MAKALAH korupsi dari perspektif kriminol

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
KRIMINOLOGI dengan Judul “KORUPSI DALAM PERSPEKTIF KRIMINOLOGI”,

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………… 1
Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 2

Bab I Pendahuluan

A.Latar Belakang ………………………………………………………………………… 3
B.Rumusan Masalah …………………………………………………………………….. 5
C.Tujuan Penulis ………………………………………………………………………… 5

Bab II Pembahasan

1.Korupsi dan Kejahatan Terorganisir ………………………………………………… 6
2.Makna Tindak Pidana Korupsi ………………………………………………………. 7
3.Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi ……………………………………………….. 8
4.Korupsi dan Desentralisasi ……………………………………………………………. 11
5.Faktor-Faktor Kejahatan Korupsi dalam Segi Kriminologi ……………………….. 13

6.Upaya Mencegah Kejahatan Korupsi ……………………………………………….. 16
7.Manfaat Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi …………………… 17

Bab III Penutup

A.Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 19
B.Saran …………………………………………………………………………………… 21

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 22

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Permasalahan kejahatan bukanlah semata-mata permasalahan abad teknologi modern dewasa ini.
Meskipun manusia sudah demikian pesat maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi bahkan telah
di lakukan banyak terobosan baru. Permasalahan kejahatan masih tetap merupakan duri dalam

daging dan pasir dalam mata. Secara umum telah disadari bahwa permasalahan kejahatan akan
selalu ada dan tetep akan sampai dunia ini berakhir. Korupsi merupakan salah satu masalah nasional
yang dikualifikasi sebagai kejahatan yang dapat menghambat usaha-usaha untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat melalui pembangunan di samping merupakan tindakan penyelewengan
terhadap kaidah-kaidah hukun dan norma-norma sosial lainnya sehingga masalah korupsi
merupakan ancaman serius dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur.

Sejarah telah membuktikan bahwa hancurnya suatu negara, pemerintah bahkan masyarakat
disebabkan oleh merajalelanya tindak pidana korupsi. Lebih tragis lagi apabila terj adinya korupsi
bahkan disebabkan pelakunya kesulitan ekonomi, melainkan untuk menumpuk kekayaan diri pri
badi .Sebagai penyakit pada umunnya, maka korupsi perlu ditanggulangi, paling sedikit harus dicegah
terjadinya. galah satu sarana untuk menanggulangi adalah dengan peraturan hukum.[1] Korupsi
adalah bentuk kejahatan. Kebanyakan orang, termasuk ulama, akan sepakat tentang hal itu.

Kriminologi adalah disiplin ilmu yang menjadikan kejahatan sebagai objek studinya. Namun, korupsi
jarang menjadi fokus penelitian kriminologi. Ketika korupsi diteliti, itu sebagian besar dalam konteks
konsep yang lebih luas dari kejahatan, seperti kejahatan terorganisir (organized crime).[2] Kajian
tentang korupsi dari aspek kriminologis menjadi penting, mengingat kriminologi memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi hukum pidana, dengan mengungkapkan faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku kejahatan korupsi, yang menjadi dasar kebijakan kriminal dalam proses

penanggulangan tindak pidana korupsi.
Peraturan Perundang – Undangan merupakan wujud dari politik hukum institusi Negara dirancang
dan disahkan senabagai Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi. Tebah pilih. Begitu
kira-kira pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak pemerintah dalam
menangani kasus korupsi Akhir-akhir ini.
Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh dalam pidatonya, bicara
seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun tidak mau kalah, mengambil
manfaat dari kampanye anti korupsi di Indonesia. Lemahnya hukum di Indonesia dijadikan senjata
ampuh para koruptor untuk menghindar dari tuntutan.[3]
Dari penjelasan di atas, penulis mencoba untuk mencari tahu factor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan kejahatan korupsi.

B.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

Jelaskan korupsi dan kejahatan terorganisir itu?
Bagaimanakah makna tindak pidana korupsi?

