T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram
Klasifikasi dari jamur tiram dapat dilihat sebagai berikut:
Super Kingdom: Eukaryota
Kingdom
: Myceteae (Fungi)
Divisio
: Amastigomycota
Sub Divisio
: Basidiomycotae
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Familia
: Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus spp. (Alexopolous, 1962 lihat Djarijah. N. M dan
Djarijah. A. B, 2001).
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tergolong kedalam jamur pangan yang
tudungnya berbentuk setengah lingkaran seperti pada cangkang tiram dan pada bagian
tengah tudung terdapat cekungan. Pada tubuh buah jamur tiram memiliki batang yang
berada di posisi pinggir tudung (bahasa Latin: Pleurotus), selain itu juga bentuk dari
jamur ini menyerupai tiram (Ostreatus), maka dari itu jamur tiram memiliki nama
binomial yaitu Pleurotus ostreatus (Muljowati, 2015).
Jamur tiram mempunyai banyak manfaat dalam bidang kesehatan antara lain
dapat mencegah penyakit yaitu diabetes mellitus, tumor, kanker, dan kolesterol darah.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam menambah vitalitas, memperlancar buang air besar
serta meningkatkan daya tahan tubuh (Djarijah dan Djarijah, 2001).
4
Jamur tiram mengandung berbagai macam nutrisi, berikut nutrisi jamur tiram per
100 gram (Djarijah dan Djarijah, 2001):
Zat Gizi
Kandungan
Kalori (Energi)
367 kal
Protein
10.5-30.4 %
Karbohidrat
56.6 %
Lemak
1.7-2.2 %
Thiamin
0.20 mg
Riboflavin
4.7-4.9 mg
Niacin
77.2 mg
Ca (kalsium)
314.0 mg
K (kalium)
3793.0 mg
P (fosfor)
717.0 mg
Na (natrium)
837.0 mg
Fe (besi)
3.4-18.2 mg
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram
Jamur tiram tergolong tumbuhan yang saprofit, yang berarti jamur ini
memperoleh makanan dengan cara memanfaatkan sisa-sisa bahan organik, selain itu
jamur tiram juga tergolong tumbuhan yang tidak berklorofil, yang berarti jamur tiram
tidak bisa mengolah makananya sendiri (Susilawati dan Raharjo, 2010). Pileus dan
stipe atau stalk adalah dua bagian dalam tubuh buah jamur tiram yang berarti secara
berturut-turut adalah tudung dan tangkai. Tudung dari jamur tiram pada bagian bawah
dari tudung ini berlapis menyerupai insang, berwarna putih susu, memiliki garis tengah
3 cm hingga 14 cm, dan umumnya berukuran 5 cm hingga 15 cm, sedangkan untuk
tangkai jamur tiram yang berguna untuk menyangga tudung, pada umumnya berukuran
2 cm hingga 6 cm (Djarijah dan Djarijah, 2001).
5
Dinding sel jamur tiram berasal dari zat kitin dan sel jamur tiram berupa sel
eukariotik, tidak memiliki spora, dan tidak memiliki klorofil. Sel dari jamur tiram dapat
membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat (septum). Dasar dari sel jamur
adalah hifa, kemudian hifa ini akan mengumpul menjadi satu dan disebut sebagai
miselium (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Gambar 2.1 Jamur Tiram (Sumber: https://i2.wp.com/www.satujam.com/wpcontent/uploads/2015/04/ekonomi.kompasiana.com_.jpg?resize=640%2C457)
Berdasarkan morfologi hifa, hifa dibedakan menjadi 2 yaitu hifa septum dan
tidak. Hifa yang berseptum memiliki datu inti dan disebut sebagai hifa monositik. Hifa
yang tidak memiliki septum memiliki inti banyak dan disebut sebagai hifa senositik
(Roosheroe dkk, 2014).Hifa ini akan menyatu membentuk jaringan yang disebut dengan
miselium atau sekumpulan hifa (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Pembentukan miselium terjadi karena anastomosis pada titik temu atau titik-titik
sentuh cabang-cabang hifa. Anastomosis hifa mempunyai dua peran, yang pertama
memperluas system hifa menjadi suatu jala yaitu miselium untuk penyerapan nutrient
dari substrat dan memfasilitasi pembentukan tubuh buah, sedangkan yang kedua yaitu
mempersatukan hifa yang terpisah, tetapi secara genetis identik (Carlile & Watkinson (
1994) lihat Roosheroe dkk, (2014).
