Analisis Ekonomi dan Kontribusi Tanaman Bambu terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun

  

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan

  Menurut Undang-Undang No. 41/1999 tentang kehutanan menyebutkan bahwa hutan adalah suatu ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan atau lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut statusnya (sesuai dengan Undang-Undang Kehutanan), hutan hanya dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : (1) Hutan Negara, hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani atas hak dan tanah, dan (2) Hutan Hak, hutan yang dibebani hak atas tanah yang biasanya disebut dengan hutan rakyat.

  Hutan secara singkat dan sederhana definisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon. Jhon A. Helms (1998) dalam suharjito (2000) memberi pengertian bahwa hutan adalah suatu ekosistim yang dicirikan oleh penutupan pohon yang kurang lebih padat dan tersebar, sering kali terdiri dari tegakan-tegakan yang beragam ciri-cirinya seperti komposisi jenis, struktur, kelas, umur, dan proses-proses yang terkait, dan umumnya mencakup padang rumput, sungai-sungai kecil, ikan dan satwa liar.

  Hutan juga mempunyai makna yang sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi ilmu yang dibidangi. Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas, sedangkan menurut ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).

  Hutan Rakyat

  Banyak sudut pandang yang dapat digunakan untuk mengenal dan mengerti hutan rakyat. Sudut pandang yang sering digunakan adalah sudut pragmatisme, geografis, dan sistem tenurial (kepemilikan). Pandangan pragmatisme melihat hutan yang dikelola rakyat hanya dari pertimbangan pemerintah saja. Semua pohon- pohonan atau tanaman keras yang tumbuh diluar kawasan hutan negara langsung diklaim sebagai hutan rakyat. Pandangan geografis menggambarkan aneka ragam bentuk dan pola serta sistem hutan rakyat tersebut, berbeda satu sama lain tergantung pada letak geografisnya, ada yang didataran rendah, medium, dan dataran tinggi, dan juga jenis penyusunnya berbeda menurut tempat tumbuhnya, dan sesuai dengan keadaan iklim mikro. Pandangan sistem tenurial berkaitan dengan status hutan segara yang dikelola masyarakat, hutan adat, hutan keluarga, dan lain-lain (Awang et all, 2002).

  Hutan rakyat pada dasarnya adalah hutan milik baik secara perorangan, kelompok, marga maupun badan hukum yang merupakan hutan buatan yang terletak di luar kawasan hutan negara. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik, baik secara perorangan maupun kelompok dengan status diluar kawasan hutan negara. Biasanya luas minimum adalah 0,25 hektar dengan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50 % dan atau pada tanaman tahun pertama sebanyak minimal 500 tanaman. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Dengan demikian hutan hak dapat disebut sebagai hutan rakyat/tanaman rakyat (Dephut, 1989).

  Pada umumnya hutan rakyat terdiri dari satu jenis pohon (monokultur) atau beberapa jenis pohon yang ditanam secara campuran sebagai usaha kombinasi berupa tanaman kayu-kayu dan tanaman semusim. Dewasa ini kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat semakin banyak diminati oleh para pengusaha sebagai bahan baku industri seperti pulp dan kayu pertukangan karena mempunyai kualitas kayu yang baik (Darusman dan Hardjanto, 2006).

  Hasil Hutan Bukan Kayu

  Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta turunannya dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan, tidak termasuk jasa lingkungan yang dihasilkan dari hutan. Paradigma baru sektor kehutanan memandang hutan sebagai sistem sumberdaya alam yang bersifat multifungsi, multiguna dan mencakup multi kepentingan serta pemanfatannya diarahkan untuk mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini berarti produk hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan paling bersentuhan dengan masyarakat sekitar hutan. Hasil hutan bukan kayu terbukti dapat memberikan dampak pada peningkatan penghasilan masyarakat sekitar hutan dan memberikan konstribusi yang berarti bagi peningkatan devisa negara.

