ABSTRACT In running the process, the repetitive activity in the production process of the extract of Dewata fruit
PENINGKATAN PERFORMANCE SYSTEM PADA
DEPARTEMEN PACKAGING DENGAN SIMULASI
PROSES DAN REDESIGN WORKSTATION
(Studi Kasus : CV. Segar Buah Hutama, Batu)
1
2
3 1,2,3
Nuzullis Lailatul Kamaliyah , Sugiono , Widya Wijayanti
Universitas Brawijaya, Fakultas Teknik Mesin, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT In running the process, the repetitive activity in the production process of the extract of Dewata fruit
could cause pain and fatigue on the worker's body. It was because there was a facility that did not meet the rules of
workplace ergonomics. Continuous evaluation was needed to know the solution of the problem of musculoskeletal
complaint so that it can improve ergonomic working facilities. In making simulation scenario is expected to describe
the condition of the actual company so that the improvement proposal can resolve the real issue.The methods that were
used in this study include: Biomechanics Assessment (REBA and QEC), anthropometric Design and Simulation Arena.
Assessment scores REBA (Rapid Entire Body Assessment) was obtained from the angle of motion depiction of the image
carrier (photo) whereas the assessment scores QEC (Quick Exposure Check) was obtained from filling the
questionnaire between the observer and the operator. From the research result on the dimension repair facility cooling
pond work on workstation 2 (cooling), tables and chairs on the workstation 3 (formation of cardboard box), and the
table packaging on the workstation 4 (packaging). In the proposal of improved simulation, it is given resource addition
as many as one person on cooling 2 to improve production efficiency from 42.3 % to 100 % so that it is necessary to
increase the wage of Rp 1,500,000.00 / month.Work posture measurement, Design work facility, Queing simulation Keywords: 1.
PENDAHULUAN
Perkembangan industri, dewasa ini berjalan Hal tersebut juga disebabkan oleh fasilitas sangat cepat disertai dengan penggunaan mesin dan kerja yang tidak memenuhi kaidah ergonomis. Dan peralatan yang modern. Namun demikian, tingginya pada masing-masing stasiun produksi terdapat biaya mengakibatkan masih banyak industri kecil di pemindahan bahan secara manual material Indonesia yang secara keseluruhan belum bisa handling (MMH). menggunakannya, sehingga mengkombinasi mesin Setelah melakukan pengamatan terhadap dan peralatan manual. Mengingat hal tersebut, dapat pekerja dan postur kerja operator, maka sudah diketahui bahwa betapa pentingnya peranan dapat dipastikan bahwa postur kerja akan menjadi manusia sebagai sumber tenaga kerja yang masih faktor penentu dari tingkat produktivitas Sari Buah dominan dalam menjalankan proses produksi. Apel Dewata. Dalam kajian kepustakaan di CV.
CV. Segar Buah Hutama merupakan Segar Buah Hutama, belum pernah dilakukan produsen minuman Sari Buah dengan dengan pengukuran terhadap postur kerja operator. Melatar aktivitas produksi yang dilakukan selama 7 jam belakangi hal tersebut, maka perlu dilakukan kerja dan 1 jam istirahat oleh 11 pekerja dimana pengukuran postur kerja untuk meminimalisasi masing-masing pekerja harus mampu menyesuaikan keluhan musculoskeletal dan melakukan rancangan fleksibilitas aktivitas kerja pada semua stasiun perbaikan fasilitas kerja. kerja. Sebagian aktivitas produksi dikerjakan Pada penelitian sebelumnya, Penelitian ini dengan menggunakan Teknologi Tepat Guna (TTG) mengkaji aspek ergonomi dari empat divisi pada dan sebagian besar masih konvensional (manual). industri garmen yaitu : divisi pemotongan, divisi Aktivitas produksi yang berulang-ulang dalam jahit, divisi kancing, dan divisi finishing dalam proses produksinya dapat mengakibatkan rasa sakit lingkungan virtual. Pekerjaan di industri garmen dan kelelahan pada bagian tubuh pekerja. menuntut adanya ketelitian yang cukup tinggi dengan karakteristik pekerjaan umumnya adalah
- * Corresponding author : Nuzullis Lailatul Kamaliyah, Sugiono, Widya
proses material handling (angkat-angkut), posisi
Wijayanti
kerja duduk dan berdiri, tingkat pengulangan kerja
Published online at http:JEMIS.ub.ac.id
tinggi pada satu jenis otot. Tujuan penelitian ini
©2015 JTI UB Publishing. All Rights Reserved Copyright
adalah untuk memberikan penilaian terhadap lingkungan kerja pada industri garmen berdasarkan kajian ergonomi menggunakan Posture Evaluation Index (PEI). PEI mengintegrasikan nilai Low Back
Analysis (LBA), Ovako Working Posture Analysis
Berdasarkan kajian di atas, dapat diketahui bahwa masing-masing metode pengukuran postur kerja memiliki kelemahan dan kelebihan. Akan tetapi metode yang dianggap relevan adalah metode REBA dan QEC. Penilaian postur kerja dengan metode REBA akan dikombinasikan dengan metode Quick Exposure Check (QEC) karena metode QEC ini merupakan metode yang pengukurannya dinilai oleh pengamat (observer) dan operator (worker).
