BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1. Penelitan yang Terdahulu - Analisis Proses Perencanaan Anggaran Dinas Kesehatan untuk Penanggulangan Bencana di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

TINJUAN PUSTAKA

2.1. Penelitan yang Terdahulu

  Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kurniasih (2007), dalam penyusunan anggaran isian usulan RASK tidak sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh TPA Eksekutif, untuk perencanaan tujuan dan sasaran yang menjadi pedoman adalah Renstra Dinas Kesehatan selama ini masih berbentuk draf, dalam perencanaan operasional banyaknya kegiatan yang dihilangkan, dalam hal penganggaran usulan RASK tidak semua direalisasi sesuai dengan usulan, dan penetapan anggaran adanya pemotongan anggaran yang dilihat dari seluruh jumlah anggaran

  Dalam penelitian Maharani dan Herawati (2008), dikatakan bahwa intervensi politik DPR mempunyai peranan dominan dalam penganggaran di Departemen Keseahtan, khusus anggaran rumah sakit yang bersifat fisik. Intervensi politik terjadi karena transfer anggaran Departemen Kesehatan ke daerah belum didukung oleh legal formal serta perhitungan teknis yang rasional

  Sedangkan penelitian Ekeocha (2012), di Negara Nigeria meyimpulkan dengan reformasi kelembagaan dapat mengindentifikasi dan memperbaiki penyimpangan, sehingga ketepatan waktu dapat dicapai dalam proses penganggaran dan membuat pelaksanaan anggaran menjadi efektif.

  Dalam penelitian Symond. D (2006), Dikatakan bahwa proses perencanaan kesehatan yang dilaksanakan dengan perencanaan dari bawah ke atas battom-up.

  10 yang baik tentang metode perencanaan dan langkah-langkah perencanaan,beberapa hambatan yang ditemukan karena tidak tersedianya data dalam membuat rencana anggaran. Dokumen perencanaan kesehatan yang dibuat berupa Rancangan Anggaran Satuan Kerja (RASK). Tahun anggaran 2006 meningkat 3,8% dibanding tahun sebelumnya.Dapat disimpulkan perencanaan anggaran kesehatan tahun 2006 dilakukan dengan sistem buttom-up, tidak sesuai hasil yang diharapkan karena beberapa anggota yang terlibat dalam perencanaan tedak berpengalaman dan masih minim pengetahuan.

2.2. Perencanaan

  Perencanaan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan dan dinamis yang berkenaan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam definisi lain Perencanaan dijelaskan sebagai suatu proses menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan SDM yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan (Nurlan, 2008). Perencanaan merupakan proses untuk memutuskan tujuan-tujuan apa yang akan dicapai selama periode waktu mendatang dan apa yang

  (

  akan dilakukan agar mencapai tujuan tersebut Sunyato, 2012) Menurut G.R.Terry dalam Hasibuan (2010) Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

  Menurut Wijono (2000), perencanaan adalah proses rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilain dan kriteria keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan keluar.

  Selanjutnya Koontz dan O’Donnel dalam Robbin (2002), perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur, program dari alternatif yang ada.

  Macam perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana (perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek), frekuensi penggunaan (perencanaan induk, operasional dan harian), filosofi perencanaan (perencanaan memuaskan, optimal dan adaptasi), waktu (perencanaan yang berorientasi masa lalu- kini dan masa depan, serta menurut ruang lingkup (perencanaan strategik, taktis, menyeluruh dan perencanaan terpadu).

2.2.1. Proses Perencanaan

  Proses adalah urutan pelaksanaan atalainnya, yang menghasilkan suatu hasil(Anonim Wikipedia 2013).

  (decision

  

making )untuk masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan

  dengan pokok pertanyaan: apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni maupun usaha-usahanya(Anonim Wikipedia 2013).

2.2.2. Lagkah-langkah Perencanaan

  Menurut Bryson (2005), langkah-langkah perencanaan anggaran adalah identifikasi mandat organisai, memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, penilaianterhadap lingkungan eksternal, penilaian lingkungan internal, identifikasi isu-isu strategis yan dihadapi, merumuskan strategi untuk mengelola isu dan penetapan visiorganisasi yang efektif dan efesien

  Menurut Stoner (2002), ada 4 langkah proses perencanaan anggaran sebagai berikut : (1) Tetapkan tujuan atau perangkat tujuan. Perencanaan diawali dengan keputusan mengenai apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi. (2) Tentukan situasi sekarang. Berapa jauhkah organisasi dari tujuannya, sumber daya apa yang tersedia. Setelah keadaan terakhir dianalisis, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya. Jalur komunikasi yang terbuka di dalam organisasi akan memberikan informasi tentang data keuangan dan data statistik . (3) Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan. (4) Kembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan. Langkah terakhir dalam mencapai tujuan yang diinginkan, mengevaluasi alternatif-alternatif yang paling sesuai.

  Menurut Budi M (2010) Proses penyusunan rancanagan APBD/APBK secara garis besar meliputi langkah-langkah sebagai berikut: a) Penyusunan Rencana Kerja Pemda, b) Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), c) Pembahasan KUA dan PPAS oleh Pemda dengan DPRD/DPRK, d) Penyusunan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD/SKPK, e) Penyusunan Rencana Kerja Angggaran (RKA SKPD dan RKA PPKD) dan f) Penyusunan Rancangan APBD/APBK.

