Prevalensi Penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. Tahun 2012.

(1)

PREVALENSI PENDERITA HERPES SIMPLEKS

DI RSUD TANGERANG PERIODE

1 JANUARI 2010 - 31 DESEMBER 2011

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Ops Siagara Fatmuji NIM : 109103000022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2012M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul “Prevalensi Penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011”

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,sulit bagi saya untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And, dan Drs. H. Achmad Gholib, MA dan Ibu Farida selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H. Syarief Hasan Lutfi selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter.

3. dr.Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan penelitian ini.

4. Direktur serta semua staff bagian diklit dan rekam medik RSUD Tangerang yang sudah mengizinkan dan membantu saya untuk melakukan penelitian di RSUD Tangerang.

5. Ayahanda Nanang Pujiarjo, Ibunda Supadmi dan keluarga besar saya yang telah memberikan kasih sayang, dorongan berupa moril dan materil dan tidak pernah lelah selalu mendoakan dalam menulis laporan penelitian ini.

6. Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2009 yang selalu bersama-sama menempuh pendidikan selama ini.

Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Semoga


(6)

vi

penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam bidang kedokteran.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 19 September 2012


(7)

vii ABSTRAK

Ops Siagara Fatmuji. Progam Studi Pendidikan Dokter. Prevalensi Penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. Tahun 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi penderita herpes simpleks di RSUD Tangerang. Penelitian ini diambil dari catatan rekam medis penderita dengan diagnosis herpes simpleks di RSUD Tangerang periode 1 januari 2010 sampai dengan 31 desember 2011. Penelitian ini bersifat deskriptif kategorik. Sampel di ambil secara

total sampling berjumlah 76 pasien. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli Penyakit Menular Seksual di RSUD Tangerang periode 2010-2011 sebesar 1221 pasien. Diperoleh prevalensi penderita herpes simpleks di RSUD Tangerang periode tanggal 1 januari 2010 hingga 31 desember 2011 adalah 6,22%. Distribusi penderita berjenis kelamin laki-laki (48,6%) dan perempuan (51,4%). Distribusi penderita Herpes Simpleks terbanyak terdapat pada kelompok usia 23-27 tahun (31,4%), lulusan SMA (38,6%), dan tidak bekerja (35,7%).

Kata kunci : Penyakit Menular Seksual, Herpes Simpleks, Prevalensi

ABSTRACT

Ops Siagara Fatmuji. Medical Study Program. Prevalence Herpes Simplex in Tangerang District Hospital period January 1st 2010 until December 31st 2011. Year 2012.

The purpose of this study is to determine prevalence of Herpes Simplex in Tangerang district hospital. This study was taken by looking at the Herpes Simplex patients based on medical record at Tangerang District Hospital period January 1st 2010 until December 31st 2011. This study is using categorical descriptive epidemiology as a method. Sample taken by total sampling, with 76 patients. Population of this study was all the patients that visit to sexual transmitted disesase polyclinic in Tangerang district hospital period January 1st 2010 until December 31st 2011 was 1221 patients. The prevalence of Herpes Simplex at Tangerang district hospital period January 2010 until December 2011 is 6,22%. Distribution of the patients male (48,6%) and female (51,4%), Distribution Herpes simpleks patients most of in the age group of 23-27 years old (31,4%), senior high school graduates (38,6%), unemploye (35,7%).


(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK/ABSTRACT... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Peneliti... 3

1.4.2 Institusi Pendidikan ... 3

1.4.3 RSUD Tangerang ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori... 4

2.1.1 Herpes Simplex ... 4

2.1.1.1 Pengertian ... 4

2.1.1.2 Epidemiologi ... 5

2.1.1.3 Etiologi ... 7

2.1.1.4 Patogenesis ... 8

2.1.1.5 Manifestasi Klinik ... 9

2.1.1.6 Pemeriksaan Lab ... 13

2.1.1.7 Komplikasi ... 14

2.1.1.8 Penatalaksanaan ... 15

2.2 Kerangka Konsep ... 18

2.3 Definisi Operasional... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 21

3.5 Cara Kerja Penelitian ... 21

3.5.1 Identifikasi Variable ... 21

3.5.2 Pengumpulan Data ... 21

3.5.3 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 22


(9)

ix BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 23

4.1.1Prevalensi Herpes Simpleks pada Penderita PMS di RSUD Tangerang tahun 2010-2011 ... 23

