CENTURY CHALLENGE; THE URGENCY AND ADOLESCENT LITERACY METHOD FOR SOCIAL MEDIA Muhammad Zuhaery
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM
ISLAMIC EDUCATION AND THE 21 ST CENTURY CHALLENGE; THE URGENCY AND ADOLESCENT LITERACY METHOD FOR SOCIAL MEDIA
Muhammad Zuhaery
Dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Muhammad Zuhaery@gmail.com
ABSTRACT
The growing advances in the communication and information technology that is identified by the presence of social media have made changes in the relationship patterns between humans. Through the social media, people can be visually connected to each other without having to meet physically. Because of this, the exchange of values cannot be avoided. The result is a very fast change and exchange of values.
This study is aimed to discuss the urgency of the social media literacy for Muslim youth in preparing the generation of Muslim youth into the global environment in the social media era. This study is a qualitative descriptive study. The data used is library data. The result and discussion are that the Islamic education can be the basic capital to prepare the generation of Islamic youth entering the global environment. The values that are taught in Islam can be a filter for the current generation of Muslims to interact with the new media, one of which is the existence of social media platform.
ABSTRAK
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai dengan hadirnya media social telah membuat perubahan pada pola-pola hubungan antara manusia. Melalui media social, manusia dapat secara visual saling terkoneksi tanpa terhalangi oleh jarak dan tempat yang jauh. Pertukaran nilai-nilai tidak dapat terhindarkan. Akibatnya terjadi perubahan dan pertukaran nilai-nilai terjadi dengan yang sangat cepat. Kajian ini bertujuan untuk membahas urgensi literasi media social bagi remaja Muslim untuk mempersiapkan generasi remaja Muslim masuk dalam lingkungan global di era media social. Kajian yang dilakukan penulis ini adalah adalah kajian kualitatif-dekskriptif. Data yang digunakan adalah data pustaka. Hasil dan pembahasan adalah pendidikan Islam dapat menjadi modal dasar untuk mempersiapkan generasi remaja Islam memasuki lingkungan global. Niilai-nilai yang terkandung dalam Islam dapat menjadi filter bagi generasi Islam berinteraksi dengan media baru, salah satunya yaitu dengan adanya platform media sosial.
Kata Kunci: Pendidikan Islam, Literasi Media, Remaja Muslim
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
mayoritas. Dengan kata lain, remaja menjadi Memasuki abad ke-21 generasi muda
A. LATAR BELAKANG
kelompok yang paling aktif sebagai pengguna Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan
media baru. Pola interaksi anak dan remaja dan dampak globalisasi yang tak dapat
dalam menggunakan media pada masa kini, dielakkan. Adalah Syafi’I Ma’arif yang
harus dilihat dalam perspektif yang berbeda. menyadari bahwa narasi globalisasi yang
Dalam hal ini perlu diperhatikan konteks berjalan dewasa ini tanpa visi Moral-Spiritual 1 .
peran mereka sebagai kreator, penghubung, Globalisasi justeru menjadi media infiltrasi
komunikator, dan kolaborator daripada sekadar budaya asing yang tidak kompatibel dengan
sebagai konsumen media. nilai-nilai keislaman melalui berbagai media
Intensitas interaksi antara remaja baik media konvensional seperti media cetak
dengan media baru tidak dapat dihindarkan, dan media elektronik serta media baru yaitu
kendati media baru didesain untuk dapat internet (termasuk media sosial) 2 .
memenuhi sekian banyak kebutuhan Perkembangan media social ini membawa
informasi penggunanya. Aktifitas remaja berbagai dampak dalam kehidupan manusia.
dalam berinternet tersebut menimbulkan Menurut Jalaluddin Rakhmat efek kehadiran
kekhawatiran apabila tidak disertasi dengan media dapat dirasakan secara fisik dan efek atas
pengetahuan penggunaan internet yang sehat. pesan media secara individual, interpersonal,
Pengetahuan remaja tentang penggunaan maupun sistem 3 . Efek-efek disini bisa berupa
internet dan dampak penggunaan internet yang efek kognitif, efek afektif dan efek behavioral.
salah sebagai media pencari informasi menjadi Selain itu, kehadirannya media baru juga
penting. Di era informasi seperti saat ini, siapa membawa dampak-dampak positif, dan dampak
saja bisa mengakses internet kemudian mereka negative sekaligus. Dampak positif yang
dapat menyebarkan informasi atau konten tanpa dibawa langsung oleh kemajuan teknologi
melalui proses penyaringan (Gatekeepers). Hal informasi dan komunikasi adalah terciptanya
tersebut disebabkan karena banyak informasi kemudahan–kemudahan dengan meniadakan
yang disediakan di internet tidak bertanggung batas antara ruang dan waktu. Sementara itu,
jawab dan tidak memiliki kredibilitas. Padahal dampak negative yang dibawa langsung oleh
saat ini internet telah menjadi bagian dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
sumber penunjang aktifitas belajar mengajar adalah ancaman terhadap batas-batas nilai
di sekolah, kendati
lokalitas yang telah lama dipertahankan. Internet menyediakan jutaan informasi Kehadiran media baru juga merubah mode
yang memerlukan kecerdasan dan kebijaksanaan komunikasi yang pada akhirnya mengubah
penggunanya. Oleh karena itu, kompetensi gaya hidup masyarakat. Dalam konteks
literasi media bagi siswa menjadi penting, agar perkembangan media baru, maka interaksi antar
mereka siap menghadapi tantangan di era banjir manusia dengan teknologi jenis ini semakin
informasi seperti sekarang ini. Berbeda dengan intensif. Kehadiran media baru ini, banyak
media konvensional, dalam menghadapi media menyita perhatian para remaja sebagai pengguna
baru, hubungan manusia dengan media tidak
berlangsung hanya satu arah, melainkan bias
1 Syafi’i Ma’arif, dalam Media Indonesia edisi 26 dan 27 Desember
2002 2 Koesmarwanti dan Widiyanto, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo:
dua arah. Di sinilah kedudukan kompetensi
Era Intermedia, 2002), h. 13
literasi terhadap media social sebagai bagian
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 27
dari media baru sangat dibutuhkan.