Apa hubungan antara korupsi dan politik hokum ekonomi?
Apa hubungan antara korupsi dan desentralisasi?
Apa sajakah factor-faktor kejahatan korupsi dari segi kriminologi?

Bagaimana upaya mencegah kejahatan korupsi?
Apa maksud memberantas korupsi demi pembangunan ekonomi?

C.

Tujuan Penulis

Untuk mengetahui korupsi dan kejahatan terorganisir
Untuk mengetahui makna tindak pidana korupsi
Untuk mengetahui hubungan antara korupsi dan politik hokum ekonomi
Untuk mengetahui hubungan antara korupsi dan desentralisasi
Untuk mengetahui factor-faktor kejahatan korupsi dari segi kriminologi
Untuk mengetahui upaya mencegah kejahatan korupsi
Untuk mengetahui memberantas korupsi demi pembangunan ekonomi.

BAB II

PEMBAHASAN

1.

Korupsi Dan Kejahatan Terorganisir

Kejahatan terorganisir telah menjadi domain yang paling penting dalam kriminologi untuk penelitian
tentang korupsi. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya inisiatif kebijakan kriminal internasional pada
akhir tahun sembilan puluhan dalam memerangi kejahatan terorganisir. Kejahatan terorganisir
dianggap sebagai fenomena kejahatan yang semakin mengancam perekonomian negara, tetapi
tampaknya sulit bagi penegak hukum untuk menangkap jaringan ilegal di balik kejahatan terorganisir
tersebut. Pencucian uang (money laundering) dan korupsi dianggap sebagai mekanisme yang
digunakan oleh organisasi kejahatan untuk memfasilitasi atau untuk melanjutkan kegiatan ilegal
yang menguntungkan mereka tanpa terdeteksi. Dalam kasus pencucian uang, terdapat simbiosis
unik antara kejahatan terorganisir dengan pasar legal yang berhubungan dengan antara lain sektor
keuangan, sektor real estate dan perdagangan seni. Dalam kasus korupsi, dibedakan antara korupsi
pada tingkat politik, pada tingkat penegakan atau pada tingkat administrasi.

Pada skala dunia, Van Dijk menemukan korelasi yang kuat antara tingkat kejahatan terorganisir dalam
suatu negara dengan tingkat korupsi, seperti dilansir Transparansi Internasional. Namun, perlu

disadari bahwa hubungan dengan organisasi ilegal hanya satu dimensi tertentu dari korupsi. terdapat
dimensi lain dari korupsi yang menjadi alasan pentingnya membahas korupsi sebagai fenomena
kejahatan.[4]

2.

Makna Tindak Pidana Korupsi

Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National Integrity System, menjelaskan
bahwa korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi keprihatianan semua orang.
Praktik korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintahan totaliter, dictator yang meletakakan
kekuasaan di tangan segelintir orang. Namun, tidak berarti dalam system social politik yang
demokratis tidak ada korupsi bahkan bisa lebih parah berarti dalam system social politiknya teleransi
bahkan memberikan ruang terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan
pelanggran hak asasi manusia, lanjut Pope.
Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa. Korupsi merupakan tindakan
memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu Negara, dan menurunkan
standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alas an keterlibatan
modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public, korupsi selalu menyebabkan situasi social
ekonomi tak pasti (uncertenly).


Ketidakpastian ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan ekonomi dan bisnis. Sector swasta sering
melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung dalam menjalankan bisnis, sulit diprediksi
berapa Return of investment (ROI) yang dapat diperoleh karena biaya yang harus dikeluarkan akibat
praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam makalahnya menjelaskan bahwa korupsi
merupakan perbuatan buruk, seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1 menjelaskan bahwa tidak pidana
korupsi sebagaimana Maksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana. Mubaryanto, Penggiat Ekonomi Pancasila,
dalamdalam artikelnya menjelaskan tentang korupsi bahwa, salah satu masalah besar berkaitan
dengan keadilan adalah korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”.

