PENERJEMAHAN FILM KARTUN AMRA docx

PENERJEMAHAN FILM KARTUN AMRA' MIN AS-SAMA' KHALQ AL-SHIRA’
'ALA AL-HUKM WA AL-HIKMAH SULAIMAN
Disusun untuk Memenuhi Nilai Matakuliah Seminar Proposal
Dosen Pembimbing : Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum.

Oleh:
Izzati : 11140240000016

PROGRAM STUDI TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017

1

A. Latar Belakang
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)1 menyatakan bahwa penerjemahan
adalah proses, cara, perbuatan menerjemahkan atau pengalihan bahasa. Sedangkan
Nida dan Taber (1972: 12)2 mengemukakan bahwa penerjemahan “consists in

reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source
language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style” yakni
penerjemahan adalah suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dan suatu bahasa ke
dalam bahasa yang lain. Penerjemahan tak melulu menggunakan teks atau bahasa
tulisan sebagai bahan menerjemahkan seperti kebanyakan, namun bisa juga
menggunakan bahasa lisan yang berdedikasi dalam penerjemahan suara, salah satunya
adalah film.
Penerjemahan film berbeda dengan penerjemahan pada umumnya. Selain
memiliki banyak tahapan yang rumit dimulai dari mendengarkan (istima’/listening),
menulis (kitabah/writing), menerjemahkan, dan membuat subtitle ataupun dubbing,
penerjemahan film juga bertumpu pada audio-visual.
Film sendiri adalah sebuah lakon (cerita) gambar hidup.3 Film lebih identik
diperankan oleh sekelompok orang yang memerankan sebuah adegan, memiliki alur,
plot (jalan cerita), setting (tempat/lokasi), penokohan. Menurut sejarahnya film lahir
di Prancis, tepatnya pada tanggal 28 Desember 1895, perintisnya adalah Lumiere
bersaudara.4Menurut karakternya, film dikelompokkan menjadi film cerita (story
film), film berita (newsreel), film dokumenter (documentary film), dan film kartun
(cartoon film).5
Film kartun (Cartoon Film) adalah film yang menciptakan khayalan gerak
sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan posisi. Juga

bisa berarti adalah gambar dengan penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan
yang berlaku.6 Film kartun sendiri dibuat untuk konsumsi anak-anak. Film kartun
bersuara pertama kali dibuat oleh Walt Disney. Yakni, film Mickey Mouse yang
1

Badan Pegembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline., Edisi kelima, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
2
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (lembaga penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta: 2008)
3
Badan Pegembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline., Edisi kelima, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
4 Biran, Misbach Yusa, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, (Komunitas Bambu, Depok: 2009) H: xv.

5
6

Elvinaro Ardianto, lukiati Komala., Komunikasi Masa Suatu Pengantar, (Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2015).
H:148

Badan Pegembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline., Edisi kelima, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

2

diputar perdana di Steamboat Willie di Colony Theatre, New York pada 18 November
1928.7
Beberapa tahun terakhir, Timur Tengah juga memiliki film kartun sendiri, yakni
Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’ Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman. Di
bawah arahan sang penulis Reda Taqtisi film ini mampu menembus 50 episode yang
setiap episode berdurasi 23 menit sampai 35 menit. Film ini sendiri berisi tentang
kisah-kisah nabi terdahulu seperti Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Samuel, dan
lainnya.
Alasan penulis mengambil film kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’
'ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman untuk dijadikan objek dalam penelitian ini,
karena film ini sarat akan nilai-nilai pendidikan agama, selain itu film ini juga
menghadirkan kisah-kisah nabi terdahulu baik 25 nabi ataupun nabi-nabi yang hanya
dikenal oleh umat nasrani saja. Film ini juga mampu menambah pengetahuan serta
wawasan penonton. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menjadikannya sebuah
judul.