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
Literasi media menjadi salah satu langkah yang terliterasi tidak mudah diarahkan oleh niscaya yang harus menjadi alternative dalam
media 6 . Singkatnya, literasi media merupakan konsep pendidikan Islam vis a vis globalisasi
perspektif dimana kita dihadapkan dan media. Spectrum pendidikan Islam tidak hanya
mengungkapkan diri kita kepada pesan-pesan bergerak pada ranah konvensional, tapi harus
yang diperoleh 7 . Kesadaran untuk memberikan menjadi strategi membekali remaja untuk
perspektif timbul karena adanya pemahaman masuk dalam lingkungan global. Di beberapa
yang utuh tentang informasi yang diperoleh. negara-negara maju, literasi media telah menjadi
Bertolak dari uraian di atas, dalam tulisan bagian metode mereka untuk mempersiapkan
ini penulis hendak mengungkapkan fenomena remaja memasuki arus globalisasi media,
pendidikan Islam modern vis a vis globalisasi sehingga pembatasan-pembatasan terhadap
media yang menghinggapi generasi muda media jarang dilakukan.
Islam Indonesia. Kajian ini secara khusus Pada dasarnya, literasi media baru
memfokuskan pada upaya strategi penguatan merupakan pengembangan dari model
karakter remaja dalam menghadapi arus literasi media konvensional. Kehadiran unsur
informasi media yang dibawa media social partisipasi, interaktivitas, kreasi konten media
melalui literasi media. Diharapkan, bahwa yang dihadirkan bersamaan dengan kehadiran
kemajuan media social tidak banyak berdampak media baru membuat pengguna tidak sekedar
buruk bagi perilaku remaja Islam Indonesia di pengguna media, tetapi sekaligus juga dapat
masa mendatang.
memproduksi konten media. Oleh karena itu, maka pengertian dan batasan mengenai literasi
B. PROBLEM
media baru menjadi berkembang jauh. Selain Pada tahun 2015, jumlah pengguna itu, menurut Potter bahwa literasi media baru
internet di seluruh dunia diproyeksikan bakal memiliki unsur-unsur yang menonjol yaitu
mencapai 3 miliar orang. Angka tersebut kemampuan akses, analisis isi, evaluasi,
diperkirakan meningkat hingga 3,6 miliar orang membandingkan, induksi, deduksi, sintesis
pada tahun 2018. Sementara itu, pada tahun dan abstrak 4 . Sementara dalam konsep Europe
2017, lembaga pemeringkat pengguna internet Commission disebutkan bahwa dalam literasi
eMarketer memperkirakan netter Indonesia media dapat dilihat dengan menekankan
mencapai 112 juta orang. Jumlah tersebut jauh pada komponen kemampuan komunikasi dan
di atas Jepang yang berada di peringkat ke-5. partisipasi pengguna dalam memanfaatkan
Jepang termasuk Negara dengan pertumbuhan media 5 .
jumlah pengguna internet lebih lamban daripada Seseorang yang memiliki kemampuan
Indonesia. Pengguna internet Indonesia paling literasi media akan dapat membedakan yang
banyak didominasi oleh remaja. real dan informasi yang di konstruksi oleh
Remaja sebagai pengguna Internet media, kemudian seseorang yang terliterasi
menggunakan internet secara tidak aman. akan mendapatkan hal yang diinginkannya
Penggunaan internet dilakukan untuk tanpa terganggu dengan pesan-pesan yang
mencoba hal-hal baru. Tingginya resiko remaja berbahaya lainnya, pada intinya seseorang
terpapar informasi negative internet tidak
4 Potter,W.J. Media Literacy. (NJ: Prentice Hall, 2004), h. 22 5 Celot, Paolo. Study on Assessment Criteria for Media Literacy
6 Potter,W.J. Media Literacy, OP.Cit., h. 22 Levels: A comprehensive view of the concept of media literacy and
7 Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis. Teori Komunikasi Massa an understanding of how media literacy levels in Europe should be
:Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan , Edisi Kelima. (Jakarta: assessed. Final Report, (Brussels: EAVI Consortium, 2008), h. 5.
Salemba Humanika, (2014), h. 12
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
disertai dengan kesadaran, pengetahuan, dan pengetahuan, Untuk membangun struktur keterampilan menggunakan internet secara
pengetahuan kita, kita perlu alat dan bahan aman. Oleh karena itu, maka dibutuhkan
baku. Alat-alat adalah keterampilan kita. Bahan literasi media sebagai upaya dalam memberikan
baku adalah informasi dari media dan dari kesadaran, pengetahuan dan keterampilan bagi
dunia nyata, aktif menggunakan berarti bahwa remaja dalam menggunakan media internet
kita sadar akan pesan dan berinteraksi dengan dengan aman.
mereka secara sadar.
Mengacu pada pendapat di atas, maka
dalam pengertian literasi media termasuk Tujuan kajian ini adalah membahas
C. TUJUAN PENELITIAN
di dalamnya adalah persepektif yang harus urgensi literasi media social bagi remaja
dimiliki oleh setiap orang yang menggunakan Muslim untuk mempersiapkan generasi remaja
media. Perspektif itu terbentuk melalui struktur Muslim masuk dalam lingkungan global di era
pengetahuan, yakni seperangkan informasi media social.
yang terorganisasi dalam memori seseorang dan terbentuk secara sistematis dalam waktu
yang lama. Struktur membantu seseorang Kajian yang dilakukan penulis ini adalah
D. METODE KAJIAN
dalam melihat pola. Semakin banyak struktur adalah kajian kualitatif-dekskriptif. Data yang
pengetahuan dimiliki seseorang, akan dapat digunakan adalah data pustaka.
meningkatkan rasa percaya dirinya dalam memaknai berbagai pesan media. Dengan
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
struktur pengetahuan yang berkembang,
seseorang dapat memahami seluruh rentang isu Literasi media menjadi isu hangat
1. Literasi Media Baru: Sebuah Diskursus
media, dan dapat memahami mengapa media pada dekade terakhir, mengingat pesatnya
memiliki atau tidak memiliki kecenderungan pertumbuhan media. Konsep ini lahir
tertentu.
karena realitas bahwa media terkonstruksi, Sementara itu, European Comission media mengkonstruksi realitas, audiens
mendefinisikan literasi media sebagai berikut: menegosiasikan makna, pesan memiliki dampak
“Literasi media may be defined as the ability komersial, media memuat pesan ideologis dan
to access, analyse and evaluate the power of nilai-nilai, media memuat implikasi sosial
images, sounds and messages which we are now politik, bentuk dan isi merepresentasikan pesan
being confronted with on a daily basis and are media, serta setiap media memiliki bentuk
an important part of our contemporary culture, estetika yang unik 8 .
as well as to communicate competently in media Menurut Potter literasi media merupakan
available on a personal basis. Literasi media satu set perspektif yang aktif digunakan
relates to all media, including television and untuk membuka diri kepada media untuk
film, radio and recorded music, print media, the menafsirkan makna pesan yang kita hadapi 9 .
