SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN malayu

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SEKOLAH SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN

Disusun Oleh :
Eryoktri Piyustin 07021381419112
Iswadi

07021381419113

Koraima

07021381419114

Dosen Pengampuh : Dra. Hj. Rogaiyah M.si
Mata Kuliah

: Sosiologi Pendidikan

Jurusan


: Sosiologi ( Kampus Palembang )

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “Sekolah Sebagai Pusat
Kebudayaan”.
Dalam penulisan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang
tua dan saudara yang telah banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Ucapan terima kasih kepada Dra. Hj. Rogaiyah, M.Si selaku dosen dari mata kuliah sosioogi
pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan makalah
ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan dari pembaca sekalian. Harapan penulis, semoga dengan segala keterbatasan
yang ada, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wasalamualaikum Wr. Wb.


Palembang,

Februari 2017

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sekolah adalah tempat kita untuk menuntut ilmu. Baik ilmu agama,
umum, social maupun budaya. Semuanya bisa kita dapatkan dibangku
sekolah. Nah, tentang kebudayaan inilah yang akan kita bahas dalam
makalah ini. Seperti yang kita tahu, bahwa budaya Indonesia sekarang
sudah sedikit terkikis oleh budaya lain, ataupun diklaim oleh Negara lain.
Sebagai peserta didik yang notabennya adalah generasi penerus bangsa,
mereka harus cinta dan senang terhadap budaya Indonesia. Sebagai guru,
wajiblah kita menanamkan dan mengenalkan budaya Indonesia kepada
peserta didik mulai sejak dini.
Dari sekolah inilah, peserta didik mampu mengetahui semua budaya

yang

ada

di

Indonesia,

meski

terbatas.

Namun

mereka

bisa

mengembangkan lagi di sekolah – sekolah non formal yang sekarang
banyak di dirikan untuk siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan

mereka tentang kebudayaan yang ada di Indonesia. Jika dari awal kita
sebagai guru sudah menanamkan rasa senang terhadap budaya kepada
peserta didik, maka dengan mudah mereka untuk mencintai budaya
Indonesia yang begitu banyak ini. Jangan sampai budaya agung Indonesia
ini di rebut oleh bangsa lain.
Sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah sekolah yang merupakan pusat nilai-nilai yang
disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna, serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga
masyarakat, bangsa, dan negara, dan karenanya dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik
untuk sedini mungkin menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai, menghayati,
dan belajar mengamalkan melalui proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai pusat
kebudayaan sekolah adalah tempat atau sumber bagi pengembangan kebudayaan.
Dalam perkembangannya Sekolah sebagai pusat pendidikan formal lahir dan
berkembang dari pemikiran efesiensi dan efektifitas dalam pemberian pendidikan kepada
warga masyarakat. Namun harus diingat, fungsi pemberian pendidikan bukan sepenuhnya
diserahkan kepada sekolah, sebab pengalaman pada dasarnya dapat diperoleh sepanjang
hayat manusia, kapan pun dan dimana pun manusia berada, termasuk di lingkungan keluarga

dan di masyarakat.sekolah sebagai partner dalam memberikan pendidikan kepada warga
masyarakat. Jadi sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan pusat-pusat pendidikan yang
potensial, ketiganya saling pengaruh-mempengaruhi, termasuk mendayagunakan sumbersumber belajar dalam masyarakat, seperti narasumber, perpustakaan, museum, kebun

binatang, surat kabar, majalah, dan sebagainya, di samping berguna bagi masyarakat luas
sebagai media pendidikan, juga dapat digunakan oleh sekolah dalam menunaikan fungsi
pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari sekolah dan budaya?
2. Bagaimana sekolah sebagai pusat kebudayaan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari sekolah dan budaya
2. untuk mengetahui bagaimana sekolah sebagai pusat kebudayaan