4.1.2Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Kelamin ... 24

4.1.3Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia ... 24

4.1.4Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 25

4.1.5Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 26

4.1.6Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan ... 26

4.2 Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB V PENUTUPAN 5.1 Simpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTARPUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30


(10)

x

DAFTAR TABEL

2.1 Estimasi global prevalensi infeksi Herpes Simplex, pada tahun 2003... 6 2.2 Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi virus herpes ... 13 2.3 Definisi Operasional... 19 4.1 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan jenis kelamin di RSUD Tangerang

Tahun 2010-2011... 24 4.2 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun

2010-2011 ... 24 4.3 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSUD Tangerang

Tahun 2010-2011... 25 4.4 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan terakhir di RSUD

Tangerang Tahun 2010-2011 ... 26 4.5 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD Tangerang


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

2.1 Infeksi HSV Tipe I (Cold Sore) ... 8 2.2 Infeksi HSV Tipe 2 (Herpes Genitalis : Vulva) ... 11


(12)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Penyakit herpes simpleks hingga saat ini menjadi salah satu penyakit menular yang sering di jumpai di masyarakat. Hal ini semakin meningkat di picu oleh beberapa faktor di antaranya rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit herpes simpleks itu sendiri. Kebanyakan individu mengalami gangguan psikologi dan psikososial sebagai akibat dari nyeri yang timbul serta gejala lain yang menyertai ketika terjadi infeksi aktif. Sampai saat ini penyakit herpes simpleks tidak dapat di sembuhkan serta bersifat kambuhan maka terapi sekarang di fokuskan untuk menurunkan gejala yang timbul, meningkatkan pengetahuan mengenai herpes simpleks, menjarangkan kekambuhan serta menekan angka penularan sehingga diharapkan kualitas hidup penderita menjadi lebih baik setelah dilakukan penanganan dengan tepat.1

Herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan lepuh yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat dorman (tidak aktif) dalam sel saraf selama beberapa waktu. Namun tiba-tiba infeksi menjadi aktif kembali. Herpes dapat aktif tanpa gejala.1

Virus herpes simpleks tipe I (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namum HSV-1 dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks oral.2,3

Ketakutan masyarakat akan penyakit menular seksual (PMS), yang dihubungkan dengan kesadaran akan bahaya terhadap HIV, ternyata tidak mampu menurunkan insidens infeksi HSV-1 dan HSV-2, penyebab umum herpes genitalis dan herpes stomatitis. Meskipun gencar dikumandangkan pesan tentang seks yang aman, survei di Amerika Serikat menunjukan seroprevalensi HSV-2


(13)

2

meningkat 30% antara periode 1976-1980 dan 1988-1994. Antara 1-30% HSV genitalis primer disebabkan oleh HSV-1.12

Oleh karena itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai prevalensi penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Berapakah prevalensi Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui prevalensi jumlah penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang pada tanggal 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui insidens Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

2. Untuk mengetahui data demografi (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, pendidikan terakhir) pada pasien Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.


(14)

3

1.4Manfaat Penelitian A. Bagi Peneliti

1. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dan teori yang diperoleh pada saat kuliah

2. Menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian di bidang kesehatan.

B. Bagi Institusi Pendidikan

1. Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi

2. Sebagai bahan perbendaharaan bacaan di perpustakaan dan dapat dijadikan dasar pemikiran untuk penelitian lanjutan.

C. Bagi RSUD Tangerang

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi dan bukti medis mengenai prevalensi pasien Herpes Simpleks pada penderita PMS di RSUD Tangerang pada tanggal 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.


(15)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Herpes Simplek Virus 2.1.1.1 Pengertian

Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme virus, bakteri, parasit dan kutu kelamin yang sebagian besar menular melalui hubungan seksual, baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.4

Herpes simpleks adalah penyakit berbentuk lesi pada kulit di sebabkan oleh

Herpes Simplex Virus (HSV) yang menimbulkan infeksi akut dan di tandai dengan vesikel berkelompok pada kulit yang lembab.

