ETIKA praktek TEKNOLOGI PENDIDIKAN menci

ETIKA PRAKTEK TEKNOLOGI PENDIDIKAN
“MENCIPTAKAN” DALAM MEMFASILITASI BELAJAR DAN
MENINGKATKAN KINERJA

TUGAS MATA KULIAH ETIKA TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Siti Masitoh, M.Pd.

Oleh
Edi Purnomo
Ari Yuda Lusiandri

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
PROGRAM PASCASARJANA S3 TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2014
0

Etika Praktek Teknologi Pendidikan “Menciptakan” dalam Memfasilitasi
Belajar dan Meningkatkan Kinerja


A. Pendahuluan
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati
oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk
dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi yang
agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode etik profesi
merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang
professional supaya tidak dapat merusak etika profesi.
Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda,
pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan
kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak
profesional. Dengan demikian, kode etik profesi mengatur perilaku
keprofesian dari setiap individu. Dan individu itu harus mematuhinya selama
dia berada dalam lingkup profesi tadi.
Etika profesi merupakan hubungan manusia dengan sesamanya dalam
satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus menjalankannya
profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang
menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan para
profesional dapat bekerja sebaik mungkin serta dapat mempertanggung

jawabkan tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya.
Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah
memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut.
Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan atau
keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus
memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.
Setiap profesi memiliki kode etik yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan
dari profesi tersebut, namun tujuannya adalah sama yaitu untuk mencegah
1

adanya pelanggaran yang dilakukan individu ataupun kelompok. Etika
profesional tidak secara langsung mengontrol dan tidak bisa memaksa
perilaku seseorang menjadi baik. Hal ini tergantung bagaimana pemahaman
setiap orang. Sebuah organisasi memiliki kode etik yang berfungsi sebagai
tanda status profesional.
Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan
pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut:
1. Komitmen Tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada
pekerjaan yang sedang dilakukannya.

2. Tanggung Jawab
Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan
yang dilakukannya sendiri.
3. Berpikir Sistematis
Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa
yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan Materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi
pekerjaan yang sedang dilakukannya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat
dalam lingkungan profesinya. (Suryani.2014)
B. Teknologi Pendidikan adalah Praktek Etik
Teknologi pendidikan adalah studi dan etika praktis untuk
memfasilitasi

pembelajaran

dan


meningkatkan

kemamapuan

dengan

menciptakan, memanfaatkan, dan memproses pengelolaan teknologi yang
sesuai dan sumber belajar (Januszewski.2008:1).
Praktek Etik, Praktek merupakan kegiatan yang tidak bertentangan
dengan norma dan nilai yang berhubungan dengan nilai profesi yang akan

2

dilakukan, seperti kode etik dalam suatu pekerjaan. Komite Etika AECT telah
menjadi trend kerja untuk meningkatkan kewaspadaan etika professional
diantara anggota AECT. Kode etik professional dari AECT termasuk prinsip
“berniat memberi bantuan anggota secara individu atau kolektif dalam
memelihara hubungan professional tingkat tinggi“. Dalam AECT, kode Etik
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu: Komite individu, seperti perlindungan
hak untuk mendapatkan materi dan hasil untuk dilindungi keselamatan dan

kesehatan pada profesional; komite social, seperti kejujuran penuh pada
pernyataan publik berdasarkan masalah pendidikan atau adil dan praktek yang
patut dengan sumbangan pelayanan pada profesi.; dan komite profesi, seperti
meningkatkan pengetahuan profesioal; dan keterampilan memberikan
ketepatan kredit untuk bekerja dan publikasi ide.
Etika mewajibkan teknolog pendidikan untuk mempertimbangkan
peserta didik mereka, lingkungan untuk belajar, dan kebutuhan, kearifan
masyarakat

ketika

mereka

mengembangkan

praktik-praktik

mereka.

Mengingat siapa yang disertakan, yang dibelajarkan, dan siapa yang

berwenang merupakan isu-isu baru dalam desain dan pengembangan solusi
pembelajaran, tapi sikap etis menegaskan bahwa teknologi pendidikan masih
mempertanyaan area praktik mereka dengan cara yang lebih tradisional dalam
konstruk efisiensi atau efektivitas.
Etika praktek bukanlah kumpulan harapan, batasan ataupun hukumhukum baru.