  Secara ekologis hasil hutan bukan kayu (HHBK) tidak memiliki perbedaan fungsi dengan hasil hutan kayu, karena sebagian besar HHBK merupakan bagian dari pohon. Menurut Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, disebutkan bahwa HHBK adalah hasil hutan hayati maupun non hayati atau menurut FAO (2000) adalah barang yang dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan ataupun lahan sejenis. Adapun HHBK yang dimanfaatkan dan memiliki potensi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat, menurut Sumadiwangsa (2000) dapat dibedakan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

  1. Getah-getahan : Getah jelutung, getah merah, getah balam, getah karet alam, dan lain-lain.

  2. Tanin : Pinang, gambir, Rhizhopora, Bruguiera 3.

  Resin : Gaharu, kemedangan, jernang, damar mata kucing, damar batu, dammar rasak, kemenyan, dll.

  4. Minyak Atsiri : Minyak gaharu, minyak kayu putih, minyak- keruing, minyak lawang, minyak kayu manis.

  5. Madu : Apis dorsata dan Apis melliafera.

  6. Rotan dan Bambu : Segala jenis rotan dan bambu.

  7. Penghasil karbohidrat : Sagu, aren, nipah, sukun, dll.

8. Tanaman obat dan hias : Aneka tumbuhan obat dari hutan, anggrek hutan, palmae, dan pakis.

  Bambu

  Bambu merupakan tanaman yang secara botanis dapat digolongkan pada famili Graminecae (Rumput-rumputan). Bambu mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3800 meter di atas permukaan laut. Bambu tumbuh berumpun dan memiliki akar rimpang, yaitu semacam buhul yang bukan akar maupun tandang. Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruas tumbuh cabang-cabang yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya sendiri. Pada ruas-ruas ini, tumbuh akar-akar yang memungkingkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap ruasnya disamping tunas-tunas rimpangnya (Widjaja, 1985).

  Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada awalnya pemanfaatan bambu masih tradisional dan terbatas seperti untuk rumah tangga, kerajinan, penunjang kegiatan pertanian, perikanan, perkebunan, perumahan dan lain-lain yang kebutuhannya masih dapat diperoleh dari lingkungan sekitar. Tetapi dengan perkembangan penduduk dan kemajuan pembangunan, pemanfatan bambu sudah memerlukan teknologi yang menghasilkan produk-produk seperti pulp dan kertas, sumpit (chopstick), flowerstick dan papan semen serat bambu. Selama ini pengetahuan budidaya bambu oleh masyarakat masih terbatas pada pemilikan, penebangan dan pemeliharaan karena tanamannya merupakan warisan turun temurun. Pengembangan bambu membutuhkan bibit dalam jumlah banyak, oleh karena itu untuk memeproduksi bibit bambu yang baik diperlukan petunjuk teknis pembibitan bambu.

  Bambu merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan makanan, bahan industri, sampai kepada bahan konstruksi.

  Diantara pemanfaatan bambu antara lain digunakan sebagai topi, kursi, meja, lemari, alat musik angklung, sayur, kertas, dan bahan bangunan. Kegunaan ini tidak hanya dikenal dibeberapa negara saja melainkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu kala (Widjaja, 1985).

1. Karakteristik Bambu

  Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga Hiant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga kadang-kadang masif, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizon) berbuku dan beruas- ruas, pada buku-buku tersebut akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang (Widjaja, 1985).

2. Morfologi Tanaman Bambu

  Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanaman bereaksi masam dengan pH 3,5 dan pada umumnya menghendaki tanah yang pH nya 1,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlian dan Estu, 1995)

  

Gambar 1. tanaman bambu

  Berikut ini urutan taksonomi bambu: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta SubDivisio : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Graminae (Poales, Glumiflorae) Famili : Bambusa Subfamili : Bambusoideae

3. Kondisi Tempat Tumbuh a.

  Tanah Bambu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering sampai basah dan dari tanah subur sampai tanah kurang subur, bambu juga dapat tumbuh di tanah pegunungan yag berbukit terjal sampai tanah yang landai. Perbedaan jenis tanah dapat berpengaruh terhadap kemampuan pertunasan bambu. Tanaman bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan pH 3,5 dan umumnya menghendaki tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi.

  b.

  Iklim Lingkungan yang sesuai untuk tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar

  8,8-36 C,dan suhu ini juga dipengaruhi oleh ketinggian tempat. Tanaman bambu bisa dijumpai mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian 0 sampai 200 mdpl. Walaupun demikian, tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu minimum 1.020 mm per tahun dan kelembapan udara yang di kehendaki minimum 80 %.

  c.