Herpes simpleks adalah penyakit infeksi akut oleh Herpes Simplex Virus

(HSV) tipe I dan tipe II yang di tandai dengan vesikel berkelompok pada kulit eritematosa pada daerah dekat mukokutan. Sedangkan infeksi berlangsung secara primer ataupun rekuren.

HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatal. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili

herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi rekuren.5


(16)

5

2.1.1.2 Epidemiologi

Prevalensi antibodi dari HSV-1 pada sebuah popoulasi bergantung pada faktor-faktor seperti Negara, kelas sosial ekonomi dan usia.2 HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. Prevalensi HSV-2 lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Studi serologis pada populasi menunjukan bahwa lebih 50% usia 20 tahun telah terpajan HSV.6Studi pada populasi juga populasi juga menunjukan bahwa 2-4% adalah karier asimptomatik dan merupakan suatu continual virus reservoir untuk terjadinya infeksi baru.2

Dari data klinik penyakit mulut Rumah Sakit Gigi dan Mulut FKG UI dan Unit Pelayanan Fungsional Gigi dan Mulut RSCM pada tahun 2000-2001 dijumpai 25 kasus stomatitis herpetika, 5 diantaranya merupakan infeksi primer dan sisanya infeksi rekuren yang terdiri dari 1 herpes labialis rekuren dan 14 herpes intra oral rekuren.

Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5% pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA. Kelompok yang mengalami peningkatan tertinggi ialah remaja (peningkatan insidens 2 kali lipat).7, 8

Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an. Di Inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang di lakukan oleh pasien di Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000 pasien yang berkunjung. Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita di bandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita). Seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringan gejalanya


(17)

6

pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.8

Studi pada tahun 1960 menunjukan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang dan HSV-2 menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumah signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1. HSV-2 juga kadang-kadang menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks oral. Jarang didapatkan kelainan oral karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes Genitalis merupakan PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering di jumpai.

Tabel 2.1. Angka kejadian global prevalensi infeksi Herpes Simplex, pada tahun 2003.

Prevalensi Global dalam jutaan (Presentase per populasi)

Umur Wanita Pria Keduanya

15-19 25.8 (9.0) 14.6 (4.8) 40.4 (6.9)

20-24 39.4 (15.1) 24.1 (8.8 ) 63.5 (11.9)

25-29 46.5 (19.0) 30.5 (12.0) 77.1 (15.4)

30-34 51.5 (21.4) 36.1 (14.6) 87.6 (18.0)

35-39 52.9 (23.8) 38.8 (17.1) 91.8 (20.3)

40-44 50.8 (25.9) 38.8 (13.4) 89.6 (22.6)

45-49 47.9 (27.7) 37.8 (21.5) 85.6 (24.6)


(18)

7

2.1.1.3Etiologi

Herpes Genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV adalah:

1. Herpes Simplex Virus tipe I : pada umumnya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.

2. Herpes Simplex Virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, anal dan paha).

Herpes Simplex Virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster

yang menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan sama. Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal atau anak seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.9


(19)

8

Gambar 2.1 Infeksi HSV Tipe I (Cold Sore).

Sumber : McGraw-Hill, 2006

2.1.1.4 Patogenesis

HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel inang. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV sering kali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.

Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. Seseorang terpajan HSV-1 pada umumnya sebelum pubertas.10 Kulit dan mukosa


(20)

9

merupakan pintu masuk sekaligus tempat multplikasi virus, yang menyebabkan sel lisis dan terbentuknya vesikel.11

HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglion syaraf trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten diganglia dorsalis sakralis. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus, virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis dan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.2, 3 ,12, 13, 14

2.1.1.4Manifestasi Klinis

Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer


(21)

10

dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.

Manifestasi klinis stomatitis herpetika primer berbeda dari bentuk rekurennya. Infeksi primer dapat bersifat subklinis, tetapi pada beberapa keadaan menimbulkan manifestasi berat di daerah oral dan disebut gingivostomatitits herpetika primer. Manifestasi bentuk rekuren dapat terjadi di ekstra oral (herpes labialis) atau intra oral (herpes intra oral).