Perubahan nama dari korupsi menjadi KKN ini barang kali beralasan karena praktek korusi korupsi
memang terkait koneksi dan nepotisme. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa dampak “penggantian”
ini tidak baik karena KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi
dibandingakan dengan penggunaan kata korupsi secara gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi
dan nepotisme.[5]
3.


Korupsi Dan Politik Hukum Ekonomi

Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar tercapai pertumbuhan dengan
geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang setiap hari diberitakan oleh media
masa baik cetak maupun elektronik, tergambar adanya peningkatan dan pengembangan modelmodel korupsi.
Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan” atau “anactment policy”,
merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant di Negara berkembang, pengusaha tepatnya,
untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep perundang-undangan dengan dimensi seperti
ini dominant terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi masuknya praktek korupsi melalui
kelemahan perundang-undangan.
Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak dapat lagi menggulur Negaranegara berkembang soal praktik korupsi, karena melalui korusilah system ekonomi social rusak, baik
Negara maju dan berkembang. Bahkan dalam buku “The Confession of Economic Hit Man” John
Pakin mempertegas peran besar Negara adidaya seperti Amerika serikat melalui lembaga donor
seperti IMF, Bank Dunia dan perusahaan Multinasional terperangkap dalam hutang luar Negeri yang
luar biasa besar, seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini.

Demokrasi dan metamorfosis Korupsi pergeseran sistem, melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde
baru, Soeharto, membawa berkah bagi tumbuhnya kehidupan demokrasi di Indonesia. Reformasi,
begitu banyak orang menyebutperubahan tersebut. Namun sayangnya reformasi harus dibayar


mahal oleh Indonesia melalui rontoknya fondasi ekonomi yang memang “Budle gum” yang setiap
saat siap meledak itu.
Kemunafikan (Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk membodohi rakyat. Namun, apa mau
ditanya rakyat tak pernah sadar, dan terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi
yang lahir dari mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi di pusat
kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti oleh desentralisasi pengelolaan
kekuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan dan pertumbuhan yang signefikan.
Disharmonisasi politik ekonomi social, grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena korupsi.
Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin mudah ditemukan diberbagai
bidang kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial., kepentingan pribadi menjadi
pilihan utama dibandingkan kepentingan umum, serta kepemilikan benda secara individual menjadi
etika pribadi yang melandasi prilaku sosial sebagaian besar orang. Kedua, tidak ada transparansi dan
tanggung gugat sistem integritas public.
Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi politik pribadi,
semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan kuantitas
pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruak di
Indonesia, justru memfasilitasi korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci dari pemecahan masalah
korupsi adalah keberpihakan pemerintah pada keadilan.
Korupsi harus dianggap menghambat pewujudan keadilan sosial, pembangunan sosial, dan
pembangunan moral. Jika sekarang korupsi telah menghinggapi anggota-anggota legislative di pusat

dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh lebih parah karena mereka (anggota DPR/DPRD)
adalah wakil rakyat.

Jika wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili
aspirasi rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang berasal dari krimon 1997/1998 ada anjuran serius
agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan tidak pada konglomerat), dalam bentuk
program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka ini berarti harus ada keadilan politik.
Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di Indonesia karena tidak
kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah aturan main berpolitik yang adil, atau
menghasilkan keadilan bagi seluruh warga Negara.
Kita menghimbau para filosof dan ilmuan-ilmuan social, untuk bekerja keras dan berpikir secara
empiric indktif yaitu selalu menggunakan data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya
berpikir secara teoritis saj, lebih-lebih dengan selalu mengacu pada teori-teori berat.
Dengan berpikir empiric kesimpulan-kesimpulan pemikiran yang dihasilkan akan langsung
bermanfaat bagi masyarakat dan para pengambil kebijakan masa sekarang. Misalnya, adilkah orangorang kaya kita hidup mewah ketika pada saat yang sama masih sangat banyak warga bangsa yang
harus mengemis sekedar untuk makan.