Etika praktek merupakan sebuah pendekatan atau gagasan

untuk bekerja. Definisi sekarang mempertimbangkan praktek etik penting
untuk kesuksesan professional, tanpa pertimbangan etik, sukses tidak

3

mungkin. Etika kontemporer menugaskan para teknolog pendidikan untuk
memperhatikan peserta didik, lingkungan belajar, kebutuhan, masyarakat
ketika mengembangkan praktek.
Kode etik AECT dibagi menjadi tiga kategori yaitu komitment kepada
individu, seperti perlindungan terhadap hak mengakses materi dan usaha
untuk melindungi kesehatan dan keselamatan professional; komitment kepada
masyarakat, seperti pernyataan jujur publik berhubungan dengan masalahmasalah pendidikan, praktek yang jujur dan merata dengan memberikan

pelayanan kepada profesi; dan komitment kepada profesi, seperti peningkatan
pengetahuan dan kecakapan professional dan memberikan penghargaan yang
tepat untuk pekerjaan serta ide-ide yang dipublikasikan. Masing-masing tiga
bidang utama tersebut telah mencatat beberapa komitmen yang membantu
menginformasikan pendidikan teknologi professional yang berhubungan
dengan tindakan-tindakan yang tepat, tanpa mamperhatikan kontek ataupun
perannya. Pertimbangan diberikan untuk mereka yang bekerja sebagai
peneliti, professor, konsultan, designer (perancang), pimpinan sumber-sumber
belajar, sebagai contoh untuk membantu membentuk perilaku professional
dan etika perilaku.
Etika memberikan pengaruh kepada berbagai bidang yang beragam
seperti pada politik, keuangan, olahraga, penelitian akademik, dan
manufaktur. Definisi etika menurut kamus adalah “suatu perangkat nilai
moral, prinsip yang mengatur perilaku seseorang atau kelompok”. Standar
perilaku ini berperan sebagai sumber abstrak yang merupakan panduan untuk

4

kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu merupakan bagian vital dalam
menentukan norma perilaku professional dalam setiap bidang.


C. Komitment Sebagai “Pencipta” Teknologi Pendidikan
Profesi Teknologi pendidikan bukanlah merupakan profesi yang bersifat
netral, tetapi merupakan profesi yang memihak, yaitu memihak pada
kepentingan pebelajar, agar mereka memperoleh kemudahan untuk belajar.
Karena itu, penerapan teknologi pendidikan pasti mempengaruhi komponenkomponen lain dalam sistem pendidikan. Pengaruh ini pada gilirannya akan
membawa akibat terhadap kelembagaan dan tanggung jawab pendidikan.
Seterusnya akan mempengaruhi ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.
Ciri utama dalam profesi teknologi pendidikan adalah adanya etika,
pendidikan dan latihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus.
Tujuan etika teknologi pendidikan ini secara umum adalah:
1.

Melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik.

2.

Melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.

3.


Melindungi dan membina diri serta sejawat profesi dan.

4.

Mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan.
Seperti teknologi pada umumnya, teknologi pendidikan pada kawasan

creating (yang menyangkut berbagai aktifitas tergantung pada pendekatan
desain yang digunakan) ibarat dua bilah mata pisau yang bertolak belakang.
Teknolog teknologi pendidikan dalam proses creating yang dilakukan dengan
memperhatikan etika dan dilandasi komitmen terhadap individu, masyarakat,

5

dan profesi akan menghasilkan suatu fasilitas yang dapat membantu pebelajar
menuju ke arah yang positif.
Sebaliknya, teknolog teknologi pendidikan pada kawasan creating
dilakukan tanpa memperhatikan etika dan dilandasi komitmen terhadap
individu, masyarakat, dan profesi akan menghasilkan suatu fasilitas yang

dapat yang negatif bahkan meracuni.