Keparahan dan kekerapan manifestasi klinis serta rekurensi herpes genital dipengaruhi oleh faktor virus dan pejamu, misalnya tipe virus, imunitas sebelumnya, jenis kelamin, dan status imun pejamu. Pengaruh faktor pejamu lainnya terhadap kemudahan tertular infeksi ataupun ekspresi penyakit, termasuk umur, ras, tempat inokulasi, latar belakang genetic masih belum jelas.14

Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi. Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut:

1. Nyeri dan disuria

2. Uretral dan vaginal discharge

3. Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala) 4. Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal

5. Nyeri pada rectum, tenesmus Tanda-tanda :

1. Eritem, vesikel, pustule, ulserasi multiple, erosi, lesi dengan krusta pada tingkat infeksi

2. Limfadenopati inguinal 3. Faringitis


(22)

11

Gambar 2.2. Infeksi HSV tipe 2 (Herpes Genitalis : Vulva). Sumber : McGraw-Hill, 2006

1. Herpes Genital Primer

Infeksi primer biasanya terjadi dalam waktu 2-21 hari setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza dan juga di tandai dengan gejala sistemik dan lokal yang lama. Demam, nyeri kepala, malaise, dan mialgia. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.14


(23)

12

2. Herpes Genital Rekuren

Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan

outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka ditempat terjadinya outbreaks. 14

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi: Infeksi primer  stadium laten  replikasi virus  stadium rekuren.

Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.

Berbagai macam manifestasi klinis: 1. Infeksi oro-fasial

2. Infeksi genital 3. Infeksi kulit lainnya 4. Infeksi okular 5. Kelainan neurologis 6. Penurunan imunitas 7. Herpes neonatal


(24)

13

2.1.1.6 Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai berikut termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.

Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.

Tabel 2.2. Penggunaan berbagai teknik diagnosis pada infeksi virus herpes.

Teknik HSV 1&2 VZV CMV EBV HHV6&7 HHV8

Serodiagnostik + ++ ++ +++ + +

Kultur +++ ++ ++ ± ± ±

Deteksi antigen +++ +++ +++ + ± ±

Deteksi asam nukleat ++ ++ ++ ++ +++ +++

Sumber: Marechal V. dkk 1999

Dalam banyak kasus hasil serologi herpes tidak memberikan nilai yang berarti. Antibodi spesifik HSV pada periode simptomatik infeksi primer belum di produksi, sehingga teknik serologi tidak dapat digunakan untuk penentuan terapi pada kasus darurat. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan prevalensi pada populasi dan mendeteksi kasus asimptomatik. Selain itu pemeriksaan serologi juga dipakai untuk mengevaluasi status imun kelompok tertentu, kepastian status wanita hamil, dan pernapisan antara infeksi primer dan rekuren.


(25)

14

Hasil serokonversi memberikan nilai yang besar untuk diagnostik, tetapi perlu waktu. Pengukuran afinitas yang lemah IgG dan adanya IgM dalam serum merupakan petunjuk infeksi primer baru.

Pemeriksaan serologic untuk HSV-2 dapat menjadi komponen penting untuk progam pencegahan herpes genitalis, tetapi rekomendasi untuk pemeriksaan dan skrining dapat bervariasi terhadap populasi yang berbeda. 15

2.1.1.6Komplikasi

Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Sering dijumpai komplikasi pada susunan syaraf pusat (SSP) dan superinfeksi jamur. Kompliasi pada SSP berupa meningitis aseptik, disfungsi sistem syaraf otonom. Pada pria bias terjadi impotensia. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.

Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.


(26)

15

2.1.1.7 Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

1. Menjaga kebersihan lokal

2. Menghindari trauma atau faktor pencetus

3. Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.