Internet and other new digital communication Kita membangun perspektif kita dari struktur 10 technologies” . Pengertian ini mencakup tiga
bidang yaitu literasi media bermakna memiliki
8 William Christ dan W. james Porter, dalam Baran, Stanley J. dan 10 European Commission. (2012). Digital Competences in the Digital Dennis K. Davis. Teori Komunikasi Massa :Dasar, Pergolakan, dan
Agenda. https://ec.europa.eu/digital-agenda/sites/digital-agenda/files/ Masa Depan , Edisi Kelima. (Jakarta: Salemba Humanika, 2014), h.
KKAH12001ENN-chap5-PDFWEB-5.pdf , diakses pada 12 januari 33
9 Potter,W.J. Media Literacy, OP.Cit., h. 22
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
akses ke media, menganalisis media, dan masyarakat dengan media, baik cetak maupun mengevaluasi media. memahami media serta
audiovisual telah menghasilkan berbagai menciptakan dan mengekspresikan diri untuk
pendapat. Pendapat sangat bergantung pada menggunakan media.
Pemahaman masyarakat terhadap lembaga, Hadirnya media baru yang tidak terlepas
kategori, teknologi, bahasa, representasi dari kelahiran internet, memfalitasi individu
dan khalayak media tertentu. Dan Ketiga, untuk menjelajahi dunia yang lebih luas dimana
Evaluasi adalah mengedepankan nilai nilai informasi dan koneksi tersedia tanpa batas,
demokratis. Kemampuan evaluasi terhadap serta kehadiran teknologi yang menunjangnya
media dimaksudkan pada hal hal kritis terhadap (komputer, handphone, dan lain-lain) menuntut
estetika, politik, ideologi, dan ekonomi. Hal individu untuk memiliki keahlian tambahan
evaluasi ini bukan pada tindakan men justifikasi agar dapat menggunakan teknologi komunikasi
media ataupun konten media. dan informasi (TIK) secara efektif.
Kemapuan dalam literasi media yang Keahlian tambahan yang disebut
berhubungan dengan teknologi, komunikasi sebelumnya dinamai Kompetensi digital oleh
dan informasi atau internet banyak peneliti Europe Commission dikonsepkan menjadi tiga
menambahkan kemampuan berkomunikasi bagian yaitu faktor lingkungan, kompetensi
seperti dalam membuat konten, membagi
informasi, bersosialisasi, berdiskusi, di lingkungan yang terdiri dari akses ke TIK, hal
individual, dan prilaku personal 11 . Faktor
berbagai media sebagai bentuk partisipasi ini sebagai dasar utama untuk menjadi digital
dalam masyarakat 12 . Karena itu, Jenkins, H., kompeten. Akses ke TIK tidak hanya akses ke
Clinton, K., Purushatma, R., Robison, A. & komputer dan internet namun juga perangkat
Weigel, M menyinggung mengenai budaya lainnya seperti tablet, Hp, dan lain-lain. Akse ke
partisif. Budaya partisipatif yakni, Afiliasi TIK menurut PBB menjadi hak azazi manusia
(keanggotaan, formal dan informal, dalam dan prioritas untuk semua negara mengingat
komunitas online seperti Facebook); ekspresi bahwa internet telah menjadi alat yang sangat
(memproduksi bentuk kreatif baru, seperti diperlukan untuk mewujudkan berbagai hak
sebagai sampel digital, kipas videomaking, asasi manusia, memerangi ketidakadilan, dan
kipas menulis fiksi, zine, mash-up); kolaboratif mempercepat pembangunan dan kemajuan.
pemecahan masalah (bekerja sama dalam tim, Livingstone (2004) mengungkapkan
resmi dan informal, untuk menyelesaikan tugas bahwa literasi media baru yang berkaitan dengan
dan mengembangkan pengetahuan baru seperti internet yaitu kemampuan dalam mengakses,
Wikipedia); sirkulasi (membentuk aliran media menganalisis, mengevaluasi, dan pembuatan
seperti podcasting, blogging). isi pesan. Pertama, Akses adalah proses
Dari argument yang dipaparkan oleh sosial yang dinamis, bukan semata berbicara
beberapa ahli tersebut, terlihat bahwa literasi ketersediaan. Kegiatan yang berhubungan
media baru tidak hanya bagaimana khalayak dengan penggunaan alat (komputer) secara
menanggapi pesan-pesan media, tetapi juga signifikan dalam pengoperasian alat tersebut,
bagaimana mereka terlibat secara aktif di misalnya updating, upgrading, extanding,
produksi media, partisipasi (secara online), hardware dan aplikasi perangkat lunak.
12 Jenkins, H., Purushotma, Ravi., Weigel, Margaret., Clinton, Katie.
Kedua, Analisis adalah Keterlibatan
and Robinson j. Alice. Confronting the Challenges of Participatory Culture: Me- dia Education for the 21 st Century . (Cambridge:The