“Penerjemahan Film Kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’ 'Ala AlHukm Wa Al-Hikmah Sulaiman”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah.
Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan dengan menerjemahkan 35
menit sebagaimana durasi film serta menganalisisnya. Berdasarkan latar belakang
yang penulis paparkan di atas, maka penulis merumuskan:
1. Teknik-teknik apa yang digunakan dalam penerjemahan film kartun Amra'
min as-Sama' Khalqa al-Shira’ ‘ala al-Hukm wa al-Hikmah Sulaiman?
C. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan tinjauan pustaka ke beberapa karya
tulis ilmiah mahasiswa, baik di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah maupun di luar lingkungan. Peneliti menyadari bahwa penerjemahan
film serta menerjemahkan adalah dua hal yang baru terutama berbahasa sumber
bahasa Arab. Peneliti sendiri menemukan beberapa karya ilmiah yang membahas
penerjemahan film, analisis subtitle maupun yang berkaitan dengan film animasi atau
kartun utamanya.
Melly Amalia, Tarjamah, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi berjudul Penerjemahan Dialog Arab Dalam Film Ayat-Ayat Cinta. Adapun di
dalamnya membahas tentang kesalahan penerjemahan dialog serta pelafalan dialog
bahasa Arab dalam film Ayat-Ayat Cinta.
7


Elvinaro Ardianto, lukiati Komala., Komunikasi Masa Suatu Pengantar, (Simbiosa Rekatama Media: Bandung, 2015).
H:142.

3

Donny Fandi, Bahasa dan Sastra Inggris (2014), Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Skripsi berjudul Translation Procedures And Meaning
Equivalence In Subtitle Of The Animated Movie Monters University. Di dalamnya
membahas prosedur-prosedur penerjemahan dalam subtitle serta kesetaraan makna
yang terdapat dalam film animasi Monters University.
Rizka Indriyani, Bahasa dan Sastra Inggris (2014) Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsinya berjudul Transitivity And Mood Structure
Analysis In Rapunzel Childrens Short Story. Adapun di dalamnya membahas tentang
analisis struktur emosi tokoh Rapunzel dalam cerita pendek anak-anak.
Ana gustiawati, pendidikan Biologi (2014), Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan skripsi berjudul Pengaruh Media Film Animasi
Terhadap Pemahaman Konsep Siswa (Kuasi Eksperimen di SMAN 2 Cibinong).
Membahas tentang film animasi sebagai media dalam meningkatkan pemahaman
siswa terutama dalam mata pelajaran Biologi serta manfaat film animasi dalam

menambah kemampuan otak siswa mencerna pelajaran Biologi.
Fajar Riski Sahrudin, Sastra Indonesia (2015), Universitas Airlangga Surabaya.
Skripsinya berjudul Alih Kode Dan Campur Kode Dalam Dialog Film Animasi
Pendek Grammar Suro Dan Boyo Karya Cak Ikin Kajian Sosiolinguistik. Di
dalamnya membahas alih kode yang digunakan serta campur kode yang digunakan
dalam film animasi grammar Suro dan Boyo.
Cahya Haniva Yunizar, Komunikasi (2014), Universitas Airlangga Surabaya.
Skripsinya berjudul Wacana Perempuan Dalam Film Animasi Disney Princess Brave.
Di dalamnya membahas tentang wacana perempuan ideal yang digambarkan melalui
film animasi disney.
Dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus membahas tentang teknik-teknik yang
digunakan dalam penerjemahan film kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’
Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman. Selain itu, peneliti juga membuat subtitle
sebagai bentuk dari penerapan teknik-teknik penerjemahan.
D. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode, sedangkan
metode adalah cara teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode simak. Metode simak digunakan untuk
memperoleh data dengan menyimak pengguna bahasa. Untuk teknik penulis
menggunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik simak dipakai untuk mengarahan

cara kerja mengambil data dan teknik catat digunakan untuk mencatat data selama
proses mendengarkan film animasi diputar.
4

1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, metode
simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data yang dilakukan
dengan menyimak pengguna bahasa.
2. Sumber Data
Penelitian ini terfokus pada penerjemahan film kartun Amra' Min As-Sama'
Khalqa Al-Shira’ Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman”. Selain itu juga
teknik-teknik yang digunakan dalam penerjemahan.
Penerjemahan Film Kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’ Ala AlHukm Wa Al-Hikmah Sulaiman”. Film ini diakses melalui youtube dengan link
https://m.youtubecom/watch?t=53s&vfmvQhg pada Selasa, 28 November 2017
pukul 17:30.
Peneliti juga menggunakan metode kepustakaan (library seach) yaitu,
memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian untuk menghasilkan
penelitian akurat. Kemudian, untuk menunjang penelitian yang akurat, penulis
juga merujuk pada buku, jurnal, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kamus
Arab-Indonesia, dan juga internet.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
simak dan teknik catat.
Teknik simak sendiri adalah cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk
mendapatkan data dari informan. Teknik simak banyak digunakan dalam
penelitian bahasa. Dalam penelitian ini, peneliti mendengarkan serta menyimak
informan berdialog dengan lawan mainnya.
Teknik catat adalah teknik yang diaplikasikan setelah mendengar apa yang
diucapkan oleh informan. Teknik catat sangat penting dalam penelitian ini,
selain sebagai teknik lanjutan namun juga sebagai sarana bagi peneliti untuk
lebih memahami dialog yang diucapkan oleh informan.

4. Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan terkait rencana-rencana
analisis data, adapun rancana analisis

yang digunakan sebagai berikut:

Menjelaskan teknik-teknik yang digunakan dalam penerjemahan film kartun
Amra' min as-Sama' Khalqa al-Shira’ ‘ala al-Hukm wa al-Hikmah Sulaiman.

E. Kerangka Teori
1. Penerjemahan Film
Penerjemahan adalah proses memindahkan makna yang telah diungkapkan
dalam bahasa yang satu (bahasa sumber [Bsu]; source language [SL]; al-lughah
5

al-mutarjam minha) menjadi ekuivalen yang sedekat-dekatnya dan sewajarwajarnya dalam bahasa lain (bahasa sasaran [Bsa]; target language [TL]; allughah al-mutarjam ilaiha)8. Menurut Brislin (1976:1)9 memberikan pengertian
bahwa penerjemahan adalah sebuah bentuk umum yang mengacu pada
memindahkan pemikiran dan ide dari satu bahasa (sumber) ke bahasa yang lain
(sasaran), baik bahasa itu dalam bentuk tertulis ataupun dalam bentuk lisan, baik
bahasa itu telah tersusun secara ortografi ataupun belum standar, ataupun baik
satu atau dua bahasa itu berdasarkan tanda, seperti isyarat untuk orang yang tuli.
Penerjemahan bukan hanya mengubah dari bahasa satu ke bahasa yang lain,
tetapi merubah satu bentuk ke bentuk yang lain.
Penerjemahan film sendiri adalah proses pemindahan makna yang
terkandung dalam film baik alur cerita, dialog, dan segala hal yang terdapat di
dalamnya kemudian dialihkan ke bahasa sasaran. Penerjemahan film
mengandalkan video dan visual. Dalam praktiknya, penerjemahan film bisa
menggunakan subtitle atau dubbing sebagai media penyalur makna. Sama
dengan penerjemahan lainnya, penerjemah yang menerjemahkan film dituntut

mampu untuk mempertahankan keutuhan ide pokok sebuah film yang dititipkan
oleh penulis. Tak hanya itu, penerjemah juga harus menjaga agar alur ataupun
genre film tetap terjaga sampai kepada penonton.
2. Jenis-jenis Penerjemahan Film
Penerjemahan film berbahasa Arab memang belum dilirik banyak orang,
selain kesulitan dalam memahami bahasa Arab, film yang berbahasa Arab juga
sulit didapatkan. Ini berbeda dengan film-film yang berbahasa Inggris yang
sudah menjamur terjemahan filmnya baik menggunakan subtitle maupun
dubbing.
Penerjemahan film berbeda dengan penerjemahan lainnya. Televisi adalah
media audio-visual, karena itu penerjemahan film televisi bertumpu pada audio
dan visual. Pada dasarnya, penerjemahan film terbagi atas dua, yaitu subtitle dan
juga dubbing (sulih suara).
a) Subtitle (Subtitling)

8

Hidayatullah, Moch. Syarif, Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern), (Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010) h: 165.


9

Frans Sayogie, penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta: 2008) h:9.

6

Prinsip subtitling adalah membantu pemirsa memahami isi film, bukan
membuat pemirsa sibuk membaca10. Untuk menerjemahkan film dengan
teknik subtitle (sutitling), penerjemah harus memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut11:
a) Harus memperhatikan time frame pemunculan subtitle yang
didasarkan pada time code (ukuran waktu dalam hh:mm:ss:ff)
b) Pemunculan subtitle amat ditentukan oleh penentuan in-point dan
out point time code.
c) Waktu pemunculan subtitle adalah antara 2-7 detik.
d) Satu subtitle maksimal terdiri dari 2 baris, dan 1 baris maksimal 35
karakter.
e) Pemenggalan

kalimat

perlu

diperlihatkan,

dengan

mempertimbangkan tata bahasa dan logika dalam satu kalimat.
f) Nama sutradara, produser, aktor dan tim kru yang muncul di
opening dan ending-title tidak perlu diterjemahkan.
g) Lirik lagu hanya diterjemahkan jika merupakan bagian dari isi
film.