Pengobatan herpes genitalis bertujuan untuk mencegah infeksi (terapi profilaksis), memperpendek masa sakit termasuk kekerapan komplikasi infeksi primer, mencegah terjadinya latensi dan rekurensi klinis setelah episode pertama, mencegah rekurensi pada merka yang asimtomatik, mengurangi transmisi penyakit dan eradikasi infeksi laten.16

Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada pasangan seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:

1. Asiklovir 2. Valasiklovir 3. Famsiklovir

Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari selama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.16

a. Asiklovir16

Atau yang dikenal juga dengan nama asikloguanosin, adalah obat antiviral yang digunakan secara luas untuk pengobatan herpes simplex, Mekanisme kerja asiklovir didasarkan atas penghambatan enzim DNA polimerase virus. Asiklovir segera diubah menjadi asiklo-guanosin monofosfat oleh enzim timidin kinase


(27)

16

virus, kemudian diubah lagi menjadi asiklo-guanosin trifosfat (asiklo-GTP). Asiklo-GTP bergabung dengan DNA virus yang akan mengakibatkan terhentinya aktifitas enzim DNA polimerase.

b. Valasiklovir16

Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

c. Famsiklovir16

Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidinkinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.

Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria

bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.

2.1.1.8 Pencegahan

Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktannonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.


(28)

17

Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu: 1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan

PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.

2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.

3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.

4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi. 5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan


(29)

18

2.2 Kerangka Konsep

Golongan Virus Penyakit Menular

Seksual

Herpes Simplex Virus Tipe I

Herpes Simplex Virus Tipe II

Faktor Faktor: 1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Pendidikan 5. Status Pernikahan Herpes Simpleks Virus


(30)

19

2.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala HSV Positif Terdiagnosis pasti

HSV positif melalui hasil lab

Rekam medis

Rekam medis

Ordinal

Usia Usia pasien saat

bulan September 2012 Rekam medis Rekam medis Ordinal

Jenis Kelamin Identitas pasien yang dapat digunakan untuk membedakan antara Laki – laki dan perempuan Rekam medis Rekam medis Ordinal

Pekerjaan Pekerjaan yang di miliki Rekam medis Rekam medis Ordinal

Pendidikan Pendidikan terakhir pasien Rekam medis Rekam medis Ordinal Status Pernikahan Status pernikahan terakhir pasien Rekam medis Rekam medis Ordinal


(31)

20 BAB III

RANCANGAN PENELITIAN 3.1Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif kategorik. Sumber data yang digunakan berasal dari data sekunder yang diperoleh dari rekam medik pasien untuk mengetahui prevalensi penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011.

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Tangerang yaitu dari tanggal 1 Juni sampai dengan 1 September 2012.

3.3Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengidap penyakit Herpes Simpleks. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah Penderita Penyakit Menular Seksual.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling

dari rekam medik di RSUD Tangerang periode 2010-2011. Estimasi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus:

) ))

Berdasarkan perhitungan rumus di atas maka besar sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:

Jumlah Sampel = ) ))

) ) ) )


(32)

21

Jadi, jumlah sampel minimal adalah sebanyak 70 pasien. Keterangan:

1. Ζα = 1,96 (table kurva normal / Tingkat Kemaknaan)

2. P = persentase taksiran hal yang akan diteliti / proporsi variable yang diteliti, diambil dari prevalensi penelitian sebelumnya = 24 % = 0,24

3. q = 1 – P = 1 – 0,24 = 0,76

4. d = derajat ketepatan absolut yang diinginkan dalam hal ini diambil 10% = 0,10

3.4Inklusi dan Ekslusi A. Inklusi

1. Data Pasien yang terdiagnosis pasti virus HSV melalui pemeriksaan lab di RSUD Tanggerang Tahun 2010-2011

2. Data rekam medis lengkap B. Ekslusi

1. Data pasien yang terdiagnosis hanya melalui anamesis 2. Responden yang data rekam mediknya tidak lengkap 3. Tidak mendapatkan persetujuan rumah sakit

3.5 Cara Kerja Penelitian 3.5.1 Identifikasi Variabel

Dalam penelitian ini terdapat berbagai variable yang akan diteliti yaitu : 1. Variabel Bebas = Faktor – Faktor Demografi

2. Variabel Terikat = Herpes Simpleks 3.5.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan menggunakan data sekunder berupa rekam medis dari pasien yang datang memeriksakan diri di RSUD Tangerang Tahun 2011. Kemudian peneliti meminta izin kepada bagian rekam medis untuk menyiapkan rekam medis pasien dan peneliti mengisi lembar penelitian berdasarkan data dalam rekam medis.


(33)

22

3.5.3 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan sistem komputerisasi melalui beberapa proses sebagai berikut:

1. Editing, untuk memastikan data yang di peroleh terisi semua atau lengkap dan dapat dibaca dengan baik, relevan, serta konsisten.