  Perencanaan kesehatan pada dasarnya berhubungan erat dengan pemilihan, yaitu: memilih satu cara atau memilh beberapa cara diantara pilihan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan datang (Lubis, A F 2009).

  Penyusunan rencana dan program pada hakekatnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sasaran/tujuan mengandung pengertian bahwa perencanaan berkaitan erat dengan perumusan kebijakan. Sehubungan dengan itu perencanaan pada garis besarnya terdiri atas beberapa tahapan yang harus dilalui dan dilaksanakan oleh unit organisasi. (1) Tahap persiapan rencana: a) mengindentifikasi, menganalisis, dan merumuskan masaalah. b) merumuskan alternatif kebijakan. c) menetapkan kebijakan (2) Tahap penjabaran kebijakan kedalam sasaran dan anggaran. a) mengkoordinasi penjabaran kebijaksanaan kedalam sasaran dan anggaran b) menetapkan penjabaran merupakan rancangan anggaran berdasarkan skala prioritas. d) menetapkan rancangan, sasaran dan anggaran (alokasi APBN). e) menetapkan satuan sebagai dasar penyusunan RKA-KL dan DIPA. (3) Tahap penyusunan DIPA dan penetapan pertanggung jawab kegiatan (Anonim, Kartiwa.H.A, 2004)

Tabel 2.1 Kalender Perencanaan dan Penganggaran RAPBK Kab. Pidie Jaya No Kegiatan Pelaksana Waktu

  I Bulan Aprt

  12 Penyusunan Rancangan KUA dan PPAS Tahun Anggaran2014

  B Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas dan Plapon Anggaran Sementara (PPAS)

  Bupati Mgg IV Bulan Mei

  11 Penetapan peraturan Bupati tentang RKPK dan Penetapan Renja SKPK

  Bappeda Mgg Is/dIII Bulan Mei

  10 Perumusan rancangan akhir/ finalisasi RKPK Tahun Anggaran 2013

  9 Musrenbang Nasional Bappenas Mgg IV Bulan Aprt s/d mgg I Mei

  Mngg IIs/d III Bulan Aprt.

  8 Musrenbang Aceh Bappeda Aceh

  Sekda Mngg III & IV Bulan Feb s/d mgg

  A Penyusunan Rencana kerja Pembangunan Kabupaten (RKPK) /Rencana

  7 Penyampaian Renja SKPK Tahun Anggaran 2014

  6 Musrenbang RKPK Pidie Jaya Bupati Mngg Is/d II Bulan Mart

  5 Forum SKPK Bupati Mngg IV Bulan Feb.s/d mgg I Mart

  4 Musrenbang Kecamatan Camat Mngg Is/d III Bulan Feb.

  3 Musrenbang Desa/Gampoeng Geuchik Mngg IV Bulan Jan

  Bappeda Mngg III Bulan Jan

  2 Penyusunan Rancangan Awal RKPK/Renja SKPK

  Bappeda Mngg II Bulan Jan

  1 Pembentukan Tim Penyusun RKPK/tahun 2014

  Kerja (RENJA) Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK)

  TAPK Mgg I Bulan Aprt s/d mgg II bulan juni

Tabel 2.1 (Lanjutan)

  20 Penetapan Nota Kesepakatan KUA Perubahan dan PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2013

  26 Penyempurnaan RKA SKPK Tahun Anggaran 2014 oleh TAPK

  TAPK Mgg III Bulan Agst s/d mgg I bulan Sept

  25 Pembahasan RKA SKPK Tahun Anggaran 2014 oleh TAPK

  TAPK Mgg II s/d III Bulan Agst

  24 Penyampaian RKA SKPK Tahun Anggaran 2014 Kepada TAPK

  SKPK Mgg IV Bulan Jul s/d mgg II bulan Agst

  23 Penyusunan RKA SKPK Tahun Anggaran 2014

  22 Penetapan SE Bupati tentang pedoman Penyusunan RKA SKPK Bupati Mgg IV Bulan Jul.

  21 Penyiapan SE Bupati tentang pedoman Penyusunan RKA SKPK DPKAD Mgg III Bulan Jul.

  C Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (RAPBK)

  Mgg II s/d III Bulan Sept

  Bupati /DPRK

  TAPK Mgg IV Bulan Agst s/d mgg I bulan Sept

  13 Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS Tahun Anggaran2014 Kepada Bupati

  19 Penyampaian Rancangan KUA Perubahan dan PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2013 Kepada DPRK

  TAPK Mgg III Bulan Agst

  18 Penyampaian Rancangan KUA Perubahan dan PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2013 Kepada Bupati

  TAPK Mgg III&IV Bulan Jul s/d mgg I&II bulan Agst

  17 Penyusunan Rancangan KUA Perubahan dan PPAS Perubahan Tahun Anggaran 2013

  TAPK Mgg I s/d II Bulan Jul.

  16 Penetapan Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2014

  Bupati/DPRK Mgg III&IV Bulan Jun s/d mgg I bulan Jul.

