BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Material Bangunan 2.1.1. Sustainable Development - Konsep Daur Ulang pada Material Bekas sebagai Elemen Interior Kafe di Medan (Studi Kasus: Resep Nenek Moyangku, Lekker Urban Food House, dan Hungry Tummy)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Ekologi Material Bangunan

2.1.1. Sustainable Development
Istilah sustainable development pertama kali diperkenalkan pada tahun
1980 yang mendeskripsikan suatu usaha pembangunan untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan disaat bersamaan juga berusaha meminimalkan dampak
negatif yang ditimbulkan pembangunan pada lingkungan. Namun, definisi yang
paling banyak dipakai adalah yang dirumuskan oleh Gro Harlem Brundlant pada
tahun 1986 dalam bukunya “Our Common Future”. Ia menyatakan bahwa,
”Sustainable development is development which meets the needs of the present
without compromising the ability of future generations to meet their own needs”
Sustainable development yang dalam bahasa Indonesia berarti pembangunan yang
berkelanjutan dapat dikatakan sebagai suatu konsep pembangunan yang
menekankan pada keberlanjutan hidup manusia. Berdasarkan pengertian yang
telah disebutkan sebelumnya dapat diidentifikasi adanya tiga unsur utama yang
menjadi sangat penting dalam pembangunan yang berkelanjutan, yakni
pemenuhan kebutuhan manusia, kelestarian lingkungan hidup dan masa yang akan

datang (Graham, 2003).
Populasi dunia bertambah dari 1,5 milyar pada tahun 1900, menjadi 6
milyar pada tahun 2000 (Muller, 2002). Bertambahnya populasi manusia berarti
juga bertambahnya jumlah kebutuhan manusia yang harus dipenuhi. Manusia
memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan fisiknya, dengan mengolah dan

6
Universitas Sumatera Utara

mengkonsumsi sumber daya yang ada di alam. Namun, pola konsumsi yang tidak
seimbang telah diterapkan oleh manusia selama beberapa dekade. Tidak
seimbangnya antara konsumsi sumber daya dengan kemampuan lingkungan untuk
memenuhinya, menimbulkan kerusakan pada lingkungan dan ancaman krisis
sumber daya alam bagi generasi manusia di masa yang akan datang.
Bangunan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Pertumbuhan
jumlah penduduk yang begitu besar juga akan mempengaruhi jumlah permintaan
terhadap kebutuhan akan bangunan. Tiap-tiap bangunan akan mengkonsumsi
jumlah sumber daya alam yang sangat banyak dalam konstruksinya. Sebuah
bangunan akan bersentuhan langsung dengan lingkungan alam. Keberadaan
bangunan itu sendiri secara langsung akan memberi dampak pada lingkungan

alam yang ada di sekitarnya. Dampak ini seringkali diabaikan karena memang
tidak langsung jelas terlihat. Namun pada kenyataanya ada banyak sekali dampak
yang ada. ” There are more impacts than we could possibly know. Building
projects may impact on natural environments that are far removed from the site
and may be accumulative and long-term” (Graham, 2003). Terdapat lebih banyak
dampak dari yang mungkin kita bayangkan. Suatu proyek bangunan dapat
memberi dampak pada lingkungan hidup yang berada jauh dari tapak dan dampak
tersebut bersifat akumulatif dan dalam jangka panjang.
Salah satu isu penting dalam pembangunan yang berkelanjutan adalah
pertambahan volume sampah/limbah lingkungan. Pertambahan sampah sangat
erat hubungannya dengan pola konsumsi. Pola konsumsi yang baik adalah
konsumsi yang memanfaatkan sumber daya alam secara efisien (Graham, 2003).

7
Universitas Sumatera Utara

Dengan pola konsumsi yang efisien maka akan terdapat lebih sedikit
sampah/limbah yang dihasilkan pada skala kerja dan konsumsi sumber daya yang
sama.
Berdasarkan buku Building Ecology (2003) oleh Peter Graham, dalam

mendukung sustainable development diperlukan pengetahuan tentang daur hidup
bahan. Life Cycle Assesment (nilai daur hidup) atau yang sering disingkat dengan
LCA merupakan suatu pendekatan evaluasi yang bertujuan untuk memahami daur
hidup lingkung bangun dan dampaknya terhadap lingkungan melalui aplikasi
material pada bangunan. Adapun kriteria yang menjadi perhitungan dalam LCA
diantaranya:
1. Pengambilan, proses, dan transportasi material mentah;
2. Produksi, transportasi, dan distribusi dari produk yang dihasilkan;
3. Penggunaan, penggunaan kembali dan perawatan;
4. Daur ulang dan pembuangan akhir.
Tujuan dari penerapan LCA adalah:
1. Mengevaluasi beban lingkungan berkaitan dengan produk, proses, atau
aktivitas, mengidentifikasi dan memperhitungkan penggunaan energi,
material, dan jumlah sampah / limbah yang dilepaskan ke lingkungan;
2. Mengetahui dampak penggunaan sumber daya dan pembuangan limbah
serta dampak terhadap lingkungan;
3. Melakukan evaluasi dan menerapkannya memberikan kemungkinan untuk
perbaikan.

