Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Lembar Kerja Siswa IPA Berbasis Model Inkuiri Terbimbing Materi Pesawat Sederhana Kelas V Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan orang yang lebih dewasa untuk mendewasakan mereka yang dianggap belum dewasa secara kontekstual. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam era globalisasi, karena visi pendidikan sekarang ini ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu pendidikan yang lebih modern dan pengembangan dalam pendidikan agar sisiwa sebagai subyek pendidikan dapat mengikuti kemajuan tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merangsang bidang keilmuan yang lain untuk ikut berkembang, tak terkecuali bidang ilmu pendidikan perkembangan dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari adanya perubahan yang ada di dalamnya seperti kualitas guru, kurikulum, proses pembelajaran, saranan dan prasaranan pembelajaran, sumber belajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, dll. Perubahan yang dilakukan ini memiliki tujuan agar siswa mampu menguasai materi atau bahan ajar secara optimal. Sebagai dampaknya adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti: buku teks, lks, modul, video, dll (Santyasa, 2007;21).

  Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Selanjutnya, pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: (a) pendidikan agama, (b) pengetahuan alam, (f) ilmu pengetahuan sosial, (g) seni dan budaya, (h) pendidikan jasmani dan olahraga, (i) keterampilan, dan (j) muatan lokal. Pada tahun ajaran 2014-2015 di Indonesia menggunakan dua kurikulum yaitu KTSP dan Kurikulum 2013, akan tetapi tidak semua Sekolah Dasar yang ada diseluruh Indonesia menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013 karena pihak sekolah diberikan kebebasan untuk melaksanakan kurikulum tersebut sesuai dengan kondisi sekolah yang ada dan atas dasar ditunjuknya sekolah tersebut menggunakan Kurikulum 2013 oleh Dinas Pendidikan. Dalam UU 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat sejumlah pasal yang berkaitan dengan KTSP. Pasal 1 ayat 19, misalnya menjelaskan definisi operasional kurikulum. Menurut Pasal 1 ayat 19, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Definisi tersebut menegaskan bahwa kurikulum dipakai sebgai pedoman dalam menyelenggarakan pembelajaran. Bukan buku teks yang sebenarnya lebih berperan sebagai salah satu sumber pembelajaran. KTSP merupakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pembelajaran KTSP menuntut siswa untuk aktif. Sementara guru berperan sebagai fasilitator, diharapkan untuk mampu membuat kondisi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa.

  Pendidikan pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa formal dan informal. Dalam pendidikan tentu terdapat kegiatan belajar dan pembelajaran yang terjadi didalamnya. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Husamah dan Setyaningrum, 2013;99). Sementara itu, Trianto (2010) mengatakan bahwa produk IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA konsep. Hal ini sejalan dengan pelajaran IPA yang bertujuan agar siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat, lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis, kritis, memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk ditingkat lokal, nasional, maupun global (Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Pendidikan yang pertama dan utama adalah dari keluarga. Melalui keluarga kita tahu bagaimana cara berkenalan dengan nilai-nilai, sikap dan karakter. Salah satu contoh perilaku yang dikenalkan melalui keluarga adalah sikap peduli terhadap ciptaan Tuhan baik sesama atau lingkungan alam sekitar. Dari perilaku dan sikap tersebut dapat dilanjutkan dan diperpanjang pengetahuannya tentang lingkungan alam sekitar, terutama melalui mata pelajaran IPA yang mencakup nilai dan ilmu- ilmu tentang lingkungan alam sekitar.

  Dalam tuntutan pembelajaran IPA pada kurikulum KTSP yang diatur dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh sebab itu guru diberikan kesempatan untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik, sehingga dapat untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan secara mandiri dan berkelompok.