(OWAS), dan Rapid Entire Limb Asessment (RULA). Analisa dilakukan dengan pengamatan menggunakan manusia digital pada lingkungan virtual. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa industri garmen masih memiliki risiko yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan muscukoskeletal pada para pekerja [4].
e. QEC (Quick Exposure Check)
QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan dengan ganguan otot (Work Related Musculoskeletal Disorders – WMSDs) pada tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (should
arm ), pergelangan tangan (hand wrist), dan leher (neck).
QEC mempunyai beberapa fungsi, antara lain : Mengidentifikasi 56elati resiko WMSDs, mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-beda, mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi 56elative56 di tempat kerja, menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi gangguan resiko yang ada dan mendidik para pemakai tentang resiko 56elative565656etal di tempat kerja [1].
f. Perbandingan Antara Beberapa Metode Pengukuran Postur Kerja
d. RULA (The Rapid Upper Limb Assessment)
Metode RULA merupakan suatu metode dengan menggunakan target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko gangguan otot skeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders), seperti adanya gerakan 56elative5656, pekerjaan diperlukan pengerahan kekuatan, aktivitas otot statis pada otot skeletal dan sebagainya [9].
Computer-Aided ), yakni metode OWAS yang diintegrasi kan dengan computer [8].
Metode OWAS telah diaplikasikan pada tahun tujuhpuluhan di perusahaan besi baj a di Finlandia. Institute of Occupational Health menganalisis postur seluruh bagian tubuh dengan posisi duduk dan berdiri. Metode ini juga telah digunakan untuk menganalisis postur di Indonesia, dengan menggunakan OWASCA (OWAS
Merancang model simulasi nyata pada departemen packaging dan memberikan rekomendasi alokasi resources yang dibutuhkan berdasarkan hasil scenario simulasi sebagai usaha peningkatan produktivitas lini produksi.
accident selama aktivitas produksi berlangsung 2.
1. Memperoleh desain fasilitas kerja yang sesuai dengan kaidah ergonomi untuk mengurangi
Dari hasil desain fasilitas kerja, akan dilakukan penilaian kembali terhadap kesesuaian postur kerja terhadap fasilitas kerja yang baru beserta simulasi antrian terhadap proses produksi.
2. METODE PENELITIAN Pemilihan Metode Pengukuran Postur Kerja a. OWAS (Ovako Working Analysis System)
b. NIOSH (National Institute for Occupational
Ada 2 metode dalam NIOSH yaitu [7] : 1.
Guide for Manual Lifting . Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi di punggung (L5S1).
mengidentifikasi adanya problem back injuries yang dipublikasikan dalam The Work Practises
for Occupational Safety and Health (NIOSH)
Pada tahun 1981, Nasional Institute
Metode QEC diharapkan
dapat menambahkan beberapa pertimbangan dari segi durasi pekerjaan, kekuatan tangan, vibrasi, visual dan tingkat strees. Metode QEC hanya menganalisa bagian tubuh bagian atas, sehingga dapat dikatakan sesuai dikombinasikan dengan metode REBA yang menganalisa seluruh bagian tubuh.
Safety and Health)
Metode MPL (Maximum Permissible Limit), input berupa rentang postur (posisi aktivitas) ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi
2. RWL (Recommended Weigh Limit).
c. REBA (Rapid Entire Body Assesment)
Metode REBA merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisa pekerjaan berdasarkan posisi tubuh. Metode ini didesain untuk mengevaluasi pekerjaan atau aktivitas, dimana pekerjaan tersebut memiliki kecenderungan menimbulkan ketidaknyamanan seperti kelelahan pada anggota bagian tubuh atas (lengan, lengan bawah, dan pergelangan tangan), badan, leher, dan kaki. Metode ini juga mendefinisikan 56actor-fakto lainnya yang dianggap dapat menentukan untuk penilaian akhir dari postur kerja, seperti : beban (force) dan jenis aktivitas otot yang dilakukan oleh operator [9].
