BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fotometri - Gambaran Profil Wajah Pada Oklusi Normal Berdasarkan Fotometri Pada Mahasiswa India Tamil Malaysia Fkg Usu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fotometri

  Fotometri merupakan alat yang digunakan dalam ilmu antropologi untuk

  15

  mengukur wujud karakteristik setiap individu melalui foto. Terdapat penelitian tentang penggunaan fotometri untuk menentukan sudut estetis wajah (sudut

  nasofacial , nasofrontal, nasomental dan sudut mentocervical). Hal ini mampu

  meminimalisir paparan radiasi sefalometri terhadap pasien. Fotometri juga menyediakan informasi tentang morfologi profil wajah dan hubungan dengan

  7

  jaringan dentoskeletal di bawahnya. Selain digunakan oleh ortodontis, fotometri juga digunakan oleh spesialis bedah plastik, ahli rhinoplasty, ahli forensik, dan

  16,17

  antropologi. Pengambilan fototometri harus mengikuti aturan standar yang berlaku agar hasilnya dapat dibandingkan dengan foto lain selama atau setelah

  12 dilakukan perawatan ortodontik.

  11 Seperti sefalometri, fotometri juga berfungsi untuk: 1.

  Evaluasi hubungan dan proporsi kraniofasial (dan dental) sebelum perawatan

2. Penilaian profil jaringan lunak 3.

  Analisa proporsi wajah

2.1.1. Fotometri Intraoral

  Fotometri intraoral membutuhkan perhatian yang lebih detail untuk menghasilkan hasil foto yang baik. Fotometri intraoral memerlukan cheek retractor

  18

  dan kaca dental. Tujuan utama dari fotometri intraoral adalah untuk mempelajari kembali jaringan keras dan lunak yang didapatkan pada pemeriksaan klinis. Selain itu, fotometri juga dapat merekam kondisi jaringan keras dan lunak yang telah ada sebelum dilakukan perawatan dan bukan merupakan konsekuensi dari perawatan ortodonti. Contoh kondisi tersebut antara lain white spot pada enamel, jaringan hyperplastic , dan gingival cleft.

11 Terdapat lima macam fotometri intraoral yaitu:

  18

  (Gambar 1) 1. Keadaan oklusi dari pandangan frontal 2. Keadaan oklusi dari sisi bukal sebelah kanan 3.

  Keadaan oklusi dari sisi bukal sebelah kiri 4. Oklusal rahang atas 5. Oklusal rahang bawah Dua foto terakhir membutuhkan kaca mulut sehingga disebut “Mirror Shots”.

  Khususnya pada pengambilan foto oklusal rahang bawah harus dilakukan pengontrolan saliva dengan cara menyuruh pasien menelan, memastikan lidah tidak mendorong gigi, dan jika masih terdapat kelebihan saliva, maka keringkan area yang akan difoto dengan cotton roll.

19 The American Board of Orthodontist's Guidelines for Intraoral Photographs:

  1 1.

  Kualitas foto standar dengan hasil cetakan foto berwarna 2. Pengambilan foto harus diarahkan pada ketiga bidang secara akurat 3. Satu foto pandangan frontal pada posisi interkuspasi maksimum 4. Dua foto pandangan lateral- kanan dan kiri 5. Optional: dua foto oklusal rahang atas dan rahang bawah 6. Hasil foto bebas dari gangguan, seperti cheek retractor, label, dll 7. Kualitas pencahayaan harus dapat menunjukkan kontur anatomi jaringan dan bebas bayangan

8. Lidah harus diretraksi ke arah posterior 9.

  Bebas dari saliva dan/ atau gelembung udara 10.

  Gigi dalam keadaan bersih Gambar 1. Fotometri intraoral a. Keadaan oklusi (pandangan frontal) b. Keadaan oklusi dari sisi bukal sebelah kanan c. Keadaan oklusi dari sisi bukal sebelah kiri

  d. Oklusal rahang atas e. Oklusal rahang bawah

  18

  Fotometri ekstraoral terdiri atas empat macam, yaitu:

  18

  (Gambar 2) 1. Pandangan frontal (bibir relaks) 2.

  Pandangan frontal (tersenyum) 3. Pandangan lateral/ profil (sisi sebelah kanan – bibir relaks) 4. Pandangan ¾ lateral / profil 45° (tersenyum)

  a b c e

d

2.1.2. Fotometri Ekstraoral

   The American Board of Orthodontist's Guidelines for Extraoral Photographs : 1,5 1.