  Pada hakekatnya ilmu pengetahuan alam adalah mata pelajaran yang mempelajari ilmu alam untuk siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah tingkat pertama (SMP). Namun berbeda pada istilah yang terdapat di sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi, kata IPA lebih dikenal sebagai salah satu penjuruan kelas yang secara khusus lebih memfokuskan ilmu-ilmu eksata. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Ilmu berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Adapun beberapa model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran

  IPA yaitu: 1)Construtivisme, 2)Inquiri (penemuan), 3)Questioning (bertanya), 4)Learning community (pengelompokan belajar), 5)Modeling (media), 6)Reflction (rangsangan), 7)Authentic assessment (penilaian nyata), 8)Direct Instruction (model pembelajaran langsung).

  Penerapan model pembelajaran IPA yang dilakukan oleh setiap pendidik memilki karakter yang berbeda-beda. Dalam hal tersebut guru perlu memiliki keterampilan serta kualifikasi dan standar kompetensi guru agar mampu memenuhi sebagai pendidik yang profesional. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 16 Tahun 2007 menyebutkan kualifikasi akademik guru SD/MI harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi serta memenuhi standar kompetensi guru yang dikembangkan secara utuh yaitu ada empat kompetensi utama : 1) Kompetensi pedagogik, 2) Kompetensi kepribadian, 3) Kompetensi sosial, 4) Kompetensi Profesional. Dalam pelaksanaannya juga dipengaruhi oleh isi materi dan kemampuan pendidik itu sendiri. Kreatifitas dan keterampilan serta kompetensi seorang guru akan sangat diperlukan khususnya pembelajaran

  IPA, karena dalam pembelajaran IPA tidaklah cukup dengan menggunakan model dan metode yang biasa diterapkan dalam pembelajaran yang lainnya. Hal ini harus diakui secara seksama karena materi IPA memerlukan suatu aktifitas yang langsung dan benar-benar sesuai dengan keadaan yang membelajarkan materi yang lain kepada siswa, salah satu ciri yang menonjol adalah adanya proses pembelajaran yang berproses dengan menggunakan observasi, percobaan, dan pemecahan masalah. Memang ciri ini dimiliki oleh materi pelajaran yang lain, akan tetapi prosedur dalam pengaplikasiaanya memliki pesamaan dengan metode yang dilakukan oleh para ahli, dan para penemu-penemu sebelumnya.

  Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan Ilmu Pengetahuan Alam perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

  Dalam kurikulum KTSP, dimensi perencanaan atau pengaturan salah satunya berisi bahan ajar. Menurut Depdiknas, (2004: 13) Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi keberhasilan guru dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh bahan ajar yang digunakan, termasuk didalamnya pengunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam proses pembelajaran. Rohman dan Amri (2013: 96) Pemilihan materi pembelajaran LKS berisi kegiatan pembelajaran yang menyediakan aktifitas yang berpusat pada siswa. Prastowo (2011: 204) menyatakan Lembar Kerja Siswa merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas berisi materi, ringkasan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Dengan demikian LKS merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dan dikembangkan oleh guru harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

  Trianto (2009: 166) menyatakan bahwa strategi inkuiri berarti sesuatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan demikian kemampuan siswa dapat dikembangkan secara maksimal. Maka untuk memaksimalkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran harus ada pembimbing yang mengarahkan dan membimbing siswa ketika melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajarannya.

  Putro (2012: 96) menyatakan model inkuiri terbimbing adalah pendekatan inkuiri saat guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Pendekatan inkuiri terbimbing memerlukan alat bantu berupa LKS yang didalamnya berisi tuntunan atau bimbingan untuk siswa melakukan kegiatan belajarnya agar mendapatkan pemahaman konseptualnya. Hal ini disebabkan, dalam inkuiri terbimbing siswa dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara aktif dan mandiri dengan mendapat bimbingan dan arahan dari gurunya. Sebagai seorang pendidik, guru berperan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Guru sebagai pembimbing dan fasilitator diharapkan mampu memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan dan juga dalam memecahka masalah yang dihadapi siswanya dalam

  Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Gugus Suradirjo khususnya SDN Simpar, Temanggung yang menerapkan Kurikulum KTSP kembali. Dalam studi pendahuluan pada kelas V dengan jumlah siswa 22 tersebut, rata berasal dari keluarga menengah kebawah dengan karakteristik siswa yang berbeda- beda sedangkan guru berlatar belakang dari pendidikan lulusan SPGSD yang telah mengajar di SDN Simpar sejak tahun 2009 hingga saat ini. Dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru pada umumnya tidak menggunakan model desain pembelajaran tertentu ataupun orientasi teori, yang dilakukan dalam proses pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Alam guru hanya menggunakan paradigma yang lama dimana guru masih bersifat konvensional. Dalam pembelajaran IPA masih terlalu informatif di bawah dominasi guru, sehingga IPA dianggap sebagai pelajaran yang membosankan. Guru melakukan ceramah dan diskusi yang dinilai akan lebih mudah dalam mengajar dan mempermudah siswa dalam mengerjakan tugas karena dilaksanakan secara bersama atau diskusi. Dalam proses pembelajaran materi yang diajarkan guru belum memastikan apakah materi pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa karena karakteristik siswa yang berbeda-beda. Sedangkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan siswa hanya mengikuti apa yang disuruh dan diinstruksikan oleh guru dan yang penting siswa mampu mengikutinya.

  Teknologi media yang digunakan dalam menyampaikan materi atau hanya sebatas CD pembelajaran, meski siswa terlihat lebih senang dengan media tersebut namun CD pembelajaran yang terdapat di perpustakaan sekolah hanya terdapat beberapa materi dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan jumlah CD pembelajaran yang jumlahnya terbatas. Pada dasarnya tuntutan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diatur dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang merupakan standar yang secara garis besar harus dicapai oleh peserta didik. Namun ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ketika dilakukan studi pendahuluan tersebut, bahwa Standar kompetensi dan Kompetensi dasar serta prasarana yang dibutuhkan belum mampu memenuhi. Bahan ajar yang digunakan untuk menunjang proses belajar siswa dengan menggunakan buku paket dan LKS (fokus) sebagai bahan ajar yang digunakan selama ini.

  Secara nasional nilai KKM dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang seharusnya diterapkan di Sekolah dasar adalah 75, sedangkan KKM yang diterapkan di gugus Suradirjo setiap SD berbeda, khususnya SDN Tlogo adalah 68 dan SDN Simpar adalah 70. Hal tersebut dalam penerapan KKM yang berbeda dengan KKM secara nasional disebabkan oleh beberapa faktor yaitu siswa yang kurang aktif dan kurang memperhatikan dalam mengikuti pelajaran, materi ajar, kurangnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang proses pembelajaran yang hanya berupa poster dan gambar serta Compact Disk yang terbatas. Sehingga dari nilai KKM yang diterapkan secara nasional dari jumlah 10 siswa pada SDN Tlogo kelas V terdapat 80% dari jumlah siswa kelas V yang belum memenuhi KKM secara nasional. Sedangkan dari nilai KKM yang diterapkan di SDN Tlogo dari jumlah 10 siswa kelas V hanya 60% yang belum mencapai KKM. Namun di SDN Simpar dari 22 siswa kelas V terdapat 45% dari jumlah siswa kelas V yang belum memenuhi KKM secara nasional. Sedangkan dari nilai KKM yang diterapkan di SDN Simpar dari jumlah 22 siswa kelas V hanya 27,3% yang belum mencapai KKM. Alasan mengapa sekolah menerapkan KKM yang jauh lebih rendah dibandingkan KKM nasional karena kemampuan berfikir anak yang kurang dalam berfikir kritis dan keaktifan siswa yang masih kurang di tambah lagi waktu pelaksanaan pembelajaran materi Ilmu Pengetahuan Alam selama 1 semester yang belum cukup agar siswa mampu menguasai kompetensi selama 1 semester yang diharapkan.