8

Universitas Sumatera Utara

Froschle

(1999)

dalam

artikel

“Environmental

Assessment

and

Specification of Green Building Materials” mengklasifikasikan kriteria material
bangunan dalam pembangunan berkelanjutan, diantaranya:
Tabel 2.1. Kriteria material bangunan dalam pembangunan berkelanjutan


No.

Kriteria / Variabel

1.

Kadar racun rendah

2.

Emisi minimal

3.

Konsentrasi VOCs
rendah

4.

Kandungan hasil

daur ulang

5.

Sumber daya yang
efisien

6.

Bahan daur ulang

7.

Komponen yang
dapat digunakan
kembali

8.

Sumber

berkelanjutan

9.

Bahan tahan lama

10.

Tahan kelembaban

11.

Hemat energi

12.

Pelestarian air

Deskripsi
Bahan dengan tingkat toksisitas

atau konsentrasi racun rendah
Bahan tanpa emisi kimia atau emisi
kimia rendah (VOC / volatile
organic compounds dan CFC /
chlorofluorocarbons)
Bahan yang dapat mengurangi
jumlah kontaminan udara dalam
ruangan
Produk dengan identifikasi konten
daur ulang
Produk yang diproduksi dengan
konsumsi energy dan limbah yang
sedikit
Bahan yang dapat didaur ulang di
akhir masa pakainya
Komponen bangunan yang dapat
digunakan kembali atau
diselamatkan
Bahan-bahan alami terbarukan
yang dibuat menggunakan sumber

yang berkelanjutan
Bahan yang sebanding bahan
tradisional dengan harapan hidup
yang panjang
Produk yang tahan terhadap
kelembaban atau menghambat
pertumbuhan kontaminan
Bahan yang membantu mengurangi
konsumsi energi pada bangunan
Produk dan sistem yang dapat
membantu mengurangi konsumsi
air

9
Universitas Sumatera Utara

13.

Meningkatkan IAQ
(Indoor Air Quality)


14.

Pemeliharaan yang
sehat

15.

Produk lokal

16.

Bahan terjangkau

Sistem atau peralatan yang
menghasilkan IAQ yang sehat
Bahan yang memerlukan
pembersihan sederhana dan tidak
beracun
Bahan lokal sehingga menghemat

energi untuk transportasi ke lokasi
proyek
Biaya pembuatan bangunan
sebanding pembuatan dengan
bahan konvensional

Sumber: Environmental Assessment and Specification of Green Building Materials
(Froschle, 1999)

-

Material yang dapat digunakan kembali dan memperhatikan sampah
bangunan pada saat pemakaian
Pemanfaatan kembali material dari bangunan lama menjadi lebih

ekonomis dibandingkan dengan biaya pembuangan yang semakin tinggi,
peraturan yang semakin ketat, dan harga material yang semakin tinggi.
-

Material daur ulang
Memilih material bangunan yang dapat didaur ulang lebih diutamakan

karena memberikan keuntungan yang sangat besar terhadap alam. Kemampuan
material untuk diolah kembali dapat dilihat pada saat setelah material digunakan
atau setelah material dihasilkan.
-

Keaslian material
Apakah material tersebut datang dari sumber daya alam yang dapat

diperbaharui? Perkiraan jarak dari sumber dan produk ke lokasi pembangunan
juga harus diperhatikan. Memakai kayu dari sumber yang jauh lebih dekat ke
lokasi bangunan akan mengurangi biaya dan pengaruh pengangkutan pada
lingkungan, serta membantu ekonomi daerah setempat.

10
Universitas Sumatera Utara

-

Energi yang diwujudkan
Metode yang memperhitungkan seluruh energi dan biaya yang tidak

terlihat namun dibutuhkan pada saat memproduksi material. Energi tersebut
dihitung mulai dari produksi awal material, yaitu pengambilan material utama dan
fabrikasi yang diperlukan, pengepakan material, transportasi ke site, sampai ke
pemasangan bangunan.
-

Material yang mengandung racun
Bangunan dengan material yang mengeluarkan zat beracun secara lambat

dengan campuran lem, resin, dan campuran minyak dalam cat serta kandungan
bahan organik dalam udara yang dipakai sebagai campuran dalam material
bangunan. Perancang sebaiknya menghindari pemakaian bahan yang dapat
menghasilkan formaldehyde, larutan organik, kandungan bahan kimia dalam
udara,

klorofuorkarbon.

Kandungan

bahan

kimia

dalam

udara

dapat

mengakibatkan iritasi pada mata, hidung, dan tenggorokan, sakit kepala dan iritasi
dermatologis dan beberapa penyakit lain.
-

Memprioritaskan material alami
Material alami seperti batu, kayu, dan tanah umumnya menggunakan

energi yang sedikit untuk diproduksi, menghasilkan racun dan polusi yang lebih
sedikit terhadap lingkungan.
-

Mempertimbangkan durabilitas dan umur produk
Material yang berkelanjutan termasuk material yang tidak membutuhkan

perawatan yang tinggi dan tidak secara konstan diganti.