Negara kaya atau miskin sama saja, apabila tidak ada itikad baik untuk memberantas praktek korup
maka akan selalu mendestruksi perekonomian dalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti
yang menunjukan bahwa skandal ekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak Negara kaya dan

makmur dan juga terjadi dari kebejatan moral para cleptocrasy di Negara-negara miskin dan
berkembang seperti Indonesia.
Pembangunan ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dya alam kepada
perusahaan multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk
menumpuk pundik-pundi harta bagi kepentingan politik dan pribadi maupun Kelompoknya.[6]

4.

Korupsi dan Desentralisasi

Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok Setelah reformasi
digulirkan. Desentralisasi di Indonesia banyak pengamat ekonomi merupakan kasus Pelaksanaan
desentralisasi terbesar di dunia, sehingga Pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi kasus
menarik bagi studi banyak ekonomi dan pengamat politik dunia. Kompleksitas permasalahan muncul
kepermukaan, yang paling mencolok adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat
daerah dan anggota legislative daerah.
Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar dalam kehidupan social politik
ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan
ekonomi. Namun juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena
munculnya penguatan-penguatan yang lahir melalui Perda (pendapan daerah) yang dibuat dalam
rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah.
Mereka tidak sadar, karena praktek itulah inpestor menahan diri untuk masuk daerahnya dan
memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan akibat itu semua kemiskinan meningkat
karena Lapangan pekerjaan menyempip dan pembangunan ekonomi pembangunan di daerah
terhambat boro-boro memacu PAD.
Terdapat bobot yang menentukan daya saing infestasi daerah. Pertama, factor kelembagaan. Kedua,
factor inpraskruktur, ketiga, fakor social politik. Keempat, factor ekonomi daerah. Kelima, factor
ketenaga kerjaan hasil penelitian komite pemantauan Pelaksanaan otonomi daerah (KPPOD)
menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaan dalam hal ini pemerintah daerah sebagai factor
penghamabat terbesar bagi inpestasi.
Hal ini berarti birokrasi menjadi penghambat utama bagi infestasi yang menyebabkan munculnya
Haighcost economy yang beratri praktek korupsi yang melalui pungutan-pungutan liar yang berarati
liar dan dana pelican marah pada awal Pelaksanaan desentralisasi atau otonomi daerah terserbut.
Dan jelas ini emnhambat tumbuhnya kesempatan Kerja dan pengurangan kemiskinan di daerah
karena korupsi di birokrasi daerah. Namun, pada tahun 2005 faktor penghambat utama tersebut
berubah.[7]
Kondisi social politik dominant menjadi hambatan bagi tumbuhnya di daerah. Pada 2005 banyak
daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah (Pilkada secara langsung yang menyebabkan
instabilitasi politik di daerah yang membuat enggan para inspector untuk menanam modalnya di

daerah. Dalam situasi politik ini, inspector local memilih modalnya kepada ekspestasi politik dengan
membantu pendanaan kampanye calon-calon Kepala daerah tertentu dengan harapan akan
memperoleh kemenagan dan memperoleh proyek pembangunan di daerah sebagai imbalannya.
Kondisi seperti ini tidak akan menstimulus pembangunan ekonomi. Justru hanya akan memperbesar
pengeluaran pemerintah (Goverenment expenditure) karena para inspector hanya mengerjakan
prokyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan aut put baru di luar pengeluaran pemerintah (biaya
aparatur Negara) bahkan akan berdampak pada inspestasi pengeluaran pemerintah.
Karena untuk meningkatkan PAD-nya mau tidak mau pemerintah harus mengenjot pemdapatan dari
pajak dan retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek
korupsi. Titik tolak pemerintah daerah untuk memperoleh PAD yang tinggi inilah yang menjadi yang
menjadi penyebab munculnya haigh cost economy yang melahirkan ekonomi tersebut akan di
dukung oleh birokrasi yang njelimet.
Seharusnya titik tolak daerah adalah pembangunan ekonomi daerah dengan menarik infestasi daerah
yang sebesar-besarnya dengan merampingkan birokrasi dan memperpendek jalur serta jangka Waktu
pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan birokrasi dari prektek korupsi. Peneingkatan PAD
(pendapatan asli daerah), pengurangan jumlah pengurangan jumlah penganguran dan kemiskinan
pasti mengikuti.[8]

5.