  Topografi Tanaman bambu dijumpai tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi 100 – 2200 m di atas permukaan laut. Walaupun demikian tidak semua jenis bambu dapat tumbuh dengan baik pada semua ketinggian tempat, namun pada tempat-tempat yang lembab atau pada tempat yang kondisi curah hujannya tinggi dapat mencapai pertumbuhan terbaik, seperti di tepi sungai, di tebing-tebing yang curam. Pada tempat-tempat yang disenangi, umur tanaman 4 tahun perumpunan sudah dapat terjadi secara normal dimana jumlah rumpun sudah dapat mecapai 30 batang dengan diameter rata-rata di atas 7 cm. Secara umum di lokasi pengembangan bambu bentuk topografi mulai dari berombak sampai bergunung. Satuan topografi berombak mempunyai kemiringan 3 – 8%, bergelombang 9 – 15% dan bergunung > 30% (Nur dan Rahayu, 1995).

4. Pemanfaatan Bambu

  Kegunaan dan manfaat bambu bervariasi mulai dari perabotan rumah tangga, perabotan dapur dan kerajinan, bahan bangunan serta peralatan lainnya dari yang sederhana sampai dengan industri bambu lapis, laminasi bambu, maupun industri kertas yang sudah modern. Dari sekilas gambaran manfaat tersebut menyiratkan suatu harapan, bahwa kebutuhan terhadap bambu akan terus meningkat sejalan dengan perkembangan masyarakat (Diniaty dan Sofia,2000).

  Bambu merupakan salah satu tanaman ekonomi yang digolongkan dalam hasil hutan non kayu. Meskipun demikian, manfaat bambu dalam kegiatan konservasi sangat baik untuk menahan erosi, terutama di daerah bantaran sungai yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Dalam konteks tata air, bambu juga efektif untuk menahan run off air, sehingga banyak berfungsi di daerah tangkapan air. Bambu juga memiliki kemampuan peredam suara yang baik dan menghasilkan banyak oksigen sehingga dapat ditanam di pusat pemukiman dan pembatas jalan raya (Diniaty dan Sofia,2000).

  Manfaat bambu secara ekonomis dan ekologis bila dibandingkan dengan komoditas kayu adalah mampu memberikan peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar hutan dalam waktu relatif cepat,yaitu pada usia 4-5tahun sudah dapat dipanen. Manfaat ekonomis lainnya adalah pemasaran produk bambu baik berupa bahan baku sebagai pengganti kayu maupun produk jadi antara lain berupa sumpit (chop stick), barang kerajinan (furniture), bahan lantai (flooring), bahan langit-langit (ceiling) masih sangat terbuka untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor. Dari sisi ekologis, tanaman bambu memiliki kemampuan menjaga keseimbangan lingkungan karena sistem perakarannya dapat mencegah erosi dan mengatur tata air serta dapat tumbuh pada lahan marginal (Diniaty dan Sofia, 2000).

  Bambu juga merupakan tanaman yang memiliki manfaat sangat penting bagi kehidupan. Semua bagian tanaman mulai dari akar, batang, daun, bahkan rebungnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan manfaat bambu ditinjau dari setiap bagian tanamannya (Dephut, 2004).

  a.

  Akar Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya banjir, tidak heran bila beberapa jenis bambu yang banyak tumbuh di pinggir sungai atau jurang sesungguhnya berperan penting mempertahankan kelestarian tempat tersebut. Dengan demikian bambu mempunyai arti yang penting dalam pelestarian lingkungan hidup (Dephut, 2004).

  Akar tanaman bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limbah tersebut melalui serabut-serabut akarnya. Selain itu akar bambu mampu melakukan penampungan mata air sehingga bermanfaat sebagai sumber penyediaan air sumur (Dephut, 2004).

  b.

  Batang Batang bambu memang merupakan bagian yang paling banyak diusahakan untuk dibuat berbagai macam barang untuk keperluan sehari-hari. Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Namun, ada juga jenis bambu yang dapat dan tidak dapat dimanfaatkan (Dephut, 2004).

  c.