BAB II
DEFINISI KONSEP
1. Definisi Sekolah
Kata

sekolah

berasal

dari


Bahasa

Latin: skhole,

scola,

scolae atau skhola yang berarti : waktu luang atau waktu senggang,
dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak
ditengah-tengah

kegiatan

utama

mereka,

yaitu

bermain


dan

menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja.
Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara
membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika
(seni).
Sekolah adalah tempat didikan bagi anak anak. tujuan dari sekolah
adalah mengajar tentang mengajarkan anak untuk menjadi anak yang
mampu memajukan bangsa . Sekolah adalah sebuah lembaga yang
dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah pengawasan
guru.
Sebuah sekolah itu tentunya dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
Kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah dan juga staf – staf
sekolah yang lain. Sekarang di Indonesia sudah banyak menjamur sekolah
– sekolah, baik yang sudah negeri maupun yang masih swasta, dari mulai
PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai Perguruan Tinggi. Semua
itu dipersiapkan untuk anak – anak Indonesia agar menjadi generasi
penerus bangsa yang pintar dan mencintai Indonesia.


2. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan atau budaya yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
“buddhayah, merupakan wujud jamak dari buddhi (budi atau akal)

diartikan sebagai hal yang memiliki kaitan dengan budi, serta akal
manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut sebagai “culture,
yang berasal kata Laton Colere (mengerjakan atau mengolah). Dapat juga
diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture sering juga
diartikan sebagai “kultur” yang dalam bahasa Indonesia.
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang, serta dimiliki
bersama oleh kelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya ini terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk
sitem agama dan politik, adat istiadat, perkakas, bahasa, bangunan,
pakaian, serta karya seni. Bahasa sebagaimana juga sebuah budaya,
adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari manusia sehingga
kebanyakan manusia lebih cenderung menganggap sebagai sebuah
warisan secara genetis. Saat orang berusaha berkomunikasi dengan
orang-orang

yang


berbeda

budaya,

serta

lebih

menyesuaikan

perbedaannya, dan membbuktikan bahwa budaya itu dapat dipelajari.
Budaya merupakan pola hidup yang menyeluruh. budaya memiliki sifat
yang kompleks, abstrak, serta luas. Bebagai budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur sosial-budaya ini tersebar, serta meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Menurut Soelaiman Soemardi & Selo Soemardjan menerangkan
bahwa suatu kebudayaan merupakan buah atau hasil karya cipta & rasa
masyarakat. Suatu kebudayaan memang mempunyai hubungan yang
amat erat dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Seorang

arkeolog, R. Seokmono menerangkan bahwa budaya adalah hasil kerja
atau usaha manusia yang berupa benda maupun hasil buah pemikiran
manusia dimasa hidupnya.
Sedangkan Effat al-Syarqawi mendefinisikan budaya berdasarkan
dari sudut pandang Agama Islam, Ia menjelaskan bahwa budaya adalah
khazanah sejarah sekelompok masyarakat yang tercermin didalam
kesaksian & berbagai nilai yang menggariskan bahwa suatu kehidupan
harus mempunyai makna dan tujuan rohaniah.
Definisi lain daru budaya yaitu menurut Lehman, Himstreet, dan
Batty yang

mendefinisikan

budaya

sebagai

kumpulan

beberapa


pengalaman hidup yang ada pada sekelompok masyarakat tertentu.
Pengalaman hidup yang dimaksud bisa berupa kepercayaan, perilaku, &
gaya hidup suatu masyarakat. Sedangkan Parsudi Suparian, mengatakan
budaya akan melandasi segala perilaku dalam masyarakat, karena budaya
merupakan pengetahuan manusia yang seluruhnya digunakan untuk
mengerti

dan

memahami

lingkungan

&

pengalaman

yang

terjadi

kepadanya.
Budaya

yang

ada

di

Indonesia

amat

berpengaruh

pada

perkembangan jaman dari masa ke masa & berubahnya kondisi alam
yang ada di Indonesia. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat
seorang pakar dari Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara, yang memaparkan
bahwa budaya adalah hasil perjuangan masyarakat terhadap alam &
zaman yang membuktikan kemakmuran & kejayaan hidup masyarakat
dalam menyikapi atau menghadapi kesulitan & rintangan untuk mencapai
kemakmuran, keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya.
Menurut

Koentjaraningrat, Budaya

merupakan

sebuah

sistem

gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh
manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan
kepunyaannya dengan belajar.

BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian sekolah dan budaya
Kata sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhole, scola, scolae atau
skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang.Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, sekolah merupakan bangunan atau
lembaga untuk belajar dan mengajar, serta tempat menerima dan
memberi pelajaran. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa sekolah
merupakan salah satu tempat bagi para peserta didik untuk menuntut
ilmu. Dan melihat kenyataanya hingga sekarang, sekolah masih dipercaya
oleh sebagian besar anggota masyarakat sebagai salah satu tempat untuk

belajar, berlatih kecakapan, menyerap pendidikan, atau tempat proses
mendewasakan anak.
Sebuah sekolah itu tentunya dipimpin oleh seorang kepala sekolah.
Kepala sekolah di bantu oleh wakil kepala sekolah dan juga staf – staf
sekolah yang lain. Sekarang di Indonesia sudah banyak menjamur sekolah
– sekolah, baik yang sudah negeri maupun yang masih swasta, dari mulai
PAUD, RA/TK, MI/SD, MTs/SMP, MA/SMA sampai Perguruan Tinggi. Semua
itu dipersiapkan untuk anak – anak Indonesia agar menjadi generasi
penerus bangsa yang pintar dan mencintai Indonesia.
Fungsi Sekolah


Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan



Sekolah sebagai alat-alat transmisi kebudayaan



Sekolah mengajarkan peranan sosial



Sekolah sebagai penyedia tenaga pembangunan



Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib



Sekolah sebagai alat integrasi sosial
Sedangkan

kata

budaya

berasal

dari

bahasa

sansekerta

“buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari “budhi” yang artinya akal. Jadi
kebudayaan ialah segala hal yang bersangkutan dengan akal. Dalam
bahasa inggris

kebudayaan adalah “culture” berarti keseluruhan dari

hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi – aksi terhadap dan oleh
sesame

manusia

sebagai

anggota

masyarakat

yang

merupakan

kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain
– lain.
Berikut ini beberapa definisi kebudayaan dari beberapa pakar, yaitu:
1. Kebudayaan

adalah

suatu

keseluruhan

yang

kompleks

yang

mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
istiadat, dan kecakapan – kecakapan serta kebiasaan – kebiasaan
lainnya yang diperoleh atau dihasilkan manusia sebagai anggota
masyarakat. (E.B. Taylor)

2. Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang
teratur dari tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan
yang tersusun dalam kehidupan masyarakat. (Koentjaraningrat)
3. Kebudayaan ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa
masyarakat. (Selo Semardjan Dan Soelaiman Soemardi
Kebudayaan

dipelajari

kehidupan bersama

dari

golongan

atau

masyarakat

dalam

dan tidak dilahirkan sebagai sifat biologis atau

karena naluri. Perkataan culture di Indonesia lazimnya diterjemahkan
dengan kebudayaan yang seperti diuraikan di atas tadi bertitik berat
kepada hasil hidup bersama di masyarakat. Tidak ada kebudayaan yang
diciptakan oleh seorang manusia saja, atau hasil cipta seorang manusia
saja. Mungkin penemuam – penemuan

yang berarti diciptakan oleh

pemikiran seseorang, tetapi penemuan itu akhirnya akan berkembang dan
digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan didalam masyarakat itu.
Bagian – bagian dari kebudayaan yaitu kesenian, pendidikan, ilmu dan
sebagainya. Selanjutnya , kesenian biasanya menyangkut hal – hal yang
mengandung unsure keindahan (estetika), seperti seni tari, seni sastra,
seni lukis dan sebagainya. Peradaban juga merupakan bagian dari
kebudayaan yang memberikan atau merupakan ukuran kemajuan budaya
sesuatu bangsa atau masyarakat, seperti arsitektur, teknologi, ilmu
pengetahuan dan sebagainya.
Jenis – jenis kebudayaan:
1. Kebudayaan material (kebendaan)
Kebudayaan material ialah wujud kebudayaan yang berupa
benda – benda konkret sebagai hasil karya manusia, seperti rumah,
mobil, candi, benda – benda hasil teknologi dan sebagainya.
2. Kebudayaan non material (rohaniah)
Kebudayaan nonmaterial ialah wujud kebudayaan yang tidak
berupa benda – benda konkret, yang merupakan hasil cipta dan rasa
manusia, seperti

