Anjar Hastuti dalam penelitannya yang berjudul Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA di SMP ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas LKS hasil pengembangan serta peningkatan aktivitas pembelajaran IPA di SMP yang menggunakan LKS hasil pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang menggunakan langkah pengembangan Borg and Gall yang dibatasi hingga 5 tahap.

  Pengumpulan data dilakukan melalui lembar penilaian produk dan lembar observasi. Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengkonversi skor pada lembar penilaian produk menjadi skala lima serta mempresentase skor yang diperoleh dari lembar observasi.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA berada dalam kategori “baik” untuk untuk aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek kebahasaan dan keterlaksanaan.

  Kualitas LKS hasil pengembangan berdasarkan hasil uji respon siswa berada dalam kategori “baik” untuk aspek Aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada dalam

  Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan LKS hasil pengembangan adalah berupa berupa visual activities sebesar 3,97%, oral activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing activities sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities sebesar 13,64%, mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities sebesar 6,66%.

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan ini dapat disimpulkan bahwa penelitian yang mengembangan LKS dalam mata pelajaran IPA mampu menarik siswa dalam proses pembelajaran sehingga meningkatkan dan membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dan melatihkan keterampilan sains. Pada penelitian ini, peneliti meneliti mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana pada subyek yang berbeda namun tetap menggunakan model serta pengembangan yang sama yaitu penelitian pengembangan LKS mata pelajaran ipa berbasis model inkuiri terbimbing.

  2.2.1 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

  Asumsi Pengembangan

  Pengembangan LKS IPA yang berbasis Model Inkuiri bermaterikan tentang pesawat sederhana dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran secara mandiri maupun secara berkelompok pada siswa SD N Simpar Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2014-2015.

  Keterbatasan Pengembangan

  Pengembangan LKS IPA yang berbasiskan dengan Model Inkuiri ini hanya membahas materi pokok tentang pesawat sederhana.

2.3 Kerangka Berfikir

  Pada proses pembelajaran di sekolah, guru masih menggunakan LKS konvensional dan kurang kreatif sehingga pembelajaran yang ada disekolah kurang begitu menyenangkan dan belum membuat siswa untuk aktif dalam pembelajaran. LKS konvensinal adalah LKS yang tinggal pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri. LKS merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan keterlibatan siswa atau aktivitas dalam proses belajar mengajar (Darmodjo dan Kaligis,1993:40) yang dapat membantu guru dalam memudahkan proses belajar mengajar dan mengarahkan siswanya untuk dapat menemukan konsep-konsep melalui aktivitasnya sendiri dalam kelompok kerja. Untuk itu diperlukan pengembangan LKS dalam pembelajaran. Penerapan LKS berbasis model inkuiri terbimbing dapat membantu siswa untuk mengembangkan diri mereka khususnya kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran akan bersifat student

  

centered ( berpusat pada siswa) dan siswa akan menjadi lebih aktif. Dengan

  demikian dengan adanya pengembangan LKS berbasis model inkuiri terbimbing, membantu siswa menemukan dan memperoleh pengetahuan baru berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi siswa masing-masing, maka siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keaktifan siswa, dan meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan alasan yang telah disebutkan maka dilakukan perancangan produk yang sesuai dengan kondisi siswa di kelas 5 SD. Setelah melakukan analisa kebutuhan produk di SD, dan juga mencari referensi maka dilakukan perancangan produk, kemudian dilakukan uji coba produk dan perbaikan.

  Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut :

  LKS Inkuiri Terbimbing 1) Petunjuk dan langkah-langkah untuk memahami tugas.

  2) Student Centered Tujuan

  3) Tugas sesuai kompetensi yang akan dicapai.

  1) Siswa tidak mengalami kebingungan dalam mengerjakan tugas.

  4) Inovatif dan kreatif.

  2) Siswa cenderung lebih aktif. 3)

  

5) Sarana latihan. Meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi

yang diberikan. 6) Kegiatan diskusi.

  4) Menciptakan proses pembelajaran yang lebih menyenangkan sehingga siswa tertarik untuk 7) Penemuan. membuka dan mempelajari lembar demi lembar. Penerapan.

  8) 5) Dengan latihan soal siswa semakin ingat dengan konsep-konsep yang digunakan untuk

  9) Tulisannya yang sistematis, menyelesaikan tugas pada LKS. berwarna dan bergambar.

  6) Dalam kegiatan diskusi , interaksi antara siswa dengan guru dan siswa lainnya menyebabkan proses

  10) Pembimbing siswa pembelajaran menjadi lebih dinamis. Sejalan dengan hal tersebut, interaksi multi arah akan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran.

  7) Dalam LKS siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu situasi atau keadaan tertentu agar menemukan pola situasi tersebut, sehingga dapat membuat suatu hipotesa, prakiraan atau dugaan. 8) Melalui LKS, siswa dibimbing menuju suatu metode penyelesaian soal dengan menggunakan konsep- konsep yang dimiliki siswa. Hal ini akan berguna untuk soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah atau menerangkan gambar.

  9) Jika LKS disusun secara menarik seperti tulisannya yang sistematis, berwarna dan bergambar maka akan dapat meningkatkan minat siswa untuk mengerjakannya. 10) Menurut Suwarti (dalam Deyanti, 2008), setiap siswa yang mengerjakan tugas dengn menggunakan LKS akan lebih berhasil dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan LKS. Oleh karena itu, agar siswa menjadi terbimbing dan memperoleh hasil belajar yang maksimal maka perlu diarahkan dengan

  Peningkatan menggunakan LKS.

  Hasil belajar

Gambar 1.1 Skematis kerangka berpikir Dengan diketahui apa yang terkandung dalam LKS sebagai bahan ajar dan tujuan dari siswa yang diharapkan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa LKS inkuiri terbimbing dapat digunakan sebagaai bahan ajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.4 Hipotesis

  Berdasarkan perumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir maka peneliti dapat mengambil hipotesis dalam penelitian ini adalah:

  H : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga tidak layak digunakan dan tidak efektif untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas 5 Sekolah Dasar

  H a : LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan diduga layak digunakan dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana siswa kelas 5 Sekolah Dasar

Dokumen yang terkait

RESTRUKTURISASI DAN REPOSISI BIROKRASI (SEBAGAI SOLUSI MENATA HUBUNGAN POLITIK DAN BIROKRASI) Oleh : Imam Maulana Yusuf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E.Martadinata No.150 Ciamis Abstrak - RESTRUKTURISASI DAN REPOSISI BIROK

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Rajawali Juwana Semester II Tahun Pel

0 0 16

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH Oleh : R. Didi Djadjuli Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis Abstrak - PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH

0 0 14

METAMORFOSIS ADMIISTRASI NEGARA Oleh: Lina Marliani Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis Abstrak - METAMORFOSIS ADMIISTRASI NEGARA | Marliani | Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara

0 0 7

A. PENDAHULUAN - PENGARUH KEGIATAN MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN DESA TERHADAP PRODUKTIVITAS PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Rajawali Juwana Semester II Tahun Pel

0 3 153

KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS Oleh : Ahmad Juliarso ajuliarsogmail.com Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis ABSTRAK - KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS

0 0 9

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DI DINAS CIPTA KARYA, KEBERSIHAN DAN TATA RUANG KABUPATEN CIAMIS Oleh : Wawan Risnawan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. RE.Martadinata No 150 Ciamis ABSTRAK - PENG

0 2 10

I. Latar Belakang - PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 1 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Berbasis Model Inkuiri Terbimbing Materi Pesawat Sederhana Kelas V Sekolah Dasar

0 0 13