Faktor-Faktor Kejahatan Korupsi Dari Segi Kriminologi

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang
berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap komentar tentang suatu peristiwa
kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. Dalam pengalaman kita ternyata tak mudah untuk
memahami kejahatan itu sendiri.

Kejahatan merupakan bagian dari masalah manusia dalam kehidupan sehari-hari, oleh karena itu
harus juga diberikan batasan-batasan tentang apa yang dimaksud dengan kejahatan itu sendiri baru
kemudian dapat dibicarakan unsur-unsur lain yang berhubungan dengan kejahatan tersebut,
misalnya siapa yang berbuat, sebab-sebabnya dan sebagainya.

Korupsi adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang yang berkaitan
dengan penyogokan dan penggelapan uang. Sehingga dapat kami simpulkan apa-apa yang dapat
menjadi faktor-faktor kejahatan korupsi ditinjau dari sudut pandang kriminologi adalah :

1.

Kurang Keimanan

Semakin tinggi seseorang menguasai ilmu pengetahuan dan iptek,tanpa dibarengi dengan
keimananya tidak mustahil seseorang akan terjerumus untuk melakukan tindak kejahatan
korupsi,dikarenakan kekurangan iman dan siraman keagamaan kepada orang tersebut.oleh karena
itu harus terdapat keseimbangan antara iptek dan imtak,sehingga dapat membenteng diri seseorang
agar tidak melakukan tindak kejahatan korupsi.

2.

Faktor Ekonomi

Salah satu penyebab seseorang melakukan kejahatan korupsi adalah disebabkan oleh faktor ekonomi
yang mana dalam diri manusia ada rasa ketidak puasan terhadap apa yang yang sudah ada ia
miliki.sehingga menimbulkan kecendrungan untuk melakukan suatu kejahatan korupsi.dalam
kehidupan masyarakat kejahatan korupsi tidak hanya terjadi dipemerintahan tetapi juga terjadi
dalam lingkungan masyarakat, misalnya dalam kegiatan seminar,dalam hal ini mengajukan proposal
ke rektorat yang mana dana yang diminta melebihi apa yang sewajarnya diperlukan.kondisi ekonomi
yang tidak menentu dalam suatu Negara dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan
kriminal.

3.

Faktor Lingkungan

Penyebab seseorang dapat melakukan kejahatan korupsi dapat timbul dari faktor lingkungan dimana
ia hidup dan berkediaman.lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan diri seseorang untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu kejahatan. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
dominan untuk menentukan seseorang melakukan suatu kejahatan, khususnya kejahatan
korupsi.sehingga tidak menjadi jaminan bahwa seseoran yang hidup dalam lingkungan yang baik,
untuk tidak melakukan kejahatan korupsi,oleh karena itu harus disesuaikan dengan iptek dan
imtak(seimbang).sehingga tidak mudah terpengaruh dengan lingkungan masyarakat tersebut.

4.

Faktor Hokum

Dari segi kriminologi faktor hukum merupakan salah satu penyebab yang dapat menimbulkan
kejahatan korupsi, dimana lemahnya pengawasan hukum yang dilakukan oleh pemerintah yang
berwenang dalam hal ini,sehingga banyak orang-orang terus melakukan kejahatan korupsi,
disebabkan oleh lemahnya pengawawsan dalam hal ini.ketidak takutan seseorang terhadap hukum
yang memicu banyaknya terjadi kejahatan korupsi.dimana sanksi yang terdapat begitu ringan,dan
sanksi yang tidak konsisten.

5.