2. Coding, dapat diperoleh dari sumber data yang sudah diperiksa kelengkapannya kemudian dilakukan pengkodean sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry data, data yang telah di coding diolah dengan bantuan progam komputer.

4. Cleaning, proses pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

5. Manajemen data, proses memanipulasi atau merubah bentuk data. 6. Analisis data, proses pengolahan data serta menyusun hasil.

Data di input ke dalam SPSS 16.0 yang kemudian diverifikasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan prevalensi dan distribusi frekuensi. Data lalu disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks, tabel dan grafik.

3.5.4 Etika Penelitian dan Alur Penelitian

Peneliti meminta izin kepada RSUD Tanggerang. Penelitian dilakukan dengan aspek kerahasiaan terhadap rekam medik yang dianalisis tanpa informed consent terhadap pasien. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu :

1. Pembuatan proposal 2. Pencatatan rekam medis

3. Pemasukkan dan pengolahan data ke SPSS 4. Analisis data


(34)

23 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1.1 Prevalensi Herpes Simpleks pada Penderita PMS di RSUD Tangerang tahun 2010-2011

Hasil pengumpulan data rekam medik di RSUD Tangerang untuk pasien Herpes Simpleks pada penderita PMS dari 1 Janurai 2010 sampai dengan 31 desember 2011 adalah 76 pasien. Sedangkan data rekam medik pasien Penyakit Menular Seksual (PMS) secara keseluruhan di RSUD Tangerang periode 1 januari 2010 sampai dengan 31 desember 2011 sebanyak 1221. Dengan berdasar pada data tersebut, prevalensinya adalah:

Keterangan: Ʃ =Jumlah, Konstanta = 100%

Maka prevalensi pasien Hepes Simpleks di RSUD Tangerang dari 1 januari 2010 – 31 desember 2011 sebesar

Point Pravalence Rate = Ʃ pasien Herpes Simpleks 2010-2011 x Konstanta

Ʃ pasien PMS 2010-2011

Point Pravalence Rate = 76 x 100 % = 6,22%


(35)

24

4.1.2 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan jenis kelamin di RSUD

Tangerang Tahun 2010-2011

Jenis Kelamin Jumlah (Pasien) Presentase (%)

Laki-laki 36 47,4

Perempuan 40 52,6

Total 76 100,0

Berdasarkan Tabel di atas diketahui perempuan lebih tinggi dari laki laki dari total sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Menurut WHO bahwa gender perempuan lebih tinggi prevalensinya di dunia dan perempuan lebih rentan daripada laki-laki karena anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita).

Menurut CDC secara keseluruhan, prevalensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki, terutama di kalangan orang muda dan hampir 40% adalah di kalangan wanita usia 15-19 tahun di Kisumu, Kenya.

4.1.3 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011

Kelompok Usia (tahun) Jumlah (pasien) Persentase (%)

15-19 5 6,6

20-24 16 21,1

25-29 22 28,9

30-34 17 22,4

35-39 7 9,2

40-44 5 6,6

45-49 4 5,3


(36)

25

Berdasarkan tabel diatas (4.2) diketahui kelompok usia 25-29 tahun lebih mendominasi dari keseluruhan data rekam medik sebesar 22 (28,9%) dan yang terkecil yaitu rentang antara 45-49 tahun sebesar 4 (5,3 %) sesuai dari data sebelumnya memang sedikit angka kejadian pada orang tua, sebaliknya menurut Cowan pada usia 25-29 mendominasi karena pada saat itu dimana mengenal dan peningkatan aktivitas seksual. Menurut penelitian oleh Austin Infeksi dikaitkan dengan usia yang lebih muda pada seks pertama kali. Center for Disease Control and Prevention berkemukaan bahwa ras kulit putih/Mongolian, seroprevalnesi pada usia 20-39 merupakan usia yang mulai menunjukan adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2. Menurut dr Suprayanto, kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV. Antibodi untuk 2 jarang ditemukan sebelum masa remaja karena asosiasi HSV-2 berkaitan dengan aktifitas seksual.