  Daun Daun bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misalnya makanan kecil seperti uli dan wajik. Selain itu di dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan sebagai ramuan untuk mengobati demam atau panas pada anak- anak. Hal ini disebabkan daun bambu mangandung zat yang bersifat mendinginkan.

  Dengan demikian panas atau demam dapat dengan mudah dihalau (Dephut, 2004).

  Daun bambu muda yang tumbuh diujung cabang dan berbentuk runcing juga sering digunakan sebagai obat. Bahan ini sangat mujarab bagi mereka yang tidak tenang pikiran atau malam hari kurang tidur. Dalam perkembangan terakhir di luar negeri, cairan bambu diketahui sangat bermanfaat untuk menyembuhkan lumpuh badan sebelah yang diakibatkan tekanan darah tinggi. Untuk lumpuh badan sebelah ini obat yang terbaik pada saat sekarang adalah ramuan bambu yang digabungkan dengan benalu. Bagi penyakit yang belum begitu berat, obat tersebut dapat membebaskan saluran pembekuan otak yang terhenti sehingga penderita dapat sembuh (Dephut, 2004).

  d.

  Rebung Rebung atau tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Umumnya rebung masih diselubungi oleh pelepah buluh yang ditutupi oleh miang. Rebung ada yang berbentuk ramping sampai agak membulat, terdiri dari batang-batang yang masif dan pendek. Pada umumnya rebung diselebungi oleh pelepah buluh hingga mencapai tinggi sekitar 30 cm. Selanjutnya pelepah buluh tersebut pada jenis bambu tertentu akan gugur (Dephut, 2004).

  Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis sayur-sayuran. Namun, tidak semua jenis bambu dapat dimanfaaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya ada yang pahit. Rebung bambu dari Indonesia semakin digemari oleh masyarakat di Jepang, Korea Selatan, dan RRC. Hal ini dibuktikan oleh permintaan ekspor dari negara tersebut yang banyak tetapi belum dapat dipenuhi (Dephut, 2004).

5. Jenis-jenis Bambu dan Penggunaannya

  Pada Tabel 1 diuraikan beberapa jenis bambu yang mempunyai manfaat atau nilai ekonomis tinggi (Dephut, 2004),

  Table 1. Berbagai Jenis bambu dan penggunaannya Nama Daerah dan Nama Latin Penggunaannya No Bambu

  Batang bambu apus berbatang kuat, liat, dan lurus. Jenis ini terkenal paling bagus untuk dijadikan bahan baku kerajinan anyaman Bambu Apus

  1 karena seratnya yang panjang, kuat, dan (Gigantochloa apus) lentur. Ada juga yang menggunakannya untuk alat musik.

  Batang bambu ater biasanya digunakan orang untuk dinding rumah, pagar, alat-alat Bambu Ater

  2 rumah tangga, kerajinan tangan dan ada juga (Gigantochloa atter) yang menggunakan untuk alat music

  Batang bambu andong banyak digunakan Bambu Andong untuk bahan bangunan, chopstick, dan untuk (Gigantochloa verticillata

  3 membuat berbagai jenis kerajinan tangan.

  /Gigantochloa pseudo arundinacea ) Bambu betung sifatnya keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Dapat dimanfaatkan Bambu Betung untuk saluran air, penampung air aren yang

  4 (Dendrocalamus asper) disadap, dinding rumah yang dianyam, (gedek atau bilik), dan berbgai jenis barang

kerajinan.

  Bambu kuning dapat dimanfaatkan untuk mebel, bahan pembuat kertas, untuk kerajinan tangan dan dapatditanam di Bambu Kuning

  5 halaman rumah karena cukup menarik (Bambusa vulgaris) sebagai tanaman hias serta untuk obat penyakit kuning atau lever.

  Bambu hitam sangat baik untuk dibuat alat musik seperti angklung, gambang, atau Bambu Hitam

  6 calung dan dapat juga digunakan untuk (Gigantochloa atroviolacea) furniture dan bahan kerajinan tangan.