  15 Pembahasan KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2014

  Bupati Mgg II s/d III Bulan Jun

  14 Penyampaian Rancangan KUA dan PPAS Tahun Anggaran2014 Kepada DPRK

  TAPK Mgg I s/d II Bulan Jun

  SKPK Mgg I s/d II Bulan Sept

Tabel 2.1 (Lanjutan)

  27 Penyusunan dan penyampaian RKA SKPK Mgg II s/d IV Perubahan SKPK Tahun Anggaran Bulan Sept 2013 Kepada TAPK

  28 Penyampaian dan Pembahasan Bupati Mgg III&IV Bulan Rancangan Qanun APBK Parubahan /DPRK Sept s/d mgg I Okt tahun Anggaran 2013 Kepada DPRK

  29 Evaluasi Qanun APBK Perubahan TA DPKAD Mgg I s/d II Bulan 2013 dan Perbup ttg Penjabaran APBK Okt Perubahan dan Evaluasi oleh Gubernur

  30 Penyusunan Rancangan Qanun APBK DPKAD Mgg IV Bulan Sept Tahun Anggaran 2014 s/d mgg I&II bulan

  Okt

  31 Penyampaian Rancangan Qanun APBK Bupati Mgg II s/d III Tahun Anggaran 2014 Kepada DPRK Bulan Okt

  32 Pembahasan Rancangan Qanun APBK Bupati/DPRK Mgg IV Bulan Okt Tahun Anggaran 2014 s/d mgg III bulan Nov.

  33 Persetujuan bersama antara DPRK Bupati/DPRK Mgg III bulan Nov. dengan Bupati tentang Rancangan Qanun APBK Tahun Anggaran 2014 34 Evaluasi Qanun APBK tahun Anggaran DPKAD Mgg IV bulan Nov.

  2014 dan peraturan Bupati ttg Penjabaran APBK oleh Gubernur 35 Penyempurnaan rancangan Qanun DPKAD Mgg IV bulan Nov.

  APBK berdasarkan hasil evaluasi

  36 Penetapan Qanun APBK dan Perbub Bupati Mgg I bulan Des tentang penjabaran APBK Tahun Anggaran 2014 37 Publikasi APBK Tahun Anggaran 2014 Bupati Mgg II bulan Des.

  38 Penetapan DPA-SKPK Tahun Sekda Mgg III s/d IV Anggaran 2014 bulan Des.

  Sumber : Bappeda Pidie Jaya

  Siklus APBD terdiri dari empat tahap, yaitu 1) tahap penyusunan yang terdiri dari perencanaan dan penganggaran, 2) tahap pembahasan dan penetapan, 3) tahap pelaksanaan dan 4) tahap pertanggung jawaban APBD. Dari keseluruhan ini, tahap PUG)

2.3. Anggaran

2.3.1 Pengertian Anggaran

  Dari segi pengertian, anggaran didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai ahli.Munandar (2002), Anggaran ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

  Menurut Munandar (2007) Anggaran merupakan suatau hasil kerja (out put) yang dituangkan dalam sebuah naskah tulisan yang disusun secara sistematis dan teratur

  Menurut Jones & Pendlybury dalam Ikhsan (2007) Anggaran adalah suatu alokasi sumber daya yang dibuat secara terencana, menganai berbagai hal atau aktifitas yang akan dilakukan pada masa yang akan datang, yang didasarkan pada sejumlah variabel penting, yang ditujukan untuk mencapai sejumlah tujuan tertentu, antara penerimaan yang diperkirakan dengan pengeluaran yang direncanakan, serta menjadi suatu dasar atau basis untuk mengukur dan mengontrol pengeluaran dan pendapatan. yang disediakan untuk mencapai hasil tersebut yang dinyatakan dalam kesetuan uang (Hasibuan.M SP 2010).

  Menurut Kumorotomo dan Purwanto (2005), anggaran suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah (Budi M 2010).

  Seperti yang diamanatkan Undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 170 ayat (1,2,3). (1) Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya gunauntuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. (2) Unsur-unsur pembiayaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas sumber pembiayaan, alokasi, dan pemanfaatan. (3) Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain

  Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 7 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang disetujui oleh APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan yang setiap tahunnya ditetapkan dengan undang-undang dan di dalamnya terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

2.3.2 Jenis-jenis Penganggaran

  Anggaran dapat disususn dengan beberapa cara. Cara penyusunan anggaran ini biasanya didasarkan pada berbagai langkah, prosedur, aktivitas, atau cara penyusunan yang digunakan, yang kemudian akan menentukan jenis anggaran tersebut. Ada beberapa jenis anggaran yang penyusunannya didasarkan pada berbagai aspek, seperti (1) line item budgeting anggaran yang penyusunannya didasarkan pada item-item pengeluaran yang dilakukanuntuk membiayai berbagai aktivitas tertentu yang dilaksanakan Pemda. (2) peformance budgeting anggaran yang penyusunannya didasarkan pada hasil yang ingin diperoleh dari setiap aktivitas yang akan dilakukan dengan anggaran yang tersusun tersebut. (3) program budgeting anggaran yang penyusunannya didasarkan pada program-pogram yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi pada periode yang akan datang. (4) zero based budgeting anggaran yang penyusunannya didasarkan pada asumsi bahwa segala kegiatan atau aktivitas organisasi dimulai dari awal. (5) mission driven budget anggaran yang disusun dengan berdasarkan pada misi yang akan dijalakan oleh suatau organisasi

  Menurut Ikhsan (2007) yang mengutip pendapat Woelfel (1987) Jenis-jenis anggaran negara yang umum digunakan adalah.

  a. Incrumental budget atau line item budget dibanding dengan jenis anggaran yang lain. Jenis anggaran ini mengunakan pendekatan objek pengeluaran dalam penganggaran. Anggaran incremental menunjukan kategori line item pengeluaran yang harus dilakukan sepanjang tahun.