  Kualitas foto standar dengan hasil cetakan hitam putih maupun berwarna 2. Kepala pasien diorientasikan pada Natural Head Position (NHP) 3. Satu foto pandangan lateral dari sebelah kanan, ekspresi serius/ tanpa ekspresi, bibir ditutup ringan dengan menampilkan ketidakseimbangan dan ketidakserasian otot-otot 4.

  Satu foto pandangan frontal, tanpa ekspresi, dan (optional) satu pandangan frontal dengan tersenyum

  5. Optional – satu foto pandangan lateral dan/ atau pandangan frontal dengan bibir terpisah

  6. Latar foto bebas dari gangguan 7.

  Kualitas pencahayaan menunjukkan kontur wajah tanpa bayangan pada latar foto

  8. Telinga diperlihatkan untuk tujuan orientasi 9.

  Mata dibuka dan menatap lurus ke depan serta kacamata dilepaskan Gambar 2. Fotometri Ekstraoral. a. Pandangan frontal (bibir relaks) b. Pandangan frontal (tersenyum) c. Pandangan lateral/ profil (sebaiknya dari sisi sebelah kanan

  • – bibir relaks) d. Pandangan ¾ lateral / profil 45° (tersenyum)

  19 a b c d Untuk hasil foto yang ideal, kamera diorientasikan dalam posisi portrait untuk memaksimalkan lapangan pandang foto. Jika diorientasikan dalam posisi landscape maka akan lebih banyak memuat latar foto dan mengurangi ukuran wajah pada hasil

  11 foto.

  Menurut Stutts, ukuran cetakan foto ekstraoral yang ideal untuk keperluan diagnosis dan konsultasi dalam bidang ortodontik adalah 8 - 10 inchi. Ukuran cetakan

  20 foto tersebut khususnya diperlukan untuk kebutuhan prosedur operasi ortognatik.

  Sedangkan berdasarkan American Board of Orthodontic, ukuran cetakan foto ekstraoral adalah seperempat dari life-size. Life-size adalah jarak vertikal dari garis

  21 rambut sampai ke tepi inferior dagu.

  2.2. Foto Profil/ Pandangan Lateral

   Analisa foto profil sebaiknya menggunakan panduan Natural Head Position

  (NHP) untuk evaluasi yang akurat. Hal ini dikarenakan landmarks kraniofasial tidak

  21

  selalu dapat diandalkan. Pada pengaturan posisi kepala, pasien diminta untuk

  11

  melihat lurus ke depan sementara garis- garis profil diperiksa. Foto profil berguna

  22

  untuk menilai beberapa pengukuran dasar wajah, antara lain: 1.

  Total tinggi wajah; tinggi ⅓ atas wajah, ⅓ tengah wajah, dan ⅓ bawah wajah secara terpisah; dan tinggi area- area dasar wajah seperti dahi, orbit, hidung, bibir atas, bibir bawah, dan pipi 2.

  Proyeksi sagital (posteroanterior) dari orbital ridge, zygoma, ujung dan -

  radix hidung, bibir, dan pipi 3.

  Lereng (slope) dahi, infraorbital, columellar, bibir atas dan bawah, tepi mandibula, dan outlines leher

4. Bentuk umum profil wajah yang disebut juga konveksitas wajah

  Selain itu, pemeriksaan profil wajah juga bertujuan untuk untuk mengetahui apakah kedua rahang berada pada posisi yang benar pada bidang anteroposterior dan

  10 evaluasi postur bibir dan prominensia insisivus.

2.3. Profil Wajah Profil wajah adalah hubungan anteroposterior dari seluruh wajah.

  22,23

  wajah. Studi yang telah dilakukan mengemukakan bahwa bagi orang Eropa, wajah yang menarik adalah wajah dengan profil wajah lurus (straight) untuk pria, dan sedikit konveks/ cembung untuk wanita.

  24

2.3.1. Penentuan Profil Wajah Menurut Graber (1972)

  Graber menggunakan empat titik anatomis dan garis referensi Gl-Pog sebagai acuan untuk menentukan profil wajah. Keempat titik tersebut antara lain:

  25 1.