6
Basidiomycota mempunya 3 macam hifa dalam hidupnya yaitu hifa primer,
sekunder dan tersier:
1. Hifa primer: hifa yang terbentuk dari suatu basidiospora yang jatuh pada
tempat yang sesuai, kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi hifa yang
memiliki inti banyak, lalu terbentuk septum atau sekat yang menghasilkan
satu inti. Hifa demikian disebut dengan hifa yang homokariotik atau hifa
primer.
2. Hifa sekunder: hifa homokariotik yang kompatibel akan saling mendekat,
yang masing-masing intinya adalah + dan -. Kemudian hifa tersebut
bersentuhan dan terjadi lisis dinding sel, sehingga terjadi hubungan
sitoplasma. Lalu hifa + akan masuk ke hifa – dan kemudian membelah diri.
Anak inti yang terbentuk akan bergerak lewat pori septum atau sekat sampai
seluruh bagian hifa tadi mempunyai dua inti yaitu inti + dan inti -. Hifa yang
memiliki initi + dan – ini disebut hifa sekunder atau heterokariotik
3. Hifa tersier: pembentukan hifa tersier terjadi oleh ikatan sejumlah hifa
dikariotik yang membentuk semcam tangkai yang pada bagian ujungnya akan
membentuk
lamella
dengan
basidium
yang
membawa
basidiospora
(Roosheroe dkk, 2014).
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora
berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar
dari sel yang kemudian akan membesar. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel inti,
lalu setelah terbagi terbentuklah sekat atau dinding sel baru di antara sel induk dengan
sel anak dan akhirnya akan memisahkan diri. Perkembangbiakan secara seksual yaitu
dimulai dari 2 hifa somatik yang berdekatan, lalu membentuk jalur perkawinan yang
berkembang menjadi besar dan akhirnya membentuk zigot. Zigot berkecambah
membentuk hifa baru (Suriawiria, 1986).
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora
berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar
dari sel yang kemudian akan membesar. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel inti,
lalu setelah terbagi terbentuklah sekat atau dinding sel baru di antara sel induk dengan
sel anak dan akhirnya akan memisahkan diri (Suriawiria, 1986).
7
2.1.1Syarat Tumbuh Jamur Tiram
1. Suhu
Pada suhu 25°C hingga 30°C miselium akan tumbuh optimal, sedangkan
untuk pembentukan tubuh buah jamur, suhu yang dikehendaki adalah 18°C
hingga 20°C (Djarijah dan Djarijah, 2001).
2. Tingkat keasaman atau pH
pH yang dikehendaki oleh miselum ini adalah 5,5 hingga 6,5.
Pertumbuhan miselium dapat terhambat apabila kondisi pH terlalu asam atau
terlalu basa. Pada pembentukan tubuh buah, kondisi keasaman agak netral
yaitu pada pH 6,8 hingga 7,0 (Djarijah dan Djarijah, 2001).
3. Kelembaban
Pertumbuhan miselium membutuhkan kelembaban udara yaitu 65%
hingga 70%. Dengan kadar air sekitar 60% miselium jamur akan tumbuh
dengan baik. Pertumbuhan tunas dan tubuh buah akan tumbuh optimal pada
kelembaban udara 80% hingga 85%. Jika kelembaban dibawah 80% maka
tunas dan tubuh buah mengalami gangguan absorbsi nutrisi yang akan
berakibat kekeringan (Djarijah dan Djarijah, 2001).
4. Aerasi
Jamur tiram akan tumbuh optimal tanpa terkena sinar matahari langsung,
selain itu juga pada lingkungan yang teduh dan sirkulasi udara yang lancar
dengan angin spoi-spoi basah karena membutuhkan oksigen sebagai senyawa
pertumbuhan atau bisa dikatakan semi anaerob. Oksigen juga akan
mendukung pertumbuhan dari jamur, maka perlu adanya sirkulasi udara yang
lancer,
namun
jika
oksigennya
terbatas
akan mengganggu
dalam
pembentukan tubuh buah yaitu tubuh buah yang dihasilkan akan kecil dan
abnormal (Djarijah dan Djarijah, 2001).
5. Cahaya
Dalam keadaan gelap miselium akan tumbuh optimal, sedangkan tubuh
buah akan tumbuh optimal pada kondisi yang agak terang, hal ini bertujuan
untuk merangsang pertumbuhuan buah (tangkai dan tudung). Jika cahaya
kurang atau kurang dari 40 lux maka tangkai buah jamur akan tumbuh kecil
dan tudung akan tumbuh abnormal (Djarijah dan Djarijah, 2001).