4.1.4 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tabel 4.3 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Pekerjaan di RSUD

Tangerang Tahun 2010-2011

Jenis Pekerjaan Jumlah (Pasien) Persentase (%)

Pelajar Mahasiswa 11 14,5

Karyawan Swasta 13 17,1

Wiraswasta 11 14,5

PNS 13 17,1

Tidak Bekerja 28 36,8

Total 76 100,0

Berdasarkan tabel di atas (4.3) di ketahui sebagian besar yaitu Tidak bekerja (36,8%) dan pekerjaan untuk ekonomi kebawah berhubungan erat dengan tingkat prilaku dan aktivitas seksualnya. Wilson, Walter dan Merle menjelaskan bahwa prevalensi herpes simpleks di negara teringgal 90% masyarakatnya yang berumur 30 tahun memiliki antibodi HSV -1. Sedangkan di Amerika Serikat Antibodi HSV-1


(37)

26

ditemukan antara 50-60% pada masyarakat kelas menengah dan 90% pada masyarakat tingkat sosial ekonomi rendah.

4.1.5 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 4.4 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSUD

Tangerang Tahun 2010-2011

Pendidikan Terakhir Jumlah (Pasien) Persentase (%)

SD 11 14,5

SMP 20 26,3

SMA 30 39,5

Perguruan Tinggi Lainnya

8 7

10,5 9,2

Total 76 100,0

Berdasarkan tabel di atas (4.4) distribusi herpes dilihat dari pendidikan terakhir yang mendominasi adalah lulusan SMA (39,5%), tingkat pengetahuan dan keingintahuan yang besar memicu prilaku seksual bebas dengan mengganti pasangan.

4.1.6 Pola Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan Tabel 4.5 Distribusi Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD

Tangerang Tahun 2010-2011

Status Pernikahan Jumlah (pasien) Persentase (%)

Menikah 36 51,4

Belum Menikah 26 37,1

Cerai 8 11,4

Total 70 100

Berdasarkan tabel di atas (4.5) distribusi herpes di lihat dari status pernikahan, menurut teori Hindelang et all terlihat bahwa karakteristik (umur, jenis kelamin,


(38)

27

pendidikan, status perkawinan, pendapatan, dan ras) akan mempengaruhi rutinitas atau pola hidup. Dalam status perkawinan ada banyak kemungkinan tidak hanya wanita yang awal mulanya menderita Infeksi Herpes Simpleks, tetapi bagi yang sudah menikah terdapat salah satu penyabab menularnya penyakit menular seksual dalam hal ini herpes simpleks yaitu suami yang menderita Infeksi Menular Seksual yang ditularkan ke istrinya dalam hubungan seksual. Dalam teori ini juga menyebutkan tentang factor-faktor yang membentuk seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan baik itu hal yang baik maupun tidak baik. Dalam kelompok beresiko dan rutinitas atau pola hidup ini akan mempengaruhi pertahanan diri yang lemah sehingga pertahanan diri yang lemah akan mempengaruhi timbulnya yaitu gaya hidup homoseksual dalam hal ini merupakan salah satu penyebab atau etiologi dari HSV Tipe-1 yang sejalan dengan prilaku penyimpangan.

4.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif kategorik yang berarti menganalisa penyakit yang ada dalam suatu populasi tertentu dengan memaparkan keadaan dan sifat masalah tersebut dalam berbagai variabel epidemiologi yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah.

Keterbatasan pada variabel penelitian, karena terdapat banyak faktor yang berhubungan Herpes simpleks. Adannya keterbatasan data yang diambil oleh penulis maka penelitian ini hanya meneliti variabel yang terdapat pada kerangka konsep.

Pengaturan berkas pasien yang tidak terletak dalam satu ruangan di bagian rekam medic RSUD Tangerang dan tidak teratur menyebabkan pencarian berkas tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama.


(39)

27 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanankan di RSUD Tangerang Tahun 2011, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi Herpes Simpleks pada penderita PMS di RSUD Tangerang periode 2010-2011 adalah sebesar 6,22% .

2. Pola Demografi Herpes Simpleks pada penderita Herpes Simpleks di RSUD Tangerang periode 2010-2011 di dominasi oleh perempuan sebanyak 52,6%, kelompok usia 25-29 (28,9%), tidak bekerja (36,8%), dan dengan pendidikan terakhir lulusan SMA (39,5%).