Konsep Perancangan atau Desain itu perlu adanya penentuan segmen tubuh
Desain dapat diartikan sebagai salah satu sebagai salah satu dasar penentuan dimensi aktivitas luas dan dari inovasi desain dan teknologi produk [2]. yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan dan b.
Menentukan persentil data anthropometri fungsional [4]. yang akan digunakan
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu c.
Membuat gambar detail fasilitas kerja Ergon (kerja) dan Nomos (57elat alam) dan dapat dengan menentukan dimensi masing- didefisinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek masing bagian fasilitas kerja manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau d.
Membuat desain fasilitas kerja dengan secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, menggunakan CAD. manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, Implementasi Simulasi Arena kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia Simulasi sistem antrian dilakukan untuk di tempat kerja [7]. Di Amerika istilah 57elative57 mengetahui bottle neck (kemacetan) pada saat lebih dikenal sebagai Human Factor Engineering proses berlangsung dan supaya diperoleh jumlah atau Human Engineering. Maksud dan tujuan dari resource yang efisien dalam departemen packaging. disiplin 57elative57 adalah mendapatkan suatu Adapun langkah-langkah dalam tahap ini antara lain pengetahuan yang utuh tentang permasalahan- sebagai berikut [2] : permasalahan interaksi manusia dengan teknologi a.
Uji Kecukupan Data dan produk-produknya, sehingga dihasilkan b.
Fitting Distribusi Data rancangan sistem manusia mesin atau teknologi c.
Pembuatan Model Simulasi Actual yang optimal [10].
d.
Validasi Data e. Pembuatan Model Simulasi Usulan
CAD ( Computer Aided Design)
Berdasarkan hasil analisis REBA dan QEC yang
3.HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan, diperoleh action level untuk masing- masing aktivitas kerja. Semakin tinggi skor REBA
Pengukuran Postur Kerja
dan QEC, semakin pentingnya suatu aktivitas kerja Rekapitulasi Level tindakan dari perhitungan memerlukan penanganan sesegera mungkin.
Metode REBA dan Metode QEC dapat dilihat pada Dimensi-dimensi untuk desain perbaikan fasilitas Tabel 1. kerja disesuaikan dengan anthopometri tubuh operator supaya dapat tercipta keergonomisan.
Tabel 1. Rekapitulasi Level Tindakan REBA dan QEC
Adapun dalam proses perancangan ini terdapat
Metode
beberapa langkah berikut [13]:
No Workstation REBA 1.
Konseptual Desain
Skor Keputusan a.
1 Pengepressan
5 Diperlukan tindakan
Menentukan bentuk sistem operasi
Diperlukan tindakan
(manual, semi manual, semi otomatis atau
2 Pendinginan 1
12 sesegera mungkin
otomatis)
Diperlukan tindakan b.
Menganalisis postur kerja operator sesuai
3 Pendinginan 2
12 sesegera mungkin
dengan tahap sebelumnya yaitu hasil
Pembentukan Diperlukan tindakan
perhitungan REBA
4
8 Kardus segera c.
Identifikasi Fungsi
5 Pengemasan
4 Diperlukan tindakan d.
Menentukan posisi tubuh ideal operator
Tindakan sekarang
1 Pengepressan
71
ketika menggunakan fasilitas kerja
juga 2.
Pemodelan Produk
Tindakan sekarang
2 Pendinginan 1
80 a.
Menentukan jenis segmen tubuh yeng
juga
berkaitan dengan fasilitas kerja yang akan
Tindakan sekarang
3 Pendinginan 2
86
diperbaiki. Hal tersebut dapat mendukung
juga pekerja untuk melaksanakan aktivitasnya. Pembentukan Tindakan sekarang
4
62 Tidak melakukan aktivitas bekerja saya Kardus juga Tindakan dalam
yang membutuhkan kenyamanan, begitu
5 Pengemasan
67 waktu dekat
pula dengan aktivitas bermain. Bermain
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014)
merupakan bagian yang sedemikian diterimanya dalam kehidupan sehingga Dari hasil analisis perhitungan skor REBA diharapkan bermain juga mampu digunakan pada setiap workstation, dapat diketahui bahwa sebagai alat dengan fungsi lain seperti alat
workstation yang harus dilakukan perbaikan
dalam rehabilitasi penyakit stroke. Karena fasilitas kerja ada tiga kategori, antara lain KURSI diperlukan tindakan untuk workstation 1 a.