11 Ibid.
MIT Press, 2009), h. 3
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
membentuk kelompok sosial, dan memiliki ke mereka yang memiliki peluang untuk kemampuan layaknya professional. Intinya
berpartisipasi dan mengembangkan kompetensi literasi media di era internet seperti sekarang
budaya dan keterampilan sosial yang diperlukan ini literasi media tidak sekedar mengajarkan
bagi keterlibatan yang penuh. Sekolah terlalu orang untuk belajar dari media, untuk melawan
lambat dalam bereaksi terhadap munculnya manipulasi media, dan menggunakan bahan-
budaya partisipasi ini. Peluang terbesar untuk bahan media dalam cara yang konstruktif, tetapi
perubahan ditemukan dalam kegiatan sesudah juga peduli dengan keterampilan berkembang
jam sekolah dan belajar secara informal di yang akan membantu menciptakan warga
masyarakat. Sekolah dan kegiatan sesudah jam negara yang baik dan yang akan membuat
sekolah perlu memberi perhatian lebih pada mereka lebih termotivasi dan peserta yang
apa yang disebut dengan wawasan media baru. kompeten di kehidupan sosial
Budaya partisipatif bergerak dari Literasi media baru memiliki ciri yang
fokus literasi dari ekspresi individu kepada sangat menonjol dalam hal partisipasi. Hal ini
keterlibatan masyarakat. Literasi yang baru bahkan ada yang menyebut sebagai budaya
hampir melibatkan semua perkembangan partisipasi. Sebuah budaya partisipatif adalah
keterampilan sosial melalui kerjasama dan sebuah budaya dengan hambatan yang relatif
jaringan. Keterampilan ini dibangun dengan rendah untuk ekspresi artistik dan keterlibatan
dasar dari literasi tradisional, keterampilan masyarakat, dukungan yang kuat untuk
meneliti, keterampilan teknis, dan keterampilan menciptakan dan berbagi kreasi seseorang, dan
melakukan analisis kritis. beberapa jenis bimbingan informal, dimana apa yang dikenal oleh paling berpengalaman
2. Karakteristik Literasi Media
dilewatkan bersama untuk pemula. Istilah literasi media baru sering Sebuah budaya partisipatif juga
disamakan dengan digital literacy atau literasi merupakan salah satu di mana para anggotanya
digital karena media baru dapat dikatakan percaya dengan kontribusi mereka, dan merasa
identik dengan media digital, meskipun memiliki kesamaan derajat hubungan sosial
tidak selalu berarti Internet. Menurut Media satu sama lain. Setidaknya, mereka peduli
Awareness Network (dengan memadukan dengan apa yang orang lain pikirkan mengenai
rumusan dari National Broadband Plan
Connecting Maerican Section 9.3, definisi Jenkins mengemukakan bentuk-bentuk dari
apa yang mereka ciptakan 13 . Selanjutnya,
mengenai literasi digital yang sudah cukup budaya partisipatif itu adalah afiliasi berupa
dikenal adalah:
keanggotaan dalam kelompok atau komunitas “Keterampilan dan pengetahuan
tertentu seperti facebook ataupun mailing list, yang diperlukan untuk menggunakan
ekrpresi dalam berbagai format dari tulisan berbagai perangkat lunak aplikasi
sampai video, kerjasama dalam mengerjakan media digital, perangkat keras seperti
sesuatu atau menyelesaikan masalah, dan komputer, telepon selular, dan teknologi
sirkulasi ide atau informasi dengan orang lain. internet; kemampuan untuk secara
Jenkins berusaha menggeser kritis memahami konten media digital
diskusi mengenai isu digital divide dari dan aplikasinya; dan pengetahuan dan
mempertanyakan akses terhadap teknologi kapasitas untuk menciptakan isi media
13 Ibid., h.3
562
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
dengan teknologi digital”. 14 Berdasarkan definisi tersebut, terdapat
tiga komponen yang menjadi karakteristik
literasi digital, yaitu: 15 Pertama, use
(menggunakan). Menggunakan merupakan keahlian teknis yang dibutuhkan untuk terlibat dengan komputer dan internet. Keahlian ini membentuk dasar untuk pengembangan literasi digital yang lebih dalam. Keterampilan teknis yang penting meliputi kemampuan untuk menggunakan program komputer seperti pengolah kata, web browser, e-mail, dan alat komunikasi lainnya. Untuk mengembangkan keterampilan ini, warga harus memiliki akses dan dapat memanfaatkan peralatan dan sumber daya dengan nyaman seperti layanan broadband, komputer, perangkat lunak, mesin pencarian Internet, dan database online.
Kedua, mengerti yaitu kemampuan untuk memahami, mengontekstualisasikan, dan mengevaluasi media digital secara kritis. Individu harus menyadari pentingnya melakukan evaluasi secara kritis dalam memahami bagaimana konten dan aplikasi media digital dapat mencerminkan, membentuk, meningkatkan atau memanipulasi persepsi kita, keyakinan kita, dan perasaan kita tentang dunia di sekitar kita. Sebuah pemahaman kritis tentang media digital memungkinkan individu untuk menuai keuntungan - dan mengurangi resiko - serta berpartisipasi penuh dalam masyarakat digital. Keterampilan ini mencakup juga pengembangan keterampilan manajemen informasi dan penghargaan terhadap hak dan tanggung jawab terhaap kekayaan intelektual. Individu perlu tahu bagaimana menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif untuk berkomunikasi, berkolaborasi dan memecahkan masalah dalam
14 Lihat dalam Digital Britain Media Literacy Working Group Section 3.16, dan Australia’s Digital Economy: Future Directions, h. 44
15 https://cira.ca/sites/default/files/attachments/publications/wp-cif- digital-literacy-backgrounder.pdf
kehidupan pribadi dan profesional.
Ketiga, memproduksi yaitu kemampuan untuk membuat konten dan berkomunikasi secara efektif menggunakan berbagai alat media digital. Produksi konten dengan menggunakan media digital tidak sekedar kemampuan untuk menggunakan pengolah kata atau menulis email: namun termasuk di dalamnya kemampuan berkomunikasi dalam berbagai konteks khalayak; untuk membuat konten dan berkomunikasi dengan menggunakan berbagai format seperti gambar, video, dan suara; dan untuk secara efektif dan bertanggungjawab memanfaatkan fasilitas “Web 2.0 user-generated content” seperti blog dan forum diskusi, berbagai video dan foto, game sosial, dan bentuk lain dari media sosial. Kemampuan untuk membuat dengan media digital memastikan bahwa seseorang tidak hanya konsumen pasif tetapi secara aktif berkontribusi dalam masyarakat digital.
3. Fase Remaja dan Kerentanan Sosial
Masa balig adalah masa dimana usia anak telah sampai dewasa. Usia ini anak telah mengalami kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi tanggung jawab (taklif),
terutama tanggung jawab agama dan social 16 . Masa balig berlangsung dari saat individu menjadi matang secara seksual sampai usia delapan belas tahun, usia kematangan awal masa remaja berlangsung sampai tujuh belas tahun, dan akhir masa remaja berlangsung
sampai usia kematangan yang resmi 17 . Fase ini merupakan fase yang terpenting dalam rentang kehidupan manusia, karena fase ini merupakan awal aktualisasi diri dalam memenuhi perjalanan yang pernah diucapkan di alam prakehidupan dunia. Menurut Ikhwan
16 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h. 21
17 Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 12
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
al-Shafa, fase ini disebut dengan fase alam- atas dua macam, yaitu : ardh altsani (alam pertunjukan kedua), dimana
1) Kecakapan melaksanakan (ahliyyah manusia dituntut untuk mengaktualisasikan
ada’ ), yaitu kecakapan bertindak perjanjian yang pernah disepakati pada alam-
hukum yang telah dianggap sempurna ardh al-awal (alam pertunjukan awal), yakni
untuk mempertanggungjawabkan di alam arwah 18 . Sedangkan Al-Ghazali
seluruh perbuatannya, baik positif menyebutnya dengan fase aqil, fase dimana
maupun negatif. Kecakapan ini tingkat perkembangan intelektual seseorang
disyaratkan aqil (berakal), baligh dalam kondisi puncaknya, sehingga ia mampu
(sampai umur), dan cerdas dalam membedakan perilaku yang benar dan salah,
memahami perintah Tuhan. baik atau buruk. Kondisi aqil menjadi salah satu
2) Kecakapan kewajiban (ahliyyah syarat wajib bagi seseorang untuk menerima
wujub ), yaitu kecakapan untuk suatu beban agama, sementara kondisi gila
menerima kewajiban-kewajiban (junun) menjadi penghalang bagi penerimaan
hukum dan hak-haknya. kewajiban agama.