5.2 Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, perlu menggunakan variabel-variabel dan data yang lebih banyak untuk menghubungkan kejadian Herpes Simpleks dan prilaku hubungan seksual.


(40)

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas FKUI, 1999.

2. Lynch MA, Brightman VJ, Greenberg MS. Burket’s Oral Medicine

Diagnosis and Treatment, 9th ed, Philadelphia: JB Lippincott Company, 1996:12-6.

3. Scott DA, Coulter WA, Lamey PJ. Oral shedding of herpes simplex virus type 1: a review. J Oral Pathol Med 1997; 26:441-7.

4. Aprilianingrum, Farida. Survei Penyakit Herpes Simpleks dan Infeksi HIV Pada Pekerja Komersial Resosialisasi Argorejo Kelurahan Kalibanteng Kulon Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2002. 2002. Available from : http://www.health-lrc.com. Last Update : 2011.

5. Warrell, David A. Cox, Timothy M. Firth, John D. Benz, Edward J. Infection of Herpes Viruses (excluding eipstein bar virus), 4th ed, Oxford Text Book Of Medicine: Oxford University Press, 2003:7.10.2.

6. Wray D, Lowe GDO, Dagg JH, Felix DH, Scully C. Textbook of General and Oral Medicine, Edinburgh: Churchill Livingstone, 1999:259-61.

7. Wadell R. Genital HSV infection: long-term approaches for a lifelong disease. Adis International Pty Ltd, 2000.

8. Felming DT, McQuillan GM, Johnson RE, et al. herpes simplex virus type 2 in the United States, 1976 – 1994. N Eng J Med 1997; 337 : 1105 – 1111. 9. National Library of Medicine. Etiology of Herpes Simplex. [Cited 2012

September5th]. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/herpessimplex.html

10.Silverman S, Eversole LR, Truelove EL. Essentials of Oral Medicine,

London: BC Decker Inc, 2001: 118-22.

11.Collier L, Oxford J. Human Virology, Oxford. Oxford University Press, 1996: 185-96.


(41)

29

12.Corey L. Wald A. New developments in the biology of genital herpes. Dalam: Sacks SL, Straus SE, Whitley RJ, Griffiths PD. Editor. Clinical management of herpes viruses. Amsterdam: IOS Press, 1995;43-53.

13.Soames JV, Southam JC. Oral Pathology, 3rd ed. Oxford, Tokyo: Oxford University Press, 1998: 183-6.

14.Corey L, Wald A. Genital herpes. Dalam: Holmes KK, Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamm WE, Piot P, dkk. Editor. Sexually transmitted disease. 3rd ed. New York: McGraw Hill International Edition, 1999; 285 – 312.

15.Turner KR, Wong EH, Kent CK, Klausner JD. Serologic herpes testing in the real world. Sex Transm Dis 2002; 29: 422-5.

16.Kelompok studi herpes Indonesia. Penatalaksanaan kelompok penyakit herpes di Indonesia. Jakarta, 2000.


(42)

30 LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Uji Statistik Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(43)

31

Pola Distribusi pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(44)

32

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(45)

33

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(46)

34

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(47)

35

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ops Siagara Fatmuji Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Mei 1991

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Serang Km 18,6 Cikupa Tangerang Nomor Telepon/HP : +6285697786788

Email : raverickz@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN

1997-2003 : SDN Sukasari IV Tangerang 2003-2006 : SMPN I Tangerang

2006-2009 : SMAN II Tangerang

2009-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(1)

30 LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Uji Statistik

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(2)

Pola Distribusi pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Usia di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(3)

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(4)

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(5)

Pola Distribusi Pasien Herpes Simpleks Berdasarkan Status Pernikahan di RSUD Tangerang Tahun 2010-2011


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ops Siagara Fatmuji Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Mei 1991

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jalan Raya Serang Km 18,6 Cikupa Tangerang Nomor Telepon/HP : +6285697786788

Email : raverickz@yahoo.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997-2003 : SDN Sukasari IV Tangerang 2003-2006 : SMPN I Tangerang

2006-2009 : SMAN II Tangerang

2009-Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta