Epidemiologi DM Epidemiologi Penyakit Tidak Menular | Keluarga IKMA FKMUA 2010

M. Atoillah Isfandiari

EPIDEMIOLOGI
DIABETES MELLITUS

Definisi dan etimologi
 Diabetes

mellitus, DM  diabaínein (bhs yunani):
διαβαίνειν,, tembus atau pancuran air
 Mellitus (bahasa Latin): rasa manis
 dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit
kencing manis
 Merupakan penyakit kelainan metabolik yang
disebabkan oleh banyak faktor, dengan gejala berupa
hiperglikemia kronis dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:
 defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau

keduanya
 defisiensi transporter glukosa.

 Dua-duanya

Tipe Diabetes Melitus
Diabetes Tipe 1
Diabetes Tipe 2
Diabetes dalam Kehamilan
Diabetes Tipe Lain

Klasifikasi
 WHOmengklasifikasikan

bentuk diabetes mellitus
berdasarkan perawatan dan gejala :
 Diabetes tipe 1 :
 Disebabkan rusaknya sel beta di dalam pankreas yang

disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat
idiopatik (tidak khas).
 Diabetes


tipe 2:

 yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali

disertai dengan sindrom resistansi insulin
 Diabetes

gestasional:

 meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT dan

gestational diabetes mellitus, GDM.
• Diabetes tipe lain

Klasifikasi
 Klasifikasi

Malnutrion-related diabetes mellitus
(MRDM) tidak lagi digunakan karena walaupun
malnutrisi dapat memengaruhi ekspresi

beberapa tipe diabetes, tetapi hingga saat ini
belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau
defisiensi protein dapat menyebabkan diabetes.
 Subtipe MRDM; Protein-deficient pancreatic
diabetes mellitus, PDPDM, PDPD, PDDM, masih
dianggap sebagai bentuk malnutrisi yang
diinduksi oleh diabetes mellitus dan
memerlukan penelitian lebih lanjut

DM tipe 1
 Diabetes

mellitus tipe 1, diabetes anak-anak atau juvenile
diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM adalah
diabetes yang terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam
sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta penghasil insulin pada
pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anakanak maupun orang dewasa.
 Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat
disembuhkan, bahkan dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan
penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan berat badan yang

baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas
maupun respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada
penderita diabetes tipe ini, terutama pada tahap awal.
 Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel
beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh
adanya infeksi pada tubuh.

DM tipe 1
 Saat

ini, diabetes tipe 1 hanya dapat
diobati dengan menggunakan insulin,
dengan pengawasan yang teliti terhadap
tingkat glukosa darah. Pengobatan dasar
diabetes tipe 1 adalah penggantian insulin.
Tanpa insulin bisa menyebabkan koma
bahkan bisa mengakibatkan kematian.
 Penekanan juga diberikan pada
penyesuaian gaya hidup (diet dan

olahraga).

DM tipe 2
 Diabetes

mellitus tipe ( adult-onset diabetes, obesityrelated diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus,
NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus yang terjadi
bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi
darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang
disebabkan oleh mutasi pada banyak gen yang
menyebabkan :
 disfungsi sel β
 gangguan sekresi hormon insulin
 resistansi sel terhadap insulin yang yang menyebabkan sel

jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin
 serta penekanan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun terjadi
peningkatan sekresi gula darah oleh hati.



DM tipe 2
 Pada

tahap awal kelainan yang
muncul adalah berkurangnya
sensitifitas terhadap insulin, yang
ditandai dengan meningkatnya
kadar insulin di dalam darah.
 namun semakin parah penyakit,
sekresi insulin pun semakin
berkurang, dan terapi dengan insulin
kadang dibutuhkan

 Ada

beberapa teori yang menyebutkan
penyebab pasti dan mekanisme terjadinya
resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui
sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi
terhadap insulin, dalam kaitan dengan

pengeluaran dari adipokines ( suatu kelompok
hormon) itu merusak toleransi glukosa.
 Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien
dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2
kencing manis.
 Faktor lain adalah riwayat keluarga

glukosa

Energi
sel

PERAN INSULIN

“The Best Prescription
is Knowledge”
Copyright©.MediFa2004/
Adip/Witri

Kelainan pada DM tipe 2

Penderita DM tipe 2:
Glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel
karena sel resisten
terhadap insulin