Kalau

sekedar

merupakan

ilustrasi,

tidak

perlu

diterjemahkan.
h) Kalau ada repetisi kata, cukup satu yang diterjemahkan.
i) Kalau kalimatnya tidak jelas, cukup menerjemahkan kalimat yang
jelas.
j) Tulisan di papan nama, surat, email, dll, yang ada kaitannya
dengan isi cerita harus diterjemahkan.
k) Ungkapan dan peribahasa jangan diterjemahkan secara harfiah,
namun dicari padanannya dalam bahasa Indonesia.
l) Tidak perlu menerjemahkan semua detil. Kalimat
disederhanakan.

Detail-detail

yang

tidak

penting

boleh
boleh

dihilangkan.
b) Dubbing (Sulih Suara)
Dubbing atau sulih suara adalah audio bahasa sumber (bahasa asing
bersangkutan). Bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia
yang luwes, baik dan benar. Dalam sulih suara, bahasa Indonesia yang
baik dan benar adalah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan

10 Frans Sayogie mengutip Lina Ho dalam bukunya berjudul Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia,
(Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2008) h: 209.

11 Moh. Syarif Hidayatullah mengutip Lina Ho dalam bukunya berjudul Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia
Kontemporer Dasar, Teori dan Masalah, (UIN Press, Jakarta: 2014) h: 128.

7

situasi, kondisi, konteks film dan judul film dengan tetap mengacu kepada
kaidah yang berlaku12.
Untuk penerjemahan film dengan teknik sulih suara, penerjemah
harus memperhatikan beberapa hal berikut13:
a) Panjang pendek terjemahan sama dengan panjang pendek kalimat
bahasa sumber.
b) Bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa Indonesia yang
c)
d)
e)
f)
g)
h)

baik dan benar.
Kalimat terjemahan lip-sync dengan kalimat bahasa sumber.
Hubungan antar kalimat tidak terputus.
Mengikuti tata bahasa Indonesia.
Kalimat atau kata sesuai dengan gambar.
Bahasa terjemahan mampu menunjukkan strata sosial pemeran.
Kadang terdapat ketidaksesuaian kata dengan gambar film.
Penerjemah harus jeli melihatnya.

3. Teknik-teknik Penerjemahan14
Secara teoritis sifat universal bahasa dan konvergensi budaya memungkinkan
terwujudnya kesepadanan. Namun, dalam praktiknya sering kali muskil
ditemukan padanan yang pas antara bahasa sumber dan bahasa target. Hal ini
disebabkan oleh adanya kesenjangan di antaranya keduanya, baik pada tataran
linguistik maupun kultural. Newmark (1988) menyebutkan bahwa istilah
metode berkaitan dengan penanganan teks secara keseluruhan, sedang prosedur
berkaitan dengan unit-unit bahasa yang lebih kecil, seperti kata, frase, dan
klausa.
Molina dan Albir (2005: 509-511) menghadirkan beberapa teknik yang
digunakan dalam penerjemahan. Diantaranya:
a) Teknik peminjaman.
Dilakukan dengan cara meminjam kata atau ungkapan dari bahasa
sumber. Mellaui teknik pemadanan paling sederhana ini penerjemah
mengambil dan membawa item leksikal dari bahasa sumber ke dalam
bahasa target tanpa modifikasi formal.
12 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, Ciputat: 2008) h: 211.

13 Moh. Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia Kontemporer Dasar, Teori dan Masalah, (UIN
Press, Ciputat: 2014) h: 129.

14 M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia Strategi, Metode, Prosedur, Teknik (Remaja Rosdakarya,
Bandung: 2011) h:76.

8

Dalam praktiknya, boleh jadi peminjaman itu bersifat murni (pure
borrowing)

atau

peminjaman

alamiah

(naturalized

borrowing).