Kultur Kebudayaan

Kultur budaya yang terdapat dalam masyarakat maupun instansi pemerintahan dapat memicu
terjadinya kejahatan korupsi.kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam masyarakat maupun instansi
pemerintahan tersebut antara lain: kerjasama untuk melakukan kejahatan,enggan atau takut untuk
melaporkan adanya suatu kejahatan.sehingga sulit untuk memberantas kejahatan korupsi ini, yang
telah menjadi budaya dalam kehidupan masyarakat maupun berbangsa dan negara.

6.

Faktor Social

Faktor social bisa menjadi alasan mengapa seseorang bisa melakukan kejahatan korupsi,yang
disebabkan antara lain karena kebiasaan yang terdapat dalam diri individu masing-masing,dan dapat
pula disebabkan karena adanya kesempatan untuk melakukan tindak kejahatan tersebut.kebiasaan
dan kesempatan bisa menjadi momentum seseorang untuk melakukan korupsi dimana kurangnya
pengawasan dalam hal tersebut.

7.

Faktor Perilaku Individu

Apa bila dilihat dari segi perilaku korupsi,sebab-sebab ia melakukan korupsi dapat timbul dari
dorongan dalam dirinya,yang dapat pula dikatakan sebagai keinginan,niat,atau kesadaran untuk
melakukan.sebab-sebab manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara lain:sifat tamak
manusia,moral yang kurang kuat menghadapi godaan,penghasilan yang kurang

mencukupi,kebutuhan hidup yang mendesak,gaya hidup konsumtif,tidak mau bekerja keras, ajaran
agama yang kurang diterapkan.[9]

6.

Upaya Mencegah Kejahatan Korupsi

Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kejahatan korupsi ditinjau dari
kriminilogi antara lain:

1)

Menyeimbangkan antara iptek dan imtak

2)

Melakukan penyuluhan hukum yang berkaitan dengan masalah korupsi

3)

Melakukan pengawasan terhadap jalanya pemerintah baik secara represif maupun reprentif

4)

Meningkatkan kualitas keimanan individu masing-masing

5)

Menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat akan bahayanya korupsi

6)

Menerapkan sanksi yang berat bagi pelaku korupsi

7)

Penyederhanaan system pemerintahan

8)

Menumbuhkan sikap jujur dalam bermasyarakat

9)

Menumbuhkan sikap tanggung jawab akan tugas dan kewajibanya.[10]

7.

Manfaat Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi

Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghambat pengembangan system
pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi perbuatan yang menguntungkan diri sendiri atau
Kelompok, yang mengesampingkan kepentingan public. Dengan begitu korupsi menutup rapat-rapat
kesempatan rakyat lemah menikmati pembangunan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik.
Pendekatan yang paling ampuh dalam melawan korupsi di Indonesia. Pertama, mulai dari
meningkatkan standar tata pemerintahan melalui konstruksi integritas nasional. Tata pemerintahan
modern mengedepankan system tanggung gugat dalam tatanan seperti ini harus muncul pers yang
bebas dengan batas-batas undang-undang, yang juga harus mendukung terciptanya tata pemerintah
dan masyarakat yang bebas dari korupsi.
Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan merupakan bagian dari tata pemerintahan, yudikatip
tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun memiliki ruang kebebasan menegakan kedaulkatan
hukum dan peraturan dengan Demikian akan terbentuk lingkaran perbaikan yang memungkin
seluruh pihak untuk melalukan pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun, konsep ini sangat
mudah dituliskan atau dikatakan dari pada dilaksanakan. Setidaknya dibutuhkan waktui yang cukup
lama untuk membangun pilar-pilar.
Bangunan integritas nasional yang melakukan tugas-tugas yang efektif dan berhasil menjadikan
tindakan korupsi sebagai prilaku beresiko yang sangat tinggi dengan hati yang sedikit. Kedua, hal
yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan terhadap korupsi adalah bagaimana
membangun kemauan politik (political will).
Kemauan politik yang dimaksud bukan sekedar kemauan para politis dan orang-orang yang
berkecimbung dalam ranah politik. Namun, ada yang lebih penting sekedar itu semua. Yakni,
kemauan politik yang termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan
sasial masyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra social.