Tinggi Kursi (pengepressan) dan workstation 4 (pengemasan), 1)
T. kursi min = 5%ile D14, Wanita + tinggi diperlukan tindakan sesegera mungkin untuk sepatu
workstation 2 (pendinginan 1 dan pendinginan 2) = 337 mm + 40 mm
dan diperlukan tindakan segera untuk workstation 3 = 377 mm (pembentukan kardus). Sedangkan untuk hasil 2)
T. kursi max = 95%ile D14, Pria + tinggi perhitungan QEC terdapat 2 kategori, yaitu sepatu tindakan sekarang juga untuk workstation 1 = 445 mm + 40 mm (pengepressan), workstation 2 (pendinginan), = 480 mm
workstation 3 (pembentukan kardus) dan tindakan Tinggi kursi pada workstation 3 akan
dalam waktu dekat untuk workstation 4 didesain naik turun supaya dapat diperuntukkan (pengemasan). untuk operator wanita maupun pria. Tinggi 58elati kursi operator pembentukan kardus adalah 300 mm,
Perbaikan Desain Fasilitas Kerja sehingga disarankan ada penambahan sebesar 77
1.mm dari tinggi minimal dan penambahan 180 mm
Workstation 2 (Pendinginan) Pada Workstation 2 (Pendinginan), dimensi dari tinggi maksimum.
fasilitas yang dapat diperbaiki yaitu kolam b.
L. Kursi = 95%ile D16, Wanita + ketebalan pendingin karena ketinggiannya dapat baju mempengaruhi kenyamanan operator pada saat = 392 mm + 10 mm= 402 mm mengambil cup Sari Buah Apel Dewata dengan c.
P. Kursi = 95%ile D12, Wanita = 586 mm menggunakan keranjang.
d.
T. Sandaran Kursi = 95%ile D8, Pria T. kolam pendingin
= 621 mm =95%ile D4,Pria-tinggi keranjang+40 mm e.
Tinggi penopang siku = 1074 mm – 400 mm + 40 mm
1) Tinggi panggul ke penopang siku = 95%ile
= 714 mm D9, Wanita = 283
Tinggi 58actual kolam pendingin 1 di 2)
Tinggi penopang siku = 95%ile D17 Workstation 2 adalah 500 mm, jadi ada
(Tangan), Wanita = 49 mm penambahan tinggi kolam sebesar 214 mm. 3)
Lebar penopang siku = 95%ile D13 Sedangkan tinggi 58elati kolam pendingin 2 pada
(Tangan), Wanita = 96 mm Workstation 2 adalah setinggi 750 mm terdapat pengurangan tinggi 36 mm. Tinggi rancangan
Penopang siku merupakan penambahan dengan tinggi 58elati bak pendingin 1 dan komponen sehingga dapat memberikan pendingin 2 berbeda secara signifikan sehingga kenyamanan operator ketika tangannya melakukan tinggi optimal kolam pendingin 1 maupun 2 aktivitas pembentukan kardus. disarankan sama yaitu sebesar 714 mm.Desain f.
P. Penopang Siku = 95%ile D19, Wanita = 487 fasilitas kerja kolam pendingin pada Workstation 2 mm dapat dilihat pada Gambar 1.
g.
Lebar Sandaran 1) Sandaran min = 5%ile L.
D15,Wanita+ketebalan baju = 342 mm + 10 m= 352 mm
2) L. Sandaran max = 95%ile D15,Pri+ ketebalan baju
= 466 mm + 10 mm= 476 mm Lebar sandaran minimum kursi pada
workstation 3 akan didesain dapat diperlebar supaya
dapat diperuntukkan untuk operator wanita maupun
Gambar 1. Desain Fasilitas Kerja Workstation 2 pria. Lebar minimum menggunakan ukuran D15
(Pendinginan)terkecil yaitu 5%ile wanita, sedangkan untuk lebar maksimum ksandaran kursi menggunakan D15
2.
terbesar yaitu 95%ile pria.