Pemakaian teknik peminjaman murni sejatinya mengindahkan tata
aturan transliterasi. Sedangkan pemakaian teknik peminjaman alamiah
sudah barang yang harus memperhatikan kaidah fonotaktik dan
morfotaktik yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Contoh peminjaman murni.
Kata ‫ تبليغ‬diterjemahkan menjadi ‘tabligh’;
Contoh peminjaman yang dinaturalisasikan.
Kata ‫ مصلى‬diterjemahakan menjadi ‘musala’
b) Teknik Calque
Dalam banyak kasus, teknik ini dibilang banyak mirip dengan teknik
peminjaman di mana suatu ungkapan bahasa sumber dipinjamkan
kemudian unsur-unsurnya diterjemahkan secara literal. Cara ini
menghasilkan (1) lexical calque dengan mempertahankan struktur
bahasa target seraya memperkenalkannya sebagai modus ekspresi yang
baru, dan (2) structural calque yang sekaligus memperkenalkan
kontruksi baru ke dalam bahasa target.
Contoh calque.
Frasa ajektiva ‫العمل الصالح‬
yang berpola DM (diterangkan
menerangkan) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan pola yang
sama menjadi ‘amal saleh’. Penggunaan teknik ini boleh jadi berimbas
pada gejala interferensi struktur bahasa sumber terhadap bahasa target
manakala terdapat kesenjangan gramatikal di antara keduanya.
c) Teknik Literal
Dalam teknik literal (literal translation) terjadi pergantian struktur
sintaksis bahasa sumber dengan bahasa target. Teknik literal digunakan
dengan menerjemahkan kalimat secara kata per kata. Pemadanan dengan
teknik ini mudah diterapkan pada penerjemahan dua bahasa yang
serumpun dengan latar budaya yang relatif berdekatan.
d) Teknik Penambahan
Dalam penerjemahan, penambahan berarti kehadiran satu atau
beberapa kata yang dimaksudkan unruk memperjelas pesan penulis teks
sumber. Dengan begitu, diharapkan teks terjemahan lebih berterima,
mudah dipahami, dan tidak ambigu. Untuk maksud inilah teknik
penambahan digunakan dalam penerjemahan. Realisasi teknik ini berupa
9

penambahan informasi dalam kebahasaan target, yang sebenarnya tidak
ada dalam teks sumber. Kehadiran informasi tambahan dalam bahasa
target dimaksudkan untuk memperjelas pesan teks sumber.
Penerapan teknik ini, misalnya, tampak pada penerjemahan
penggalan ‫رواهضممهم ابل ري هرك رجرنارحرك بمهن ال ررههبب‬
yang terdapat pada surah AlQashash (28) ayat 32. Penggalan ini diterjemahkan menjadi ‘dan
dekaplah kedua tanganmu ke dadamu apabila ketakutan. Pada penggalan
ayat ini terdapat frase preposisi ‫‘ ابل ري هرك‬kepadamu’ yang diterjemahkan ‘ke
dadamu’. Dalam teks sumber sebenarnya tidak ada kata
‫رصهدمر‬yang
berarti ‘dada’ atau semacamnya. Penambahan kata ‘dada’ dalam teks
target dipandang perlu oleh penerjemah demi kejelasan makna.
e) Teknik Pergeseran
Penerjemahan dipandang sebagai dwitindak komunikasi yang
melibatkan dua bahasa yang berbeda. Perbedaan ini meliputi aspek
strukur dan kultur. Perbedaan inilah sesungguhnya yang menyebabkan
korespodensi satu lawan satu sering sekali sulit diwujudkan. Oleh karena
itu, pergeseran (shift, transposition) bisa menjadi solusi untuk
menjembatani perbedaan yang ada.
Contoh pegeseran kategori bisa dilihat pada penggalan Surah Ali
‘Imran (3) ayat 86 ‫ ك ري هرف ي رههبدي الله رقهومما ك ررفمروا برهعرد ابي هرمابنبههم‬yang diterjemahkan
‘bagaimana Allah akan menunjuki suatu kaum yang sudah kafir sesudah
mereka beriman’. Pada terjemahan ini terdapat pergeseran kategori
‫ ابي هرمابنبههم‬bahasa sumber menjadi verba (mereka
beriman) dalam bahas target.
f) Teknik Modulasi
Perbedaan dua bahasa sering kali menyebabkan pemadanan literal
sintaksis dan nomina

sulit diterapkan dalam proses penerjemahan. Di sini, penerjemah harus
membuat keputusan untuk memperoleh kesepadanan yang paling
mendekati antara bahasa sumber dan bahasa target.
Penggunaan teknik modulasi bisa dlihat dari terjemahan penggalan
yang terdapat dalam Surah Maryam (19) ayat 4. ‫إبرني رورهرن الرعهظمم بمبرني رواهشتررعرل‬
‫ال ررأمس رشي همبا‬. Dalam Al-Quran dan Terjemahannya, penggalan ini
diterjemahkan dengan memakai teknik modulasi menjadi ‘sesungguhnya
tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban’. Di sini terjadi
perubahan sudut pandang dari pola aktif bahasa Arab