  Glabella (Gl): bagian paling menonjol di bagian tengah antara alis mata kanan dan kiri

  Profil wajah bervariasi dari konkaf/ cekung yang disebabkan posisi ⅓ tengah wajah yang relatif lebih ke posterior, konveks/ cembung yang disebabkan posisi ⅓ tengah wajah yang terlalu ke anterior. Klasifikasi ini tidak menentukan bagian ⅓ yang mana yang menyebabkan deformitas tersebut.

22 Profil wajah dipertimbangkan mampu mempengaruhi kemenarikan suatu

2. Lip contour atas (Lca): titik terdepan bibir atas 3.

  Pog 2.

  Straight (lurus): titik pertemuan Lca-Lcb berada tepat pada garis Gl-Pog 3. Convex (cembung): titik pertemuan Lca-Lcb berada di depan garis Gl-Pog

  (Gambar 3) 1. Concave (cekung): titik pertemuan Lca-Lcb berada di belakang garis Gl-

  25

  Lip contour bawah (Lcb): titik terdepan bibir bawah 4. Pogonion: titik terdepan dagu di daerah simfisis mandibula

  Gambaran profil wajah dapat diketahui dengan melihat hubungan antara titik pertemuan Lca dan Lcb dengan posisi garis Gl-Pog sehingga didapatkan sebagai berikut: Gambar 3. Profil wajah menurut Graber (1972): Concave (cekung), straight (lurus), dan convex (cembung)

  25

2.3.2. Penentuan Profil Wajah Menurut Singh (2007)

  Menurut Singh, secara klinis ataupun melalui foto ekstraoral, profil wajah dapat diketahui dengan menggabungkan dua garis referensi.:

  1

  a) Garis yang menghubungkan dahi dan point A jaringan lunak

  b) Garis yang menghubungkan point A dan pogonion jaringan lunak

  Dengan menghubungkan kedua garis referensi tersebut akan terlihat profil wajah, yaitu:

  1

  (Gambar 4) 1. Straight (lurus)/ orthognathic profile: kedua garis tersebut membentuk suatu garis yang hampir lurus

  2. Convex profile (cembung): Kedua garus membentuk sudut lancip dengan kecekungan menghadap wajah. Tipe seperti ini terlihat pada pasien Klas II divisi 1 yang mengalami protrusif maksilla atau retrusif mandibula 3.

  Concave profile (cekung): kedua garus membentuk sudut tumpul dengan kecembungan menghadap wajah. Tipe seperti ini terlihat pada pasien Klas III yang mengalami protrusif mandibula atau retrusif maksilla c a b

  Gambar 4. Profil wajah menurut Singh (2007): a. Straight (lurus) b. Convex

  1

  (cembung) c. Concave (cekung)

2.3.3. Penentuan Profil Wajah Menurut Schwarz (1987)

  Schwarz (1987) menggunakan titik anatomis nasion (Na) dan subnasale (Sn) untuk menentukan profil wajah. Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura frontonasal, sedangkan subnasale (Sn) adalah titik titik dimana septum nasal

  25,26 berbatasan dengan bibir atas.

  Penilaian gambaran profil wajah menurut Schwarz menggunakan tiga bidang referensi yaitu Frankfort Horizontal (FH), skin nasion perpendicular (Dreyfuss), dan

  26 bidang orbital perpendicular (Simon). a b c Gambar 5. Profil wajah menurut Schwarz (1987): a. Average face (lurus) b.

  26 Anteface (cembung) c. Retroface (cekung) Profil wajah didapatkan dengan menghubungkan posisi kedua titik tersebut.

  25,26

  Profil wajah menurut Schwarz (1987) adalah: (Gambar 5) 1.

  Average face (lurus): titik subnasale (Sn) berada tepat di titik nasion (Na) 2. Anteface (cembung): titik subnasale (Sn) berada di depan titik nasion (Na) 3. Retroface (cekung): titik subnasale (Sn) berada di belakang titik nasion

  (Na)

2.4. Natural Head Position (NHP)

   Natural Head Position (NHP) telah digunakan oleh seniman, ahli anatomi,

  27

  dan antropolog untuk mempelajari wajah manusia melalui umur. NHP adalah suatu standar orientasi kepala yang dicapai dengan melihat pada satu titik yang jauh sejajar dengan mata (Gambar 6). NHP telah diusulkan sebagai acuan skeletal eksterna di

  28

  ilmu ortodonti sejak sekitar tahun 1950. Sebagian besar fotografi ortodonti seperti foto frontal dan pandangan lateral/ profil maupun sefalometri serta pemeriksaan klinis langsung membutuhkan kepala pasien untuk berada dalam NHP. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan NHP adalah dengan menginstruksikan pasien untuk

  11,22 melihat lurus sejajar dengan mata pada tembok di depannya.

