BAB II KERANGKA TEORI Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori untuk pemecahan masalah yang akan dilakukan. Oleh karena itu pada bagian dibawah ini akan dikemukakan teori – teori yang menggambarkan kerangka pemikiran yang digunakan dalam pene

BAB II KERANGKA TEORI Kerangka pemikiran teoritis memberikan beberapa teori untuk pemecahan

  masalah yang akan dilakukan. Oleh karena itu pada bagian dibawah ini akan dikemukakan teori – teori yang menggambarkan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

  Definisi Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasaya untuk lima tahun kedepan, dan karenanya berorientasi ke masa depan. Menurut Hamel dan Phalad dalam Porter (2001: 12) “strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat (incremental) dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan.

  Pengelompokan strategi berdasarkan 3 (tiga) tipe strategi menurut Rangkuti (2004 : 6), yaitu Strategi Manajemen, Strategi Investasi, dan Strategi Bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya.

  Strategi Investasi merupakan strategi yang berorientasi pada Investasi, misalnya apakah perusahaan ini melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi diinventasi dan sebagainya.

  Strategi bisnis ini juga disebut strategi bisnis fungsional karena bisnis ini berorientasi kepada fungsi – fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi yang berhubungan dengan keuangan.

2.1.2 Perumusan strategi

  Menurut Rangkuti (2004) perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Perubahan lingkungan eksternal yang datang dari pesaing maupun dari iklim bisnis mempunyai hubungan pada internal perusahaan. Maka, dalam perumusan strategi perlu dilakukan analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal.

  1. Analisis Lingkungan Internal Faktor - faktor lingkungan internal, yaitu sumberdaya manusia, sumber daya keuangan, sumber daya pemasaran. Hasil analisis lingkungan internal, dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan utama dari perusahaan. Kekuatan adalah faktor – faktor yang menggambarkan keunggulan bersaing potensial di pasar – pasar sasaran. Kelemahan adalah faktor – faktor yang merupakan kelemahan bersaing potensial.

  2. Analisis Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal perusahaan memiliki peranan yang penting dan berhubungan dalam menentukan peluang, ancaman dan kelemahan yang dihadapi oleh perusahaan. Salah satu faktor eksternal ialah faktor lingkungan industri. Terdapat lima kekuatan yang mempengaruhi persaingan industri menurut Porter (2001). Daya tawar pembeli, daya tawar pemasok, pesaing sejenis, produk subtitusi dan ancaman pesaing baru.

2.2 Strength, Weakness, Opportunity, and Treaths (SWOT)

  Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan (Kotler 2009: 51). Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (Strengths – Weaknesses – Opportunities –

  Threats – SWOT) adalah sebuah alat percocokan yang penting yang membantu

  para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu Strategi SO (Kekuatan – Peluang Strength – Opportunities), Strategi WO ( Kelemahan – Peluang

  Weaknesses – Opportuities), Strategi ST (Kekuatan – Ancaman Strength – Threats), dan Strategi WT (Kelemahan – Ancaman Weaknesses – Treats).

  Strategi SO memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

  Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang – peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.

  Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.

  Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar- benar dalam posisi yang membahayakan. Langkah – langkah dalam membentuk sebuah Matriks SWOT yakni yang pertama membuat daftar peluang – peluang eksternal utama perusahaan, daftar ancaman – ancaman eksternal utama perusahaan, daftar kekuatan – kekuatan internal utama perusahaan, daftar kelemahan – kelemahan internal utama perusahaan, kemudian cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi SO, cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi WO, cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi ST, cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi WT.

2.3 Teori Penjualan

2.3.1 Pengertian Penjualan

  Pengertian penjualan menurut Kotler (2006,p.457): Penjualan merupakan sebuah proses dimana kebutuhan pembeli dan kebutuhan penjual dipenuhi, melalui antar pertukaran informasi dan kepentingan.

  Penjual dituntut untuk memiliki bakat seni serta keahlian untuk mempengaruhi orang lain dalam menjual. Ada defenisi lain tentang penjualan yang dikemukakan oleh Henry Simamora (2000: 24) Penjualan adalah pendapatan lazim dalam perusahaan dan merupakan jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa.

  Chairul Marom (2002: 28) menyatakan bahwa Penjualan artinya penjualan barang dagangan sebagai usaha pokok perusahaan yang biasanya dilakukan secara teratur.

  Faktor – faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Swastha (2005: 406) yaitu kondisi dan kemampuan penjual, transaksi jual beli merupakan pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa, pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Disini penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat mencapai sasaran penjualan yang diharapkan.

  Faktor lain yang mempengaruhi penjualan yaitu Kondisi Pasar, pasar sebagai kelompok pembelian atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualanan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualan.

  Modal, modal juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi penjualan, penjual akan merasa kesulitan untuk menjual barangnya jika barang yang dijual belum dikenal oleh konsumen atau jika lokasi pembeli jauh dari tempat penjual. Dengan keadaan seperti ini, maka penjual harus memperkenalkan terlebih dahulu atau membawa barangnya ke tempat pembeli. Untuk menjalankan tujuan tersebut, maka diperlukan adanya sarana pendukung dan alat transportasi.

  Usaha promosi dan sebagainya semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal yang diperlukan oleh perusahaan.

  Faktor terakhir yang mempengaruhi penjualan yakni Kondisi Organisasi Perusahaan, pada perusahaan besar biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan yang dipegang orang-orang tertentu atau ahli bidang penjualan.