10

‫اهشتررعرل ال ررأمس‬

menjadi pola pasif dalam bahasa Indonesia (kepalaku telah ditumbuhi
uban)
g) Teknik Adaptasi
Dalam penerjemahan, kekhasan budaya bahasa sumber menjadi
kendala tersendiri. Diperlukan penyesuaian agar matra budaya yang khas
ini diterjemahkan dalam bahasa target.
Pemadanan budaya antara dua situasi tertentu bisa dilakukan dengan
menggunakan teknik adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah teknik
penerjemahan yang memungkinkan penerjemah mengalihkan unsur
budaya bahasa sumber ke dalam unsur budaya yang memiliki sifat dan
karakterteristik yang sepadan dalam bahasa target. Teknik adaptasi
digunakan manakala situasi yang digambarkan dalam bahasa sumber
tidak dikenal dalam bahasa target.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan skripsi, peneliti telah menyusun sistematika penulisan yang
mana akan terdiri dari lima bab dan setiap babnya terdiri dari beberapa subbab.
Adapun rincian-rinciannya:
Bab I berisi tentang:
1. Latar belakang permasalahan.
2. Pembatasan dan rumusan masalah,
3. Manfaat penelitian,
4. Tujuan dan tinjauan pustaka,
5. Metode penelitian,
6. Sistematika penulisan
Bab II berisi tentang:
1. Penerjemahan film,
2. Jenis penerjemahan film,
3. Teknik-teknik penerjemahan film,
Bab III berisi tentang.
1. Tentang film kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’ Ala Al2.

Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman
Pesan moral yang terdapat dalam film kartun Amra' Min As-Sama'

Khalqa Al-Shira’ Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman.
3. Biografi penulis naskah film kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa AlShira’ Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman,
4. Team pembuat film kartun Amra' Min As-Sama' Khalqa Al-Shira’ Ala
Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman.
Bab IV berisi tentang:
1. Analisis teknik dalam penerjemahan film kartun Amra' Min As-Sama'
Khalqa Al-Shira’ Ala Al-Hukm Wa Al-Hikmah Sulaiman.
Bab V berisi tentang:
11

1. Kesimpulan
2. Saran.

DAFTAR PUSTAKA
Al Farisi, M. Zaka, Pedoman Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014.
Nugroho, Andy Bayu, Teknik Penerjemahan Worldplay dan Kualias Terjemahannya dan
Novel Charlie and the Great Glass Elevator Karya Roald Dahl, Tesis Universitas Sebelas
Maret, Surakarta: 2011.
Ardianto Elvinaro, lukiati Komala, Komunikasi Masa Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama
Media: Bandung, 2015.
Arif M Sarief, Politik Film di Hindia Belanda, Komunitas Bambu: Depok, 2010.
Badan Pegembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia offline, Edisi
kelima, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Biran Misbach Yusa, Sejarah Film 1900-1950 Bikin Film di Jawa, Komunitas Bambu,
Depok: 2009.
Emzir, Teori dan Pengajaran Penerjemahan, Rajagrafindo Persada: Jakarta, 2015.
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2008.
Gotot Prakosa, Animasi: Pengetahuan Dasar Film Animasi Indonesia, Nalar: 2010.
Hidayatullah, Moch. Syarif, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer Dasar,
Teori dan Masalah, UIN Press: Jakarta, 2014.
Hidayatullah, Moch. Syarif, Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern),
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010.
Kumpulan Makalah Ringkas Kongres Linguistik Nasional XII, diselenggarakan oleh
Masyarakat Linguistik Indonesia Komisariat Surakarta dan Universitas Sebelas Maret,
dilaksanakan pada 3-6 September 2007, Surakarta: Jawa Tengah.
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi Metode dan Tekniknya, Rajagrafindo
Persada: Jakarta, 2011.
12

Rokhman, Muh Arif, Penerjemahan Teks Inggris Teori & Latihan, Pyramid Publisher,
Yogyakarta: 2006.
Zuchrudin, Suryawinata, Sugeng Hariyanto, Translation: Bahasan dan Teori Praktis
Menerjemahkan, Kanikus: 2003.

13