  Dari permasalahan yang ditemui, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tersebut sudah berjalan dengan baik, akan tetapi guru merasa mengalami kesulitan dan memerlukan sebuah inovasi atau pengembangan bahan ajar yaitu salah satunya LKS, dimana LKS yang dapat digunakan mampu mengembangkan keterampilan proses dan keaktifan siswa terkadang menggunakan LKS yang terdapat pada buku paket sehingga tidak ada lembaran LKS khusus untuk siswa. Oleh karena itu guru harus mampu untuk mempersiapkan dan berkreatifitas di dalam memodifikasi atau merancang sendiri LKS yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan supaya siswa dapat memperoleh pemahaman materi secara mandiri atau kelompok, sehingga pemahaman terhadap konsep materi yang ada di dalam pembelajaran tersebut semakin kuat diserap dalam ingatan siswa. Mengingat pentingnya sumber belajar dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah, maka kiranya perlu pengembangan sebuah LKS yang dapat memenuhi kriteria kelayakan sebagai media pembelajaran yang baik. Dalam hal ini didukung dengan penelitian dari Sidig Budisetyawan (2012: 90) penelitian pengembangan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing yang layak digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka peneliti mengembangkan sebuah produk dengan judul pengembangan lembar kerja siswa ipa berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana kelas v sekolah dasar.

1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, terdapat beberapa permasalahan, yaitu keaktifan dan kemampuan berfikir kritis siswa yang kurang dalam pembelajaran IPA, memberikan sinyal adanya kesulitan siswa dalam menguasai informasi yang disampaikan dalam pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran siswa kurang aktif sehingga ketika diajak untuk berfikir kritis sebagian jawaban melenceng dari perintah dan soal, mengidikasikan bahwa siswa kurang mampu mencerna informasi yang terkandung dalam pelajaran IPA. Berdasarkan hasil pengamatan lebih lanjut, rendahnya keaktifan dan berfikir kritis siswa ini disebabkan antara lain:

1.2.1 Diri Siswa a.

  Materi ajar dirasa sulit untuk dikuasai siswa. Hal ini berdasarkan ketercapaian KKM baik secara nasional ataupun KKM di kedua Sekolah Dasar tersebut yaitu di SDN Tlogo 80% siswa belum mencapai KKM nasional dan 60% siswa belum mencapai nilai KKM yang diterapkan di sekolah tersebut. Pada SDN Simpar 45% siswa belum mencapai KKM nasional dan 27,3% siswa belum mencapai KKM yang diterapkan di sekolah Dasar tersebut, maka dapat disimpulkan salah satu penyebabnya materi ajar yang dirasa sulit untuk dikuasai siswa.

  b.

  Kurangnya siswa dalam memahami materi yang diberikan. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan dilihat dari nilai yang rata- rata nilai siswa dalam 1 kelas hanya mencapai 6,5. Dalam KKM yang ditetapkan secara Nasional yaitu 75 ini berarti rata-rata nilai siswa dalam kelas tersebut masih kurang dari KKM nasional yang ditetapkan.

  c.

  Siswa belum mampu untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang hal yang tidak mereka ketahui. Hal ini dikarenakan materi yang mereka pahami dalam buku paket yang digunakan dari tahun ke tahun sama dan hanya sekedar teori. Dari observasi yang dilakukan di kedua SD tersebut sebagai uji lapangan (terbatas dan luas) pada SDN Tlogo dari 10 siswa hanya sekitar 60% siswa yang aktif dan pada SDN Simpar dari 22 siswa hanya sekitar 30% siswa yang aktif sedangkan sisanya hanya mendengarkan dan duduk di kelas.

  d.

  Siswa pasif dalam pembelajaran di kelas. Dalam observasi yang dilakukan disimpulkan bahwa siswa pasif dalam pembelajaran di kelas karena guru hanya sekedar ceramah dalam menyampaikan materi yang diambil dari buku paket. Dari 10 siswa di SDN Tlogo hanya 60% siswa yang aktif, sedangkan di SDN Simpar dari 22 siswa hanya 30% siswa yang aktif dalam pembelajaran di dalam kelas.

1.2.2 Dari Guru a.

  Guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi, namun juga mengerjakan adminitrasi sekolah karena kurangnya tenaga administrasi di sekolah. Hal ini mempersempit ruang guru untuk dapat fokus mempersiapkan penyampaian materi yang sesuai dengan kebutuhan setiap siswa.

  b.