  Lain halnya dengan perusahaan kecil, yang mana masalah-masalah penjualan yang ditangani orang-orang yang juga melakukan fungsi lain. Hal ini disebabkan oleh tenaga kerjanya yang lebih sedikit. Sistem organisasi juga lebih sederhana masalah-masalah yang dihadapinya juga tidak sekompleks perusahaan besar biasanya masalah perusahaan ini ditangani oleh perusahaan dan tidak diberikan kepada orang lain.

  Faktor – faktor lainnya, faktor-faktor lain yang sering mempengaruhi penjualan yaitu periklanan, peragaan, kampanye, dan pemberian hadiah. Namun untuk melaksanakannya diperlukan dana yang tidak sedikit. Bagi perusahaan yang memiliki modal yang kuat kegiatan ini secara rutin dapat dilakukan sebaliknya perusahaan kecil jarang melakukan karena memiliki modal sedikit.

2.3.2 Objek Penjualan

  Bagi seorang penjual agar berhasil dalam menjalankan tugasnya, perlu mengetahui tujuan serta bidang pekerjaan yang harus dilakukannya, adapun yang menjadi obyek penjualan adalah Diri Penjual, seorang penjual sebelum melakukan penjualan, ia harus mengetahui keadaan dirinya menyangkut keadaan fisik, pendengaran, penglihatan, nada suara, cara berbicara dan sebagainya. Objek penjualan selanjutnya yaitu barang yang akan dijual, sebelum penjual melakukan penjualannya maka penjual perlu mempelajari terlebih dahulu keadaan, sifat dan guna barang tersebut. Keadaan pembeli atau langganan termasuk dalam objek penjualan, langganan merupakan jiwa perusahaan, maka mereka harus diperlakukan seperti raja. Artinya mereka harus mendapat pelayanan yang baik sehingga menyenangkan dan memuaskan.

  2.3.3 Tujuan Penjualan

  Kegiatan penjualan adalah kegiatan yang penting, karena dengan adanya kegiatan penjualan, maka akan terbentuk laba yang dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

  Tujuan umum penjualan yang dimiliki oleh perusahaan yaitu, mencapai volume penjualan, mendapat laba yang maksimal dengan modal sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan suatu perusahaan, Swastha (2005: 404).

  2.3.4 Fungsi Penjualan Sukses atau tidaknya suatu perusahaan banyak ditentukan oleh penjualan.

  Oleh sebab itu fungsi penjualan dikatakan merupakan top function dari pada usaha di mana ditentukan selisih antara input dan output.

  Dapat dikatakan bahwa profit adalah merupakan elemen atau alat untuk mengukur efisiensi dan juga untuk mengukur risk bearing. Dengan adanya elemen- elemen tersebut maka profit adalah merupakan suatu keharusan (Buchari 2007: 15).

  Profit terebut bukan hanya timbul timbul dalam susunan masyarakat yang kapitalis atau liberal saja, tetapi juga penting di dalam suatu Negara yang mempunyai struktur sosialistis.

  2.4 Pengertian Volume Penjualan

  Menurut Kotler (2000) barang yang terjual dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya mempunyai strategi pelayanan yang baik. Menurut Henry Simamora (2002 :575) volume penjualan adalah jumlah unit produk dan jasa yang dapat dijual. Mulyadi (2001 : 239) mendefenisikan volume penjualan merupakan ukuran yang menunjukan banyaknya atau besarnya jumlah barang yang terjual.

  Jika volume penjualan meningkat dan biaya distribusi menurun, maka tingkat pencapaian laba perusahaan meningkat, tetapi sebaliknya bila volume penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga menurun.

  2.5 Pengertian Ritel

  Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang dijalankan, maka ritel menunjukkan upaya untuk memecah barang atau produk yang dihasilkan dan didistribusikan oleh manufaktur atau perusahaan yang dalam jumlah besar dan massal untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akhir dalam jumlah kecil sesuai dengan kebutuhannya.

  Bisnis Ritel dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan untuk penggunaan bisnis. Bisnis ini berkaitan erat dengan pemasok.

Dokumen yang terkait

BAB 11 teori akuntansi

0 5 7

BAB II teori akuntansi

0 12 13

Deskripsi Singkat : membahas tentang pemahaman teori dan isu yang ada dalam

1 0 15

Tahap VII masuk ke Bab mengenai teori. Di sini teori yang ditulis adalah teori dari buku (bahan referensi) yang benar-benar digunakan untuk memecahkan masalah. Perlu diketahui software (bahasa pemrograman) bukan teori, sehingga tidak perlu dimasukkan seba

0 1 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap Penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masala

0 0 26

II.1 Kerangka Teori Teori merupakan seperangkat proposisi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu. Proposisi-proposisi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep yang terjalin dalam bentuk hubungan sebab-akibat. Adapu

0 0 20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari

0 2 38

BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini menjelaskan mengenai teori kepemimpinan dan gaya - Gaya Kepemimpinan Penghulu Minangkabau

0 0 20

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Kerangka Teori Sebelum melakukan penelitian,seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori.Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk menunjukkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. - Analis

0 1 16

BAB II LANDASAN TEORI Di dalam landasan teori ini, akan dibahas tentang teori – teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. - Sistem Rekomendasi Pencarian Pekerjaan Berbasis Web Menggunakan Metode Hybrid-Based Recommenda

0 2 10