  Bambu talang banyak digunakan untuk Bambu Talang bahan atap, dinding, dan lantai rumah adat 7 (Schizostachyum brachycladum) Toraja. Selain itu bambu talang juga digunakan untuk rakit, tempat air, dan bahan kerajinan tangan seperti ukiran dan anyaman. Bambu tutul banyak digunakan untuk Bambu Tutul peralatan rumah tangga seperti tirai, meja,

  8 kursi, dinding, dan lantai rumah, serta untuk (Bambusa vulgaris) kerajinan tangan.

  Batang bambu cendani dapat digunakan untuk tangkai payung, pipa rokok, kerajinan Bambu Cendani

  9 tangan seperti tempat lampu, vas bunga, rak (Bambusa multiplex) buku, dan berbagi mebel dari bambu.

  Bambu cangkoreh dapat digunakan untuk anyaman atau tempat jemuran tembakau dan Bambu Cangkoreh

  10 untuk obat misalnya obat tetes mata dan (Dinochloa scandens) obat cacing.

  Batang bambu perling dapat digunakan Bambu Perling untuk membuat dinding, tali, tirai, dan alat

  11 (Schizostachyum zollingeri)

memancing

Bambu tamiang paling cocok digunakan

  Bambu Tamiang untuk sumpit, suling, alat memancing, dan 12 (Schizostachyum blumei) kerajinan tangan.

  Bambu loleba dapat digunakan untuk Bambu Loleba dinding rumah, tali tongkat, bahan anyaman

  13 (Bambusa atra) dan sebagai tanaman hias.

  Batang bambu batu sangat kuat dan dapat Bambu Batu digunakan untuk bahan baku kertas dan

  14 (Dendrocalamus strictus) untuk bahan anyaman.

  Jenis bambu dengan batang lurus, kuat, dan ringan ini banyak digunakan sebagai galah Bambu Belangke

  15 untuk panen kelapa sawit, selain itu juga (Gigantochloa pruriens) untuk bahan bangunan.

  Bambu ini baik digunakan untuk tangkai payung, dan sebagai tanaman hias karena Bambu Sian

  16 rumpunnya mempunyai tajuk melebar (Thyrsostachys siamensisi) dengan daun kecil-kecil yang banyak.

  Bambu jepang banyak digunakan sebagai Bambu Jepang 17 tanaman hias.

  (Arundinaria japonica) Karena bentuk batangnya yang unik dan Bambu Gendang cukup menarik maka bambu ini biasa

  18 (Bambusa ventricosa) digunakan sebagai tanaman hias.

  Oleh karena penampilan tanamannya unik Bambu Bali 19 dan menarik maka bambu ini biasa digunakan sebagai tanaman hias.

  (Schizostachyum brachycladum) Bambu ini juga menarik sebagai tanaman Bambu Pagar hias yang dipangkas dengan berbagai

  20 (Bambusa glaucescens)

bentuk.

6. Nilai Ekonomi Bambu

  Tanaman bambu baik dalam skala kecil maupun besar mempunyai nilai ekonomi yang meyakinkan. Budaya masyarakat menggunakan bambu dalam berbagai aktivitas kehidupan sehingga bambu dapat dikategorikan sebagai Multipurpose Free Species (MPTS = jenis pohon yang serbaguna). Pada umumnya jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah jenis bambu yang berdiameter besar dan berdinding tebal. Jenis-jenis tersebut diwakili oleh warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 jenis) dan Gigantochloa (8 jenis) (Widayati dan Riyanto, 2005). Dari jenis-jenis tersebut dapat dibudidayakan secara massal untuk menunjang industri kertas, chopstick, flowerstick, ply bambu, particle board dan papan semen serat bambu serta kemungkinan dikembangkan bangunan dari bahan bambu yang tahan gempa, dan lain-lain (Zain, 1998).

  Dalam melakukan penilaian ekonomi suatu barang atau jasa dapat dilakukan dalam beberapa metode yaitu metode nilai pasar, metode nilai relatif, dan metode biaya pengadaan. Metode nilai pasar digunakan jika barang/jasa tersebut sudah memiliki nilai pasar. Nilai pasar adalah harga barang atau jasa yang di tetapkan penjual dan pembeli di pasar. Penilaian ekonomi dengan metode nilai pasar akan di anggap paling baik dengan catatan nilai pasar itu tetap tersedia (Affandi dan Patana, 2002).