Sehingga jabatan politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri, namun sebagai
tanggung jawabuntuk mengelola dan bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan mencapai
kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.
Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat Negara tergantung dengan
suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social politik dari masyarakat sipil-lah yang memaksa para
politisi dan pejabat Negara untuk menahan diri dari praktek korupsi.
Masyarakat sipil yang cerdas secara social politik akan memilih pimpinan (politis) dan pejabat Negara
yang memiliki integritas diri yang mampu menahan diri dari korupsi dan merancang kebijakan kearah
pembangunan ekonomi yang lebih baik. Melalui masyarakat sipil yang cerdas secara social politik

pula pilar-pilar peradilan dan media massa dapat di awasi sehingga membentuk integritas nasional
yang alergi korupsi.
Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung kecerdasar social politik masyarakat
sipil, maka pembangunan ekonomi dapat distimulus dengan efektif. Masyarakat sipil akan
mendorong pemerintah untuk menciptakan ruang pembangunan ekonomi yang potensial.[11]

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai perbuatan-perbuatan
tertentu, sebagai perbuatan jahat. Dengan demikian maka si pelaku disebut sebagai penjahat.
Pengertian tersebut bersumber dari alam nilai(penilaian masyrakat), maka ia memiliki pengertian
yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang memberikan penilaian itu.[12]

Perilaku korupsi merupakan sebuah fenomena yang mendunia, dan negara-negara di berbagai
belahan dunia, termasuk Indonesia- yang tercatat sebagai salah satu negara terkorup- melakukan
berbagai upaya untuk penanggulangannya. Meskipun demikian, banyak negara yang tidak berhasil
dalam upaya itu, karena tidak melakukan pengkajian yang holistik tentang faktor-faktor yang
menyebabkan perilaku korupsi, sehingga penanganannya pun tidak mencapai apa yang diinginkan.
Kriminologi dapat menjadi entry point dalam menentukan kebijakan kriminal yang tepat dalam
menanggulangi tindak pidana korupsi.[13]

Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghambat pengembangan system
pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi perbuatan yang menguntungkan diri sendiri atau
Kelompok, yang mengesampingkan kepentingan public. Dengan begitu korupsi menutup rapat-rapat
kesempatan rakyat lemah menikmati pembangunan ekonomi dan kualitas hidup yang lebih baik.[14]

faktor-faktor kejahatan korupsi ditinjau dari sudut pandang kriminologi adalah :

a)

Factor keimanan

b)

Factor ekonomi

c)

Factor hokum

d)

Factor social

e)

Factor lingkungan

f)

Factor kultur kebudayaan

g)

Factor prilaku individu

Upaya penanggulangannya antara lain:

a)

Menyeimbangkan antara iptek dan imtak

b)

Melakukan penyuluhan hukum yang berkaitan dengan masalah korupsi

c)

Melakukan pengawasan terhadap jalanya pemerintah baik secara represif maupun reprentif

d)

Meningkatkan kualitas keimanan individu masing-masing

e)

Menumbuhkan rasa kesadaran masyarakat akan bahayanya korupsi

f)

Menerapkan sanksi yang berat bagi pelaku korupsi

g)

Penyederhanaan system pemerintahan

h)

Menumbuhkan sikap jujur dalam bermasyarakat

i)

Menumbuhkan sikap tanggung jawab akan tugas dan kewajibanya

B.

Saran

Adapun saran penulis sebagai pemakalah dalam mengatasi tindak korupsi ini yaitu menciptakan
masyarakat yang bersih dan jujur dengan cara menyeimbangkan antara iptek dan imtak,
mempertebal iman dan taqwa kepada Allah swt, dan menumbuhkan sikap tanggungjawab akan
tugas dan kewajiban yang diembannya.
Oleh karena itu penulis mengajak teman-teman seperjuangan yang sebagai penerus bangsa
dimasa akan datang untuk lebih giat lagi belajar, mempertebal iman dan taqwa, guna memajukan
Negara yang kita cintai ini untuk lebih maju lagi dari sekarang dan bebas dari korupsi.