Workstation 3 (Pembentukan Kardus)
Pada Workstation 3 (Pembentukan Kardus), MEJA dimensi fasilitas yang dapat diperbaiki yaitu kursi a.
T. Meja = 95%ile D14,Wanita + 95%ile D9,
operator dan ada penambahan fasilitas kerja berupa
Wanita + tinggi sepatu
- – ½ tinggi kardus meja supaya operator pembentukan kardus
=428 mm+283mm+40 mm –½ .200 mm merasakan kenyamanan posisi pada saat bekerja. = 651 mm b. tinggi landasan kerja disarankan untuk tidak
L. Ruang Kaki = 2 x (95% D16, Pria) + tebal baju= 2 x 392 mm + 10 mm mengabaikan tinggi sepatu, sehingga : = 784 mm Tinggi landasan meja pengemasan = 95%ile D4, c.
Wanita L. Meja = 95%ile D26, Pria= 767 mm – 100 mm + 40 mm= 1028 mm – 100 mm + 40 mm= 968 mm
Untuk ukuran lebar meja, digunakan D26 95%ile pria karena diharapkan dapat mewakili Tinggi landasan meja pengemasan di operator pria maupun wanita. Desain fasilitas kerja Workstation 1 aktual adalah 1000 mm, jadi ada meja dan kursi pada Workstation 3 dapat dilihat pengurangan untuk tinggi landasan meja pada Gambar 2. pengemasan sebesar 32 mm.Desain fasilitas kerja meja Workstation 4 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Desain Fasilitas Kerja Workstation 4 (Pengemasan)
Proses Simulasi
Model simulasi dari departemen packaging yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Desain Fasilitas Kerja Workstation 3 (Pembentukan Kardus) 3.
Workstation 1 (Pengepressan)
Pada Workstation 1 (pengepressan),
Gambar 4. Model Simulasi
dimensi fasilitas yang dapat diperbaiki yaitu
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014)
ketinggian alat pengepressan karena ketinggian fasilitas kerja dapat mempengaruhi kenyamanan Dari hasil simulasi di atas menjelaskan operator. bahwa model simulasi mengalami bottle neck. Hal
T. landasan kerja pengepress = 95%ile D4, Pria tersebut dapat dilihat dari banyaknya antrian
- – 100 mm + 40 mm= 1074 mm – 100 mm + 40 mm sebesar 48 pada pendinginan 2 dan nilai output
= 1014 mm kurang dari nilai maximal arrival yang telah diinputkan (64 < 115). Sehingga diperlukan adanya
Tinggi landasan kerja di Workstation 1 usulan supaya proses berjalan lebih efisien dan aktual adalah 1000 mm. Antara tinggi 59elati dan efektif yaitu dengan cara menambah jumlah tinggi rancangan fasilitas kerja adalah tidak
operator pada workstation pendinginan. Usulan
berbeda secara signifikan yaitu sebesar 14 mm, 59elative simulasi dapat dilihat pada Gambar 5. sehingga tidak perlu merubah dimensi ketinggian alat pengepress.
4. Workstation 4 (Pengemasan)
Pada Workstation 4 (pengemasan), dimensi fasilitas yang dapat diperbaiki yaitu ketinggian meja pengemasan Ukuran 95 persentil dipilih karena diharapkan dapat dapat memberikan kenyamanan operator pada saat beroperasi dan ada pengurangan
Gambar 5. Model Simulasi (Usulan)
tinggi sebesar 100 mm menyesuaikan jenis
(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2014)
pekerjaan operator dalam kondisi berdiri. Untuk
DAFTAR PUSTAKA
University of Houston, Departement of Industrial Engineering. [2]
Industri Garmen dengan Posture Evaluation
Muslim, Erlinda. 2011. Analisis Ergonomi
Universitas Ahmad Dahlan. [6]
Ulang Fasilitas Kerja pada Stasiun Cutting yang Ergonomis Guna Memperbaiki Posisi Kerja Operator Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kerja. Yogyakarta :
[5] Kristanto, Agung et al. 2010. Perancangan
Revised NIOSH Lifting Equation for Evaluation Acceptable Weights for Manual Lifting. Texas : Nelson & Associates.
[4] Henry, G et.al. 1993. Manual Lifting : The
Design in Creative Industry, Semarang, 23
Prosiding Seminar Nasional 2012 Industrial
[3] Dewangga, Asa. 2012. Perancangan Alat Permainan untuk Pasien Pasca Stroke.