3. Hasil cipta manusia, seperti filsafat serta ilmu pengetahuan, baik
yang berewujud teori murni maupun yang telah disusun untuk
diamalkan dalam kehidupan masyarakat.
4. Hasil rasa manusia, berwujud nilai – nilai dan macam – macam
norma kemasyarakatan yang perlu diciptakan untuk mengatur
masalah – masalah social dalam arti luas, mencakup agama,
ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsure yang merupakan
hasil

ekspresi

jiwa

manusia

yang

hidup

sebagai

anggota

masyarakat.
1. Sekolah sebagai pusat kebudayaan
Sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah sekolah yang merupakan
pusat nilai – nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna,
serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, bangsa, dan
Negara. Dan hal itu dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik untuk
sedini mungkin menggali, mengenal, memahami, menyadari, menguasai,
menghayati dan belajar mengamalkan melalui proses belajar mengajar di
sekolah.
Pendidikan nasional harus di landasi oleh kebudayaan nasional. Di
dalam undang – undang No. 2 tahun 1989 tentang system pendidikan
nasional dengan jelas dikatakan bahwa undang – undang tersebut
dikeluarkan dalam rangka memantapkan ketahanan nasional serta
mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan bangsa
dan

persatuan

nasional

yang

berwawasan

bhineka

tunggal

ika

berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
Keterkaitan yang sangat erat antara pendidikan dan kebudayaan
nasional memerlukan program – program khusus yang perlu dilaksanakan
bukan

saja

kebudayaan,

untuk
tetapi

menunjukkan
juga

bahwa

kebudayaan

pendidikan
perlu

berdasarkan

diwujudkan

atau

dikembangkan melalui pendidikan. Dengan kata lain perlu ada program
pendidikan

untuk

pengenalan

dan

pengembangan

kebudayaan.

Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan untuk meningkatkan
mutu pendidikan dalam rangka membangun peserta didik Indonesia yang
cinta terhadap bermacam – macam budaya Indonesia yang tersebar dari

sabang sampai merauke. Dan untuk mewujudkan itu bukan hal yang
mudah, perlu kerja sama antara guru, peserta didik, orang tua, dan
masyarakat sekitar.
Di bawah ini adalah ciri – ciri yang harus dimiliki oleh guru dan
peserta didik di sekolah sebagai pusat kebudayaan:


Berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa



Cinta kepada Negara Indonesia



Bangga memiliki bahasa dan budaya



Ikut serta memajukan Negara melalui usaha yang keras



Bertanggung jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik



Bertoleransi terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa,
budaya, dan agama



Berkeyakinan bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin,
ulet, bertanggung jawab, taat pada peraturan, dan tahu akan
kewajibannya.
Di dalam sekolah, tentunya banyak sekali perbedaan yang ada pada

semua penghuni sekolah. Dari sekolah ini juga kita sebagai guru akan
mengajarkan kepada peserta didik untuk saling menghormati, saling
memahami, saling menghargai perbedaan budaya, etnis, agama, dan
lainnya yang ada di antara mereka. Perbedaan – perbedaan ini tidak
menjadi penghalang bagi para peserta didik untuk bersatu. Dengan
perbedaan inilah diharapkan para peserta didik untuk tetap bersatu,
saling

mengisi,

tidak

bercerai

berai,

saling

bertukar

pikiran

juga

diharapkan menjalin kerjasama serta berlomba – lomba dalam kebaikan
(fastabiqul khoirot).Bukan malah menjadikan alas an perbedaan itu untuk
saling menyela dan mengejek satu sama lain. Ingatlah semboyan kita
Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda – beda, tetapi tetap satu jua.
Kekayaan kebudayaan Indonesia perlu digali dan diperkenalkan
serta dikembangkan oleh setiap manusia yang ada di Indonesia. Betapa
penting peranan sekolah atau pendidikan untuk mengembangkan unsure
– unsure tersebut tidak dapat diragukan lagi. Sebagai langkah awal,