D. Masalah Etika Profesi
Bidang garapan atau disebut pula praktek teknologi pendidikan meliputi
segala sesuatu dimana ada masalah belajar yang perlu dipecahkan. Mereka
yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau
singkatnya disebut Teknolog Pendidikan, harus mempunyai komitmen dalam
melaksanakan tugas profesionalnya yang utama yaitu terselenggaranya proses
belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai
sumber belajar selaras dengan karakteristik masing-masing pebelajar
(learners) serta perkembangan lingkungan. Karena lingkungan itu senantiasa
berubah, maka para Teknolog Pendidikan harus senantiasa mengikuti
perkembangan atau perubahan itu, dan oleh karena itu ia dtuntut untuk selalu
mengembangkan diri sesuai dengan kondisi lingkungan dan tuntutan zaman,
termasuk selalu mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi.
Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan
berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat,
kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang didefinisikan
dalam suatu negara tidak sama.Adapun yang menjadi tujuan pokok dari


6

rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi
adalah:
1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab
terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya.
2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa
yang harus mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika
dalam pekerjaan.
3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan
fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang
jahat dari anggota-anggota tertentu.
4. Standar-standar etika mencerminkan / membayangkan pengharapan moralmoral dari komunitas, dengan demikian standar-standar etika menjamin
bahwa para anggota profesi akan menaati kitab UU etika profesi dalam
pelayanannya.
5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan
integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi.
6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum
atau undang-undang. Seorang ahli profesi yang melanggar kode etik
profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk organisasi profesinya.
Perubahan cepat karena teknologi menyebabkan perubahan pada norma
etika, sehingga diperlukan pengembangan dan penyebarluasan etika yang
lebih baru sesuai dengan kemajuan teknologi. Ada topik-topik yang jelas
seperti ketepatan penggunaan dari teknologi penggandaan misalnya teknologi
cetak, audio, dan video, ditambah dengan penggandaan melaui komputer.

7

Standar perubahan tadi berdampak pada etika hukum hak cipta, serta prosedur
pemanfaatan penggandaan secara benar. Selain itu, kegiatan oknum tertentu
(hackers) memungkinkan mereka memasuki data base orang lain secara tidak
sah, serta membuat dan menyebarkan virus komputer. Hal ini memang
merupakan masalah baru yang harus diantisipasi. Tentu saja pelanggaran
tersebut dapat diajukan ke pengadilan seperti kebiasaan pelanggaran kode
etik.
Teknologi yang baru juga menyebabkan masalah etika baru, bagi orang
awam tidak begitu disadari dan dampaknya juga tidak dirasakan. Seperti
misalnya masalah persamaan dalam memperoleh kesempatan pendidikan
sehubungan dengan perkembangan teknologi. Penggunaan teknologi dalam
pendidikan secara efektif menuntut adanya perubahan sistemik, agar
diperoleh akses terhadap sarana, perangkat lunak, dan proses pembelajaran
yang inovatif. Kenyataan ini dapat mengakibatkan makin lebarnya jurang
pemisah antara “mereka yang kaya” dan “mereka yang miskin”. Hal ini
merupakan dilema secara etis maupun praktis (Surani.2011).

8

DAFTAR RUJUKAN
AECT. 1986. Devinisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan
Terminologi AECT (terjemahan, Yusufhadi Miarso dkk). Jakarta: Rajawali.
Januszewski, A & Molenda. 2008. Educational Teknologi: A devinition with
Commentary. New York: Taylor &Francis Group.LCC.
Luppicini, R. (2005). A Systems Definition of Educational Technology in Society.
Journal Educational Technology & Society, 8 (3), 103-109. [Online]
Tersedia: http://www.ifets.info/journals/5_3/6.pdf [15 September 2010]
Surani, Dewi dkk. 2011. Praktek Teknologi Pembedilajaran. Makalah.
http://tpmuntirta.blogspot.com/2011/11/praktek-teknologi-pembelajaran.
html. Diunduh 28 April 2014.
Suryani, Sri. 2014. Etika Profesional Teknologi Pendidikan. Makalah.
http://srisuryani20.blogspot.com/2014/01/makalah-etika-profesional-danteknologi.html. diunduh 28 April 2014.

9