  

Line item budgeting merupakan unit-unit pengeluaran yang mengacu pada suatu

  departemen atau bagian-bagian tertentu dalam organisasi. Anggaran ini lebih menekankan pada objek pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan dapat berupa pendapatan dari pajak, restribusi, dan bantuan (grant) maupun pinjaman (loan). Sedangkan pengeluaran dapat berupa belanja pegawaiatau gaji, belanja peralatan, belanja perlengkapan, biaya perjalanan dan sebagainya.

  Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan (b) struktur dan susunan angan yang bersifat line-item. Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah: (c) cendrung sentralistik;(d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan (i) menggunakan prisnsip anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak mampu mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan.

  Anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi tentang besarnya rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan pengguna anggaran (Mardiasmo, 2004)

  Suatu struktur anggaran yang berfokus pada aktivitas atau fungsi penciptaan suatu produk atau hasil dan dari mana sumber daya digunakan, serta menunjukan proses penganggaran yang berkaitan antara tujuan organisasi dengan penguna sumber daya (Ikhsan 2007 dalam Woelfen 1987:36). Anggaran ini pada prinsipnya terfokus pada peningkatan efisiensi dangan cara pengklarifikasian aktivitas dan pengukuran biaya (cost). Komponen yang biasanya terdapat dalam sistem anggaran ini adalah klasifikasi aktivitas, pengukuran kinerja, dan laporan kinerja. Namun permasaalahan utama dari sistem angaran ini adalah kesulitan untuk menentukan kriteria kinerja yang sesuai atau cocok.

  Kelemahan anggaran berbasis kinerja dibandingkan dengan line item

  

budgeting: (1) Jika diterapkan secara agregat pada tingkat regional atau nasional,

  estimasi target indikator kinerja tidak lebih baik daripada line item budget; (2) Indikator kinerja, terutama indikator outcome, manfaat dan dampak, dari aktivitas atau pelayanan instansi pemerintah tidak selalu mudah diidentifikasi; (3) Anggaran berbasis kinerja sesuai untuk aktivitas jangka pendek tetapi kurang sesuai untuk aktivitas jangka panjang. Anggaran berbasis kinerja terpaksa harus muncul beberapa kali untuk dapat menunjukkan outcome, manfaat, dan dampak seperti yang diharapkan.

  Sebagian dari proses perencanaan, anggaran berbasis kinerja tidak bisa dipisahkan dari hasil perencanaan lainnya, baik perencanaan yang mendahului penyusunan anggaran, seperti perencanaan strategis (strategic planing) dan lanjut pelaksanaan anggaran, seperti penyusunan tim pelaksana (staffing) dan penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan (scheduling). Anggaran harus mencerminkan butir-butir perencanaan strategis seperti visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan umum organisasi, maupun butir-butir perencanaan pasca- penganggaran, seperti pedoman penyusunan tim pelaksana dan jadwal kegiatan. Dengan karakteristik tersebut, anggaran tidak saja memiliki fungsi perencanaan, tetapi juga fungsi koordinasi vertikal dan horizontal untuk merealisasi berbagai rencana organisasi.

  c. Planning programing budgeting system/PPBS

  Merupakan teknik manejarial yang didesain untuk memadukan proses perencanaan dengan pengalokasian dana dengan cara sedemikaian rupa sehingga sulit untuk mengalokasikan dana tanpa ada perencanaan (Ikhsan 2007 dalam woelfen 1987:36). PPBS menekan pada kinerja performance, seperti ouput dan efisien.

  d. Zero base budgeting/ZBB

  Teknik anggaran ini memulai prose penyusunan anggrannya dengan mengasumsikan lembaga berada pada kondisi nol, meskipun organisasi telah beroperasi sekian lama. Karena itu sumber-sumber dana yang ada tidak harus dialokasikan seperti tahun-tahun sebelunya. Semua jenis dan jumlah penerimaan maupun pengeluaran harus dievaluasi kembali. ZBB merupakan suatu teknik anggaran yang dapat melakukan respon cepat terhadap tutuntan masyarakat dan karena dianggap lebih mampu mengalokasikan sumber-sumber daya secara efektif. pengambil keputusan decision units. (2) mengalisis unit-unut pengambil keputusan dikaitkan dengan paket paket keputusan atau paket-paket kegiatan decision packages (3) mereview atau menganalisis dan membuat rangking terhadap dicision packages yang telah dibuat untuk mengembangkan kelengkapan usul (4) menyiapkan anggaran secara rinci sehingga mencerminkan keputusan yang disetujui dalam kelengkapan usul.