  Pengembangan pengusahaan hasil hutan bukan kayu, terutama bambu merupakan upaya strategis karena beberapa alasan. Pertama, bambu merupakan komoditas substitusi kayu, rotan dan bahan plastik sehingga berkembangnya pengusahaan bambu dapat berperan dalam mendorong pengembangan diversifikasi bahan baku industri pengguna seperti industri mebel, kerajinan, panel dan bahan bangunan. Hal ini dapat diharapkan akan membantu mengurangi masalah lingkungan yang ditimbulkan oleh industri bahan plastik dan menekan proses penurunan produktivitas hutan alam sebagai penghasil kayu dan rotan. Kedua, pengusahaan bambu telah lama digeluti oleh masyarakat golongan ekonomi lemah sehingga berkembangnya pengusahaan bambu dapat berdampak positif bagi upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pendapatan. Ketiga, dari sisi silvikultur, bambu berumur relatif pendek, terbaik 3 tahun (Universitas Gajah Mada, 1991), sehingga dari sisi pengembalian investasi lebih kompetitif misalnya dari rotan atau sengon (umur terpendeknya, 5-10 tahun) dan karenanya berpeluang diminati investor (Astana, 2001)

  Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan. Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

  1. Teori Ekonomi Mikro: Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.

  2. Teori Psikologis: Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung.

  Kondisi Umum Lokasi Penelitian

  Berdasarkan administratif pemerintahan, areal hutan Pondok buluh berada di kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.

  Sedangkan berdasarkan wilayah pemangkuan hutannya termasuk dalam pengelolaan wilayah Resort Polisi Hutan Tiga Dolok Dinas Kehutanan Kabupaten Simalungun.

  Kawasan Pondok Buluh juga dekat dengan lokasi wisata Danau Toba, yaitu sekitar

  15 Km atau dapat ditempuh dalam waktu 20 menit. Di Desa Pondok Buluh masih ditemukan lahan hutan rakyat bambu yang masih dikelola oleh petani pada lahan milik mereka.

  Desa Pondok Buluh Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun memiliki luas 2.100 Ha dan dihuni sekitar 368 KK, dan secara geografis Desa Pondok buluh terletak diantara 99

  56 BT s/d 99

  00 BT dan antara 2

  43 LU s/d 2

  47 LU. Sebagian besar masyarakat desa bekerja sebagai petani dan didominasi oleh suku Batak Toba.

  Desa Pondok Buluh memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Nagori Dolok Parmonangan.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Cara Kerja Turbin(Turbin Uap) - Study Sistem Preventive Maintenance Pada Turbin Uap Dengan Kapasitas 700 Kw Putaran Turbin 1500 Rpm Di Pks Pt.Perkebunan Nusantara I

0 1 30

BAB 2 LANDASAN TEORI - Analisis Perbandingan Algoritma Thresholding dengan Region Merging dalam Segmentasi Citra

0 0 17

Pengetahuan Sikap dan Tindakan Wanita terhadap Kanker Payudara di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

0 0 29

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang - Pengetahuan Sikap dan Tindakan Wanita terhadap Kanker Payudara di Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

0 0 19

Analisis Penentuan Level Faktor untuk Meminimisasi Jumlah Kecacatan Produk Crumb Rubber SIR 20 dengan Menggunakan Metode Response Surface pada PT. Hadi Baru

0 0 14

Hubungan Morfologi Vertikal Wajah Terhadap Tinggi Dentoalveolar Regio Molar dan Lebar Lengkung Gigi pada Pasien di Klinik PPDGS Ortodonti FKG USU

0 1 18

Pemeriksaan Kandungan Timbal dan Kadmium pada Hati Ayam Buras dan Hati Ayam Ras Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ayam - Pemeriksaan Kandungan Timbal dan Kadmium pada Hati Ayam Buras dan Hati Ayam Ras Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 3 20

Pemeriksaan Kandungan Timbal dan Kadmium pada Hati Ayam Buras dan Hati Ayam Ras Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 16

Analisis Ekonomi dan Kontribusi Tanaman Bambu terhadap Pendapatan Masyarakat Desa Pondok Buluh, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun

0 0 26