mungkin sekolah tersebut mengadakan kegiatan ekstrakulikuler yang
khusus mempelajari tentang kebudayaan, baik dalam bentuk seni tari,
bahasa, seni lukis, seni batik, seni tenun dan masih banyak lagi. Itu
mungkin salah satu cara untuk menumbuhkan rasa senang kebudayaan
kepada peserta didik.
Sekolah dikatakan sebagai pusat kebudayaan karena di sekolah kita
bisa belajar tentang kebudayaan, baik sekolah formal maupun non formal.
Banyak mata pelajaran sekarang yang dikhususkan untuk mempelajari
kebudayaan, contoh: antropologi, sosiologi dan lain- lain. Selain itu juga
disekolah terdapat banyak perbedaan suku, ras, bahasa dan lain -lain
diantara para peserta didik. Itu juga bisa membantu peserta didik untuk
saling mengenal dan mempelajari dari sesama temannya. Sedang dari
sekolah non formal seperti kursus juga pelatihan – pelatihan yang
sekarang sudah banyak menjamur dimana – mana dan dengan mudah
bisa kita temukan. Museum juga secara tidak langsung sudah membantu
menjadi sekolah non formal untuk memperkenalkan barang – barang
peninggalan sejarah dan budaya pada zaman dahulu. Banyak kita lihat
sekarang para pemuda khususnya para peserta didik melupakan budaya
Indonesia, dan lebih memilih budaya luar, seperti contoh: tarian, sekarang
banyak

tarian

dari

Negara



negara

barat

yang

mempengaruhi

masyarakat Indonesia. Apabila ini dibiarkan,maka budaya yang kita miliki
akan hilang di telan zaman ataupun diklaim Negara lain seperti yang
terjadi kemarin. Ini menjadi tugas berat guru di sekolah agar mampu
menumbuhkan minat peserta didik untuk senang terhadap budaya milik
kita sendiri. Guru yang mengajar di bidang tersebut juga harus pintar dan
berkompeten dibidangnya, jangan hanya sekedar tahu saja,itu juga
merupakan potret yang kurang baik untuk peserta didik.
Pengembangan sekolah sebagai pusat kebudayaan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dalam rangka membangun manusia Indonesia. Secara terperinci tujuan
pengambangan sekolah sebagai pusat kebudayaan ialah:


Meningkatkan mutu pendidikan



Menciprakan masyarakat belajar



Membentuk manusia Indonesia seutuhnya



Menjadi sekolah sebagai teladan, bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Sekolah merupakan harapan para masyarakat untuk menjadikan

indonesia sebagai Negara yang bukan hanya kaya dalam budaya namun
juga kaya dengan generasi penerus bangsa yang pintar dan mencintai
budaya Indonesia. Hal ini juga butuh kerja sama antara guru, peserta
didik, dan masyarakat agar tercapai tujuan seperti yang diinginkan.
Cintailah

budaya

dalam

negeri

untuk

membantu

memajukan dan

membawa budayaa Indonesia ke ranah internasional.
Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dalam mengembangkan kebudayaan bangsab perlu ditumbuhkan kemampuan
masyarakat untuk memahami dan mengamalkan nilai budaya daerah yang luhur dan beradab
serta menyerap nilai budaya asing yang positif untuk memperkaya budaya bangsa.
Dalam pembangunan budaya nasional perlu diciptakan suasana yang mendorong
tumbuh dan berkembangnya sikap kerja keras , disiplin , sikap menghargai prestasi, berani
bersaing, serta mampu menyesuaikan diri dan kreatif. Juga perlu terus ditumbuhkan budaya
menghormati dan menghargai orang yang lebih tua , budaya belajar, ingin maju, dan budaya
ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Ditinjau dari hubungan sekolah dengan masyarakat, disampingsekolah merupakan
partner masayarakat, sekolah juga produsen yang melayani pesanan pendidikan dari
masyarakat sekelilingnya. Sebagai produsen kebutuhan pendidikan masyarakat , sekolah dan
masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional diantara kedunya yaitu :
Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah dengan
apa yang dibutuhkan oleh masyarakat (orang tua, pemerintah, lembaga – lembaga social , dan
sebagainya).
Agar sekolah /perguruan tinggi dapat menunaikan fungsinya dengan baik , perlu
adanya hubungan serasi dan terpadu dengan masyarakat khususnya publiknya, misalnya
dalam hal dana, fasilitas, dan jaminan – jaminan objektif lainnya. Seperti keamanan kerja
demi meningkatkan kegairahan kerja dan etos kerja.
Telah diketahui bersama bahwa keluarga, sekolah, masyarakat merupakan suatu
lembaga social yang telah dipolakan secara sistematis, memiliki tujuan yang jelas, kegiatan –