  Keunggulan sisten ZBB antara lain: (1) Tidak mengasumsikan bahwa polaalokasi tahun-tahun sebelum nya dapat digunakan sebagai dasar untuk pola alokasi untuk tahun-tahun yang akan datang. Karna itu evaluasi terus-menerus dapat dilakukan, sehingga alokasi dana dapat berjalan lebih efektif dan dapat menghindari terjadinya pemborosan anggaran. (2) Menghasil suatu sistem informasiyang lebih baik. (3) Mengikut sertakan lower level pada proses pembuatan anggaran. (4) dapat melakukan penyesuian-penyesuian adjusment yang diperlukan karena terjadi perubahan-perubahan pada sumber dana/apakah berkurang atuakah bertambah

  Kelemahan sistem ZBB adalah: (1) Sistem anggaran ini terlalu sempurna, memakan waktu, tenaga biaya yang sangat besar untuk menyusunnya, sehingga bisa terjadi suatu kantor atau unit pemerintah sepanjang tahun kegiatannya hanya membuat atau mempersiapkan anggaran saja. (2) Tidak rasional, karena banyak pola pengeluaran yang sebenarnya sama dengan pola pengeluaran pada tahun-tahun sebelumnya/terutama pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya rutin.

  Proses perencanaan anggaran dimulai dari Musrenbang, Musrenbang adalah forum musyawarah perencanaan pembangunan, musrenbang dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat (Bappeda)

  Musrenbang desa/kelurahan adalah forum musyawarah perencanaan pembangunan tahunan Kelurahan yang melibatkan para pelaku pembangunan di Kelurahan, memiliki tujuan: a) menampung dan menetapkan prioritas kebutuhan masyarakat yang diperoleh dari musyawarah perencanaan pada tingkat bawahnya, b)menetapkan prioritas kegiatan Kelurahan yang akan dibiayai melalui alokasi dana Kelurahan yang berasal dari APBD Kabupaten maupun sumber dana lainnya, c)menetapkan prioritas kegiatan yang akan diajukan untuk dibahas pada Musrenbang Kecamatan.

  Musrenbang kecamatan merupakan forum musyawarah antar para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati langkah-langkah penanganan program kegiatan prioritas yang tercantum dalam daftar usulan rencana kegiatan pembangunan desa/kelurahan yang diintegrasikan dengan prioritas pembangunan daerah kabupaten/kota di wilayah kecamatan, yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten dan dilaksanakan oleh camat.

  Musrenbang Kecamatan diselenggarakan untuk: a) membahas dan menyepakati usulan rencana kegiatan pembangunan desa/kelurahan yang menjadi kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan yang bersangkutan, b) membahas dan menyepakati kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan pengelompokan kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan berdasarkan tugas dan fungsi SKPD kabupaten/kota.

  Forum SKPD atau forum gabungan SKPD adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD, serta menyusun dan menyempurnakan Renja SKPD, yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait.

  Forum SKPD dan/atau forum gabungan SKPD bertujuan untuk, a) mensinergikan prioritas program dan kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan rancangan Renja SKPD, b) menetapkan prioritas program dan kegiatan pembangunan dalam Renja SKPD, c) Menyesuaikan prioritas Renja SKPD dengan alokasi anggaran indikatif SKPD yang tercantum dalam rancangan awal RKPD dan d) Mengidentifikasi efektivitas regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD.

  Musrenbang Kabupaten atau musrenbang RKPD kabupaten/kota merupakan wahana antar pihak-pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan kegiatan pembangunan daerah kabupaten/kota sebagai perwujudan dari pendekatan partisipatif perencanaan pembangunan daerah.

  Musrenbang SKPD kabupaten/kota bertujuan: a) menyelaraskan prioritas dan sasaran pembangunan daerah kabupaten/kota dengan arah kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan daerah provinsi, b) mengklarifikasi usulan program dan kabupaten/kota pada musrenbang RKPD kabupaten/kota di kecamatan dan/atau sebelum musrenbang RKPD kabupaten/kota dilaksanakan, dan c) mempertajam indikator kinerja program dan kegiatan prioritas daerah kabupaten/kota; dan menyepakati prioritas pembangunan daerah serta program dan kegiatan prioritas daerah

Gambar 2.1 Proses Perencnaan Anggaran Daerah

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah (Budi M 2010).

  Menurut Asludin (2008) yang mengutip pendapat Cheema dan Rondinelli (1983), mendefinisikan desentralisasi sebagai perpindahan kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan pemerintah serta manajemen dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ke tingkat daerah. Pendapat lain yang mengaitkan desentralisasi dengan kekuasaan dikemukakan oleh Smith (1985), yakni desentralisasi sebagai pola hubungan kekuasaan di berbagai tingkat pemerintahan.

  Menurut Dwiyanto (2003), desentralisasi dalam realisasinya diwujudkan ke dalam bentuk otonomi daerah sering dimaknai sebagai kepemilikan kekuasaan untuk menentukan nasib sendiri dan mengelolanya untuk mencapai tujuan yang telah disepakati beresama.Pemaknaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri inilah yang sesungguhnya merupakan prinsip yang esensial dalam memahami otonomi daerah. Dengan kata lain, salah satu makna yang selalu melekat dalam otonomi daerah adalah pembagian kekuasaan antar berbagai level pemerintahan.