Kewajiban penerimaan taklif bagi Secara psikologis, fase ini ditandai dengan
fase ini menjadi hilang apabila terjadi dua kemampuan seseorang dalam memahami
halangan, yaitu (1) Halangan langit (al-waridh suatu beban taklif, baik menyangkut dasar-
al-samawiyyah ), yang mana halangan itu dasar kewajiban, jenis-jenis kewajiban, dan
langsung dari Allah Swt. Seperti gila, dungu, prosedur atau cara pelak menunjukkan adanya
perbudakan, sakit yang menyebabkan kematian. kematangan akal pikiran yang mana hal ini
(2) Halangan yang diusahakan (al-waridh al- menandakan kesadaran seseorang dalam
muktasabah ), yaitu halangan akibat perbuatan berperilaku, sehingga ia pantas diberi taklif.
manusia sendiri seperti mabuk, terpaksa Fase ini juga ditandai dengan adanya dua hal,
bersalah, dan bodoh. Hilangnya kewajiban yaitu :
karena individu tidak memiliki kesadaran penuh dalam bertindak a. 20 Pemahaman, dicapai dengan adanya .
pendayagunaan akal, karena dengan akal Masa baliq atau remaja berlangsung seseorang memiliki kesadaran penuh
dari saat individu menjadi matang secara dalam bertindak. Individu yang tidak
seksual sampai usia delapan belas tahun, usia memiliki pemahaman yang cukup maka
kematangan awal masa remaja berlangsung sampai tuh belas tahun, dan akhir masa remaja
ia tidak terkena beban taklif, seperti berlangsung smapai usia kematangan yang
anak kecil, orang gila, orang lupa, orang
resmi 21 .
terpaksa, orang tidur dan pingsan dan Perubahan sosial yang terpenting pada orang yang tersalah. masa ini meliputi meningkatnya pengaruh
b. Kecakapan, (al-ahliyyah), yaitu dipandang kelompok sebyam pola perilaku sisioal yang
cakap melaksanakanhukum, sehingga lebih matang, pengelompokan sosial baru
perbuatan apa saja yang dilakukan dapat dan ni8lai-nilai baru dalam pemilihan teman dipertanggungjawabkan dan memiliki
dan pemimpin, dan dalam dukungan sosial.
implikasi hokum 19 . Kecakapan terbagi
Perubahan pokok dalam moralitas selama
18 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam.., Op.Cit.,
h. 23
20 Ibid.
19 Ibid., h. 25 21 Netty Hartati, dkk., Islam dan Psikologi.., h. 13
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
masa remaja terdiri dari menganti koinsep- perasaan identitas ego yang teguh. Remaja konsep moral khusus dengan konsep-konsep
harus berjuang untuk menemukan siapa dirinya moral tentang benar dan salah yang bersifat
dan siapa yang bukan dirinya. Remaja mencari umum, membangun kode moral berdasarkan
peran-peran baru untuk membantu mereka pada prinsip-prinsip moral individu dan
menemukan identitas seksual, ideologis, dan mengendalikan perilaku perkembangan hati
pekerjaan mereka 23 .
nurani. Tahap pencarian identitas ini membuat Pada masa ini banyak sekali peristilahan
mereka selalu mencoba hal-hal baru, mencari yang digunakan orang untuk mencirikan usia
jati diri dengan berinteraksi dengan kelompok secara khusus dari sudut pandang mereka
sebayanya. Oleh karena itu, pada usia ini, yang berbeda-beda. Ada yang meyebutnya
mereka juga seringkali menolak standar yang usia reproduktif, karena pada usia ini terjadi
ditetapkan orangtua dan lebih menerima perkembangan alat-alat reproduksi. Ada yang
penilaian teman kelompok dan teman menyebutnya dengan problem age, karena
sebayanya. Bila penilaian teman kelompok di usia ini banyak terjadi masalah, yang
ini tidak berbeda jauh dengan penilaian dan psikologi Islam disebut usia diberlakukan
standar keluarga, kemungkinan mengalami hukum takhlifi karena pada usia ini anak telah
kebingungan/krisis identitas semakin kecil. dibebani kewajiban menjalankan hukum-
Pada kenyataannya, penilaian teman hukum syariat Islam.
sebaya lebih sering bertentangan dengan Masa balig atau remaja berlangsung dari
penilaian dan standar dari keluarga yang saat individu menjadi matang secara seksual
menyebabkan konflik. Tidak jarang terjadi sampai usia seorang anak sudah mampu
kesenjangan dalam pola pikir dan perilaku menggunakan pikiran dan dapat memahami
antara orangtua dan anak-anak remajanya. sesuatu di luar dirinya. Erikson menggunakan
Akibatnya terjadilah kebingungan identitas, istilah Latensy, yaitu fase dimana seorang anak
sebuah sindrom bagi masalah kepribadiannya. manusia sudah dianggap memiliki kemampuan
Ia ingin diterima oleh keluarga sekaligus teman yang membedakan dirinya dengan mahluk
sebayanya. Ia ingin memenuhi standar yang lain. Sementara itu, Piaget menggunakannya
sesuai bagi keluarga dan kelompoknya, yang dalam pembahasan tentang kognitif berada
seringkali tidak mungkin. Akibatnya remaja pada fase operasional konkret (trial and error)
mencoba dan bereksperimen dalam berbagai dan operasional formal (problem solving).
macam hal.
Manusia pada fase ini sudah dapat befikir Remaja mungkin meninggalkan rumah, konkret, berhipotesis dan menganalisis. Artinya
mengembara sendirian dalam upaya pencarian pada masa ini manusia memiliki peluang
identitas dirinya, eksperimen dengan obat yang amat penting untuk mengasah diri dan
psikotropika dan seks, mengidentifikasi diri
kepada kelompok jalanan, atau memberontak Meskipun pada usia remaja, seseorang
mengembangkan petensi diri 22 .
melawan kemapanan masyarakat 24 . Oleh mampu berpikir konkrit, berhipotesis dan
karena pergumulan di masa remaja ini, maka menganalisis, akant etapi pada mas aini
remaja mempunyai kebutuhan sosialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan
23 Feist, J. & Gregory J. Feist. Theories of Personality (Edisi Keenam).
yang krusial, karena individu harus mencapai
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2008), h. 12 24 Alwisol. Psikologi Kepribadian. Edisi revisi, (Malang: UMM Press,
22 Ibid.
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
yang seoptimal mungkin, serta dibutuhkan Generasi Z yang masuk dalam kategori pengertian dan dukungan lingkungan dalam
Net-Gen (Generasi Internet) yang mana kerentanan dimasa remaja. Bila kebutuhan
generasi ini yang lahir pada zaman internet dan remaja kurang diperhatikan, maka remaja
besar dalam teknologi seluler dan komunitas akan memiliki kecenderungan untuk bertindak
media sosial, dapat kita lihat dan temukan emosional dan asocial.
dimanapun dan kapan saja, remaja atau generasi yang dapat melakukan lima aktivitas dalam
satu kesempatan 4. 27 Remaja dan Internet . Horrigan membagi aktivitas Remaja merupakan masa peralihan dari
yang dilakukan para pengguna internet menjadi masa kanak-kanak ke masa dewasa, dimulai 28 empat kelompok, yaitu : 1). E-mail ; 2).