Orang normal:
Glukosa dapat masuk ke
dalam sel dengan mudah
“The Best Prescription
is Knowledge”
Copyright©.MediFa2004/
Adip/Witri

Diabetes mellitus tipe 3
 Diabetes

mellitus gestasional
(gestational diabetes, insulin-resistant type 1
diabetes, double diabetes, type 2 diabetes

which has progressed to require injected
insulin, latent autoimmune diabetes of
adults, LADA) atau diabetes melitus yang
terjadi hanya selama kehamilan dan pulih
setelah melahirkan
 GDM mungkin dapat merusak kesehatan
janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari
wanita penderita GDM bertahan hidup.

Sejarah DM
 manuskrip

Mesir di th 1500 SM menyebutkan "pengosongan terlalu besar dari

urin".
 Tabib-tabib India sekitar waktu yang sama mengidentifikasi penyakit dan
diklasifikasikan sebagai madhumeha atau "madu urin" , mencatat urin akan
menarik semut
 Istilah "diabetes” pertama kali digunakan pada 230 SM oleh Appollonius dari
Yunani

 Diabetes Tipe 1 dan tipe 2 diidentifikasi sebagai kondisi yang terpisah untuk
pertama kalinya oleh Sushruta dokter India dan Charaka di th 400-500 dengan
tipe 1 berhubungan dengan pemuda dan tipe 2 dengan kelebihan berat badan
 Thomas Willis yang pada tahun 1675 menambahkan "mellitus" ke "diabetes"
kata sebagai sebutan untuk penyakit ini, ketika ia melihat air seni diabetes
memiliki rasa manis
 Sumber lain mengatakan Istilah "mellitus" atau " dari madu "ditambahkan oleh
pembalap Inggris John Rolle di akhir 1700-an untuk memisahkan kondisi dari
diabetes insipidus, yang juga dikaitkan dengan sering buang air kecil
 Frederick Banting dan Charles Herbert mengembangkan insulin pada tahun
1921 dan 1922

Faktor Risiko Diabetes
Mellitus
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan
Riwayat diabetes dalam keluarga
Umur
Jenis kelamin

Faktor risiko yang dapat dikendalikan

Kegemukan
Tekanan darah tinggi
Kadar kolesterol
Toleransi glukosa terganggu
Kurang gerak

Beberapa faktor pemicu
DM:
 Defek

genetik sel β-cell

 Maturity onset diabetes of the young
 Mutasi Mitochondrial DNA

 Defek

genetik pada pemrosesan insulin atau kinerja insulin

 Defects in proinsulin conversion
 Insulin gene mutations
 Insulin receptor mutations

 Defek

pada pankreas

 Chronic pancreatitis
 Pancreatectomy
 Pancreatic neoplasia
 Cystic fibrosis
 Hemochromatosis

Beberapa faktor pemicu
DM
 Kelainan

endokrin

 Growth hormone excess (acromegaly)
 Sindrom Cushing
 Hyperthyroidism

 Infeksi
 Cytomegalovirus
 Coxsackievirus B

 Obat-obatan
 Glucocorticoids /steroid
 Hormon Thyroid
 β-adrenergic agonists
 Statins (obat kholesterol)

Epidemiologi
 Secara

global, pada 2010, diperkirakan 285 juta orang
menderita diabetes, dengan tipe 2 sekitar 90% dari kasus
 insiden DM meningkat dengan cepat, dan pada tahun
2030, jumlah ini diperkirakan hampir dua kali lipat.
 Diabetes mellitus terjadi di seluruh dunia, namun lebih
umum (terutama tipe 2) di negara-negara yang lebih maju.
Peningkatan terbesar dalam prevalensi, dipekirakan terjadi
di Asia dan Afrika, di mana kebanyakan pasien mungkin
akan ditemukan pada tahun 2030
 Peningkatan kejadian di negara berkembang mengikuti
tren urbanisasi dan perubahan gaya hidup. Beberapa juga
meyakini adanya faktor lingkungan, tapi masih sedikit
pemahaman tentang mekanismenya.