  Pada Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dikatakan desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah Pusat kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Desentralisasi dapat memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang sangat bersifat struktur dari pemerintah pusat. Tingkat pemahaman serta sensitifitas terhadap kebutuhan daerah akan meningkat, hubungan kebijakan yang lebih realistis (Syaukani, 2002).

2.4. Kebijakan Publik (Public Policy)

2.4.1. Pengertian

  Pada dasarnya banyak para ahli yang mengemukakan defenisi tentang kebijakan public, antara lain adalah (Winarno,2002) : a.

  Thomas R. Dye, menyarankan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan; b.

  Richard Rose , menyarankan bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensi konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri c.

  William N. Dunn, mengatakan bahwa kebijakan public adalah suatu rangkaian pilihan – pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang – bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan, dan lain – lain; d. James Anderson, kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan ;

  Carl Friedrich, memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu; f.

  Sholichin Abdul Wahab mengajukan definisi dari W.I Jenkis yang merumuskan kebijaksanaan publik sebagai “a set of interrelated decisions

  taken by a political actor or group of actors concerning the selection of goals and the means of achieving them within a specified situation where these decisions should, in prinsiple, be within the power of these actors to achieve”

  (serangkaian keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh seorang aktor politik atau sekolompok aktor politik berkenaan dengan tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi dimana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut). Dari berbagai definisi kebijakan publik diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik, kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah atau Negara yang berorientasi dengan kepentingan publik.

  Jenis-jenis kebijakan publik sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di pasal 7 menjelaskan jenis dan hirarki Peraturan Perundang-undangan yaitu Undang-Uundang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Peraturan Daerah.

  Anderson dalam Pasolong ( 2008 ), mengemukakan jenis-jenis kebijakan yaitu : a.

  Kebijakan substantif vs kebijakan prosedural Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan pemerintah, seperti kebijakan subsidi bahan bakar minyak (BBM), sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dilaksanakan; b.

  Kebijakan distributif vs kebijakan regulatori vs kebijakan redistributif Kebijakan distibutif menyangkut distribusi pelayanan atau pemamfaatannya pada individu atau masyarakat.Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau sekelompok orang. Kebijakan redistributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan pendapatan, kepemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat;

  Kebijakan material dan kebijakan simbolis.

  Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan mamfaat simbolis pada kelompok sasaran; d. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum ( Public Goods ) dan barang privat ( Private Goods ).

  Kebijakan public goods adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur pemberian barang atau pelayanan publik.Sedangkan kebijakan private goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.

2.4.3. Analisis Kebijakan Publik

  Analisis kebijakan adalah suatu bentuk analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian sehingga dapat memberi landasan dari pembuat kebijakan dalam membuat keputusan. Tujuan analisis kebijakan adalah menyediakan informasi bagi pembuat kebijakan yang digunakan sebagai pedoman pemecahan masalah kebijakan secara praktis, menghasilkan informasi mengenai nilai dan arah tindakan yang lebih baik dan meliputi evaluasi kebijakan dan anjuran kebijakan (Dunn, 2003).

  William N. Dunn menggambarkan penggunaan komponen-komponen prosedur metodologi dalam melaksanakan analisis suatu kebijakan dalam suatu sistem. kebijakan tersebut adalah perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Melakukan analisis kebijakan berarti menggunakan kelima prosedur metodologi tersebut dalam proses kajiannya.

  2.4.4. Kebijakan Kesehatan

  Kebijakan Kesehatan (Health Policy) adalah segala sesuatu untuk memengaruhi faktor – faktor penentu di sektor kesehatan agar dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat; dan bagi seorang dokter kebijakan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan layanan kesehatan.

  Kebijakan kesehatan memiliki peran strategis dalam pengembangan, pelaksanaan program kesehatan, sebagai panduan bagi semua unsur masyarakat dalam bertindak dan berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan. Melalui perancangan dan pelaksanaan kebijakan kesehatan yang benar, diharapkan mampu mengendalikan dan memperkuat peran stakeholders guna menjamin kontribusi secara maksimal, menggali sumber daya potensial, serta menghilangkan penghalang pelaksanaan pembangunan kesehatan.

  2.4.5. Kerangka Konsep dalam Kebijakan Kesehatan

  Pendekatan sederhana dengan suatu tatanan hubungan yang kompleks dinyatakan sebagai segitiga analisis kebijakan yang menunjukkan kesan bahwa keempat faktor dapat dipertimbangkan secara terpisah. Keuntungan Analisis Kebijakan adalah kaya penjelasan mengenai apa dan bagaimana hasil (outcome) dan mengimplementasikan dengan lebih efektif.

  Skema segitiga analisis kebijakan dapat dilihat pada gambar berikut;

   Konteks Isi / Content Proses

  • Individu - Grup - Organisasi

Gambar 2.1. Segitiga Analisis Kebijakan

  Sumber : Walt and Gilson ( 1994 )

  Lechter ( 1979 ) menyatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kebijakan kesehatan adalah : a.

  Faktor situasional Faktor situasional merupakan kondisi yang tidak permanen atau khusus yang dapat berdampak pada kebijakan.

  b.