Funactivities,yaitu aktivitas yang sifatnya untuk pada saat anak matang secara seksual dan
kesenangan atau hiburan seperti mendownload berakhir saat ia mencapai usia matang secara
video, pesan singkat, mendengarkan atau hukum . Masa remaja adalah masa yang
26 mendownload musik, bermain game, chatting; dipenuhi tekanan , artinya pada masa ini
3). Information utility, yaitu aktivitas internet remaja dihadapkan dengan permasalahan, pada
untuk mencari informasi, seperti: informasi masa ini juga remaja dikatakan masuk dalam
produk, informasi travel, cuaca, informasi krisi identitas dan dalam proses mencari jati
tentang film, musik, buku, berita, sekolah, diri. Dalam proses pencaharian jati diri ini,
kesehatan, pemerintah,keuangan, pekerjaan, remaja cenderung memiliki sikap tidak mau
dan informasi tentang politik; 4). Transaction, diatur, memiliki rasa ingin tahu, dan cenderung
yaitu aktivitas transaksi (jual beli) melalui menginginkan eksistensi, terutama remaja
internet seperti membeli produk, memesan yang tumbuh di era internet atau yang lebih
tiket perjalanan, online banking. dikenal sebagai generasi X.
Remaja pada umumnya memiliki Generasi X adalah generasi yang lahir
kebiasan menghabiskan waktu bersama pada tahun 1995- 2010 disebut juga iGeneration,
internet dan komputer, aktifitas yang dilakukan net- Gen atau generasi internet. Jika generasi
mendengarkan musik, bermain game Online, Y (lahir pada 1981- 1994) menggunakan
Chating, Googling, dll, semua itu merupakan bagian yang perlu dilengkapi dari hidup
teknologi komunikasi instan seperti email, mereka 29 . Tak heran jika Remaja disetiap
SMS, instan messaging dan media sosial seperti Negara dewasa ini, baik Negara berkembang
facebook dan twitter, mereka yang tumbuh dan Negara maju, pengguna internet pada dalam generasi Z mampu mengaplikasikan usia 16-24 tahun memiliki porposi yang lebih semua kegiatan dalam satu waktu seperti nge-
usia yang lebih tua seperti Negara Turki. Di tweet menggunakan ponsel, browsing dengan
Indonesia sendiri penggunaan internet pada PC, dan mendengarkan musik menggunakan
remaja terus meningkat setiap tahunnya, seperti headset. Apapun yang dilakukan kebanyakan
27 berhubungan dengan dunia maya. Tapscott, D. Grown Up Digital : How The Net Generation Is
Changing Your World. (New York: McGraw-Hill, 2009), h. 12 28 Horrigan, J.B. New Internet Users: What They Do Online, What
25 Hurlock, B.E. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan They Don‟t, and Implications for the internets Future. Pew Internet Sepanjang Rentang Kehidupan . Ed. 5. (Jakarta: Erlangga, 1999), h.
and American Life Project po. 1-27, 2002. 45
29 Prensky, Marc. Digital Natives, Digital Immigrants. In Bauerlein, Mark.
The Digital Divide: Arguments for Agains Facebook, Google, Santrock, John W. Adolescence (Fifth Ed.). (New York: McGraw-
Texting, and the Age of Sicial Networking. (New York: Penguin Hill. Company, 2007), h. 23
Group, 2011), h. 3-11.
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
yang dilangsir dalam situs Tekno.liputan6. Berdasarkan motif menggunakan Internet, com hapir 50% pengguna internet di Indonesia
memang menandakan bahwa internet dapat adalah remaja.
memenuhi kebutuhan setiap penggunanya, Melihat tingginya penetrasi internet pada
pandangan positif internet lainnya pada remaja, pertanyaan mengenai aktifitas apa yang
remaja mengenai dalam hal mencari informasi dilakukan mereka ketika berinternet menjadi
dan data dengan lebih cepat; dengan adanya penting. Beberapa hasil studi menemukan
internet pengguna dapat mencari, mengetahui, remaja pada umumnya menggunakan internet
mencari suatu informasi atau data lebih cepat untuk hiburan, menggunakan internet untuk
bila dibandingkan dengan mencari di buku kebutuhan informasi, edukasi, dan kebutuhan atau televisi. Kemudian Internet menjadi sosialisasi mereka 30 . Internet dianggap sebagai media penghubung antara individu dengan
sarana komunikasi yang lebih komunikatif individu lainnya lebih cepat dan akurat; dengan
dan lebih mendalam dari pada melakukan komunikasi secara tatap muka oleh remaja
adanya internet lahirlah media komunikasi dewasa ini. Anggapan tersebut sesuai dengan
baru yakni media online, bisa berupa jejaring asumsi Blumer mengenai motif penggunaan I
sosial sekarang ini menjadi salah satu situs yaitu motif kognitif, motif diversi dan motif
internet yang banyak sekali dikunjungi oleh identitas personal.
netter dunia. Antara satu orang dengan orang Motif kognitif adalah kebutuhan akan
lainnya dapat terhubung dengan mudah dan informasi aktual, surveillance, atau eksplorasi
cepat. hadirnya internet ini bisa membuka realitas. Informan yang didasari dengan motif
wawasan dan pengetahuan mereka akan dunia. ini akan berusaha mencari segala macam
Selain itu, internet juga bisa sarana hiburan informasi yang ia butuhkan lewat berbagai
seperti bermain game dan hal-hal lainnya, media yang dapat dijangkaunya. Pada motif ini,
namun pandangan positif terhadap internet penggunaan internet didasari adanya kebutuhan
ini, sebanding lurus dengan dampak-dampak untuk mendapatkan informasi. Fungsi media
negatifnya.
massa berupa sosial surveillance, yakni upaya Kasus yang berhubungan dengan internet
penyebaran informasi yang obyektif mengenai dan aplikasi-aplikasi di dalamnya seperti
berbagai peristiwa yang terjadi di dalam dan media sosial banyak kita jumpai akhir-akhir
di luar lingkungan, menjawab kebutuhan ini, seperti kasus penculikan anak, kasus
informasi yang dicari oleh pengguna. perampokan dengan kekerasan, serta kasus-
Motif diversi adalah dorongan dari kasus kekerasan dan pembunuhan (viva.