11
Universitas Sumatera Utara

Dari prinsip-prinsip tersebut terlihat bahwa perhatian terhadap kebijakan
penggunaan material sangat erat hubungannya dengan keberlanjutan lingkungan
hidup. Untuk memahami hubungan ini secara baik dibutuhkan pengetahuan yang
lebih

dari

sekedar

kegiatan

mengambil

material,

menggunakan,

dan

membuangnya, namun harus memahami segala proses dan daur yang terjadi pada
sumber daya alam yang dikonsumsi sehingga prediksi terhadap dampak yang
dihasilkan dapat diketahui secara lebih terperinci. Oleh karena itu, dampak yang
ditimbulkan adalah cerminan dari hubungan yang dimiliki manusia dengan
lingkungannya. Hubungan yang baik tidak akan menyebabkan kerusakan pada
lingkungan melainkan keberlanjutan lingkungan yang mampu mendukung
kualitas kehidupan yang baik bagi manusia hingga ke masa yang akan datang.
2.1.2. Klasifikasi Material Bangunan secara Ekologis
Heinz Frick (1998) di dalam bukunya Ilmu Bahan Bangunan,
mengklasifikasikan material bangunan berdasarkan penggunaan bahan mentah
dan tingkat transformasi (perubahan wujud fisik) yang terjadi dalam daurnya.
Berikut adalah klasifikasi tersebut:
1. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali (regeneratif)
Bahan bangunan organik nabati dan hewani yang dapat diaplikasikan
langsung, tanpa transformasi adalah jenis bahan bangunan ini. Contoh: kayu,
rotan, rumba, alang-alang, kulit binatang, dll. Bahan bangunan ini memiliki daur
hidup alami (kemampuan budidaya), oleh karena itu daurnya bersifat tertutup.
Sehingga relatif tidak memiliki dampak negatif secara ekologis. Dalam
penggunaannya juga hanya membutuhkan energi yang sangat kecil. Walaupun

12
Universitas Sumatera Utara

sifatnya regeneratif namun penggunaannya tetap harus dijaga agar tidak melebihi
kemampuannya beregenerasi secara alami.
Sebagai contoh bahan bangunan ini adalah kayu. Berikut jenis-jenis kayu
berdasarkan buku Ilmu Bahan Bangunan (Frick, 1999):
- Kayu jati (Tectona grandis)
Tempat tumbuh: Jawa, Sulawesi Selatan, NTB, Maluku, Lampung, dan
Madura.
Tinggi mencapai 45 m, panjang bebas cabang 15-20 m. Gemang batang
mencapai 2,20 m
Warna: Kayu teras cokelat kekuning-kuningan, cokelat kelabu sampai
cokelat tua atau merah cokelat.
- Kayu Kamper (Dryobalanops spp)
Tempat tumbuh: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan
Kalimantan
Tinggi 35-45 m dan dapat mencapai 60 m, panjang batang bebas 25-30 m.
Gemang batang 80-100 cm, bentuk batang sangat baik.
Warna: Kayu teras merah cokelat, merah kelabu, merah. Kayu gubal
hampir putih sampai cokelat kuning muda.
- Kayu Mahoni (Swietania Mahagoni spp)
Tempat tumbuh: Jawa
Tinggi 35 m, bentuk silindris, tajuk bulat
Warna: Kayu teras cokelat muda kemerah-merahan atau kekuningkuningan sampai cokelat tua kemerah-merahan

13
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2.

Kelas kayu menurut keawetannya

Kelas (tingkat)
I
keawetan kayu
Selalu berhubungan dengan
8 tahun
tanah lembap
Tidak
terlindung,
tetapi
20
dilindungi dari pemasukan
tahun
air
Tidak berhubungan dengan
Tak
tanah lembap, di bawah atap
dan
dilindungi
dari terbatas
kelemasan beban
Seperti diatas tetapi selalu
Tak
dipelihara
terbatas
Serangan rayap
Tidak
Serangan bubuk kayu kering
dan sebagainya

Tidak

II

III

IV

V

5 tahun

3 tahun

Sangat
pendek

Sangat
pendek

15
tahun

10
tahun

Beberapa
tahun

Sangat
pendek

Tak
terbatas

Sangat
lama

Beberapa
Pendek
tahun

Tak
terbatas

Tak
terbatas
Agak
cepat
Hampir
tidak

20
tahun
Sangat
cepat
Tak
seberapa

Jarang
Tidak

20
tahun
Sangat
cepat
Sangat
cepat

Sumber: Ilmu Bahan Bangunan (Frick, 1999)
Tabel 2.3.

Kelas kuat
I
II
III
IV
V

Kelas kayu menurut kekuatannya

Berat jenis kering
udara (kg/dm3)
>0.90
0.90 - 0.60
0.60 - 0.40
0.40 - 0.30
1‟100
1‟000 - 725
725 - 500
500 - 360
650
650 - 425
425 - 300
300 - 215