  Faktor struktural Faktor struktural merupakan bagian dari masyarakat yang relatif tidak berubah.Faktor ini meliputi sistem politik, mencakup pula keterbukaan sistem tersebut dan kesempatan bagi warga masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembahasan dan keputusan kebijakan.

  Actor

2.4.6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebijakan Kesehatan

  Faktor budaya Faktor budaya dapat memengaruhi kebijakan kesehatan karena dalam masyarakat dimana hirarki menduduki tempat penting, akan sangat sulit untuk bertanya atau menantang pejabat penting atau pejabat senior.

  d.

   Faktor internasional atau exogenous

  Faktor internasional yang menyebabkan meningkatnya ketergantungan antar negara dan memengaruhi kemandirian dan kerjasama internasional dalam kesehatan.Meskipun banyak masalah kesehatan berhubungan dengan pemerintah nasional, sebagian dari masalah itu memerlukan kerjasama organisasi tingkat nasional, regional dan multilateral. Menurut Kepmenkes No 1653//2005 Tentang Pedoman Penanganan Bencana

  Bidang Kesehatan, ada 3 (tiga) kebijakan yang dapat diambil: 1.

  Dalam penangan bencana bidang kesehatan pada prinsipnya tidak dibentuk sarana prasarana secara khusus, tetapi mengunakan sarana dan prasarana yang telah ada, hanya intensitas kerja ditingkatkan denagan memberdayakan sumua sumberdaya pemerintah kabupaten/kota dan serta masyarakat dan unsur swasta sesuai dengan ketentuan dan peratutran yang berlaku.

  2. Dalam hal terjadinya bencana, pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan sarana kesehatan, tenaga kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan yang tidak dapat diatasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota setempat,maka Dinas kesehatan kabupaten/kota terdekat harus memberi bantuan, selanjutnya secara berjenjang merupakan tanggung jawab dinas kesehatan dan pusat.

  Setiap kabupaten/kota berkewajiban membentuk satuan tugas kesehatan yang mampu mengatasi masalah kesehatan pada penanganan bencana diwilayahnya secara tewrpadu berkordinasi dengan Satlak PB.

2.5. Kesehatan

2.5.1. Pengertian Kesehatan

  Kesehatan adalah keadaan sehat, baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU no 36 tahun 2009)

  Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not

merely the absence of diseases or infirmity ” Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa

  suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947) “ Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan (Djekky, Infodari.com 2013)

  Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan (Djekky, Infodari.com 2013).

  (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.

  Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk

  memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual (Djekky, Infodari.com, 2013).

  Pender (1982 )Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural (Djekky, Infodari.com, 2013).

2.5.2. Pembiayaan kesehatan

  Klarman (1964) dalam Lubis, A F (2009), mengatakan bahwa ekonomi kesehatan itu merupakan aplikasi ekonomi dalam bidang kesehatan. Secara umum ekonomi kesehatan akan berkonsentrasi pada industri kesehatan. Ada 4 bidang tercakup dalam ekonomi kesehatan yaitu: (1) Peraturan atau regulation. (2) Perencanaan atau planning. (3) Pemeliharaan kesehatan, organisasi atau the health

  maintenance . (4) Analisis cost dan benefit

  Desentraliasi memberi warna tersendiri terhadap model pembiayaan kesehatan di Indonesia. Sebelum desentralisasi, alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan model negoisasi ke provinsi-provinsi. Ketika sifat big-bang kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba-tiba

  (Siddik, 2002).

  Pembiayaan kesehatan di Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok besar: (1) Pemerintah, (2) Bantuan/pinjaman Luar Negeri (donor), dan (3) Rumah tangga/swasta. Pada era desentralisai disoroti salah satu fungsi pemerintah sebagai sumber pembiayaan, termasuk di antaranya sumber Luar Negeri yang disalurkan melalui pemerintah. Sumber pembiayaan pemerintah dibagi menjadi: (1) Pemerintah pusat dan dana dekonsentrasi; (2) Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi); (3) Pemerintah kabupatenkota melalui skema dana pemerintah Kabupaten/Kota (PAD ditambah dana desentralisasi DAU Kabupaten/Kota dan DAK Kabupaten/Kota) (Pemerintah RI, 1999).

  Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana Pasal 63 dan 69 ayat (4) mengamanatkan perlunya menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah tentang anggaran dan pengelolaan bantuan bencana ini mengatur beberapa hal penting antara lain sumber dana, alokasi dana, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggung jawaban pada tahap pra bencana, saat tanggap darurat dan pasca bencana. a. Pendapan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah (PAD), adalah dana yang berasal dari suatu daerah

  (Kabupaten/Kota) yang berasal dari pungutan yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Keaungan Daerah, disahkan sebagai penghasilan asli daerah tersebut, dan digunakan/dialokasikan untuk kepentingan dan kebutuhan daerah, tanpa ada campur tangan instansi pemerintah yang lebih tinggi, provinsi ataupun pusat (Harbianto danTrisnantoro, 2004)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam UU No.33/2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, merupakan pendapatan yang diperoleh dan digali dari potensi pendapatan di daerah, meliputi: Pendapatan Asli Daerah (PAD), sumber- sumber PAD adalah: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah berupa (hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; jasa giro, pendapatan bunga, pendapatan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan lain-lain).

  b. Dana perimbangan Dana perimbangan antara pusat dan daerah meliputi: (1) dana bagi hasil; dana bagi hasil bersumber dari pajak terdiri dari: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea

  Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan (PPh). Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam terdiri dari: kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi dan gas, pertambangan panas bumi. sistem administratif,dimana daerah dituntut lebih otonom dalam menjalankan pemerintahan dankeuangan daerahnya. Kemampuan satu daerah dengan daerah lainnya tidaksama. Untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusatmemberikan kebijakan transfer kepada daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) (Siddik, 2002).