dalam diri untuk memenuhi kebutuhan akan co. 2012., Kominfo.go.id. 2015). Budaya
pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan aktifitas remaja memposting tentang kegiatan
hiburan. Sementara motif identitas personal pribadinya, curhatannya, serta foto-foto
adalah kebutuhan akan penggunaan isi media bersama teman-temannya, dan lokasi mereka
untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu mempermudah tindakan kejahatan pada remaja.
yang penting dalam kehidupan atau situasi Informasi pribadi yang dipublikasi dengan bebas
khalayak sendiri. oleh remaja melalui media sosial membuka
30 Lihat hasil penelitian Hidayati, Nur, Windah. Pelajar dan Internet:
jalan bagi pelaku kejahatan memasang strategi
Sebuah Potret Pemanfaatan Internet Pada Pelajar Sekolah Menengah Atas Di Kota Yogyakarta”. Tesis; (Yogyakarta: Program Pascasarjana
untuk melalakukan kejahatan seperti kasus
Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada, 2009).
567
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
Adesarah oleh Hafiz, yang membuat rencana pembunuhan dan penculikan berdasarkan informasi lokasi yang di share oleh Ade sarah
ke laman media sosialnya 31 .
Selain kasus penculikan, para remaja yang gemar mengakses informasi melalui internet mengecam banyak kekhawatiran karena sifat kebebasan yang ditawarkan oleh internet sehingga banyak sekali berita atau informasi yang tidak relevan. Berita bohong atau yang sering kita dengar dengan istilah “Hoax” menjadi santapan kita sehari- hari contohnya berita bohong mengenai kejadian Bom di Sarinah-Jakarta baru-baru ini yang mengandung unsur propaganda dan menyudutkan Polri. Hal ini sangat mengganggu stabilitas keamanan Negara. Kasus lainnya yang tak juga mendapat perhatian public adalah, akun twitter @triomacan2000, akun Twitter @TrioMacan2000 dikenal publik karena sering memberitakan informasi terkait dengan kasus korupsi melalui cuitannya di media sosial. Dalam postingannya akun tersebut tak sungkan mencibir pejabat publik, dan melontarkan isu-isu serta tuduhan tanpa dasar bukti atau data-data resmi, kegeraman pejabat yang merasa dicemarkan nama baiknya maka akun ini dilaporkan ke pihak berwajib dan kemudian ditutup.
Di era Internet ini, tak sedikit remaja yang terseret ke ranah hukum dikarenakan perbuatan tidak menyenangkan seperti penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, yang mereka ungkapkan di laman media sosial mereka. Contohnya kasus Seorang pemuda bernama Ujang Romansyah dilaporkan temannya, Fely, ke Polresta Bogor. Ujang dididuga telah melakukan pencemaran nama baik melalui Facebook. Fely melaporkan Ujang ke Polresta Bogor karena diduga telah melakukan
31 Lihat http://kupang.tribunnews.com/2014/04/04/penculikan-dan- pembunuhan-ade-sara-buktikan-cinta-hafitd-kepada-assyifa, diakses
apda 5 Januari 2017.
pencemaran nama baik melalui situs internet Facebook. Fely melaporkan Ujang karena kata-kata yang ditulis Ujang dan ditulis di
Facebook 32 . Kemudian kasus yang terjadi pada
19 Juli 2013. Edy Syahputra (20), warga Desa Boyan Kecamatan Batang Serangan, dilaporkan pacarnya SR (16), ke Polres Langkat. Edy dilaporkan oleh pacarnya sendiri dengan tuduhan telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan terhadap SR melalui statusnya di Facebook. SR, mengaku dirinya kecewa dan merasa dipermalukan lantaran Edy mengungkapkan kisah asmara antara keduanya di Facebook. Pasalnya, dalam status-statusnya di FB, Edy juga mengungkapkan pernah berhubungan intim. Perempuan yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA ini bertambah emosi, karena status si pacar di FB dibaca oleh teman sekolah dan saudaranya. SR muntab melihat status itu, lalu memilih melaporkan
pacarnya ke polisi 33 .
Remaja menggunakan internet hanya untuk berekreasi atau bersenang-senang, Memang remaja menggunakan teknologi komunikasi sebagai sara perpanjangan dari komunikasi offline mereka, namun mereka seharusnya juga dapan memanfaat internet untuk hal yang lebih jauh lagi, misalnya berpartisipasi secara online. Partisipasi secara online dapat dikategorikan sebagaimana media internet dapat membantu remaja dalam berhubungan pada kelompok-kelompok atau forum-forum nasional maupun internasional sehingga dapat menambah pengetahuan, membangun relasi sosial, serta dapat membuat konten media bersifat informative dan edukatif. Internet merupakan dunia tanpa batas artinya, semua orang mempunyai hak yang sama di
32 detikNews, 30/6/2009 33 Dalam http://news.detik.com/berita/1156218/dituduh-menghina-
lewat-facebook-ujang-dilaporkan-ke-polisi-bogor, diakses pada 5 Januari 2017
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
internet. Oleh sebab itu, internet merupakan kelompok sosial, dan memiliki kemampuan dunia yang bebas dimasuki tanpa harus terikat
layaknya professional. Dengan demikian, pada peraturan-peraturan negara tertentu
literasi media di era internet seperti sekarang dan tanpa dibatasi oleh batas-batas wilayah
ini tidak sekedar mengajarkan orang untuk teritorial negara tertentu.
belajar dari media, untuk melawan manipulasi media, dan menggunakan bahan-bahan media
5. Urgensi Literasi Media Pada Remaja
dalam cara yang konstruktif, tetapi juga peduli
Muslim
dengan keterampilan berkembang yang akan Remaja sebagai pengguna internet
membantu menciptakan warga negara yang terbanyak, memiliki psikologis yang sensitive.
baik dan yang akan membuat mereka lebih Hal tersebut membuat remaja sangat gampang
termotivasi dan peserta yang kompeten di
diserang gangguan “penyalahgunaan internet” 34 .
kehidupan sosial.