kegiatan yang terjadwal, tenaga – tenaga pengelola yang khusus, didukung oleh fasilitas yang
terprogram, sehingga tepatlah dijadikan sebagai pusat kebudayaan.
 Data Skunder (Sumber : Buku Sosiologi Pendidikan, Drs. Ary H. Gunawan)
Sekolah sebagai pusat pendidikan
Mempelajari dan memperhatikan sekolah sebagai pusat keudayaan di harapkan akan
memperoleh manfaat ganda . pertama, sebagai guru/dosen dapat membantu menciptakan
lingkungan sekolah dimana ia bekerja dan memperolah nafkah serta mendarmabaktikan
dirinya pada kehidupan. Kedua, sebagai guru/dosen dapat membantu para peserta didik agar
daat menghayati bahwa lingkungan sekolah adalah pusat kebudayaan. Bekal-bekal
pendidikan dan keterapilan yang mereka terima dapat di gunakan untuk menciptakan
lingkungan sekolah pada tempat mereka bekerja nanti, dapat juga merupakan pusat
kebudayaan yang bermanfaat bagi ligkungan sosialnya dan lingkungan kemanusiaan.
Makna pendidikan dan kebudayaan.
Secara historis-religius dikatakan bahwa pendidikan terjadi lebih dahulu dari
kebudayaan. Hal ini dapat di jelaskan tat kalah nabi adam akan di turunkan ke bumi, telah si
pesan oleh tuhan yang maha kuasa agar tidak makan buah kuldi demi....dan seterusnya. Dari
peristiwa ini tampak telah terjadi adanya pendidikan dari tuhan kepada nabi adam. Seblum
anak cucu nabi adam menghasilkan kebudyaan, dan selanjutnya menghailkan pendidikan
sebagai subkebudayaan.
Dari sisi lain kemudian di sebutkan bahwa pendidiknn merupakan sebagian dari
kebudyanaan, dan pendidikn tiak dapt di pisahkan dari kebudaayaan, keduanya merupakan
gejala dan faktor pelengkap yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia selain
sebagai makjluk alam, juga erfungsi sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berpikir
(human-rationale) .
Sebagaimana telah di jelaskan, bahwa kata “budaya” berawal dari “budi dan daya”
atau “dayanya budi” sebagai cipt, rasa dan karsa yang menghasilkan karya, antara lain adalah
pendidikan.
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia.
Bagaimana pun sederhananya peradaban suatu masyarakat. Pendidikan telah ada spanjang

peradaban manusia. Penddikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan
hidupnya. Tiada kehidupan masyarakat tanpa adanya kegiatan pendidikan.
Pendidikan di indonesia pada zaman penjajahan kolonial belanda juga menampakkan
perbedaannya anara praktek pendidikan oleh pemerintah hindia belanda dengan praktek
pendidikan indonesia. Pendidikan hindia belanda menciptakan strata-strata masyarakat agar
dapat menjadi ajang politik, sedangkan praktek pendidikan indonesia seperti taman siswa
berdasarkan asas kebangsaan dan praktek pendidikan pokok-pokok pesantren berdasarkan
agama islam, dan sebagainya.