8
6. Nutrisi
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
tiram adalah ketersediaan nutrisi antara lain air, karbon, nitrogen, vitamin,
dan unsur mineral. Air berguna sebagai kelancaran transportasi yaitu untuk
kelancaran aliran partikel kimia antar sel, sedangkan karbon yang digunakan
untuk sumber energi, nitrogen digunakan dalam sintesis protein, purin, dan
pirimidin, vitamin digunakan sebagai katalisator, unsur mineral yang
dibutuhkan adalah unsur makro dan mikro. Unsur makro yaitu P, K, Ca, Mg
dan lain-lain, sedangkan unsur mikro antara lain Zn, Cu, dan lain-lain
(Djarijah dan Djarijah, 2001).
2.1.2 Media Jamur Tiram (Serbuk Kayu)
Serbuk kayu sengon merupakan media yang pada umunya digunakan untuk
media tanam jamur tiram karena serbuk kayu ini tergolong serbuk kayu yang keras,
tidak mengandung getah, tidak mengandung minyak serta bahan kimia lainnya. Serbuk
kayu sengon memenuhi syarat sebagai media tumbuh karena mengandung komponen
kimia selulosa yang mencapai 49,7%, dimana kadar selulosa adalah bahan yang
diperlukan dalam pertumbuhan jamur tiram (Reyeki, 2013).Menurut Nurafles, Arifin,
dan Ernita (2015), secara alamiah jamur tiram putih mempunyai kemampuan
memproduksi enzim, dimana enzim ini dapat mengurai kandungan selulosa dan lignin.
Hemiselulosa bertujuan untuk menyusun dinding sel. Selulosa dan hemiselulosa
setelah diuraikan akan berubah menjadi lebih sederhana, dimana kedua unsur ini akan
berubah menjadi glukosa dan air. Lignin tahan terhadap penguraian mikroba, oleh
karena itu kayu yang mengandung lignin yang tinggi tidak disarankan digunakan
karena akan menghambat pelapukan kayu oleh mikroba (Hamdiyatidkk, 2012).
Menurut penelitian Nurafles, Arifin, dan Ernita (2015), pemberian berbagai
komposisi media yaitu 100% serbuk gergaji kayu dan 0% jerami padi mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur putih. Selain itu juga disarankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik agar menggunakan komposisi yaitu serbuk gergaji
100% dan jerami padi 0%. Hal ini dikarenakan dalam media jerami padi mempunyai
komposisi selulosa yang lebih rendah dari serbuk gergaji kayu yaitu pada jerami padi
35% dan serbuk gergaji kayu 39% hingga 45%, dimana selulosa ini berguna dalam
penyusun dinding sel jamur.
9
2.2 Air Kelapa
Air kelapa adalah salah satu produk dari tanaman yang masih dapat dimanfaatkan
dalam peningkatan pertumbuhan tanaman. Air kelapa ini sering sekali dibuang oleh
pedagang di pasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa air kelapa mengandung 2
hormon yaitu hormon auksin dan hormon sitokinin, dimana sitokinin ini berperan
dalam pembelahan sel banyak mengandung, selain itu juga mengandung Kalsium (Ca),
Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), Sulfur (S), gula dan
protein (Suryanto, 2009 lihat Tiwery, 2014).
Menurut Morel (1974) lihat Karimah, Purwanti, dan Rogomulyo (2013), air
kelapa mengandung hormon sitokinin (5,8 mg/l), hormon auksin (0,07 mg/l), dan
sedikit hormone giberelin. Menurut Darmawan dan Baharsjah (2010), hormon adalah
suatu zatyang dibentuk dalam suatu bagian dari tanaman, yang kemudian akan
mempengaruhi bagian lain dari tanaman. Hormon merupakan senyawa organik yang
dalam konsentrasi rendah akan memberikan efek fisiologis (Gardner, 1991). Sedangkan
menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang
akan memberikan respon fisiologis dalam konsentrasi yang sangat rendah, dimana
senyawa ini disintesis di salah satu bagian dari tumbuhan yang kemudian dipindahkan
ke bagian lain.
Zat tumbuh yang pertama kali ditemukan adalah auksin (Darmawan dan
Baharsjah, 2010). Auksin mula-mula ditemukan oleh Darwin pada tahun 1897 melalui
percobaan pengaruh phototropisme terhadap koleoptil, dimana saat penyinaran
dilakukan pada koleoptil ternyata ujungnya melengkung kearah datangnya sinar
matahari hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang mengontrol kegiatan tersebut
(Abidin, 1983). Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went. Auksin yang
ditemukannya kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA) (Fahmi, 2014).