Epidemiologi
 WHO

memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
 berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti
akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dan dengan asumsi
prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan
terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah
rural.
 Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan :
 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15

tahun diperkotaan 5,7%.
 Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan
sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas
sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 %  dan sebanyak 17 provinsi
memiliki prevalensi diatas nasional.
 prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di
perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas
prevalensi nasional.
 proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki
ranking ke-6 yaitu 5,8%.

DIAGNOSIS
 Berbagai

keluhan dapat ditemukan pada
penyandang diabetes.
 Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan
apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di
bawah ini:
 Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia,

polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya
 Keluhan lain dapat berupa: lemah badan,
kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi
pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

DIAGNOSIS
1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah
cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Pemerksaan glukosa plasma puasa≥

126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik

Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih
sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun
pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulangulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan
khusus

Efek jangka panjang
Menyebabkan stroke & serangan jantung
Menyebabkan kebutaan
Peredaran darah ke tungkai atau lengan
terganggu, luka sukar sembuh
Ginjal menjadi rusak dan gagal berfungsi
Gangguan sel saraf, sehingga reaksi
terhadap rangsang terganggu
Gangguan fungsi seksual
“The Best Prescription
is Knowledge”
Copyright©.MediFa2004/
Adip/Witri

Komplikasi
 Semua

bentuk diabetes mempunyai risiko komplikasi jangka panjang.
Komplikasi Jangka panjang terutama berhubungan dengan kerusakan
pembuluh darah.
 Diabetes meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, baik
"macrovascular” ( atau yang berhubungan dengan aterosklerosis arteri
besar)seperti penyakit jantung iskemik (angina dan infark miokard), stroke
dan penyakit pembuluh darah perifer, juga "mikrovaskuler" komplikasikerusakan pada pembuluh darah kecil, misalnya :
 Diabetic retinopathy, yang mempengaruhi pembentukan pembuluh darah di retina

mata, dapat menyebabkan gejala visual, visi berkurang, dan berpotensi kebutaan
 Nefropati diabetes, dampak diabetes pada ginjal, dapat menyebabkan jaringan
parut perubahan dalam jaringan ginjal, hilangnya jumlah kecil atau semakin besar
protein dalam urin, dan akhirnya memerlukan dialisis/cuci darah.
 Neuropati diabetik merupakan dampak diabetes pada sistem saraf, yang paling
sering menyebabkan mati rasa, kesemutan dan nyeri pada kaki. neuropati juga
berkontribusi pada risiko yang berhubungan dengan masalah kaki (seperti ulkus
kaki diabetik) yang dapat sulit untuk mengobati dan kadang-kadang memerlukan
amputasi.

Pencegahan
 Sidang

Umum PBB mengeluarkan Resolusi Nomor
61/225/2006 yang mendeklarasikan bahwa epidemic
Diabetes Melitus merupakan ancaman global dan serius
sebagai salah satu penyakit tidak menular yang menitikberatkan pada pencegahan dan pelayanan diabetes di
seluruh dunia  menetapkan tanggal 14 Nopember sebagai
Hari Diabetes Se-Dunia (World Diabetes Day) yang dimulai
tahun 2007
 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1575 tahun 2005,
pembentukan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular yang mempunyai tugas pokok memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat melalui pengendalian faktor
risiko penyakit tidak menular, khususnya penyakit DM
yang mempunyai faktor risiko bersama

Pencegahan
Pilar penatalaksanaan DM
1. Edukasi
2. Terapi gizi medis
3. Latihan jasmani
4. Intervensi farmakologis

 Nutrisi

:

 Kurangi total lemak terutama lemak jenuh.
 Penurunan berat badan ringan atau sedang

(5-10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan
kontrol diabetes
 Penurunan berat badandapat diusahakan
dicapai dengan penurunan asupan energi
yang moderat dan peningkatan pengeluaran
energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang
yaitu 250-500 Kkal lebih rendah dari asupan
rata-rata sehari.