  Dana Alokasi Khusus (DAK) .Dana Alokasi Khusus Non-reboisasi Bidang Kesehatan, Dana Alokasi Khusus Non-reboisasi Bidang Kesehatan Dana desentralisasi lainnya untuk bidang kesehatan adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) non-reboisasi. Dana ini dipakai untuk membiayaiupaya peningkatan akses dan kualitas kesehatan masyarakat di Kabupaten/Kota, misalnya rehabilitasi gedung puskesmas, pengadaan puskesmas keliling, dan kendaraan. Prinsipnya, pengalokasian dan alokasi khusus diprioritaskan untuk daerah yang memiliki kemampuan fisik rendah atau di bawah rata-rata Provinsi lain. Propinsi Papua, Provinsi Aceh, Kawasan Timur Indonesia (=KTI, Katimin), wilayah perbatasan, daerah pesisir dan kepulauan, daerah pascakonflik, daerah hilir aliran sungai rawan banjir, dan daerah terpencil (Bhisma Murti. LaksonoTrisnantoro,dkk, 2006). (4) lain-lain pendapatan, terdiri atas pendapatan hibah dan dana pendapatan darurat.

  Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan bencana nasional atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber APBD (Prasojo E 2007).

2.6.1. Pengertian Bencana

  Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU no 24 tahun 2007).

  Menurut Federasi Internasional Surveyor (2006) Bencana bisa disebabkan oleh alam atau disebabkan buatan manusia. Bencana alam yang disebabkan oleh iklim sangat bervariasi sehingga menyebabkan kelaparan, kekeringan, dan pemanasan global. Hal ini jugaberhubungan denganbanjir, gempa bumi, seperti serangan angin topanChinook, badai, topanantara lain (Albert A.A, 2011).

  Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak/tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat dan luar biasa untuk menolong dan menyelamatkan korban yaitu manusia serta lingkungan (kepmenkes no1653/2005).

  Dari sudut pandang ekonomi, bencana berarti kombinasi dari bermacam kerugian, sumber daya manusia, fisik, dan keuangan, dan penurunan kegiatan ekonomi seperti penghasilan, investasi, konsumsi, produksi, dan lapangan kerja dalam perekonomian "nyata" (Albert A.A, 2011). kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar (Kepmenkes No 1357/2001)

2.6.2. Jenis-jenis Bencana

  Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor.

  a. gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan oleh pergeseran/pergerakan pada bagiana dalam bumi (kerak bumi)secara tiba-tiba b. Tsunami adalah rangkaian gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan inpulsif dari dasar laut c. Gunung meletus merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dengan istilah

  ”erupsi”

  d. Banjir merupakan limpah air yang melebihi tinggi muka air normal, sehingga melimbas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai.

  e. Angin topan merupakan pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi diwilayah tropis diantara balik utara dan selatan, kecuali daerah-daerah yang sangat dekat dengan khatulistiwa. ataupun campuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau bebatuan penyusun lereng Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit, epidemi dan wabah penyakit adalah kejadian terjangkitnya suatau penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secaranyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (Permenkes RI no1501 th 2010).

  Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Partisipasi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Bayi di Desa Wilayah Pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2013

4 94 98

Analisis Proses Perencanaan Anggaran Dinas Kesehatan untuk Penanggulangan Bencana di Kabupaten Pidie Jaya Tahun 2013

1 63 143

Proses Perencanaan Program Penanggulangan Penyakit TB paru di Kabupaten Langkat Tahun 2004

0 36 119

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hamil Usia Dini - Analisis Faktor yang Memengaruhi Kehamilan Usia Dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013

1 2 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Partisipasi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Bayi di Desa Wilayah Pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2013

0 0 10

Pengaruh Peran Petugas Kesehatan terhadap Partisipasi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Bayi di Desa Wilayah Pegunungan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2013

0 0 17

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bencana Alam 2.1.1. Defensi Bencana Alam - Analisis Kesiapsiagaan Perawat dalam Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan Akibat Bencana Alam di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang

0 1 38

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanah Longsor 2.1.1. Pengertian Tanah Longsor - Hubungan Faktor Koordinasi dan Motivasi Kerja Petugas Penanggulangan Bencana terhadap Kesiapsiagaan Bencana Tanah Longsor di Kecamatan Linge Kabupaten Aceh Tengah Tahun 2011

0 0 47

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan Antenatal 2.1.1. Pengertian Antenatal - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Bidan Desa tentang Pelayanan Antenatal di Kabupaten Pidie tahun 2014.

0 0 46

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Intervensi kesehatan - Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Dairi Tahun 2012

0 1 32