Pengaruh hormon auksin adalah pada perpanjangan dan pembesaran sel
(Darmawan dan Baharsjah, 2010). Hormon auksin berperan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan. Pengaruh fisiologis dari auksin adalah sebagai berikut:
1.
Pemanjangan sel:
2.
Tunas ketiak
3.
Absisi daun.
4.
Aktivitas kambium: merangsang pembelahan sel yaitu dalam daerah kambium
(Heddy, 1986).
10
Respon dari auksin dapat mengalami persaingan untuk mendapatkan peletakan
pada tempat kedudukan dari penerima yaitu pada saat konsentrasi yang. Sehingga
menyebabkan kurang efektifnya gabungan tersebut dan akan akan berakibat
menghambat pertumbuhan (Gardner, 1991).
Sitokinin mula-mula ditemukan oleh Gottlieb Haberlandt pada tahun 1913,
dengan menemukan suatu senyawa yang dapat memacu pembelahan sel yang
menghasilkan kambium gabus dan memulihkan luka pada umbi kentang yang
terpotong, dimana senyawa tersebut terdapat didalam jaringan pembuluh berbagai jenis
tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Hormon sitokinin mempengaruhi kemampuan
tanaman untuk dapat mengendalikan penuaan daun, bunga, dan buah (Rajiman, 2012).
Selain itu, hormon ini juga dapat mempercepat dalam pembelahan sel, membantu
pertumbuhan tunas dan juga pertumbuhan akar (Darmawan dan Baharsjah, 2010).
Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh dengan aktif yaitu terutama pada
akar, embrio, dan buah (Fahmi, 2014).
Pada penelitian Armawi (2009), pemberian air kelapa muda dengan konsentrasi
10% pada awal pembuatan baglog jamur memberikan pertumbuhan yang terbaik pada
jamur tiram putih. Sedangkan pada penelitian Hayati (2011), pengaruh konsentrasi
pemberian air kelapa pada media tanam dan hasil dari jamur merang dapat
meningkatkan diameter, panjang, total hari panen, berat dan berat rata-rata, dimana
konsentrasi terbaik yaitu 50%. Menurut penelitian Sutono dkk (2015), pemberian air
kelapa tua pada media tanam jamurtiram adalah cara yang tepat untuk pertumbuhan
jamur tiram dengan muncul tubuh buah tercepat. Menurut penelitian Tiwery (2014),
penggunaan air kelapa memberikan dampak yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman
sawi yaitu tinggi dan jumlah daun. Hal ini terjadi akibat dari aktivitas hormon auksin
dan juga hormon sitokinin yang cepat dalam pembelahan sel dan pemanjangan sel,
sehingga pembentukan tunas dan pemanjangan batang akan lebih terpacu dalam
pembentukanya.
11
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, model hipotetik,
dan tinjauan pustaka maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Pemberian air kelapa berpengaruh terhadap hasil jamur tiram putih.
2. Konsentrasi air kelapa 10% merupakan konsentrasi yang optimal dalam
meningkatkan hasil jamur tiram putih.
2.4 Definisi dan Pengukuran Variabel
Umur panen per panen dihitung mulai dari muncul tubuh buah hingga panen per
panen. Dihitung dalam satuan hari.
Interval panen dihitung dengan cara menghitung selisih tanggal antara panen
pertama dengan kedua, kemudian panen kedua dengan ketiga dan seterusnya.
Dihitung dalam satuan hari.
Diameter tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat jamur
secara vertikal yaitu saat tudung membuka sempurna. Diukur dalam satuan
centimeter (cm).
Panjang tangkai tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat
jamur hingga pangkal cabang (tidak termasuk bonggol atau akar jamur). Diukur
dalam satuan centimeter (cm).
Bobot segar per baglog dihitung dengan cara ditimbang pada bagian keseluruhan
jamur hingga bagian bonggol atau akar jamur. Pemanenan dilakukan pada saat
salah satu tudung jamur tiram mendatar atau sedikit cekungan kemudian
menjumlahkan bobot segar jamur tiap panen. Diukur dalam satuan gram (g).
12
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram
Klasifikasi dari jamur tiram dapat dilihat sebagai berikut:
Super Kingdom: Eukaryota
Kingdom
: Myceteae (Fungi)
Divisio
: Amastigomycota
Sub Divisio
: Basidiomycotae
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Agaricales
Familia
: Agaricaceae
Genus
: Pleurotus
Spesies
: Pleurotus spp. (Alexopolous, 1962 lihat Djarijah. N. M dan
Djarijah. A. B, 2001).
Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) tergolong kedalam jamur pangan yang
tudungnya berbentuk setengah lingkaran seperti pada cangkang tiram dan pada bagian
tengah tudung terdapat cekungan. Pada tubuh buah jamur tiram memiliki batang yang
berada di posisi pinggir tudung (bahasa Latin: Pleurotus), selain itu juga bentuk dari
jamur ini menyerupai tiram (Ostreatus), maka dari itu jamur tiram memiliki nama
binomial yaitu Pleurotus ostreatus (Muljowati, 2015).
Jamur tiram mempunyai banyak manfaat dalam bidang kesehatan antara lain
dapat mencegah penyakit yaitu diabetes mellitus, tumor, kanker, dan kolesterol darah.
Jamur tiram juga bermanfaat dalam menambah vitalitas, memperlancar buang air besar
serta meningkatkan daya tahan tubuh (Djarijah dan Djarijah, 2001).
4
Jamur tiram mengandung berbagai macam nutrisi, berikut nutrisi jamur tiram per
100 gram (Djarijah dan Djarijah, 2001):
Zat Gizi
Kandungan
Kalori (Energi)
367 kal
Protein
10.5-30.4 %
Karbohidrat
56.6 %
Lemak
1.7-2.2 %
Thiamin
0.20 mg
Riboflavin
4.7-4.9 mg
Niacin
77.2 mg
Ca (kalsium)
314.0 mg
K (kalium)
3793.0 mg
P (fosfor)
717.0 mg
Na (natrium)
837.0 mg
Fe (besi)
3.4-18.2 mg
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi Jamur Tiram
Jamur tiram tergolong tumbuhan yang saprofit, yang berarti jamur ini
memperoleh makanan dengan cara memanfaatkan sisa-sisa bahan organik, selain itu
jamur tiram juga tergolong tumbuhan yang tidak berklorofil, yang berarti jamur tiram
tidak bisa mengolah makananya sendiri (Susilawati dan Raharjo, 2010). Pileus dan
stipe atau stalk adalah dua bagian dalam tubuh buah jamur tiram yang berarti secara
berturut-turut adalah tudung dan tangkai. Tudung dari jamur tiram pada bagian bawah
dari tudung ini berlapis menyerupai insang, berwarna putih susu, memiliki garis tengah
3 cm hingga 14 cm, dan umumnya berukuran 5 cm hingga 15 cm, sedangkan untuk
tangkai jamur tiram yang berguna untuk menyangga tudung, pada umumnya berukuran
2 cm hingga 6 cm (Djarijah dan Djarijah, 2001).
5
Dinding sel jamur tiram berasal dari zat kitin dan sel jamur tiram berupa sel
eukariotik, tidak memiliki spora, dan tidak memiliki klorofil. Sel dari jamur tiram dapat
membentuk benang yang bersekat atau tidak bersekat (septum). Dasar dari sel jamur
adalah hifa, kemudian hifa ini akan mengumpul menjadi satu dan disebut sebagai
miselium (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Gambar 2.1 Jamur Tiram (Sumber: https://i2.wp.com/www.satujam.com/wpcontent/uploads/2015/04/ekonomi.kompasiana.com_.jpg?resize=640%2C457)
Berdasarkan morfologi hifa, hifa dibedakan menjadi 2 yaitu hifa septum dan
tidak. Hifa yang berseptum memiliki datu inti dan disebut sebagai hifa monositik. Hifa
yang tidak memiliki septum memiliki inti banyak dan disebut sebagai hifa senositik
(Roosheroe dkk, 2014).Hifa ini akan menyatu membentuk jaringan yang disebut dengan
miselium atau sekumpulan hifa (Djarijah dan Djarijah, 2001).
Pembentukan miselium terjadi karena anastomosis pada titik temu atau titik-titik
sentuh cabang-cabang hifa. Anastomosis hifa mempunyai dua peran, yang pertama
memperluas system hifa menjadi suatu jala yaitu miselium untuk penyerapan nutrient
dari substrat dan memfasilitasi pembentukan tubuh buah, sedangkan yang kedua yaitu
mempersatukan hifa yang terpisah, tetapi secara genetis identik (Carlile & Watkinson (
1994) lihat Roosheroe dkk, (2014).
6
Basidiomycota mempunya 3 macam hifa dalam hidupnya yaitu hifa primer,
sekunder dan tersier:
1. Hifa primer: hifa yang terbentuk dari suatu basidiospora yang jatuh pada
tempat yang sesuai, kemudian spora tersebut akan tumbuh menjadi hifa yang
memiliki inti banyak, lalu terbentuk septum atau sekat yang menghasilkan
satu inti. Hifa demikian disebut dengan hifa yang homokariotik atau hifa
primer.