Kini pratek pendidikan zaman indonesia merdeka yang

berdasarkan falsafah dan asas pancasia, harus dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Setiap pendidikan wajib mewujudkan falsafah pancasila dalam
segala kegiatan pendidikan menuju terwujudnya masyarakat yang sejahtera berdasarkan
pancasila.
Dafinisi pendidikan telah banyak dikemukakan para pakar pendidikan, mulai dari
langeveld, brubacher, N. Driarkoro S.J. Ki Hadjar Dewantara dan sebagainya sampai pada
pelaksanaan “pendidikan sepanjang hayat/hidup”.
Adapun Sekolah harus memiliki ciri-ciri khusus, antara lain :
-

Dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dapat menciptakan masyarakat belajar.
Dapat menjadikan teladan bagi masyarakat sekitarnya.
Dapat menjadi pengembangan masyarakat sekitarnya.
Dapat membentuk manusia indonesia seutuhnya.

 Studi Kasus
Masuknya Budaya Asing Pada Remaja Usia Sekolah Di Era Globalisasi
Sekolah memang tidak dapat di pisahkan dengan kebudayaan, karena sekolah
merupakan pusat dari pembelajaran yang mengedepankan nilai-nilai leluhur yang telah
tertanam (internalisasi) sejak dari dulu. Kemudian nilai-nilai asli dari nenek moyang
Indonesia tersebut lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan dan perilaku serta budaya
yang melekat dari kepribadian siswa-siswi di sekolah tertentu. Misalnya budaya sopan santun
terhadap orang tua yang selalu mengutamakan keentingan bersama daripada kepentingan

pribadi atau golongan, budaya disiplin terhadap segala sesuatu, tidak terpengruh dengan
kebudayaan yang asing dan bertentangan dari kebudayaan yang ada di Indonesia
(westernisasi), dan sebagainya.
Masuknya budaya Barat ke Indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis
globalisasi yang meracuni Indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan
menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan
dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh
budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu
keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang
datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang
bersangkutan. Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak
melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya
ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau
yang biasa disebut ketimpangan budaya.
Sekolah harus berperan sebagai agen pembentuk kepribadian yang berlandaskan pada
kebudayaan yang tidak bertentangan dengan adat istiadat masyarakat Indonesia sendiri,
sehingga ketika setelah siswa tersebut lulus dari sekolah, mereka akan dapat
mengimplementasikan nilai kebudayaan itu yang telah diajarkan selama masa pendidikan
mereka di sekolah dan tidak mudah terpengaruh oleh budaya negatif dari luar. Budaya negatif
ini dapat muncul dari berbagai aspek (media, pergaulan, dan lingkungan). Inilah fungsi
sekolah yang memusatkan membelajarannya pada kebudayaan agar dapat menjadi benteng
yang kokoh tidak mudah dipengaruhi oleh kebiasaan dan budaya dari luar yang mengancam
itu.
Contoh kasus dari sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah berbagai sekolah di Kota
Palembang, mulai dari SD, SMP, dan SMA masing-masing mempunyai standar tersendiri
dalam mendidik murid-muridnya. Ada yang mengedepankan basis IPTEK (Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi) saja namun, ada juga yang mengedepankan dua basis pengajaran yakni
IPTEK dan IMTAQ ( Ilmu Ilmu Pengetahuan Iman dan Taqwa).
Hal ini sehubungan dengan data dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kota
Palembang (Disdikpora) pada tahun 2014 menunukkan bahwa 60 % pelajar tingkat SMA di
kota Palembang telah terpengaruh budaya negative dari luar (westernisasi) hal ini di
indikasikan karena maraknya budaya yang cenderung hura-hura atau hedonis, lebih
mementingkan diri sendiri atau individualistis, pergaulan bebas, dan bahkan ada juga yang
berperilaku mengarah pada sekulerisme atau meninggalkan agama mereka masing-masing.