Penggunaan internet yang berlebihan di satu Selain itu, literasi media juga dapat sisi, namun tidak memiliki aturan, seringkali
menjadi alat kontrol yang lebih besar atas membuat penggunanya lepas control, sehingga
interpretasi karena semua pesan media sewaktu-waktu bias melampiaskan kemarahan.
merupakan hasil konstruksi. Pentingnya literasi Perilaku berinternet seperti di atas, biasa disebut
media bagi remaja adalah untuk melindungi dengan “Internet abuse” atau “Penyalahgunaan
dari dampak negatif media massa. Selain Internet ” 35 .
itu, literasi media juga sebagai upaya untuk Rentannya remaja terkena dampak
mempersiapkan diri untuk hidup di dunia yang negative penggunaan internet tersebut
sesak-media agar mampu menjadi konsumen mengindikasikan bahwa remaja membutuhkan
media yang kritis. Artinya, dalam pandangan literasi media. Literasi media memiliki tujuan
kelompok preparasionis, warga masyarakat untuk meningkatkan kesadaranakan berbagai
secara umum perlu diberi bekal kompetensi bentuk pesan yang kita temui dalam kehidupan
melek media untuk bisa mengambil manfaat kita sehari-hari dalam interaksi dengan media.
dari kehadiran internet.
Hingga saat ini belum ada peran pemerintah Berdasarkan uraian tersebut di atas, untuk mencanangkan pendidikan literasi
dapat disimpulkan bahwa literasi media baru media pada kurikulum belajar, walaupun
adalah suatu set dari kemampuan mengkritisi saat ini telah ada regulasi yang mengatur
informasi dan berpatisipasi. Kemampuan penggunaan Internet seperti UU ITE, akan
literasi media memberikan modal bagi remaja tetapi aparat masih belum mampu mengawasi
Muslim untuk terlibat lebih jauh dalam laju perkembangan dan peredaran informasi di
penggunaan atau pemanfaatan media social. dalam internet.
Remaja tidak hanya menjadi pembaca pasif, Menurut Gee, posisi literasi media baru
akan tetapi mampu memberikan feed back tidak hanya bagaimana khalayak menanggapi
bagi setiap informasi yang diperoleh. Kendati pesan-pesan media, tetapi juga bagaimana
media social adalah media yang bersifat dua mereka terlibat secara aktif di produksi
arah, berbeda dengan media konvensional yang media, partisipasi (secara online), membentuk
bersifat satu arah.
34 Tsai, C.-C., & Lin, S.S.J. Internet addiction adolescents in Taiwan: An interview study. Cyber Psychology & Behavior , 2003), h. 649-652
Keberadaan media social, memberi
35 Morahan-Martin, J. Internet Abuse, Addiction?Disorder?Symptom?
peluang sekaligus ancaman bagi generasi
Alternative Explanations?. Journal of Social Science Computer Review, 2005. h. 39-48.
muda yang tidak terliterasi. Apabila remaja
Jurnal Ilmiah Pesantren, Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2018
memiliki kamampuan literasi media yang baik, isi media, industry media, dunia nyata, dan diri maka media social dengan sendirinya akan
sendiri. Ketiga, Kemampuan Diri (Skill), yaitu: memberikan manfaat bagi remaja baik untuk
Analisa, Evaluasi, mengelompokkan, Induksi, kepentingan pendidikan, maupun kepentingan
Menguraikan, Deduksi, dan Sintesa. lainnya seperti kepentingan memajukan
Sementara itu, Henry Jenkins pergaulan social. Media social juga terjadi
merumuskan keterampilan literasi media ke pertukaran kebudayaan dan nilai-nilai. Nilai-
dalam berapa bagian berikut 37 : nilai baru tersebut tidak sepenuhnya bernuansa
a. Bermain - kapasitas untuk bereksperimen positif, akan tetapi juga banyak yang negatif.
dengan lingkungan seseorang sebagai Oleh karena itu, generasi remaja muslim perlu
bentuk pemecahan masalah dibekali dengan kemampuan literasi media
b. Kinerja - kemampuan untuk mengadopsi yang baik berdasarkan nilai-nilai pergaulan
identitas alternatif untuk tujuan dalam Islam.
improvisasi dan penemuan
c. Simulasi - kemampuan untuk menafsirkan
6. Literasi Media: Konsep dan Pendekatan
dan membangun model dinamis dari Membahas tentang literasi media, maka
proses dunia nyata
tidak dapat dilepaskan dari peran Eropa.
d. Kecocokan - kemampuan untuk memaknai Eropean Comission mengembangkan struktur
informasi dan mengemas ulang konten
literasi media pada tiga ranah yaitu 36 : Pertama,
media
Perhatian Pribadi (Personal Locus), yaitu
e. Multitasking - kemampuan untuk Perhatian Pribadi adalah tujuan dan motivasi
memindai lingkungan dan seringkali kita dalam mengonsumsi media. Semakin
berpindah fokus perhatian kuat perhatian yang kita miliki secara pribadi
f. Kognisi Terdistribusi - kemampuan maka semakin kritis kita dalam memilah dan
untuk berinteraksi secara bermakna memilih isi siaran. Aktif dalam menyadari
dengan peralatan yang dapat memperluas perhatian pribadi kita terhadap terpaan media
kapasitas mental
(media exposure). Lokus akan bekerja dalam
g. Kecerdasan Kolektif - kemampuan dua keadaan, yaitu sadar (conscious) dan bawah
pengetahuan kolam renang dan sadar (subconscious).
membandingkan catatan dengan lain Kedua, Struktur Pengetahuan (Knowlage
menuju tujuan bersama. Structure ). Struktur pengetahuan dibentuk
h. Penghakiman - kemampuan untuk melalui proses filterisasi dan kodifikasi yang
mengevaluasi keandalan dan kredibilitas lama dan dapat dipanggil kembali (recall)
informasi yang berbeda sumber dalam bentuk pengetahuan, sikap, perilaku.
Penilaian - kemampuan untuk kita harus dapat membedakan apa yang disebut
i.
mengevaluasi sumber informasi pesan (message), informasi faktual (factual
Navigasi transmedia - kemampuan untuk information), dan informasi sosial (social
j.
mengikuti alur cerita dan informasi dalam berbagai modalitas
information). Struktur pengetahuan tersebut terbagi menjadi lima area, yaitu: efek media, 37 Jenkins, H., Purushotma, Ravi., Weigel, Margaret., Clinton, Katie.
and Robinson j. Alice. Confronting the Challenges of Participatory Culture: Me- dia Education for the 21 st Century . (Cambridge:The
36 Eropean Comission, Op.Cit.
MIT Press, 2009), h. 65-76
570
PENDIDIKAN ISLAM DAN TANTANGAN ABAD 21: URGENSI DAN METODE LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI REMAJA MUSLIM (Muhammad Zuhaery)
k. Jaringan - kemampuan untuk mencari, mensintesis, menyebarkan informasi
l. Negosiasi - kemampuan untuk mendekati komunitas yang beragam, memahami berbagai perspektif, dan memegang serta mengikuti norma-norma Jenkins lebih menekankan budaya