  Materi ajar yang disampaikan sulit untuk diterima semua siswa karena hanya berupa teori-teori yang terdapat dalam buku paket yang digunakan serta karakteristik siswa yang berbeda-beda maka dalam pencapaian pemahaman materi oleh siswa hanya 55% siswa yang dirasa mampu memahami materi, hal ini berdasarkan ketercapaian KKM oleh siswa.

  c.

  Model pembelajaran yang kurang cocok diterapkan dalam suatu materi ajar. Guru hanya melakukan ceramah berdasarkan teori materi yang terdapat dalam buku yang digunakan. Hal ini menunjukkan kurang cocoknya model pembelajaran yang dilakukan karena karakteristik siswa yang berbeda-beda.

  d.

  Guru mengalami kesulitan mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Karena guru hanya menyampaikan materi berdasarkan buku yang digunakan yang berisi teori dan hanya 30% siswa yang aktif.

1.3 Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

  1. Bagaimanakah mengembangkan LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana layak untuk digunakan sebagai sumber belajar IPA kelas V di Sekolah

  2. Apakah LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar?

  1.4 Spesifikasi Produk Yang Diharapkan

  Spesifikasi produk yang diharapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1.

  Produk LKS IPA berbasis model inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana sebagai bahan ajar pembelajaran mandiri maupun kelompok siswa Sekolah Dasar Simpar Kelas V Semester II.

  2. LKS panduan guru berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana sebagai panduan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

  3. LKS panduan siswa berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana sebagai panduan siswa dalam memahami dan menggunakan LKS secara mandiri maupun kelompok siswa Sekolah Dasar Simpar Kelas V Semester II.

  1.5 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka penelitian berikut bertujuan untuk:

  1. Untuk mengembangkan LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing materi pesawat sederhana yang layak untuk digunakan sebagai sumber belajar IPA di Sekolah Dasar kelas V semester II.

  2. Mengetahui efektifitas LKS IPA berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan sehingga efektif digunakan dalam meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPA materi pesawat sederhana.

1.6 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan yaitu :

  1.6.1 Manfaat Teoritis Untuk meningkatkan khasanah keilmuan, khususnya dalam men- gembangkan lembar kerja siswa pada mata pelajaran IPA.

  1.6.2 Manfaat Praktis Bagi siswa : 1.

  Siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti pembelajaran IPA.

  2. Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa. Bagi Guru : 1.

  Terlatih dalam menyiapkan perlengkapan belajar mengajar.

  2. Mendapatkan media pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa dalam pembelajaran IPA.

  3. Meningkatkan kinerja guru.

  4. Dapat digunakan untuk membuat pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. Bagi Sekolah : 1.

  Meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA.

  2. Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Bagi peneliti : 1.

  Mendapatkan data sebagai bahan untuk mengembangkan media pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing pada siswa kelas V SD semester II.

  2. Mengetahui pengembangan dan penerapan media pembelajaran IPA berbasis inkuiri terbimbing siswa kelas V SD semester II.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan RME dengan Teori Bruner Kelas IV SD N 1 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan RME dengan Teori Bruner Kelas IV SD N 1 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan RME dengan Teori Bruner Kelas IV SD N 1 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan RME dengan Teori Bruner Kelas IV SD N 1 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015

0 2 88

2.1.1.2. Pengertian Hasil belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD R

0 1 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Bel

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Rajawali Juwana Semester II Tahun Pel

0 0 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Rajawali Juwana Semester II Tahun Pel

0 0 16

METAMORFOSIS ADMIISTRASI NEGARA Oleh: Lina Marliani Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E. Martadinata No.150 Ciamis Abstrak - METAMORFOSIS ADMIISTRASI NEGARA | Marliani | Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Problem Based Learning Berbantuan Peta Harta Karun untuk Meningkatkan Daya Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV SD Rajawali Juwana Semester II Tahun Pel

0 3 153