  NHP lebih mudah digunakan daripada Frankfort Horizontal karena tidak menggunakan landmarks skeletal internal, selain itu Frankfort Horizontal tidak alami

  11,22

  dan juga susah didapatkan secara klinis. Tidak seperti NHP yang menggunakan acuan skeletal eskternal, Frankfort Horizontal menggunakan acuan skeletal internal yang berubah secara kontinu selama proses pertumbuhan dan bervariasi pada setiap individu. Oleh karena itu, Frankfort Horizontal tidak selalu dapat diandalkan karena dapat mengarahkan kepada diagnosa dan rencana perawatan yang tidak tepat. Banyak penelitian yang telah melaporkan kestabilan dan hasil yang baik dari penggunaan

28 NHP.

  Gambar 6. Natural Head Position

  27

  (NHP)

2.5. India Malaysia

  Sebelum abad ke-19, mayoritas penduduk Malaysia adalah orang Melayu ditambah orang asli dan sejumlah kecil kelompok etnis lain. Oleh sebab itu, wilayah

  29

  ini lebih dikenal sebagai Semenanjung Melayu. Kaum India mulai datang ke

  30 Malaysia sejak dari pembukaan Selat Melaka pada tahun 1900- 1941. Orang India

  yang datang ke Malaysia kebanyakan berasal dari India Selatan yang sebahagian

  30

  besar terdiri dari orang Tamil dan ada juga yang datang dari Sri Lanka. Penduduk

  29 India merupakan kelompok kedua pendatang terbesar di Malaysia setelah Cina.

  Jumlah etnik India di Malaysia adalah 7,3% dari jumlah total 28,3 juta penduduk

  31 (sensus 2010).

  Berdasarkan klasifikasi ras menurut Cheboksarov, populasi India Malaysia termasuk dalam ras Kaukasian/ Europid/ Eurosian. Yang termasuk ke dalam ras Kaukasian menurut klasifikasi ini adalah India Selatan, Asia Timur Tengah, Mediterania- Balkan, dan Eropa Timur. Hal ini sesuai dengan nenek moyang India

  32 Malaysia yang berasal dari India Selatan. Hal tersebut juga didukung berdasarkan Luigi Cavalli-Sforza's Genetic Distance Chart yang menyatakan bahwa India Selatan

  33 termasuk ke dalam ras Kaukasian.

Dokumen yang terkait

2.1 Pemasaran 2.1.1 Defenisi Pemasaran - Pengaruh Diferensiasi Produk Teh Botol Sosro Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Swalayan Diamond Medan

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Diferensiasi Produk Teh Botol Sosro Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen di Swalayan Diamond Medan

0 0 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sinar-X - Analisis Pengukuran Linieritas Keluaran Pada Pesawat Sinar-X Radiografi Umum Di RSUD Langsa

0 1 17

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi - Analisis Heteroskedastisitas Pada Regresi Linier Berganda Dan Cara Mengatasinya

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Malaria - Kondisi Fisik Rumah Dan Lingkungan Sekitar Penderita Malaria di Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiran Kabupaten Batu Bara Tahun 2012

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Tanjung 2.1.1 Morfologi Tumbuhan Tanjung - Uji Sitotoksik Ekstrak Etanol Kulit Batang Tanjung (Mimusopsi cortex) Terhadap Sel T47D

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal - Pengujian Peckingorder Theory Dalam Pembentukan Struktur Modal Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 16

Evaluasi Tujuan Automasi Perpustakaan Pada Kantor Kerasipan Perpustakaan Dan Dokumentasi Kabupaten Karo

0 0 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Reaksi Transesterifikasi Degummed Palm Oil(DPO) untuk Menghasilkan Biodiesel Sawit Menggunakan Lipozyme TL IM sebagai Biokatalis

0 1 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi - Panjang Akar Molar Tigamandibula Yang Baru Erupsi Pada Mahasiswa Fkg Usu Berusia 18 – 20 Tahun Melalui Radiografi Periapikal

0 0 14