2. Hifa sekunder: hifa homokariotik yang kompatibel akan saling mendekat,
yang masing-masing intinya adalah + dan -. Kemudian hifa tersebut
bersentuhan dan terjadi lisis dinding sel, sehingga terjadi hubungan
sitoplasma. Lalu hifa + akan masuk ke hifa – dan kemudian membelah diri.
Anak inti yang terbentuk akan bergerak lewat pori septum atau sekat sampai
seluruh bagian hifa tadi mempunyai dua inti yaitu inti + dan inti -. Hifa yang
memiliki initi + dan – ini disebut hifa sekunder atau heterokariotik
3. Hifa tersier: pembentukan hifa tersier terjadi oleh ikatan sejumlah hifa
dikariotik yang membentuk semcam tangkai yang pada bagian ujungnya akan
membentuk
lamella
dengan
basidium
yang
membawa
basidiospora
(Roosheroe dkk, 2014).
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora
berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar
dari sel yang kemudian akan membesar. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel inti,
lalu setelah terbagi terbentuklah sekat atau dinding sel baru di antara sel induk dengan
sel anak dan akhirnya akan memisahkan diri. Perkembangbiakan secara seksual yaitu
dimulai dari 2 hifa somatik yang berdekatan, lalu membentuk jalur perkawinan yang
berkembang menjadi besar dan akhirnya membentuk zigot. Zigot berkecambah
membentuk hifa baru (Suriawiria, 1986).
Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui spora atau sporangiospora
berkecambah menjadi hifa baru. Terbentuknya kuncup atau tonjolan kecil yang keluar
dari sel yang kemudian akan membesar. Kemudian diikuti dengan pembelahan sel inti,
lalu setelah terbagi terbentuklah sekat atau dinding sel baru di antara sel induk dengan
sel anak dan akhirnya akan memisahkan diri (Suriawiria, 1986).
7
2.1.1Syarat Tumbuh Jamur Tiram
1. Suhu
Pada suhu 25°C hingga 30°C miselium akan tumbuh optimal, sedangkan
untuk pembentukan tubuh buah jamur, suhu yang dikehendaki adalah 18°C
hingga 20°C (Djarijah dan Djarijah, 2001).
2. Tingkat keasaman atau pH
pH yang dikehendaki oleh miselum ini adalah 5,5 hingga 6,5.
Pertumbuhan miselium dapat terhambat apabila kondisi pH terlalu asam atau
terlalu basa. Pada pembentukan tubuh buah, kondisi keasaman agak netral
yaitu pada pH 6,8 hingga 7,0 (Djarijah dan Djarijah, 2001).
3. Kelembaban
Pertumbuhan miselium membutuhkan kelembaban udara yaitu 65%
hingga 70%. Dengan kadar air sekitar 60% miselium jamur akan tumbuh
dengan baik. Pertumbuhan tunas dan tubuh buah akan tumbuh optimal pada
kelembaban udara 80% hingga 85%. Jika kelembaban dibawah 80% maka
tunas dan tubuh buah mengalami gangguan absorbsi nutrisi yang akan
berakibat kekeringan (Djarijah dan Djarijah, 2001).
4. Aerasi
Jamur tiram akan tumbuh optimal tanpa terkena sinar matahari langsung,
selain itu juga pada lingkungan yang teduh dan sirkulasi udara yang lancar
dengan angin spoi-spoi basah karena membutuhkan oksigen sebagai senyawa
pertumbuhan atau bisa dikatakan semi anaerob. Oksigen juga akan
mendukung pertumbuhan dari jamur, maka perlu adanya sirkulasi udara yang
lancer,
namun
jika
oksigennya
terbatas
akan mengganggu
dalam
pembentukan tubuh buah yaitu tubuh buah yang dihasilkan akan kecil dan
abnormal (Djarijah dan Djarijah, 2001).
5. Cahaya
Dalam keadaan gelap miselium akan tumbuh optimal, sedangkan tubuh
buah akan tumbuh optimal pada kondisi yang agak terang, hal ini bertujuan
untuk merangsang pertumbuhuan buah (tangkai dan tudung). Jika cahaya
kurang atau kurang dari 40 lux maka tangkai buah jamur akan tumbuh kecil
dan tudung akan tumbuh abnormal (Djarijah dan Djarijah, 2001).