Malang : Program Teknik Industri Universitas Brawijaya.
Ulang Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Hasil Simulasi Proses Produksi Rokok .
Dewi, Irma Andini et al. 2010. Perencanaan
Handbook A Practical Approach. Houston :
Pada proses pendinginan 2 telah ditambahkan resources sebanyak 1. Setelah model simulasi running terlihat bahwa jumlah output sebanding dengan jumlah input (maximal arrival). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa model usulan layak untuk digunakan karena dapat menyelesaikan permasalahan bottle neck. CV. Segar Buah Hutama perlu melakukan penambahan
Perbandingan Fasilitas Kerja Actual dengan
resources sehingga ada penambahan biaya operator
pula yaitu sebesar Rp 1.500.000 untuk 1 orang operator untuk pendinginan 2. Pengeluaran tersebut sebanding dengan efisiensi produksi yang meningkat dari 43.2% menjadi 100%, sehingga selisih antara simulasi awal dengan simulasi usulan berbeda secara signifikan. Penambahan resources dapat meminimalisir adanya operator yang bekerja over time melewati batas standar waktu kerja (>7 jam). Bottle neck dari workstation pendinginan 2 telah berkurang sehingga meningkatkan kesibukan (utilization) untuk workstation pengemasan, tetapi dapat menyeimbangkan jumlah input dan output.
Perbandingan Fasilitas Kerja Actual dengan Usulan Redesign Fasilitas Kerja
Fasilitas Kerja actual masih terdapat kekurangan dalam spesifikasinya yang menyebabkan keluhan musculoskeletal pada operator antara lain dimensi fasilitas kerja pada seluruh workstation tidak sesuai dengan anthropometri tubuh manusia Indonesia, tidak terdapatnya meja dan sandaran kursi pada workstation
3 (pembentukan kardus). Pada penelitian ini fasilitas kerja dirancang senyaman mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomic dan desain lebih futuristik.
redesign dari aspek finansial diperlukan untuk
[1] Chung, A Christopher. 2004. Modelling
mengetahui biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas kerja. Dari perincian biaya, diperoleh bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas kerja actual sebesar Rp 3.298.000,00, sedangkan untuk redesign fasilitas kerja sebesar Rp 6.144.800,00. Sehingga dapat diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan desain fasilitas kerja usulan relative lebih tinggi daripada fasilitas kerja actual. Hal tersebut sesuai dengan kenyamanan yang akan diperoleh untuk meningkatkan performance system operator dan mengurangi keluhan musculoskeletal.
Dari analisa yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan kaidah ergonomi, maka diperoleh redesign dari masing-masing workstation. Pada penelitian ini, fasilitas kerja secara teknis dirancang senyaman mungkin sesuai dengan kaidah-kaidah ergonomic dan desain lebih futuristik. Pada
redesign fasilitas kerja, dimensi fasilitas kerja
pada seluruh workstation disesuaikan dengan anthropometri tubuh manusia Indonesia, didesain meja pada dan pemberian sandaran kursi serta kursi dapat diatur ketinggiannya pada workstation 3 (pembentukan kardus). Fasilitas Kerja Actual dengan Redesign dari aspek finansial diketahui bahwa biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan fasilitas kerja. Usulan relative lebih tinggi daripada fasilitas kerja actual. Hal tersebut sesuai dengan kenyamanan yang akan diperoleh untuk meningkatkan performance system operator dan mengurangi keluhan musculoskeletal operator.
2. Untuk meningkatkan output perusahaan bisa melakukan penambahan resources (tenaga kerja) sebanyak 1 orang untuk meningkatkan efisiensi produksi dari 43.2% menjadi 100% sehingga diperlukan adanya penambahan upah pekerja sebesar Rp 1.500.000,00/bulan.
- – 24 Oktober 2012.
5. KESIMPULAN
Index pada Virtual Environment. Depok : [9]
Tarwaka. 2010. Dasar-Dasar Pengetahuan Universitas Indonesia. Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja.
Solo : Harapan Press. [7]
Nurmianto, E. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : Guna [10]
Wignosoebroto, S. Ergonomi, Studi Gerak Widya.
dan Waktu. 1995. Edisi Pertama. Surabaya : PT. Guna Widya.
[8] Ojanen, K et.al. 2000. OWASCA : Computer-
aided Visualizing and Training Software for Work Posture Analysis. Journal of
Occupational Health.