Hal tersebut sangat lumrah terjadi mengingat sifat karakteristik seseorang pada usia
pelajar yang umumnya adalah kalangan remaja. Mereka masih dalam masa pencarian jati diri
dan belum mengetahui apa yang sebenarnya baik dan buruk bagi diri mereka. Maka dari itu
sekolah memegang peran penting dalam penyaluran budaya yang dirasa ideal untuk
ditanamkan dalam diri seorang pelajar seperti nilai sopan santun, nilai kedisiplinan, nilai
keagamaan dal sebagainya.
Berikut adalah contoh-contoh pengaruh negative budaya asing terhadap remaja di usia
sekolah :
1. Cara berpakaian yang tidak pantas.
2. Kecanduan terhadap gadget serta game online

Remaja suka meniru budaya asing karna mereka fikir apa yang mereka tiru itu baik,
padahal banyak yang mereka tiru tidak baik. Seperti gaya hidup bebas padahal bebas orang
asing itu lain ini dikarenakan kurangnya infornasi dan sosialisasi. Anak remaja lah yang
sangat suka meniru budaya asing karna kurangnya pengawasan orang tua dan karna anak
adalah peniru terbaik. Budaya asing banyak ditontonkan di televisi dan dari televisi ini lah
remaja mulai mengikuti budaya barat seperti berinteraksi terlalu intim antara lain jenis
kelamin yang melanggar norma kesopanan, bukankah anak remaja di ajarkan norma
kesopanan?. Kebudayaan barat masuk ke Indonesia dengan begitu cepatnya melalui akses
teknologi dan informasi. Adanya terpaan negative secara langsung maupun teknologi
semakin mempermudah remaja ataupun pemuda kita untuk mengetahui kebudayaan yang
masuk tersebut. Yang menjadi sebuah persoalan ialah para remaja kita tidak melakukan
filterisasi terhadap hal-hal asing yang mereka ketahui, akan tetapi tanpa berpikir panjang
mereka langsung menjiplak dan menerapkan nila-nilai kebudayaan asing yang masuk tersebut

kedalam kehidupan sehari-hari mereka. Disinilai peran sekolah yang dituntut agar mampu
menciptakan siswa siswi yang berpendidikan, berakhlak, dan bermoral.

KESIMPULAN
Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedang
kebudayaan ada beberapa definisi,
Berikut ini beberapa definisi kebudayaan dari beberapa pakar, yaitu:
1. Kebudayaan adalah suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kecakapan – kecakapan serta kebiasaan – kebiasaan lainnya yang
diperoleh atau dihasilkan manusia sebagai anggota masyarakat. (E.B.
TAYLOR)
2. Kebudayaan ialah suatu keseluruhan hasil kelakuan manusia yang
teratur dari tata kelakuan yang harus diperoleh dengan belajar, dan
yang tersusun dalam kehidupan masyarakat. (KOENTJARANINGRAT)
3. Kebudayaan ialah semua hasil karya dari cipta, rasa, dan karsa
masyarakat. (Selo Semardjan dan Soelaiman Soemardi)
Sekolah sebagai pusat kebudayaan adalah sekolah yang merupakan
pusat nilai – nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna,

serta dipertaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Ciri – ciri yang harus dimiliki oleh guru dan peserta didik di sekolah
sebagai pusat kebudayaan:
1. Berbakti kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Cinta kepada Negara Indonesia
3. Bangga memiliki bahasa dan budaya
4. Ikut serta memajukan Negara melalui usaha yang keras
5. Bertanggung jawab terhadap kemajuan diri sendiri dan anak didik
6. Bertoleransi terhadap sesama walaupun berbeda suku, bahasa,
budaya, dan agama
7. Berkeyakinan bahwa Negara sangat memerlukan warga yang rajin,
ulet, bertanggung jawab, taat pada peraturan, dan tahu akan
kewajibannya .

BAHAN BACAAN
Sosiologi Pendidikan ( Suatu Analisis Sosiologi Tentang Berbagai Problem
Pendidikan) oleh Drs. Ary H, Gunawan, Penerbit : Rineka Cipta
Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda. Oleh George Ritzert. 1980,
penerbit : PT. Raja Grafindo Persada
Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma ( Fakta Sosial, Definisi Sosial,
Perilaku sosial ) oleh Prof. Dr. I.B. Wirawan