8
6. Nutrisi
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
tiram adalah ketersediaan nutrisi antara lain air, karbon, nitrogen, vitamin,
dan unsur mineral. Air berguna sebagai kelancaran transportasi yaitu untuk
kelancaran aliran partikel kimia antar sel, sedangkan karbon yang digunakan
untuk sumber energi, nitrogen digunakan dalam sintesis protein, purin, dan
pirimidin, vitamin digunakan sebagai katalisator, unsur mineral yang
dibutuhkan adalah unsur makro dan mikro. Unsur makro yaitu P, K, Ca, Mg
dan lain-lain, sedangkan unsur mikro antara lain Zn, Cu, dan lain-lain
(Djarijah dan Djarijah, 2001).
2.1.2 Media Jamur Tiram (Serbuk Kayu)
Serbuk kayu sengon merupakan media yang pada umunya digunakan untuk
media tanam jamur tiram karena serbuk kayu ini tergolong serbuk kayu yang keras,
tidak mengandung getah, tidak mengandung minyak serta bahan kimia lainnya. Serbuk
kayu sengon memenuhi syarat sebagai media tumbuh karena mengandung komponen
kimia selulosa yang mencapai 49,7%, dimana kadar selulosa adalah bahan yang
diperlukan dalam pertumbuhan jamur tiram (Reyeki, 2013).Menurut Nurafles, Arifin,
dan Ernita (2015), secara alamiah jamur tiram putih mempunyai kemampuan
memproduksi enzim, dimana enzim ini dapat mengurai kandungan selulosa dan lignin.
Hemiselulosa bertujuan untuk menyusun dinding sel. Selulosa dan hemiselulosa
setelah diuraikan akan berubah menjadi lebih sederhana, dimana kedua unsur ini akan
berubah menjadi glukosa dan air. Lignin tahan terhadap penguraian mikroba, oleh
karena itu kayu yang mengandung lignin yang tinggi tidak disarankan digunakan
karena akan menghambat pelapukan kayu oleh mikroba (Hamdiyatidkk, 2012).
Menurut penelitian Nurafles, Arifin, dan Ernita (2015), pemberian berbagai
komposisi media yaitu 100% serbuk gergaji kayu dan 0% jerami padi mampu
meningkatkan pertumbuhan dan hasil jamur putih. Selain itu juga disarankan untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik agar menggunakan komposisi yaitu serbuk gergaji
100% dan jerami padi 0%. Hal ini dikarenakan dalam media jerami padi mempunyai
komposisi selulosa yang lebih rendah dari serbuk gergaji kayu yaitu pada jerami padi
35% dan serbuk gergaji kayu 39% hingga 45%, dimana selulosa ini berguna dalam
penyusun dinding sel jamur.
9
2.2 Air Kelapa
Air kelapa adalah salah satu produk dari tanaman yang masih dapat dimanfaatkan
dalam peningkatan pertumbuhan tanaman. Air kelapa ini sering sekali dibuang oleh
pedagang di pasar. Hasil penelitian menunjukan bahwa air kelapa mengandung 2
hormon yaitu hormon auksin dan hormon sitokinin, dimana sitokinin ini berperan
dalam pembelahan sel banyak mengandung, selain itu juga mengandung Kalsium (Ca),
Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), Sulfur (S), gula dan
protein (Suryanto, 2009 lihat Tiwery, 2014).
Menurut Morel (1974) lihat Karimah, Purwanti, dan Rogomulyo (2013), air
kelapa mengandung hormon sitokinin (5,8 mg/l), hormon auksin (0,07 mg/l), dan
sedikit hormone giberelin. Menurut Darmawan dan Baharsjah (2010), hormon adalah
suatu zatyang dibentuk dalam suatu bagian dari tanaman, yang kemudian akan
mempengaruhi bagian lain dari tanaman. Hormon merupakan senyawa organik yang
dalam konsentrasi rendah akan memberikan efek fisiologis (Gardner, 1991). Sedangkan
menurut Salisbury dan Ross (1995), hormon tumbuhan adalah senyawa organik yang
akan memberikan respon fisiologis dalam konsentrasi yang sangat rendah, dimana
senyawa ini disintesis di salah satu bagian dari tumbuhan yang kemudian dipindahkan
ke bagian lain.
Zat tumbuh yang pertama kali ditemukan adalah auksin (Darmawan dan
Baharsjah, 2010). Auksin mula-mula ditemukan oleh Darwin pada tahun 1897 melalui
percobaan pengaruh phototropisme terhadap koleoptil, dimana saat penyinaran
dilakukan pada koleoptil ternyata ujungnya melengkung kearah datangnya sinar
matahari hal ini menunjukan bahwa ada sesuatu yang mengontrol kegiatan tersebut
(Abidin, 1983). Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went. Auksin yang
ditemukannya kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA) (Fahmi, 2014).
Pengaruh hormon auksin adalah pada perpanjangan dan pembesaran sel
(Darmawan dan Baharsjah, 2010). Hormon auksin berperan dalam proses pertumbuhan
dan perkembangan. Pengaruh fisiologis dari auksin adalah sebagai berikut:
1.
Pemanjangan sel:
2.
Tunas ketiak
3.
Absisi daun.
4.
Aktivitas kambium: merangsang pembelahan sel yaitu dalam daerah kambium
(Heddy, 1986).
10
Respon dari auksin dapat mengalami persaingan untuk mendapatkan peletakan
pada tempat kedudukan dari penerima yaitu pada saat konsentrasi yang. Sehingga
menyebabkan kurang efektifnya gabungan tersebut dan akan akan berakibat
menghambat pertumbuhan (Gardner, 1991).
Sitokinin mula-mula ditemukan oleh Gottlieb Haberlandt pada tahun 1913,
dengan menemukan suatu senyawa yang dapat memacu pembelahan sel yang
menghasilkan kambium gabus dan memulihkan luka pada umbi kentang yang
terpotong, dimana senyawa tersebut terdapat didalam jaringan pembuluh berbagai jenis
tumbuhan (Salisbury dan Ross, 1995). Hormon sitokinin mempengaruhi kemampuan
tanaman untuk dapat mengendalikan penuaan daun, bunga, dan buah (Rajiman, 2012).
Selain itu, hormon ini juga dapat mempercepat dalam pembelahan sel, membantu
pertumbuhan tunas dan juga pertumbuhan akar (Darmawan dan Baharsjah, 2010).
Sitokinin alami dihasilkan pada jaringan yang tumbuh dengan aktif yaitu terutama pada
akar, embrio, dan buah (Fahmi, 2014).
Pada penelitian Armawi (2009), pemberian air kelapa muda dengan konsentrasi
10% pada awal pembuatan baglog jamur memberikan pertumbuhan yang terbaik pada
jamur tiram putih. Sedangkan pada penelitian Hayati (2011), pengaruh konsentrasi
pemberian air kelapa pada media tanam dan hasil dari jamur merang dapat
meningkatkan diameter, panjang, total hari panen, berat dan berat rata-rata, dimana
konsentrasi terbaik yaitu 50%. Menurut penelitian Sutono dkk (2015), pemberian air
kelapa tua pada media tanam jamurtiram adalah cara yang tepat untuk pertumbuhan
jamur tiram dengan muncul tubuh buah tercepat. Menurut penelitian Tiwery (2014),
penggunaan air kelapa memberikan dampak yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman
sawi yaitu tinggi dan jumlah daun. Hal ini terjadi akibat dari aktivitas hormon auksin
dan juga hormon sitokinin yang cepat dalam pembelahan sel dan pemanjangan sel,
sehingga pembentukan tunas dan pemanjangan batang akan lebih terpacu dalam
pembentukanya.
11
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, model hipotetik,
dan tinjauan pustaka maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Pemberian air kelapa berpengaruh terhadap hasil jamur tiram putih.
2. Konsentrasi air kelapa 10% merupakan konsentrasi yang optimal dalam
meningkatkan hasil jamur tiram putih.
2.4 Definisi dan Pengukuran Variabel
Umur panen per panen dihitung mulai dari muncul tubuh buah hingga panen per
panen. Dihitung dalam satuan hari.
Interval panen dihitung dengan cara menghitung selisih tanggal antara panen
pertama dengan kedua, kemudian panen kedua dengan ketiga dan seterusnya.
Dihitung dalam satuan hari.
Diameter tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat jamur
secara vertikal yaitu saat tudung membuka sempurna. Diukur dalam satuan
centimeter (cm).
Panjang tangkai tudung buah diukur saat panen dengan penggaris melewati pusat
jamur hingga pangkal cabang (tidak termasuk bonggol atau akar jamur). Diukur
dalam satuan centimeter (cm).
Bobot segar per baglog dihitung dengan cara ditimbang pada bagian keseluruhan
jamur hingga bagian bonggol atau akar jamur. Pemanenan dilakukan pada saat
salah satu tudung jamur tiram mendatar atau sedikit cekungan kemudian
menjumlahkan bobot segar jamur tiap panen. Diukur dalam satuan gram (g).
12